Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pelayanan keperawatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat
memuaskan setiap klien, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar
dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah
bentuk implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada
pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan,
upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan
dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata
lain upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitasi.
Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung
berhubungan dan berinteraksi dengan klien, dan pada saat interaksi inilah
sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik disengaja maupun
tidak disengaja. Oleh karena itu profesi keperawatan harus mempunyai
standar profesi dan aturan lain yang didasari oleh ilmu pengetahuan yang
dimilikinya, guna memberi perlindungan kepada masyarakat. Dengan
adanya standar praktek profesi keperawatan ini dapat dilihat apakah
seorang perawat melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk
pelanggaran praktek keperawatan lainnya baik itu pelanggaran yang terkait
dengan etika ataupun pelanggaran terkait dengan masalah hukum.
Dalam etika keperawatan ada 4 masalah dalam bidang kesehatan
yang berkaitan dengan aspek hukum yang selalu aktual dibicarakan dari
waktu ke waktu, sehingga dapat digolongkan ke dalam masalah klasik
dalam bidang kedokteran yaitu tentang euthanasia, abortus, transp lantasi
organ, supproting devices. Sampai kini persoalan yang timbul berkaitan
dengan masalah ini tidak dapat diatasi atau diselesaikan dengan baik, atau
dicapainya kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak. pada
beberapa kasus dan keadaan memang diperlukan sementara di lain pihak

1
tindakan ini tidak dapat diterima, bertentangan dengan hukum, moral dan
agama.
Masalah euthanasia sudah ada sejak kalangan kesehatan
menghadapi penyakit yang tak tersembuhkan, sementara pasien sudah
dalam keadaan merana dan sekarat.Dalam situasi demikian tidak jarang
pasien memohon agar dibebaskan dari  penderitaan ini dan tidak ingin
diperpanjang hidupnya lagi atau di lain keadaan pada pasien yang sudah
tidak sadar, keluarga orang  sakit yang tidak tega melihat pasien yang
penuh penderitaan menjelang ajalnya dan minta kepada dokter untuk tidak
meneruskan pengobatan atau bila perlu memberikan obat yang
mempercepat kematian. Dari sinilah istilah euthanasia muncul, yaitu
melepas kehidupan seseorang agar terbebas dari penderitaan atau mati
secara baik.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana
diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah
perdarahan ,infeksi dan eklampsia. Hal itu terjadi karena hingga saat ini
aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu
pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat
cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di
masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang
terjadinya aborsi di masyarakat.
Donor organ atau transplansi organ adalah pemindahan organ
tubuh manusia yang masih memiliki daya hidup dan sehat untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi dengan
baik apabila diobati dengan teknik dan cara biasa, bahkan harapan hidup
penderitan hampir tidak ada lagi.Organ tubuh yang ditansplantasikan biasa
adalah organ vital seperti ginjal,jantung,dan mata. Namun dalam
perkembangannya organ-organ tubuh lainnya pun dapat ditransplantasikan
untuk membantu orang yang sangat memerlukannya.
Supporting Devices adalah perangkat tambahan atau pendukung.
Jika di tinjau dari segi keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau

2
supporting devices itu adalah perangkat tambahan yang digunakan dalam
dunia kesehatan pada para perawat dalam melakukan praktek.

B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Setelah mahasiswa membaca dan memahami makalah ini diharapkan mampu
mengetahui apa saja yang menjadi isu-isu etik yang terjadi dalam praktik
keperawatan.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui dan memahami Euthanasia
b.      Mengetahui dan memahami Aborsi
c.       Mengetahui dan memahami Transplansi Organ
d.      Menjelaskan Suporting Devices

C.    Manfaat Penulisan
1.      Bagi Penulis
Mengembangkan kemampuan penulis dalam hal menyusun suatu
laporan dan menambah wawasan penulis tentang isu-isu etik yang terjadi
dalam praktik keperawatan, serta bagaimana seharusnya melakukan
malpraktik yang baik.
2.      Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai isu-isu etik
yang terjadi dalam praktik keperawatan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
ISU-ISU ETIK DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
YANG TERJADI DI INDONESIA

2.1.    Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani “euthanathos”. Eu -
artinya baik, tanpa penderitaan; sedangkan thanathos artinya mati atau
kematian. Dengan demikian, secara etimologis, euthanasia dapat diartikan
kematian yang baik atau mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada pula
yang menyebutkan bahwa euthanasia merupakan praktek pencabutan
kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak
menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal,
biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.
Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan
hukum kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang
dibuat oleh Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda),
yaitu :
“Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu
untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini
dilakukan untuk kepentingan pasien itu sendiri”.

1.      Klasifikasi Euthanasia
Dilihat dari orang yang membuat keputusan euthanasia dibagi menjadi :
a.    Voluntary euthanasia, jika yang membuat keputusan adalah orang yang
sakit. Misalnya gangguan atau penyakit jasmani yang dapat
mengakibatkan kematian segera, dimana keadaan diperburuk oleh
keadaan fisik dan jiwa yang tidak menunjang. 

4
b.    Involuntary euthanasia, jika yang membuat keputusan adalah orang lain.
Seperti pihak keluarga atau dokter karena pasien mengalami koma
medis.
c.    Assisted Suicide, tindakan ini bersifat individual yang pada keadaan
tertentu dan alasan tertentu menghilangkan rasa putus asa dengan bunuh
diri.
d.    Tindakan yang langsung menginduksi kematian dengan alasan
meringankan penderitaan tanpa izin individu bersangkutan dan pihak
yang punya hak untuk mewakili. Hal ini sebenarnya merupakan
pembunuhan, tetapi agak berbeda pengertiannya karena tindakan ini
dilakukan atas dasar belas kasihan.

2.      Jenis-Jenis Euthanasia
Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, dilihat dari
cara pelaksanaannya, euthanasia dapat dibedakan atas :

a.       Euthanasia Pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut
segala tindakan atau pengobatan yang sedang berlangsung untuk
mempertahankan hidup pasien. Dengan kata lain, euthanasia pasif
merupakan tindakan tidak memberikan pengobatan lagi kepada pasien
terminal untuk mengakhiri hidupnya. Tindakan pada euthanasia pasif ini
dilakukan secara sengaja dengan tidak lagi memberikan bantuan medis
yang dapat memperpanjang hidup pasien, seperti tidak memberikan alat-
alat bantu hidup atau obat-obat penahan rasa sakit, dan sebagainya.
Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa dilakukan oleh tenaga
medis maupun keluarga pasien sendiri. Keluarga pasien bisa saja
menghendaki kematian anggota keluarga mereka dengan berbagai alasan,
misalnya untuk mengurangi penderitaan pasien itu sendiri atau karena
sudah tidak mampu membayar biaya pengobatan.

5
b.      Euthanasia Aktif atau Agresif
Euthanasia aktif atau euthanasia agresif adalah perbuatan yang
dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter
dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia. Dengan kata lain,
Euthanasia agresif atau euthanasia aktif adalah suatu tindakan secara
sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain untuk
mempersingkat atau mengakhiri hidup si pasien. Euthanasia aktif
menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan dengan tujuan untuk
mnimbulkan kematian dengan secara sengaja melalui obat-obatan atau
dengan cara lain sehingga pasien tersebut meninggal.
Euthanasia aktif ini dapat dibedakan atas :
1)      Euthanasia aktif langsung (direct) adalah dilakukannnya tindakan medis
secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien, atau
memperpendek hidup pasien. Jenis euthanasia ini juga dikenal
sebagai mercy killing.
2)      Euthanasia aktif tidak langsung (indirect) adalah saat dokter atau tenaga
kesehatan melakukan tindakan medis untuk meringankan penderitaan
pasien, namun mengetahui adanya risiko tersebut.

Ditinjau dari permintaan atau pemberian izin, euthanasia dibedakan


atas :
a)      Euthanasia Sukarela (Voluntir)
Euthanasia yang dilakukan oleh tenaga medis atas permintaan pasien itu
sendiri. Permintaan pasien ini dilakukan dengan sadar atau dengan kata
lain permintaa pasien secara sadar dn berulang-ulang, tanpa tekanan dari
siapapun juga.
b)      Euthanasia Tidak Sukarela (Involuntir)
Euthanasia yang dilakukan pada pasien yang sudah tidak sadar.
Permintaan biasanya dilakukan oleh keluarga pasien. Ini  terjadi ketika
individu tidak mampu untuk menyetujui karena faktor umur, ketidak
mampuan fisik dan mental, kekurangan biaya, kasihan kepada penderitaan
pasien, dan lain sebagainya.

6
Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan
makanan dan minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan
vegetatif (koma). Euthanasia ini seringkali menjadi bahan perdebatan dan
dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh siapapun juga. Hal ini
terjadi apabila seseorang yang tidak berkompeten atau tidak berhak untuk
mengambil suatu keputusan, misalnya hanya seorang wali dari pasien dan
mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi pasien tersebut.

3.  Konsep Tentang kematian

Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti


oleh publik. Hal demikian tidak terjadi di dalam dunia kedokteran atau
kesehatan.Dalam konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu
menjadi sesuatuyang datang secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir
menjadi sesuatu yang definit dan dapat dipastikan tanggal kejadiannya.

Euthanasia memungkinkan hal tersebut terjadi.Perkembangan


euthanasia tidak terlepas dari perkembangan konsep tentangkematian.
Usaha manusia untuk memperpanjang kehidupan dan
menghindarikematian dengan mempergunakan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologidalam bidang kedokteran telah membawa
masalah baru dalam euthanasia,terutama berkenaan dengan penentuan
kapan seseorang dinyatakan telah mati.Beberapa konsep tentang mati yang
dikenal adalah :

1. Mati sebagai berhentinya darah mengalir

2. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh

3. Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen

4. Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan


melakukaninteraksi social.

7
Konsep mati dari berhentinya darah mengalir seperti dianut selama
ini danyang juga diatur dalam PP. 18 Tahun 1981 menyatakan bahwa mati
adalah berhentinya fungsi jantung paru, tidak bisa dipergunakan lagi
Karena teknologi resusitasi telah memungkinkan jantung dan paru yang
semua terhenti, kinidapat dipacu untuk berdenyut kembali dan paru dapat
dipompa untuk  berkembang kempis kembali.

Konsep mati terlepasnya roh dari tubuh sering menimbulkan


keraguankarena misalnya pada tindakan resusitasi yang berhasil, keadaan
demikianmenimbulkan kesan seakan-akan nyawa dapat ditarik
kembali.Mengenai konsep mati, dari hilangnya kembali kemampuan tubuh
secara permanen untuk menjalankan fungsinya secara terpadu, juga
dipertanyakankarena organ berfungsi sendiri-sendiri tanpa terkendali
karena otak telah mati.Untuk kepentingan transplantasi konsep ini
menguntungkan, tetapi secara moraltidak dapat diterima karena
kenyataannya organ-organ masih berfungsimeskipun tidak terpadu
lagi.Bila dibandingkan dengan manusia sebagai makhluk social, yaitu
individuyang mempunyai kepribadian, menyadari kehidupannya,
kekhususanya,lemampuannya mengingat, menentukan sikap, dan
mengambil keputusan,mengajukan alasan yang masuk akal, mampu
berbuat, menikmati, mengalamikecemasan, dan sebagainya, kemampuan
untuk melakukan interaksi socialtersebut makin banyak
dipergunakan.Pusat pengendali ini terletak dalam batang otak. Oleh karena
itu, jika batang otak telah mati (brain stem death) dapat diyakini bahwa
manusia itusecara fisik dan social telah mati. Dalam keadaan demikian
kalangan medissering menempuh pilihan tidak meneruskan resusitasi
(DNR, do notresuscitation).

Penentuan saat mati ini juga dibahas dan ditetapkan dalam World
MedicalAsembly tahun 1968 yang dikenal dengan deklarasi Sydney.
Disini dinyatakan bahwa penentuan saat kematian di kebanyakan Negara
merupakan tanggung jawab sah dokter. Dokter dapat menentukan
seseorang sudah mati denganmenggunakan kriteria yang lazim tanpa

8
bantuan alat-alat khusus, yang telahdiketahui oleh semua dokter.Hal
penting dalam penentuan saat mati disini adalah proses kematiantersebut
sudah tidak dapat dibalikkan lagi (irreversible), meski menggunakanteknik
penghidupan kembali apapun. Walaupun sampai sekarang tidak ada
alatyang sungguh-sungguh memuaskan dapat digunakan untuk penentuan
saat matiini, alat elektroensefalograf dapat diandalkan untuk maksud
tersebut.Jika penentuan saat mati berhubungan dengan kepentingan
transplantasiorgan, keputusan saat mati harus dilakukan oleh dua orang
dokter atau lebih,dan dokter yang menentukan saat mati itu tidak boleh ada
kaitannya langsungdengan pelaksanaan transplantasi tersebut.

4. Aturan Hukum Mengenai Euthanasia

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur seseorang dapat


dipidana atau dihukum jika ia menghilangkan nyawa orang lain dengan
sengaja ataupun karena kurang hati-hati. Ketentuan pelanggaran
pidanayang berkaitan langsung dengan euthanasia aktif terdapat pada pasal

· Pasal 344 KUHP

“Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan


orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-
sungguh,dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.”

Ketentuan ini harus diingat kalangan kedokteran sebab


walaupunterdapat beberapa alasan kuat untuk membantu pasien atau
keluarga pasienmengakhiri hidup atau memperpendek hidup pasien,
ancaman hukuman iniharus dihadapinya.Untuk jenis euthanasia aktif
maupun pasif tanpa permintaan, beberapa pasal ini perlu diketahui oleh
dokter.

· Pasal 338 KUHP

“ Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain,


diukur karena maker mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas
tahun.”

9
· Pasal 340 KUHP

“Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih


dahulumenghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena
pembunuhandirencanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara
selama-lamanya seumur hidup atay penjara sementara selama-lamanya dua
puluh tahun.”

· Pasal 359 KUHP

“Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang,


dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-
lamanya satutahun.”

Selanjutnya, dibawah ini dikemukakan sebuah ketentuan hukum yang


mengingatkan kalangan kesehata nuntuk berhati-hati menghadapi kasus
euthanasia:

· Pasal 345 KUHP

“Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk


membunuhdiri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya
upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.”
Pasal ini mengingatkan dokter untuk, jangankan melakukan euthanasia,
menolong atau memberi harapan kearah perbuatan itu sajapun sudah
mendapat ancaman pidana.

2.2.     Aborsi
Aborsi adalah cara menggugurkan kandungan atau dalam dunia
kedokteran dikenal dengan istilah abortus yang berarti mengeluarkan hasil
konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Abortus adalah suatu
proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
bertumbuh.

10
Pada saat ini aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat
karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu.
Sebagaimana diketahui penyebab utama kematian ibu hamil dan
melahirkan adalah perdarahan ,infeksi dan eklampsia. Hal itu terjadi
karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di
masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama
sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain
pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di
surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat.

1.      Pandangan tentang abortus


Ada 3 pandangan secara umum tentang abortus, yaitu :
a.       Pandangan konservatif, berpendapat bahwa abortus secara moral salah
dan dalam situasi apapun tidak boleh dilakukan, termasuk dengan alasan
penyelamatan.
b.      Pandangan moderat berpendapat bahwa abortus tidak mutlak kesalahan
moral dan hambatan penentang abortus dapat diabaikan dengan suatu
pertimbangan moral yang kuat.
c.       Pandangan liberal berpendapat bahwa abortus secara moral diperbolehkan
atas dasar permintaan. Pandangan ini secara umum menganggap bahwa
fetus belum menjadi manusia. Secara genetik fetus sebagai bakal manusia,
tetapi secara moral bukan manusia.
Tatanan Hukum Conscience Clauses, memperbolehkan dokter, parawat
atau rumah sakit untuk menolak membantu pelaksanaan abortus. Di
Indonesia dilarang sejak tahun 1918 dalam KUHP pasal 346 s/d 349,
dinyatakan bahwa Barang siapa melakukan sesuatu dengan sengaja yang
menyebabkan keguguran atau matinya kandungan dapat dikenai penjara.
2.      Jenis-Jenis Aborsi
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 jenis aborsi, yaitu :
a.       Aborsi spontan atau alamiah. Berlangsung tanpa tindakan apapun.
Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel
sperma.

11
b.      Aborsi buatan atau sengaja atau kriminalis adalah pengakhiran kehamilan
sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang
disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi.
Misalnya dengan bantuan obat aborsi.
c.       Aborsi terapeutik atau medis adalah pengguguran kandungan buatan yang
dilakukan atas indikasi medis. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang
hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit
jantung yang parah yang dapa membahayakan baik calon ibu maupun
janin yang dikandungnya. Tetapiini semua atas pertimbangan medis yang
matang dan tidak tergesa-gesa.

2.3.    Transplansi Organ
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ
manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri
atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan
medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ
tubuh yang berat. Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan
upaya terbaik untuk menolong penderita/pasien dengan kegagalan
organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan
pengobatan biasa atau dengan cara terapi. Hingga dewasa ini transplantasi
terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini
tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan
dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan
moral. Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam
menetapkan terapi transplatasi, adalah terbatasnya jumlah donor keluarga
(Living Related Donor, LRD) dan donasi organ jenazah. Karena itu
diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para pakar terkait
(hukum, kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka masyarakat),
pemerintah dan swata.

12
Banyak sekali kasus dimana tim kesehatan berhasil mencangkokkan
organ terhadap klien yang membutuhkan. Dalam kasus tumor ginjal, gagal
ginjal, ginjal dari donor ditransplantasikan kepada ginjal penerima. Tidak
semua perawat terlibat dalam tindakan tranplantasi, perawat hanya
berperan seperti merawat dan meningkatkan kesehatan pemberi donor,
membantu di kamar operasi dan merawat klien setelah operasi (Megan,
1991).
Pelaksaan transplantasi di Indonesia diatur dalam PP No. 18 tahun
1981, tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis/transplantasi
alat atau jaringan tubuh, merupakan pemindahan alat/jaringan tubuh yang
masih mempunyai daya hidup sehat. Tindakan transplantasi tidak
menyalahi aturan semua agama dan kepercayaan sepanjang penentuan saat
mati dan penyelenggaraan jenazah terjamin dan tidak terjadi
penyalahgunaan (Est. Tanxil, 1991).
1.      Jenis-Jenis Transplansi Organ
a.       Autograf (Autotransplatasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau organ
ke tempat lain dalam tubuh orang itu sendiri.
Misalnya operasi bibir sumbung, imana jaringan atau organ yang diambil
untuk menutup bagian yang sumbing diambil dari jaringan tubuh pasien
itu sendiri.
b.      Allograft (Homotransplantasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau
organ dari tubuh seseorang ke tubuh yang lan yang sama spesiesnya, yakni
manusia dengan manusia. Homotransplantasi yang sering terjadi dan
tingkat keberhasilannya tinggi, antara lain : transplantasi ginjal dan kornea
mata. Disamping itu terdapat juga transplantasi hati, walaupun tingkat
kebrhsilannya belum tinggi. Transfusi darah sebenarnya merupakan bagian
dari transplntasi ini, karena melalui transfusi darah, bagian dari tubuh
manusia (darah) dari seseorang (donor) dipindahkan ke orang lain
(recipient).
c.       Xenograft (Heterotransplatasi) yaitu, pemindahan suatu jaringan atau
organ dari tubuh yang satu ke tubuh yang lain yang berbeda spesiesnya.
Misalnya antara species manusia dengan binatang. Yang sudah terjadi

13
contohnya daah pencangkokan hati manusia dengan hati dari baboon
(sejenis kera), meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat kecil.
d.      Isograft yaitu, Transplantasi Singenik yaitu pempindahan suatu jaringan
atau organ dari seseorang ke tubuh orang lain yang identik. Misalnya
masih memiliki hubungan secara genetik.

2.4 .    Supporting devices


Supporting Devices adalah perangkat tambahan atau pendukung.
Jika di tinjau dari segi keperawatan, maka dapat kita simpulkan kalau
supporting devices itu adalah perangkat tambahan yang digunakan dalam
dunia kesehatan pada para perawat dalam melakukan praktik.

1.      Peralatan pendukung yang sering digunakan


Adapun peralatan pendukung yang sering digunakan oleh perawat atau
tenaga medis adalah :
a.       Cusa (pisau pemotong yang menggunakan gelombang ultrasonografi)
b.      Meja operasi
c.       Gunting
d.      Pisau operasi
e.       Bedah minor set
f.       Slang-slang pembius
g.      Drap (kain steril yang digunakan untuk menutup bagian tubuh yang tidak
dioperasi)
h.      Plastik steril berkantong yang fungsinya menampung darah yang meleleh
dari tubuh pasien
i.        Retractor
j.        Penghangat darah dan cairan
k.      Lampu operasi, dan lain-lain.

14
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang
melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa
menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan
dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang
bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan
terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien. Dalam
membuat keputusan terhadap masalah etik, perawat dituntut dapat
mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan
tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan
keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga
semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat
diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka
perawat harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan
etika dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran
profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung
jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional.
Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan
advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan
pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam
menyelesaikan permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya
tidak merugikan salah satu pihak.
Etika atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui,
diulang, serta menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa
kata-kata atau suatu bentuk perbuatan yang nyata.

15
Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa macam, ditinjau
dari berbagai sudut pandang sebagai berikut euthanasia pasif, euthanasia
aktif dan euthanasia non agresif. Sedangkan ditinjau dari sudut pemberian
izin yaitu euthanasia volunter dan euthanasia involunter.
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 jenis aborsi yaitu aborsi
spontan, aborsi buatan dan aborsi terapeutik.
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ
manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri
atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.
Peralatan pendukung yang digunakan perawat seperti cusa, meja
operasi, pisau operasi, bedah minor set, selang-selang pembius, draf,
plastik steril, retractor, penghangat darah dan cairan, serta lampu operasi.

B.     Saran
Eutanasia merupakan suatu tindakan yang kontroversial, disatu
sisi, ada niatan baik untuk membantu menghentikan penderitaan pasien,
disisi lain, bagaimanapun eutanasia merupakan suatu praktik
menghilangkan nyawa orang lain atau hewan. Saran kami, pembaca lebih
banyak lagi mengkaji terkait dengan isu euthanasia ini, sehingga dapat
memandang eutanasia secara holistic dan menanggapi fenomena
euthanasia ini secara bijaksana. 
Isu etik dalam  praktik keperawatan tentu saja bukan barang
langka, yang bisa didapatkan oleh calon perawat sekalipun.  Dengan
mempelajarinya secara rinci, dan dengan mengatahui akibat yang dapat
ditimbulkannya. Maka tidaklah bisa dikatakan seorang perawat yang baik,
apabila masih melakukan tindakan di luar batas yang diperbolehkan.
Dengan adanya pembahasan menganai isu etik seperti ini, kita akan
diingatkan batapa kejinya perbuatan yang melanggar aturan itu.  Dan kita
juga diajarkan tentang bagaimana menyikapi semuanya itu dalam praktik
keseharian kita. Semoga makalah ini dapat menjadi acuan, atau referensi
dalam pengajaran mata kuliah etika keperawatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amir & Hanafiah, (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, edisi
ketiga: Jakarta: EGC.
Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third
Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.
Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya  Medika  
Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices. 
Philadelphia. Addison Wesley.

http://www.slideshare.net/YafetGeu/dilema-etik-keperawatan
      di unduh pada tanggal 30 oktober 2017
www.blogperawat.com. 2010. Euthanasia Dalam Keperawatan.
       Di akses pada tanggan 30 oktober 2017
Education_%20Prinsip%20Legal%20Etik%20dalam%20Keperawatan.html

Diunduh pada tanggal 30 oktober 2017

17

Anda mungkin juga menyukai