DI Susun Oleh:
KELOMPOK IV
NAMA: NPM:
RAHAYU WULANDARI 165139058
PARAMITA 165139056
MERY PURNAMASARI 165139052
SISKA SAMANTHA 165139063
JULIANTI PURBA 165139045
DIASTINA PRASTIANING E. O 165139035
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Perawatan
Muskuloskeletal Komplementer” sebagai salah satu tugas dan persyaratan untuk
Mata Kuliah Sistem musculoskeletal II di Universitas Respati Indonesia Jakarta.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun merasakan masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Penyusun menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen
pembimbing Bapak Ns. Aprisunadi, M.Kep, Sp.Kep.M.B.
Akhir kata, penyusun berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan
yang setimpal pada yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi komplementer adalah terapi yang menjadi pendamping dari
terapi utama, dan digunakan sebagai tambahan yang direkomendasikan oleh
penyelenggara pelayanan kesehatan. Bisa dibilang bahwa terapi
komplementer merupakan katalisator dalam proses penyembuhan pasien.
Menurut WHO Traditional Medicine Strategy 2002-2005, Pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari
negara yang bersangkutan.
Dasar dari kebijakan ini adalah penghargaan terhadap nilai-nilai
budaya, adat, keyakinan dan sumber daya yang berkembang di seluruh
wilayah dunia yang telah menjadi pedoman turun temurun dalam
memberikan pelayanan kesehatan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya,
bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang
sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun
pada suatu negara. Tetapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa
dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan yang tertuang dalam keputusan
menteri kesehatan No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan
tradisional, definisi pengobatan komplemneter tradisional alternative adalah
pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv, preventive, kuratif, dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan, dan evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan
biomedik.
Jadi pada hakikatnya pengobatan komplementer merupakan suatu
pengobatan sebagai pendamping bagi pengobatan primer yang bertujuan
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
2. Fungsi Perawat
Fungsi adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan
perannya, fungsi dapat berubah dari suatu keadaan ke keadaan yang lain.
Ruang lingkup dan fungsi keperawatan semakin berkembang dengan fokus
manusia tetap sebagai sentral pelayanan keperawatan. Bentuk asuhan yang
menyeluruh dan utuh, dilandasi tentang keyakinan tentang manusia sebagai
makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang unik dan utuh.
Ilmu keperawatan memfokuskan pada fenomena khusus dengan
menggunakan cara khusus dalam memberi landasan teoretik dan fenomena
keperawatan yang teridentifikasi. Dengan denikian, perawat bertanggung
jawab dan bertanggung gugat terhadap hal-hal yang dilakukan dalam
praktik keperawatan. Dalam hal ini praktik keperawatan harus berlandaskan
prinsip ilmiah dan kemanusiaan serta berilmu pengetahuan dan terampil
melaksanakan pelayanan keperawatan dan bersedia dievaluasi. Inilah ciri-
ciri yang menunjukkan profesionalisme perawat yang sangat vital bagi
pelaksanaan fungsi keperawatan mandiri, ketergantungan, dan kolaboratif
(Kozier, 1991).
Pengertian fungsi keperawatan mandiri, ketergantungan, dan
kolaboratif kerap dipergunakan untuk menggambarkan, suatu tindakan
keperawatan atau strategi keperawatan yang diperankan oleh perawat.
setiap bagian dan bersama-sama mencapai tujuan yang telah disepakati oleh
setiap bagian.
Untuk melaksanakan praktik keperawatan kolaboratif secara efektif,
perawat harus mempunyai kemampuan klinis, mempunyai pengetahuan dan
keterampilan yang memadai dan rasa pertanggungjawaban yang tinggi
dalam setiap tindakan.
B. Terapi Komplementer
1. Pengertian Terapi Komplementer
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Terapi merupakan
usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi,
bersifat menyempurnakan.
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan, misalnya jamu yang merupakan produk
Indonesia dikategorikan sebagai pengobatan komplementer di negara
Singapura. Di Indonesia sendiri, jamu dikategorikan sebagai pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang
sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun
pada suatu negara.
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis
konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis
yang konvensional.
2. Terapi music.
Dengan music diharapkan akan mengalihkan perhatian anak terhadap
rasa nyeri
BAB III
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung atau pendamping kepada pengobatan medis konvensional
atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang
konvensional.
Peran perawat dalam pelayanan kesehatan diantaranya dalam terapi
komplementer sebagai pemberi asuhan keperawatan, pembela untuk
melindungi klien, pemberi bimbingan atau konseling klien, pendidik klien,
anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain, coordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber dan
potensi klien, pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan perubahan-
perubahan, dan sumber informasi yang dapat membantu memecahkan masalah
klien. Fungsi perawat yang dijalankan dipelayanan kesehatan adalah bertindak
secara independen, dependen, dan interdependen.
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk
didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya
profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum yang terlibat dalam
terapi komplementer. Hal ini dapat meningkatkan perkembangan ilmu
pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi terapi
komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta
berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai
dengan peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan
keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi
komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang 15
berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.
B. Saran
14 profesional diharapkan dapat melakukan
Sebagai seorang perawat yang
Asuhan keperawatan yang berdasarkan respon pasien dan mampu untuk
terus mengembangkan penelitian keperawatan khususnya terkait perawatan
dengan penggunaan terapi komplementer demi tercapainya asuhan
keperawatan yang komprehensif .
DAFTAR PUSTAKA
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to
advanced skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
http://www.scribd.com/doc/76628021/Terapi-Komplementer-FOKUS-GROUP
Dian Sari dan Yuhendri Putra. (2014). Pengaruh terapi musik mozart terhadap
intensitas nyeri Pada pasien fraktur di ruang bedah rsud dr.achmad Mochtar
bukittinggi tahun 2014. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2017. Jurnal
Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5.
Https://scholar.google.co.id. perawatan terapi komplementer musculoskeletal.