Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KELOMPOK 1

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

DISUSUN OLEH :

KEPERAWATAN B KELOMPOK 1

1. IKRIMAH SYAM

2. REZKY AMALIAH BASIR

3. JUMASING

4. ULFA WILDANA HASAN

5. FIFI LESTARI

6. SRI MULIANA

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam karena izin dan

kuasa-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, “Kebutuhan

Istirahat dan Tidur.”

Shalawat yang bertangkaikan salam, semoga tetap tercurahkan kepada

junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya,

sahabatnya,dan Insyaa Allah sampai kepada kita yang selalu setia terhadap ajaran

belia.

Kami mengucapkan kepada dosen pengajar yang telah memberikan kami

tugas makalah ini, yang Insyaa Allah akan bermanfaat bagi pembaca.

Kami memohonkan maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan

makalah ini.Kami selaku manusia yang tak luput dari kesalahan.

Samata, 22 Oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………............……...………………………………………

Daftar Isi ………………………...............………….……………………….

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang ……........………………………………………………..

II. Rumusan Masalah ……….........…………………………………………

III. Tujuan Penulisan .............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. Konsep Teori ..................................................................................

II. Konsep Asuhan Keperawatan ...........................................................

BAB III PENUTUP

I. Kesimpulan ........................................................................................

II. Saran ..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA …….…………………………………….……


BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur untuk dapat mempertahankan

status kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat

memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur

terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh

dan memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan

tidur tersebut cukup, maka jumlah energi yang diharapkan dapat memulihkan

status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari

terpenuhi. Selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga memerlukan istirahat

dan tidur lebih dari biasanya.

II. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep teori istirahat dan tidur?

2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan istirahat dan tidur?

III. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui konsep teori istiraha dan tidur

2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan istirahat dan tidur


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Konsep Kebutuhan Istirahat dan Tidur

A. Definisi

1. Istirahat

Istirahat adalah keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional,

bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang

membutuhkan ketenangan. Terdapat beberapa karakteristik dari istirahat,

diantaranya: merasa segala sesuatu dapat diatasi, merasa diterima,

mengetahui apa yang sedang terjadi, bebas dari gangguan

ketidaknyamanan, mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang

mempunyai tujuan, mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan

(Hidayat, 2012).

2. Tidur

Tidur adalah kondisi tidak sadar dimana individu dapat

dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai. Atau juga dapat

dikatakan sebagai keadaan tidak sadar yang relatif, bukan hanya keadaan

penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan

siklus yang berulang. Tidur memiliki ciri, yaitu adanya aktivitas yang

minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, dan terjadinya penurunan

respons terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2012).

B. Klasifikasi

1. Tidur NREM (Non Rapid Eye Movement)

Tidur NREM dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh,


atau juga dikenal dengan tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang
otak bergerak ke titik lambat dibandingkan dengan gelombang alfa dan

beta orang yang sedang bangun atau terjaga, sehingga menyebabkan tidur

tanpa bermimpi.

Perubahan selama proses tidur NREM adalah melalui

elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada

setiap tahap tidur, yaitu: pertama, kewaspadaan penuh dengan

gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah; kedua,

istirahat tenang yang diperlihatkan pada gelombang alfa; ketiga, tidur

ringan karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis teta atau delta

yang bervoltase rendah; keempat tidur nyenyak karena gelombang

lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dengan kecepatan 1-2

per detik (Hidayat, 2012).

Tidur NREM terbagi atas empat:

a. Tahap I

Tahap I adalah tahap tidur sangat ringan. Selama tahap ini individu

merasa mengantuk dan relaks, bola mata bergerak dari satu sisi ke sisi

lain, dan denyut jantung serta frekuensi pernapasan sedikit menurun.

Orang yang tidur dapat dibangunkan dengan cepat dan tahap ini

hanya berlangsung beberapa menit (Kozier, Erb, Berman, Snyder,

2010).

b. Tahap I

Tahap II adalah tahap tidur ringan dan selama tahap ini proses

tubuh terus-menerus menurun. Mata secara umum tetap bergerak dari

satu sisi ke sisi lain, dan denyut jantung dan frekuensi pernapasan

sedikit menurun dan suhu tubuh menurun. Tahap kedua hanya


berlangsung sekitar 10-15 menit tetapi merupakan 40% sampai 45%

bagian dari tidur total (Kozier dkk, 2010).

c. Tahap III

Tahap III denyut jantung dan frekuensi pernapasan, serta proses

tubuh lain, terus menurun karena dominasi sistem saraf parasimpatik,

orang yang tidur menjadi sulit bangun. Individu tidak terganggu

dengan stimulus sensorik, otot rangka menjadi sangat relaks, refleks

mnghilang, dan dapat terjadi dengkuran (Kozier dkk, 2010).

d. Tahap IV

Tahap IV menandai tidur yang dalam, disebut tidur delta. Denyut

jantung dan frekuensi pernapasan orang yang tidur menurun sebesar

20% sampai 30% dibandingkan dengan denyut jantung dan frekuensi

pernapasan selama jam terjaga. Orang yang tidur sangat relaks, jarak

bergerak, dan sulit dibangunkan. Tahap ini diduga memulihkan

tubuh secara fisik. Selama tahap ini mata biasanya berputar dan

terjadi mimpi (Kozier dkk, 2010).

2. Tidur REM ( Rapid Eye Movement)

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur

paradoksial. Hal tersebut berarti tidur REM ini sifatnya tidur nyenyak

sekali (Asmadi, 2008). Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan

berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM,

dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. selama tidur REM, otak

cenderung aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20% (Fitri, 2014).


C. Etiologi

1. Penyakit

Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distres fisik yang dapat

menyebabkan gangguan tidur. Indivdu yang sakit membutuhkan

waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya. Disamping itu,

siklus bangun tdiru selama sakit juga dapat mengalami gangguan

(Hidayat, 2012).

2. Lingkungan

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses

tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing

dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak

nyamam atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur

seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan

tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut (Hidayat, 2012).

3. Kelelahan

Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur

seseorang. Semakin lelah, semakin pendek siklus tidur REM yang

dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali

memanjang (Hidayat, 2012).

4. Gaya hidup

Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur

aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat (Hidayat, 2012).

5. Stres emosional

Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang.

Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah melalui

stimulasi sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan


berkurangnya siklus NREM pada tahap 4 dan tidur REM serta

seringnya terjaga saat tidur (Hidayat, 2012).

6. Diet

Penurunan berat badan dikaitkan edngan penurunan waktu tidur

dan seringnya terjaga dimalam hari. Sebaliknya, penambahan berat

badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya periode

terjaga dimalam hari (Hidayat, 2012).

7. Stimulan dan alkohol

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat

merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan

konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus REM.

Ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu sering kali mengalami

mimpi buruk (Hidayat, 2012).

8. Merokok

Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi

pada tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan tidur dan mudah

terbangun di malam hari (Hidayat, 2012).

9. Medikasi

Obat-obatan tertentu dapat memengaruhi kualitas tidur seseorang.

Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM, beta

bloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan

narkotik (mis, meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat

menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam

hari (Hidayat, 2012).


10. Motivasi

Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan

lelah seseorang. Sebaliknya, perasaan bosan tidak adanya motivasi

untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk (Hidayat, 2012).

D. Patofisiologi

Pengaturan kegiatan tidur ada hubungannya dengan mekanisme

serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak

agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini diatur oleh sistem

pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh

tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan

dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam

mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating system

(RAS) dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan

juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan

emosi dan proses pikir (Hidayat, 2012)

Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan

katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan

adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan

batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan

bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan

system limbik. Dengan demikian, system pada batang otak yang mengatur

siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2012).
E. Tanda dan Gejala

1. Tidur NREM

Tanda-tanda tidur pada NREM

a. Betul-betul istirahat penuh

b. Tekanan darah menurun

c. Frekuensi nafas menurun

d. Pergerakan bola matar melambat

e. Mimpi berkurang

f. Metabolisme menurun (Hidayat, 2012)

Gejala-gejala pada tidur NREM:

a. .Menarik diri, apatik dan respon menurun

b. Merasa tidak enak badan

c. Malas bicara

d. Kantuk yang berlebihan (Asmadi, 2008)

2. Tidur REM

Tanda-tanda tidur pada REM

a. Mimpi

b. Otot-otot kendur

c. Tekanan darah bertambah

d. Gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik)

e. Sekresi lambung meningkat

f. Eksresi penis pada laki-laki

g. Gerakan otot tidak tertaur

h. Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur sering lebih cepat

i. Suhu dan metabolisme meningkat (Asmadi, 2008).


Gejala-gejala pada tidur REM:

a. Cendeung hiperaktif

b. Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil)

c. Nafsu makan bertambah

d. Bingung dan curiga (Asmadi, 2008).

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan

tingkat energi klien. Penampilan yang menandakan klien mengalami

masalah tidur antara lain adanya lingkaran hitam disekitar mata,

konjungtiva kemerahan, kelopak mata membengkak, dll. sedangkan

indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak perhatian,

bicara lambat, mengusap, dll. Di samping itu, klien yang mengalami

masalah tidur juga dapat terlihat lemah, latergi, atau lelah akibat

kekurangan energi (Ambarwati, 2014).

2. Pemeriksaan diagnostik

Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang

disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram

(EEG), elektromiogram (LMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus.

Dengan alat ini, kita dapat mengkasji aktivitas klien selama tidur.

Aktivitas yang klien lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan

penyebab seringnya klien terjaga di malam hari (Ambarwati, 2014).


G. Komplikasi

1. Insomnia

Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk

tetap tidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa

belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia. Dengan demikian,

insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur

baik secara kualitas maupun kuantitas. Kenyataannya, insomnia bukan

berarti sama sekali seseorang tidak dapat tidur atau kurang tidur karena

orang yang menderita insomnia sering dapat tidur lebih lama dari yang

mereka perkirakan tetapi kualitasnya kurang (Asmadi, 2008).

Ada 3 jenis insomnia yaitu:

a. Insomnia inisial merupakan ketidakmampuan seseorang untuk

jatuh tidur atau mengawali tidur.

b. Insomnia interniten merupakan ketidakmampuan tetap tidur

karena selalu terbangun pada malam hari.

c. Insomnia terminal merupakan ketidakmampuan untuk tidur

kembali setelah bangun tidur pada malam hari (Hidayat, 2012).

2. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur

berlebihan, pada umumnya lebih dari 9 jam pada malam hari.disebabkan

oleh kemungkinan adanya masalah psikologi, depresi, kecemasan,

gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme

(Hidayat, 2012)

3. Parasomnia

Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat

mengganggu pola tidur seperti somnambulisme(jalan-jalan dalam tidur)


yang banyak terjadi pada anak-anak yaitu pada tahap III dan IV dari tidur

NREM (Hidayat, 2012).

4. Enuresis

Euresis adalah kencing yang tidak disengaja (ngompol). Terjadi

pada anak-anak dan remaja paling banyak terjadi pada laki-laki. Enuresis

terbagi menjadi 2 jenis yaitu enuresis nokturnal merupakan ngompol

diwaktu tidur dan enuresis diurnal merupakan ngompol pada saat bangun

tidur. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang

menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stress, dan toilet

training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan mencegah enuresis

antara lain: menghindari stres, menghindari minum yang banyak sebelum

tidur dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur

(Asmadi, 2008)

5. Narkolepsi

Narkolepsi merupakan keadaan yang tidak dapat mengendalikan

diri untuk tidur misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan

kendaraan atau disaat sedang membicarakan sesuatu. Hal itu merupakan

gangguan neurologis (Hidayat,2012).

6. Night terrors

Night terrors adalah mimpi buruk. Umunya terjadi pada anak usia

6 tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung

terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan (Asmadi, 2008).

7. Somnambulisme

Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat

kompleks mencakup adanya otomatis dan semikurposeful aksi motorik,

seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur, menabrak


kursi, berjalan kaki dan berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam

beberapa menit dan kembali tidur. Upaya yang dapat dilakukan untuk

mengatasi somnambulisme yaitu dengan membimbing anak (Asmadi,

2008).

8. Mendengkur

Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap

pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang bengkak dan

adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur.

Pangkal lidah yang menyumbat saluran nafas pada lansia. Otot-otot yang

dibagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara

pernafasan (Asmadi, 2008).

H. Prognosis
1. Untuk meningkatkan pola tidur bangun
a. Pertahankan waktu bangun tidur yang teratur, sepeti hilangkan
waktu tidur siang kecuali jika tidur siang merupakan bagian rutin
dari jadwal.
b. Gunakan relaksasi untuk meningkatkan tidur
2. Lingkungan
a. Mengatur temperatur kamar sesuai keinginan, gunakan selimut
dan kaos kaki untuk meningkatkan kehangatan
b. Jaga pola makan yang dapat mempengaruhi waktu istirahat.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan
kulitas tidur di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang
dilakukan sebelumnya, kebiasan sebelum ataupun pada saat tidur,
lingkungan tidur, dengan siapa pasien tidur, obat yang dikonsumsi
sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan pasien mengenai
tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola
tidur (Hidayat, 2012).
2. Gejala klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis,
adnaya kehitaman didaerah sekitar mata, kelopak mata bengkak,
konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus serta sakit
kepala (Hidayat, 2012).
3. Penyimpangan tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan
auditorik, meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi
visual dan auditorik, bingung dan disorientasi tempat dan waktu,
gangguan koordinasi, serta bicara ransu, tidak sesuai dan informasinya
tidak teratur (Hidayat, 2012).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan:
a. Kersakan transpor oksigen
b. Gangguan metabolisme
c. Kerusakan eliminasi
d. Pengaruh obat
e. Immobilitas
f. Nyeri pada kaki
g. Takut operasi
h. Lingkungan yang mengganggu
2. Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur, henti napas
saat tidur (sleep apnea), dan ketidakmampuan mengawasi perilaku
(Hidayat, 2012).
C. Intervensi
Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan
Kriteria hasil: a. Kaji a. Mengkaji dan
Gangguan pola
a. Perasaan rutinitas mengidentifikasi
tidur
segar tidur yang kebiasaan tidur
Defenisi: sesudah biasa klien
Gangguan pola tidur atau dilakukan b. Meningkatkan
tidur adalah istirahat klien kenyamanan
b. Pola b. Ciptakan tidur serta
Keadaan dimana
tidur, lingkunga dukungan
individu
kualitas n yang fisiologis/psikolo
mengalami atau
dalam nyaman gis
berisiko batas c. Jelaskan c. Istirahat adekuat
mengalami suatu normal pentingny dan tidur dapat
perubahan dalam c. Jumlah a tidur meningkatkan

kuantitas atau jam tidur yang status emosional


dalam adekuat d. Mungkin
kualitas pola
normal 6- d. Kolaboras diberikan untuk
istirahatnya yang
8 jam/hari i membantu pasien
menyebabkan pemberian tidur/istirahat
rasa tidak nyaman obat tidur selama periode
atau menggangu transisi dari

gaya hidup yang rumah ke


lingkungan baru.
diinginkan.

Batasan

Karakteristik:
a. Suhu

lingkungan
sekitar
b. Perubahan

pejanan

terhadap

cahaya gelap

c. Kurang

kontrol tidur

Diagnosa NOC NIC Rasional


Keperawatan
Kriteria hasil: a. Gunakan a. Memungkinkan
Ansietas
a. Mengidenti pendekata waktu untuk
Definisi: Ansietas
fikasi,meng n yang mengekspresikan
(anxiety) adalah ungkapkan, menenang perasaan,
kondisi yang dan kan menghilangkan
ditandai dengan menunjukk b. Instruksik cemas, dan

kecemasan dan an tehnik an pasien prilaku adaptasi


untuk mengguna b. Meningkatkan
kekhawatiran
mengontrol kan teknik relaksasi/istiraha
berlebihan atas
cemas relaksasi t dan
peristiwa
b. Klien c. Jelaskan menurunkan rasa
kehidupan sehari- mampu prosedur cemas
hari tanpa alasan mengidenti dan apa c. Menurunkan
yang jelas untuk fikasi dan yang cemas dan takut
mengungka dirasakan terhadap
mencemaskan/
pkan gejala selama diagnosa dan
mengkhawatirkan
cemas prosedur prognosis
nya.
c. Ekspresi d. Berikan d. Membantu
Batasan wajah, obat untuk pasien rileks
Karakteristik: bahasa menguran secara fisik
tubuh dan gi mampu untuk
a. Perubahan
tingkat kecemasa membuat strategi
dalam (status
aktivitas n koping adekuat
ekonomi, menunjukk
lingkungan, an
status berkurangn

kesehatan, ya
kecemasan
pola

interaksi,

fungsi peran,

status peran

b. Stres,

ancaman

kematian

c. Konflik

tidak disadari

mengenai

tujuan

penting

hidup

D. Evaluasi
1. Gangguan pola tidur klien efektif dengan kriteria hasil :

a. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat

b. Pola tidur, kualitas dalam batas normal

c. Jumlah jam tidur dalam normal 6-8 jam/hari


2. Ansietas klien efektif dengan kriteria hasil :
a. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan tehnik
untuk mengontrol cemas
b. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
c. Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang di butuhkan semua

orang. Setiap individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda.

Dengn pola istirahat dan tidur yang baik, benar, dan teratur akan memberikan efek

yang baik terhadap kesehatan, yaitu efek fisiologis terhadap sistem syaraf yanng

di perkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara

susunan saraf, serta berefek terhadap struktur tubuh dengan memulihkan

kesegaran dan fungsi organ tubuh.

II. Saran

Setiap individu harus menjaga kecukupan kebutuhan istirahat dan tidurnya

sesuai kebutuhannya. Dengan kondisi jiwa dan fisik yang sehat maka dapat

melakukan berbagai kegiatan dengan baik. Perawat perlu berupaya membantu

pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur klien sesuai dengan dengan prosedur

yang benar sehingga perawat harus mempunyai, kopetensi yang baik terkait

dengan kebutuhan istirahat dan tidur sehingga pelayanan terhadap klien dapat

berjalan dengan baik dan benar.


DAFTAR PUSTAKA

Kozier, Erb, Berman & Snyder. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan:

konsep, proses dan praktik. Jakarta:EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2012). Pengantar kebutuhan dasar manusia: Aplikasi

konsep dan proses keperawatan. Jakarta:Salemba Medika

Ambarwati, Fitri Respati. (2014). Konsep kebutuhan dasar manusia.


Yogyakarta:Parama ilmu

Asmadi. (2008). Prosedural keperawatan, konsep dan aplikasi kebutuhan dasar


klien. Jakarta:Salemba medika

Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosa keperawatan NANDA Internasional.

Jakarta:EGC

Nuarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan

berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:Medi

Action
LAMPIRAN REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai