Disusun oleh:
Kelompok 4
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Dalam
pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang saya alami terutama disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang saya buat ini yang
masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran agar
makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Terdapat empat tahap dalam Komunikasi Terapeutik menurut Potter dan Perry (2006)
yaitu:
2). Fase Orientasi atau Perkenalan yang dimulai saat pertama kali perawat bertemu
dengan klien dan saling mengenal satu sama lainnya.
3). Fase Kerja merupakan fase dimana perawat dan klien bekerja sama untuk
memecahkan suatu masalah dan mencapai tujuan bersama dan
4). Fase Terminasi merupakan fase untuk mengakhiri hubungan. Perawat bersama klien
dapat saling mengeksplorasi perasaan yang muncul akibat dari perpisahan yang akan
dijalani.
B. TUJUAN
1. Mengetahui konsep komunikasi terapeutik
C. MANFAAT
KERANGKA TEORI
Secara umum, helping relationship merupakan bagian dari konsep komunikasi yang
lebih besar yakni komunikasi terapeutik. Helping relationship merupakan bentuk
hubungan dalam rangka membantu individu lain melalui pendekatan yang profesional.
Hal itulah yang membedakan helping relationship dengan jenis komunikasi lain dalam
konteks komunikasi sosial.
Empati Empati yaitu kemampuan untuk mengerti sepenuhnya tentang kondisi atau
perasaan orang lain.
Rasa percaya (trust) Rasa percaya (trust) yaitu respek seseorang terhadap
kebutuhan orang lain dan berhasrat akan membuat sesuatu yang akan
dipertanggung jawabkan.
Validasi yaitu penegasan kembali tentang pesan yang disampaikan. Hal ini terjadi
jika komunikator merasa bahwa orang yang diajak bicara menerima dan memberi
respek terhadap apa yang dikatakannya.
Perhatian Merupakan tingkat keterlibatan emosi dalam komunikasi yang
diekspresikan secara non verbal pada apa yang dikatakan orang lain dengan cara
memandang, mengangguk, atau dengan perabaan jika dianggap tepat.
E. KARAKTERISTIK PERAWAT DALAM MEMFASILITASI HUBUNGAN
TERAPEUTIK
1. Definisi
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar yang
difokuskan unuk kesembuhan pasien yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan
lainnya.
Berikut ini pula beberapa pengertian komunikasi terapeutik menurut para ahli :
a. Northouse (1998): Komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat dalam
membantu klien untuk dapat beradaptasi dengan stress yang dialaminya.
b. Stuart G.W (1998): komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara
perawat dan pasiennya.
c. Sundeen (1990): hubungan terapeutik merupakan sebuah hubungan kerjasama.
Hubungan ini ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman antara perawat dan pasien untuk membina hubungan intim yang
terapeutik
d. Mahmud Machfoedz (2009): Komunikasi Terapeurik merupakan pengalaman
interaktif antara perawat dan pasien ya ng didapatkan secara bersama melalui
komunikasi.
e. Wahyu Purwaningsih dan Ina Karlina (2010): komunikasi terapeutik berfokus pada
klien dalam memenuhi kebutuhan klien, serta memiliki tujuan spesifik, dan batas
waktu yang ditetapkan bersama.
2. Cara Perawat Agar Menjadi Terpeutik
Hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien akan merupakan pengalaman
belajar dan juga merupakan pengalaman koreksi terhadap emosi klien. Di sini perawat
sebagai penolong haruslah terapeutik dan kunci untuk menjadi terapeutik adalah dengan
penggunaan diri secara terapeutik.
Elemen yang mempengaruhi perawat untuk menjadi terapeutik, sebagai berikut:
Untuk menjadi terapeutik, elemen yang diperlukan perawat adalah:
Dalam melakukan komunikasi terapeutik, setiap orang yang berinteraksi akan berbeda
dalam mempresepsikan pesan yang diterima. Hal ini akan mempengaruhi tujuan awal dari
komunikasi terapeutik yang seharusnya menjadi terapi malah akan menimbulkan masalah
baru.
1. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu hal yang terjadi. Persepsi
dapat terbentuk dari apa yang diharapkan seseorang dan berdasarkan pada pengalaman.
Setiap orang akan berbeda dalam merasakan, menginterpretasikan, dan memahami pesan
yang diterima. Perbedaan persepsi dari pesan yang diterima akan menjadi kendala dalam
komunikasi sehingga pesan yang seharusnya tidak tercapai. Perlu bagi kita untuk
menyatukan persepsi dengan meminta klien mengulang informasi yang diterima.
2. Nilai
Nilai adalah sesuatu hal yang dianggap penting dan dapat mempengaruhi pemikiran
dan tingkah laku seseorang. Penting bagi seorang perawat memperhatikan nilai yang ada
pada klien. Nilai-nilai ini dapat berupa nilai kepercayaan, adat istiadat, maupun hal-hal
yang ada di dalam keluarga.
3. Perkembangan
Sebelum melakukan komunikasi terapeutik yang efektif, perawat harus memahami
perkembangan bahasa dan proses berpikir klien. Kedua hal ini akan mempengaruhi
bagaimana cara perawat berinteraksi dengan klien sehingga dapat berinteraksi dengan
baik.
4. Emosi
Dalam menyampaikan pesan, emosi dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam menerima pesan, yang dapat menyebabkan klien dapat salah menginterpretasikan
isi dari pesan. Emosi adalah perasaan subjektif seseorang dalam mengepresikan peristiwa
yang dialaminya. Perawat yang akan menyampaikan pesan harus terlebih dahulu
memperhatikan emosi yang sedang terjadi pada klien.
5. Latar belakang Sosiokultural
Budaya adalah cara hidup seseorang yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sekelompok orang.Biasanya budaya seseorang akan ditunjukkan dengan tingkah laku.
Perbedaaan bahasa dan budaya dapat menghambat proses komunikasi. Sehingga untuk
keadaan seperti ini, saat perawat melakukan komunikasi dan perawatan membutuhkan
seseorang penerjemah untuk mempermudah proses komunikasi.
6. Jenis kelamin
Pria dan wanita memiliki ciri khas tersendiri dalam melakukan komunikasi yang
dapat mempengaruhi satu sama lainnya. Biasanya wanita akan lebih menjalin hubungan
komunikasi dibandingkan dengan pria. Perawat perlu memperhatikan perbedaan ini
sehingga dapat menjalin komunikasi dengan baik
7. Pengetahuan
Terkadang komunikasi akan sangat sulit ketika perawat melakukan komunikasi
kepada klien dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Dalam hal ini, perawat perlu
mengkaji tingkat pengetahuan klien demi mempermudah menyampaikan informasi.
Perawat perlu menggunakan bahasa dan kata-kata yang sederhana sehingga mudah
dipahami oleh klien.
8. Peran dan Hubungan
Pada saat berkomunikasi dengan rekan sejawat, perawat akan merasa lebih santai dan
lebih nyaman. Berbeda dengan saat perawat dan klien berinteraksi akan lebih sopan dan
menghormati klien. Perawat dan klien berkomunikasi dalam tatanan peran dan hubungan.
Disini perlu dilakukan hubungan saling percaya dengan menerapkan Komunikasi
Terapeutik.Dengan menjalin hubungan saling percaya dapat dengan mudah
menghubungkan ide dan perasaan yang ada.
9. Ruang dan Teritoral
Teritorial adalah hak yang ada pada seseorang pada suatu daerah. Hal ini perlu
diperhatikan untuk melihat kecemasan ataupun perasaan hilang kontrol. Sedangkan dalam
melakukan komunikasi, penggunaan jarak pada ruangan sangat penting diperhatikan.
Pada saat komunikasi terapeutik, jarak antara perawat dan klien dalam suatu ruangan
adalah 20 cm, sedangkan komunikasi sosial dengan jarak 120 cm. Tetapi perlu diingat ya
sahabat perawat baik di saat musim covid 19 ini, tetap perlu memperhatikan jarak aman
antara perawat dan klien ya, minimal adalah jarak aman dan tetap menggunakan APD
yang sesuai ya.
10. Lingkungan
Lingkungan pada saat melakukan komunikasi terapeutik sebaiknya adalah lingkungan
yang nyaman, ruangan yang tenang, yang tidak bising, maupun gangguan lainnya.
Dengan lingkungan yang nyaman dan tenang proses penyampaian informasi akan
semakin mudah untuk diterima.
BAB III
ANALISIS KASUS
Abstrak
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) pasca pasung, menurut survei terpadu yang
dilakukan oleh seluruh petugas kesehatan Puskesmas Ardimulyo Kecamatan Singosari
kabupaten Malang, bekerja sama dengan kader-kader posyandu, bahwa jumlah terbanyak
adalah desa Wonorejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur
yaitu berjumlah 37 orang, tetapi peneliti fokus pada ODGJ pasca pasung yang berjumlah
7 orang. Setelah mereka mendapatkan perawatan dari Rumah Sakit Jiwa Lawang,
kemudian mereka mendapatkan perawatan Posyandu Jiwa di desa Wonorejo melalui
komunikasi terapeutik. Dari kasus-kasus kejiwaan di desa Wonorejo, banyak aktivitas
psikoterapi dan sosial terapi di lingkungan keluarga ODGJ pasca pasung di desa
Wonorejo.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Muhith Abdul, Sandu Siyoto. 2018. Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing & Health.
Yogyakarta : Penerbit ANDI
https://www.google.co.id/books/edition/Aplikasi_Komunikasi_Terapeutik_Nursing_H/fL
9jDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=tahapan+komunikasi+terapeutik&printsec=frontcover (Diakses pada
tanggal 10 September 2021)
https://poltekkes-mataram.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/1-749-755-Aniharyati-
KOMUNIKASI-TERAPEUTIK-SEBAGAI-SARANA-EFEKTIF-BAGI-
TERLAKSANANYA-TINDAKAN-KEPERAWA.pdf
https://pakarkomunikasi.com/tujuan-komunikasi-terapeutik
http://repo.unand.ac.id/18537/1/buku%20rika.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=990
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/763/4/Chapter%202.pdf