Anda di halaman 1dari 17

PELAYANAN DAN KOLABORASI

INTERDISIPLIN DALAM
KESEHATAN KEPERAWATAN JIWA
Ns.MUHAMMAD CHAIDAR.,S.Kep.,M.Kep
PIRAMIDA PELAYANAN
KESEHATAN JIWA
Pelayanan kesehatan jiwa adalah adalah pelayanan yang
berkesinambungan yaitu pelayanan yang :
1. Sepanjang hidup
2. Sepanjang rentang sehat-sakit
3. Pada setiap konteks keberadaan: di rumah, di sekolah, di tempat
kerja, di rumah sakit (di mana saja)
Jenjang pelayanan kesehatan jiwa terdiri dari (ommeren,2005) :
1. Perawatan mandiri individu dan lingkungan keluarga
2. Dukungan dari sektor formal dan informal diluar sektor kesehatan
3. Pelayanan kesehatan jiwa melalui pelayanan kesehatan dasar.
4. Pelayanan kesehatan jiwa di RSU/RSUD.
5. Pelayanan kesehatan jiwa di RSJ.
 
Jenjang pelayanan kesehatan jiwa
terdiri dari antara lain :

1. Perawatan Mandiri individu dan Keluarga.


Kebutuhan pelayanan jiwa terbesar adalah kebutuhan kesehatan
jiwa yang dapat dipenuhi oleh masing-masing individu dan keluarga.
Masyarakat baik individu maupun keluarga diharapkan dapat secara
mandiri memelihara kesehatan jiwanya. Pada tingkat ini sangat
penting untuk mempeberdayakan keluarga dengan melibatkan
mereka dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya.
2. Dukungan Masyarakat Formal dan Informal
diluar sektor kesehatan.
Apabila masalah kesehatan jiwa yang dialami individu tidak
mampu diatasi secara mandiri di tingkat individu dan keluarga maka
upaya solusi tingkat berikutnya adalah leader formal dan informal yang
ada di masyarakat mereka menajadi tempat rujukan. Tokoh
masyarakat , kelompok formal dan informal di luar tatanan pelayanan
kesehatan merupakan target pelayanan kesehatan jiwa. Kelompok yang
di maksud adalah:
1. TOMA: tokoh agama, tokoh wanita, kepala desa/dusun, lurah,
ketua rukun tetanggga atau rukun warga.
2. Pemberi pengobatan tradisional: orang pintar
3. Guru
3. Pelayanan Kesehatan Jiwa Melalui Pelayanan Kesehatan Dasar.
Puskesmas memiliki kesehatan jiwa untuk rawat jalan dan
kunjungan ke masyrakat sesuai wilayah kerja puskesmas. Tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa adalah perawat
yang telah dilatih CMHN (perawat plus CMHN) dan dokter yang telah
dilatih kesehatan jiwa (dokter plus kesehatan jiwa) yang bekerja secara
tim yang disebut tim kesehatan jiwa puskesmas.
4. Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat Kabupaten/kota.
Tim kesehatan jiwa/kotaa terdiri dari psikiater, psikolog klinik,
perawat jiwaplus CMHN dan psikolog plus (yang telah mendapatkan
pelatihan kesehatan jiwa). Tim berkedudukan di tingkat dinas
kesehatan kabupaten/kota.
Tim akan bergerak secara periodik ke tiap-tiap puskesmas untuk
memberi konsultasi, supervisi, monitoring dan evaluasi. Pada saat tim
mengunjungi puskesmas maka penanggung jawab pelayanan kesehatan
jiwa komunitas di puskesmas akan mengkonsultasikan kasus-kasus
yang tidak berhasil.
5. Pelayanan Kesehatan Jiwa di RSU
Rumah sakit umum daerah pada tingkat kabupaten/kota
diharapkan menyediakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap bagi
pasien gangguan jiwa dengan jumlah tempat tidur terbatas sesuai
kemampuan. Sistem rujukan dari puskesmas/tim kesehatan jiwa
masyrakat kabupaten/kota ke rumah sakit umum dan sebaliknya harus
jelas. Tim memberi pelayanan kesehatan jiwa dapat terdiri dari perawat
plus CMHN dan dokterumum plus kesehatan jiwa yang telah mendapat
pelatihan sari Psikiatrict Intensive Care Unit (PICU).
Pada saat ini belum semua rumah sakit umum memiliki fasilitas
rawat jalan atau rawat inap kesehatan jiwa. Di masa mendatang
direncanakan disediakan 5 sampai 10 tempat tidur untuk rawat inap
pasien gangguan jiwa akut ditiap rumah sakit umum daerah di
kabupaten/kota.
Contoh :
Pasien yang tidak berhasil dirawat di keluarga oleh perawat jiwa di
puskesmas dikonsultasikan dengan tim keswamas (kesehatan jiwa
masyarakat) kabupaten/kota untuk di rujuk ke RSU. Jika terjadi
pemulihan, pasien dikembalikan ke masyrakat/keluarga melalaui tim
keswamas/puskesmas untuk melanjutkan fungsi asuhan keperawatan di
rumah. Cara ini akan mewujudkan kontinuitas perawatan pasien.
Kondisi pasien yang dirawat di RSU adalah pasien dengan kondisi
akut, bukan pasien kronik. Kika RSU tidak berhasil juga maka pasien
dapat dirujuk ke RSJ.
6. Pelayanan Rumah Sakit Jiwa.
Rumah sakit jiwa merupakan pelayanan spesialis kesehatan jiwa
yang difokuskan pada pasien gangguan jiwa yang tidak berhasil
dirawat dikeluarga/puskesma/RSU. Sistem rujukan dari RSU dan
rujukan kembali ke masyarakat yaitu puskesmas harus jelas agar
kesinambungan pelayanan di keluarga dapat berjalan. Pasien yang telah
selesai dirawat di RSJ dirujuk kembali ke puskesmas.
Penanggungjawab pelayanan kesehatan jiwa masyarakat di kesehatan
jiwa masyarakat (puskesmas) bertanggung jawab terhadap lanujutan
asuhan di keluarga.
PENGORGANISASIAN SUMBER DAYA
KESEHATAN
1. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang berperan dalam pelayanan kesehatan jiwa komunitas pada setiap
level pelayanan adalah sebagai berikut:
2. Level perawatan mandiri individu dan keluarga: perawat kesehatan jiwa komunitas
(perawat CMHN) dan kader kesehatan jiwa.
3. Level dukungan masyarakat informal dan formal di luar sektor kesehatan: Perawat
kesehatan jiwa komunitas (perawat CMHN) dan kader kesehatan jiwa.
4. Level pelayanan kesehatan jiwa melalui pelayanan kesehatan dasat: perawat
kesehatan jiwa komunitas (perawat CMHN), dokter umum, kader kesehatan jiwa.
5. Level tim kesehatan jiwa komunitas psikiater, psikolog klinis, dan perawat CMHN.
6. Level RSU daerah kabupaten/kota: psikiater, psikolog klinis, perawat kesehatan
jiwa. Perawat yang bekerja di unit rawat inap jiwa RSU bertujuan untuk
memulihkan kondisi pasien pada fase akut dan memampukan pasien dan
keluarga/masyrakat untuk mengatasi masalahnya.
7. Level RSJ: psikiater, psikolog klinis, dan perawat kesehatan jiwa. Perawat yang
bkerja di RSJ mempunyai peran yang sama dengan RSU.
2. Peran Dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa Komunitas.
Fokus pelayanan pada tahap awal adalah anggota masyarakat yang
mengalami gangguan jiwa. Peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa
komunitas meliputi:
1. Pemberi asuhan keperawatan secara langsung (practitioner).
2. Pendidik (educator).
3. Koordinator (coordianator).
PENGORGANISASIAN
MASYRAKAT.
Masyarakat terjadi dari sekelompok orang dengan berbagai karakristik seperti umur,
jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, budaya, pekerjaan dan pendidikan, serta
dengan kondisi kesehatan yang bervariasi dalam rentang sehat-sakit.
Respons mereka terhadap perubahan kehidupan dapat berada pada rentang sehat-
sakit, dan secara umum dapat dibagi 3 yaitu:
 Respons yang sehat atau adaftif. Misalnya, orang yang kehilangan anak telah
menerima kondisinya.
 Respons yang menunjukkan masalah psikososial. Misalanya, orang yang bagian
tubuhnya tidak dapat berfungsi merasa tidaka berguna.
 Respons yang menunjukkan gangguan jiwa. Misalnya, orang berbicara sendiri,
tidak peduli terhadap diri atau marah tanpa sebab.
1. Pendekatan dalam Pengorganisasian Masyarakat.
Ada tiga pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat yaitu:
 Perencanaan sosial (sosial planning).
 Aksi sosial (sosial action).
 Pengembangan masyarakat (community development).
2. Penerapan Pengorganisasian Masyarakat dalam
Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.
Pengorganisasian masyarakat diterapkan dalam keperawatan
kesehatan jiwa komunitas sebagai berikut, perawat kesehatan jiwa
komunitas bertanggung jawab terhadap wilayah kerja puskesmas
tempatnya bekerja, bekerja sama dengan perawat komunitas dan
masyarakat dalam melakukan kegiatan-kegiatan:
Lanjutan..

 Mengidentifiakasikan kebutuhan masalah, dan sumber daya yang


ada di masyarakat.
 Mengelompokkan data yang dikumpulkan dalam 3 kelompol
kelompok sehat, resiko, dan gangguan jiwa:
 Merencanakan melaksanakan tindakan tindakan keperawatan
terhadap kasus.
 Melakukan evaluasi dan tindak lanjut.

Anda mungkin juga menyukai