Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN

SAKARATUL MAUT

OLEH
SAIDI. HS, S.Si, MPd.I
DEFINISI SAKARATUL MAUT
Sakaratul maut berasal dari
bahasa arab, yaitu “sakarat”
dan “maut”. Sakarat dapat
diartikan dengan “mabuk”
sedangkan “maut” berarti
kematian. Dengan demikian,
sakaratul maut berarti orang
yang sedang dimabuk dengan
masa-masa kematiannya.
SAKIT SAKARATUL MAUT

 Menurut beberapa hadist:


 “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan
tusukan tiga ratus pedang.” (HR Tirmidzi)
 “Kematian yang paling ringan ibarat
sebatang pohon penuh duri yang menancap
di selembar kain sutera. Apakah batang
pohon duri itu dapat diambil tanpa
membawa serta bagian kain sutera yang
tersobek ?” (HR Bukhari)
SAKIT SAKARATUL MAUT
 “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang
dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki
menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting
itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut
padanya dan meninggalkan yang tersisa.” (Ka’b al-Ahbar,
sahabat Rasulullah saw)
 “Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian
tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan
(pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya
kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai
menangisi diri kalian sendiri.” (Imam Ghozali mengutip
atsar Al-Hasan)
SAKARATUL MAUT BAGI YANG MU'MIN
 Adapun orang-orang mukmin yang sedang sakaratul
maut, Nabi Muhammad telah menggambarkan dengan
sabdanya:
 “Ketika menjelang roh orang mukmin dicabut, maka
datanglah malaikat pencabut nyawa membawa kain sutra
yang didalamnya ada minyak kasturi dan sejambak bunga
yang wangi, kemudian roh orang Mukmin itu pun dicabut
dengan lemah lembut seperti mencabut rambut dari
adonan tepung, lalu diserukan kepadanya:
 “Wahai jiwa yang tenteram kembalillah kepada Tuhan-Mu
dalam keadaan ridho dan diridhoi dan kembalilah kepada
rahmat dan kasih sayang Allah.”
PERKEMBANGAN PERSEPSI
TENTANG KEMATIAN
Seiring dengan perkembangan usianya menuju kedewasaan,
mereka mengerti tentang apa itu kematian. Karena itu
berkembanglah klasifikasi tentang kematian menurut umur
yang di definisikan oleh Eny Retna Ambarwati, yaitu :
 1. Bayi - 5 tahun.
Tidak mengerti tentang kematian, keyakinan bahwa mati
adalah tidur/pergi yang temporer.
 2. 5-9 tahun.
Mengerti bahwa titik akhir orang yang mati dapat dihindari.
 3. 9-12 tahun.
Mengerti bahwa mati adalah akhir dari kehidupan dan tidak
dapat dihindari, dapat mengekspresikan ide-ide tentang
kematian yang diperoleh dari orang tua/dewasa lainnya.
PERKEMBANGAN PERSEPSI
TENTANG KEMATIAN
 4. 12-18 tahun.
Mereka takut dengan kematian yang menetap, kadang-
kadang memikirkan tentang kematian yang dikaitkan dengan
sikap religi.
 5. 18-45 tahun.
Memiliki sikap terhadap kematian yang dipengaruhi oleh
religi dan keyakinan.
 6. 45-65 tahun.
Menerima tentang kematian terhadap dirinya. Kematian
merupakan puncak kecemasan.
 7. 65 tahun keatas.
Takut kesakitan yang lama. Kematian mengandung beberapa
makna : terbebasnya dari rasa sakit dan reuni dengan
anggota keluarga yang telah meninggal.
PENDAMPINGAN PASIEN
SAKARATUL MAUT.
Adapun prosedur-prosedur yang harus
dilaksanakan oleh petugas dalam mendampingi
pasien yang hampir meninggal, yaitu :
 Memberitahu pada keluarga tentang tindakan
yang akan dilakukan
 Mendekatkan alat
 Memisahkan pasien dengan pasien yang lain
 Mengijinkan keluarga untuk mendampingi,
pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri
Pendampingan Pasien Sakaratul
Maut.
 Membersihkan pasien dari keringat
 Membasahi bibir pasien dengan kassa lembab,
bila tampak kering menggunakan pinset
 Membantu melayani dalam upacara
keagamaan
 Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital
sign) terus menerus
 Melakukan dokumentasi tindakan
PENDAMPINGAN DENGAN BIMBINGAN
ROHANI PASIEN SAKARATUL MAUT

 Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan


biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual pasien. Akan
tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting
oleh perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting
terutama untuk pasien yang didiagnosa harapan sembuhnya
sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
 Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit
terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak
mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis
kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien
menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.
 Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak,
depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan
keputusasaan.
PENDAMPINGAN DENGAN BIMBINGAN
ROHANI PASIEN SAKARATUL MAUT

 Menalqin (menuntun) dengan syahadat. Sesuai


sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara
kami dengan kalimat Laailahaillallah karena
sesungguhnya seseorang yang mengakhiri
ucapannya dengan itu ketika matinya maka
itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang
mengakhiri ucapannya dengan itu ketika
matinya maka itulah bekalnya menuju surga”.
PENDAMPINGAN DENGAN BIMBINGAN
ROHANI PASIEN SAKARATUL MAUT

 Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan


dihadapannya kecuali kata-kata yang baik.
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda. Artinya :“Apabila kalian mendatangi orang yang
sedang sakit atau orang yang hampir mati, maka hendaklah
kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para
malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.”Maka
perawat harus berupaya memberikan suport mental agar
pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu
memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan
menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas
dari jasadnya.
PENDAMPINGAN DENGAN BIMBINGAN
ROHANI PASIEN SAKARATUL MAUT

 Berbaik Sangka kepada Allah


Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka
kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits
Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali
dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah
SWT.”
Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan
seringkali seperti apa yang terjadi pada kita
karena Allah mengikuti perasangka umatNya.

PENDAMPINGAN DENGAN BIMBINGAN
ROHANI PASIEN SAKARATUL MAUT

 Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul


maut .

Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk


membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul
maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian
disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas
yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya
kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit
untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas
tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami
orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu
dapat mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua
kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
PENDAMPINGAN DENGAN BIMBINGAN
ROHANI PASIEN SAKARATUL MAUT
 Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
 Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah
sakaratul maut kearah kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak
mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw., hanya saja dalam
beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih
melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua
cara bagaimana menghadap kiblat :
 a) Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua
telapak kakinya dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang
tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah kiblat.
 b) Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah
sakaratul maut menghadap ke kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap
bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar. Seandainya
posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang
tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.
Moral Dan Etika Dalam Mendampingi
Pasien Sakaratul Maut
 Menghimbau pasien agar Ridlo kepada qadha dan
qadarnya-Nya serta berbaik sangka terhadap Allah
Swt.
 Menghimbau pasien agar tidak boleh putus asa
dari rahmat Allah Swt.
 Kembangkan empati kepada pasien.
 Bila diperlukan konsultasi dengan spesialis lain.
 Komunikasikan dengan keluarga pasien.
Moral Dan Etika Dalam Mendampingi
Pasien Sakaratul Maut
 Tumbuhkan harapan, tetapi jangan memberikan
harapan palsu.
 Bantu bila ia butuh pertolongan.
 Mengusahakan lingkungan tenang, berbicara dengan
suara lembut dan penuh perhatian, serta tidak tertawa-
tawa atau bergurau disekitar pasien
 Jika memiliki tanggungan hak yang harus pasien
penuhi, baik hak Allah Swt (zakat, puasa, haji, dll)
atau hak manusia (hutang, ghibah, dll). Hendaklah
dipenuhi atau wasiat kepada kepada orang yang dapat
memenuhi bagi dirinya. Wasiat wajib atas orang yang
mempunyai tanggungan atau hak kepada orang lain.
SELESAI
SEMOGA KHUSNUL KHATIMAH

Anda mungkin juga menyukai