Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS


(PREECED PROCEEDED THEORY)

Dosen Pengampu:
Ns. Loriza Sativa Yan.,M.N.S
Ns. Netha Damayantie.,M.Kep
Mursidah Dewi.,SKM.,M.Kep
Ns. Reta Renyldah.,M.Kep
Ns. Syarbaini.,MKM

Oleh :
Kelompok 5

Annisa Nur Adi PO.71.20.1.23.0105 Nina Silvia PO.71.20.1.23.0127


Venny Atmara PO.71.20.1.23.0130 Regilia Indah PO.71.20.1.23.0259
Dian Ayu PO.71.20.1.23.0188 Yaumil F PO.71.20.1.23.0187
Feni Fadillah PO.71.20.1.23.0131 Feri Saputra PO.71.20.1.23.0257
C.H Wisnu PO.71.20.1.23.0171 Setia Nengsih PO.71.20.1.23.0126
M. Arif PO.71.20.1.23.0203 Siti Rahmayani PO.71.20.1.23.0213
Hanifah HendrianPO.71.20.1.23.0243 Zahra Jihan PO.71.20.1.23.0107
Maiyulis PO.71.20.1.23.0191 Maryani PO.71.20.1.23.0221
Rhaudahtul Fitri PO.71.20.1.23.0244 Sherli Ariyanti PO.71.20.1.23.0106
Nidia Purnama PO.71.20.1.23.0180 KMS M. Ihksan PO.71.20.1.23.0181
R Primadiana PO.71.20.1.23.0108

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN RPL JURUSAN


KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamulaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat-Nya, kami dapat menyelesaikan Makalah keperawatan komunitas dengan
pokok bahasan Teori dan Model Konseptual dalam keperawatan komunitas (Preeced
Proceeded Theory) ini. Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi
panyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Jambi, 22 Agustus 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….II
DAFTAR ISI………………………………………………………………………III
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….…1
A. LATAR BELAKANG………………………………………………….…...1
B. TUJUAN……………………………………………………………………2
C. MANFAAT…………………………………………………………………2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….3
A. KONSEP TEORI PRECEDE-PROCEED………………………………….3
B. TUJUAN PRECEDE-PROCEED…………………………………………...4
C. FASE-FASE PRECEDE-PROCEED……………………………………….4
D. APLIKASI MODEL PRECEDE-PROCEED……………………………….7
BAB III PENUTUP………………………………………………………………...7
A. KESIMPULAN……………………………………………………………...7
B. SARAN……………………………………………………………………...7
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perilaku merupakan perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang yang
sifatnya dapat diamati. Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Salah satu
usaha yang sangat penting dalam upaya merubah perilaku adalah dengan
melakukan kegiatan pendidikan kesehatan atau yang biasa dikenal dengan
penyuluhan. Teori Perilaku Precede-Proceed adalah konsep teori yang dibuat oleh
Lawrence W. Grenn, teori ini dibuat untuk membantu perencanaan program
kesehatan, membuat kebijakan dan evaluator untuk menganalisi situasi dan
program kesehatan yang efektif dan efisien.
Pada tahun 1980 Green dan Kreuter telah mengembangkan suatu model
pendekatan yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi
promosi kesehatan, yang dikenal dengan model Precede. Precede merupakan
singkatan dari Predisposing (predisposisi), Reinforcing (memperkuat), Enabling
(mengaktifkan), Causes (penyebab), Educational Diagnosis (pendidikan
diagnosa) dan Evaluation (evaluasi). Precede adalah suatu model pendekatan
yang dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai
alat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau
mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat
perencanaan kesehatan.
Pada tahun 1991 Green menyempurnakan kerangka tersebut menjadi
Precede-Proceed. Proceed merupakan singkatan dari Policy, Regulatory,
Organizational, Construct, in Educational and Environmental Development.
Precede digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah
dan tujuan program, sedangkan Proceed digunakan untuk menetapkan sasaran
dan kriteria kebijakan, serta implementasi dan evaluasi. Preced-Proceed harus
dilakukan secara bersama. Teori Precede-Proceed dibuat untuk membantu
perencanaan program kesehatan, membuat kebijakan dan evaluator untul
menganalisis situasi dan program kesehatan yang efektif dan efisien. Model
konseptual teori prilaku ini dirasa memberikan desain lengkap untuk menilai
kesehatan dan kebutuhan hidup serta merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi program promosi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
B. TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan komunitas
2. Untuk mengetahui konsep teori Precede-Proceed
3. Untuk mengetahui tujuan dari Precede-Proceed
4. Untuk Mengetahui Fase-fase Precede-Proceed
5. Untuk mengetahui aplikasi model Precede-Proceed

C. MANFAAT
1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang konsep teori Precede-Proceed
2. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang tujuan Precede-Proceed
3. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang fase-fase Precede-Proceed
4. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang aplikasi model Precede-Proceed

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar PRECEDE-PROCEED


Langkah perencanaan program promosi kesehatan yang umumnya
dikenal merupakan adopsi dari kerangka PRECEDE-PROCEED yang
dikembangkan oleh Green & Keuter (1991), di mana dalam penggunaannya
dapat dilakukan secara keseluruhan, sebagian maupun kombinasi.
Kerangka PRECEDE-PROCEED merupakan model yang dibuat untuk
perencanaan, intervensi dan kerangka evaluasi. Kerangka tersebut dibuat
berdasarkan asumsi bahwa intervensi akan efektif jika didasari konsep:
1) berasal dari masyarakat.
2) direncanakan secara menyeluruh.
3) berdasarkan data.
4) termasuk intervensi masyarakat melihat sebagai layak.
5) meliputi beberapa strategi yang disusun menjadi sebuah program kohesif.
6) mengandalkan umpan balik dan kemajuan evaluasi.
Secara lebih rinci, PRECEDE terdiri dari Predisposing, Reinforcing and
Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation, sedangkan
PROCEED merupakan Policy, Regulatory and Organizational Constructs in
Educational and Environmental Development. Model PRECEDE-PROCEED
dibagi menjadi beberapa fase yang bertujuan untuk mengidentifikasi prioritas
dan tindakan intervensi.

3
Kerangka Model Precede Proceed
(Sumber: lawrence, w.g & marshall, w.k. dalam mckenzie, 2013)
Model PRECEDE-PROCEED mementingkan lingkungan psikis,
peraturan, kebijakan dan faktor organisasi dalam membentuk kesehatan, serta
berfokus pada identifikasi faktor- faktor ekologi yang memengaruhi
perubahan.

B. TUJUAN PRECEDE-PROCEED
Tujuan model PRECEDE-PROCEED adalah untuk mengidentifikasi
cara yang paling efektif untuk mempromosikan perubahan perilaku dengan
melakukan penilaian kebutuhan lokal dan evaluasi program. Model ini
didasarkan pada epidemiologi, psikologi sosio-kognitif, pendidikan dan
prinsip-prinsip manajemen. Model Procede dan Proceed juga berperan
penting dalam perencanaan pendidikan dan promosi kesehatan karena
menyediakan bentuk untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkaitan
dengan masalah kesehatan, perilaku dan pelaksanaan program.

C. FASE-FASE PRECEDE-PROCEED
1. FASE I: Diagnosa Sosial
Pada fase ini dilakukan penilaian secara sosial pada individu atau
kelompok yang terlibat dengan tujuan ugntuk mengidentifikasi
kebutuhan promosi kesehatan mereka sendiri. Fase ini merupakan proses
mengetahui penyebab seorang individu atau kelompok memiliki persepsi
terhadap kebutuhan atau kualitas hidupnya dan aspirasi terhadap
common good melalui partisipasi secara luas dan tindakan mencari
informasi yang dilakukan untuk memperluas pemahaman yang dimiliki
suatu kelompok.
Input (pendidikan kesehatan, kebijakan, regulasi dan organisasi)
menghasilkan perubahan outcome (kualitas hidup). Fase ini membantu
kelompok untuk menilai kualitas hidupnya, tidak hanya pada kesehatan.
Pengumpulan data untuk diagnosa sosial dapat dilakukan secara
langsung ke masyarakat dengan metode wawancara mendalam, forum
yang ada dalam masyarakat, Focus Group Discussion (FGD) dan lain-
lain. Sedangkan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan literature
4
review (jurnal dan hasil penelitian), analisis data sensus, wawancara,
Nominal Group Technique (NGT), metode Delphi (angket), Focus
Group Discussion (FGD), dan lain-lain.

2. Fase II: Diagnosa Epidemiologi


Pada fase ini dilakukan identifikasi terhadap kelompok yang
memiliki masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi dan suku) yang
kemudian dicari pula bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah
tersebut (imunisasi, perawatan/pengobatan, modifikasi lingkungan dan
perilaku). Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas
masalah yang didasarkan dengan pertimbangan besarnya masalah
kesehatan, akibat yang ditimbulkan dan kemungkinan untuk diintervensi.
Fase diagnosa epidemiologi dilakukan dengan menggunakan
statistik vital dan negara atau survei nasional untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan yang memiliki dampak terbesar pada masyarakat
tertentu.
Adapun indikator diagnosa epidemiologi adalah ketidakmampuan,
ketidaknyamanan, kebugaran, morbiditas dan mortalitas. Sedangkan
dimensi yang diukur adalah penyebaran, durasi, tingkat keparahan,
insiden, prevalensi, dan intensitas.
3. Fase III: Diagnosa Perilaku dan Lingkungan
Masalah perilaku dan lingkungan dapat memengaruhi status
kesehatan dan kualitas hidup individu atau kelompok. Diagnosa perilaku
dan lingkungan bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berkontribusi pada masalah kesehatan pada individu atau kelompok.
Penting bagi promotor kesehatan untuk dapat membedakan masalah
perilaku yang dapat dikontrol secara individual maupun secara
massal/institusi. Indikator masalah perilaku yang memengaruhi status
kesehatan seseorang adalah:
1. Pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization).
2. Upaya pencegahan (prevention action).
3. Pola konsumsi makanan (consumption pattern).
4. Kepatuhan (compliance).
5
5. Upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care).

4. Fase IV: Diagnosa Pendidikan dan Organisasi


Pada fase ini, dilakukan identifikasi berdasarkan determinan
perilaku menurut Green (1980) yang memengaruhi status kesehatan
individu atau kelompok, yaitu:
a) Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu pengetahuan, sikap,
persepsi, kepercayaan, nilai/norma yang diyakini.
b) Faktor pendorong (enabling factors), yaitu lingkungan atau sarana
yang memfasilitasi perilaku individu atau kelompok.
c) Faktor penguat (reinforcing factors), yaitu kebijakan atau arahan dari
orang lain yang berpengaruh (tokoh masyarakat, orang tua, pemuka
agama, dan lain-lain).
Setelahnya, maka ditetapkan tujuan pembelajaran atau aspek kognitif
berdasarkan faktor predisposisi individu atau kelompok yang telah
diidentifikasi dan menetapkan tujuan organisasional berdasarkan faktor
penguat dan pendorong yang telah diidentifikasi melalui upaya
pengembangan organisasi dan sumber daya.
5. Fase V: Diagnosa Administrasi dan Kebijakan
Diagnosa administrasi berupa kegiatan memperkirakan atau menilai
sumber daya di dalam organisasi masyarakat yang dibutuhkan dalam
suatu program kesehatan dan mengidentifikasi faktor penghambat dalam
mengimplementasi program. Adapun tahap diagnosa administrasi
adalah:
a) Menilai kebutuhan sumber daya (time, budget, personnel).
b) Menilai ketersediaan sumber daya (jumlah personnel, keterbatasan
time, dan budget)
c) Menilai penghambat implementasi program (staff commitment and
attitude, rate of changes, comlerity, space, dan lain-lain).
Sedangkan diagnosa kebijakan berupa kegiatan mengidentifikasi
dukunga politik, peraturan, sistem dalam organisasi, serta hambatan dan
dukungan berkaitan kebijakan dalam pelaksanaan program.

6
D. APLIKASI MODEL PRECEDE-PROCEED
Dalam bidang kesehatan masyarakat, banyak sekali aplikasinya dan beragam
aplikasinya. Model Precede-Proceed ini digunakan untuk merencanakan,
merancang, melaksanakan, dan atau mengevaluasi program untuk kesehatan dan
beragam permasalahan kesehatan, seperti masalah kualitas seperti kanker
payudara, pemeriksaan payudara sendiri, pendidikan kanker, kesehatan jantung,
kesehatan ibu dan anak, pencegahan cidera, pengendalian penyalahgunaan obat
narkoba, kesehatan gizi berbasis sekolah, kebijakan pendidikan dan
pengembangan kurikulum, pelatihan kurikulum dan pelatihan bagi para
professional perawatan kesehatan. Contoh aplikasi dalam kesehatan reproduksi
dan HIV AIDS, sebagai berikut: Tren penyebaran HIV AIDS pada wanita pekerja
seksual sangat tinggi. Kasus HIV/AIDS di Indonesia sejak tahun 2008 terus
mengalami peningkatan (Ditjen PPM dan PL Depkes RI, 2011)

7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Langkah
perencanaan program promosi kesehatan yang umumnya dikenal merupakan
adopsi dari kerangka PRECEDE-PROCEED, di mana PRECEDE terdiri dari
Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and
Evaluation, sedangkan PROCEED merupakan Policy, Regulatory and
Organizational Constructs in Educational and Environmental Development.
PRECEDE (fase 1-4) difokuskan kepada perencanaan program, yaitu
analisis situasi dan identifikasi kebutuhan, sehingga dapat ditentukan
intervensi yang dirasa sesuai. Sedangkan PROCEED (fase 5-8) difokuskan
kepada implementasi dan evaluasi. Delapan fase dari model panduan dalam
menciptakan program promosi kesehatan, dimulai dengan hasil yang lebih
umum hingga hasil yang lebih spesifik. Secara bertahap, proses mengarah
kepada perencanaan, implementasi dan evaluasi program kesehatan.

B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan yang berjibaku langsung dengan masyarakat
di harapkan dapat menerapkan perencanaan promosi kesehatan dengan
pendekatan PRECEDE-PROCEED dengan lebih baik lagi di masa depan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Nadira, N. Widdefrita. Amos, J. 2019. Perencaan Program Promosi Kesehatan. Jawa


Tengah: Pt Nasya Expending Management

Afiani, N. Qodir, A, Soelistyoningsih, D, Daramatasia, W. Implemetasi Model


Precede-Proceed Dalam Promosi Kesehatan Untuk Pencegahan Hipertensi.
2021: Ciastech

Mandasari, A. Nurmala, I. Pengaplikasian Teori Precede Proceed Dalam Upaya


Pemberdayaan Masyarakat Di Kelurahan Sidotopo. 2021: CC-BY-SA LICENSE

Anda mungkin juga menyukai