Anda di halaman 1dari 20

RESUME 

PROSES KEPERAWATAN JIWA SECARA TEORITIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


“Ilmu Keperawatan Jiwa”

Disusun oleh :
DUDI AHMAD MULYANA
NIM: C1614201150

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan segala kasih sayangnya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Jiwa ini, yang
berjudul “Proses Keperawatan Jiwa Secara Teoritis”. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurah kepada kekasih Allah Nabi Besar Muhammad SAW, tak lupa kepada keluarganya,
para sahabatnya dan seluruh umat yang selalu setia kepada ajarannya yang dibawa hingga
akhir zaman.
Akhir kata, penulis ucapkan semoga bimbingan dan dukungan yang telah diberikan
dijadikan amal shaleh di sisi Allah SWT. Tak ada gading yang tak retak, begitupun dengan
makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun metode
penulisan.
Untuk itu saran yang konstruktif demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang
sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua
pembaca dan khususnya bagi penulis.

Tasikmalaya, Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan .............................................................................. 1
C. Metode Penulisan ............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kesehatan dan Keperawan Jiwa.......................................... 3
B. Definisi Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.................................. 4
C. Pengkajian......................................................................................... 4
D. Diagnosa........................................................................................... 8
E. Rencana Tindakan Keperawatan....................................................... 10
F. Implementasi Tindakan Keperwatan................................................ 13
G. Evaluasi Keperawatan....................................................................... 13
H. Dokumentasi .................................................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi
optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi,
serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar
dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien.
Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan
terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan
menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini
merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya,
sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang
sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya
klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi
berbagai masalah.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk memahami proses keperawatan jiwa mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi proses keperawatan kesehatan jiwa
b. Menjelaskan pengkajian pada proses keperawatan jiwa
c. Menjelaskan diagnosa pada proses keperawatan jiwa
d. Menjelaskan rencana tindakan keperawatan pada proses keperawatan jiwa
e. Menjelaskan implementasi tindakan keperawatan pada proses keperawatan jiwa
f. Menjelaskan evaluasi keperawatan pada proses keperawatan jiwa
g. Menjelaskan dokumentasi keperawatan jiwa

1
C. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan
metode deskriftif yaitu dengan menggambarkan konsep dasar tentang proses keperawatan
jiwa.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Kesehatan dan Keperawan Jiwa


Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
1)      WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan
management, bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
2)      UU Kesehatan Jiwa No.13 Tahun 1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara
optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain. Keperawatan jiwa
adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu
keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-
sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan
terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan
masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).
3)      American Nurse Association
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri
secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan
mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh
sebagai manusia.
4)      Yohada
Kes. Jiwa adalah keadaan yg dinamis yg mengandung pengertian positif, yg
dapat dilihat dari adanya kenormalan tingkalaku, keutuhan kepribadian, pengenalan

3
yg benar dari realitas dan bukan hanya merupakan nkeadaan tanpa adanya penyakit,
gangguan jiwa dan kelainan jiwa.

B. Definisi Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa


Proses keperwatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung
seperti pada masalah kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang berbeda, dan muncul
oleh berbagai penyebab. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi
mungkin muncul gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak
dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan
kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga
bervariasi.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran
perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat
menyelesaikan masalah sesuai kemampuan yang dimiliki. Klien mungkin menghindar
atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya
pada klien yang tidak menimbulkan keributan dan yang tidak membahayakan. Hal ini
harus dihindari karena
1. Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan serta
2. Dengan menyertakan klien maka pemulihan kemampuan dalam mengendalikan
kehidupanya mungkin lebih tercapai
3. Dengan berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab terhadap perilakunya

C. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar pertama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan kemampuan
koping yang dimiliki klian, cara ini yang akan dipakai pada uraian berikut. Cara
pengkajian lain berfokus pada lima dimensi yaitu fisik, emosional, intelktual, sosial dan
spiritual.

4
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan, umumnya dikembangkan formulir
pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Formulir
pengkajian yang dianjurkan bagi perawat di rumah sakit jiwa dan mahasiswa
keperawatan, dapat dilihat pada lampiran A.
Isi pegkajian meliputi :
1.      Identitas klien
2.      Keluhan utama atau alasan masuk
3.      Faktor predisposisi
4.      Aspek fisik atau biologis
5.      Aspek psikososial
6.      Status mental
7.      Kebutuhan persiapan ulang
8.      Mekanisme koping
9.      Masalah psikososial dan lingkungan
10.  Pengetahuan
11.  Aspek medik
Data yang didapat dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu :
1. Data obyektif ditemukan secara nyata, data ini didapatkan melalui observasi atau
pemeriksaan langsung oleh perawat
2. Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.
Data ini didapatkan melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.
Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data primer, dan data
yang diambil dari hasil pengkajian atau catatan tim kesehatan lain disebut sebagai data
sekunder.
Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data
yang dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah sebagai berikut :
1. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan :
a. Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, klien hanya memerlukan
pemeliharaan kesehatan dan memerlukan follow up secara periodik karena tidak
ada masalah serta klien telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah
b. Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan promosi
sebagai program antisipasi terhadap masalah

5
2. Ada masalah dengan kemungkinan :
a. Risiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah
b. Aktual terjadi masalah disertai data pendukung
Dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan format pengkajian,perawat
langsung merumuskan masalah keperawatan kepada setiap kelompok data yang
terkumpul.
Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat digambarkan
sebagai pohon masalah (FASID, 1983 dan INJF, 1996). Agar penentuan pohon masalah
dapat dipahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan tiga komponen yang terdapat
pada pohon masalah, yaitu
1. Penyebab (causa)
2. Masalah utama (core problem)
3. Akibat (effect)
Gambar 1-2 Contoh pohon masalah aspek jiwa

6
Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang di
miliki oleh klien. Umumnya masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau
keluhan utama.
Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan
penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah
yang lain, demikian seterusnya.
Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek/akibat
dari masalah utama. Efek ini dapat pula menyebabkan efek yang lain, demikian pula
seterusnya.
Contohnya :
Seorang klien dibawa kerumah sakit jiwa dengan alasan utama klien marah, memukul
dan mengancam lingkungan. Hal ini terjadi setelah klien dihina dan dipermalukan oleh
kakaknya. Dari kasus ini dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu : kekerasan, risiko
membahayakan orang lain, harga diri rendah. Kekerasan merupakan masalah utama,
harga diri rendah sebagai penyebab dan risiko membahayakan orang lain sebagai
akibat/efek.
Pohon masalah ini diharapkan dapat memudahkan perawat dalam menyusun diagnosa
keperawatan. Penulisan pernyataan diagnosa keperawatan yang umumnya terjadi pada
klien dengan masalah kesehatan jiwa dapat dirujuk dalam daftar diagnosa keperawatan
NANDA (Tabel 2-1)
Kemampuan perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah
mempunyai kesadaran/tilik diri (self awareness), kemampuan mengobservasi dengan
akurat, kemampuan komunikasi terapetik dan senantiasa mampu berespons secara efektif
(stuart dan sundeen, 1995). Perilaku atau kegiatan yang perlu dilakukan perawat adalah
membina hubungan saling percaya dengan melakukan kontrak, mengkaji data dari klien
dan keluarga, memvalidasi data dengan klien, mengorganisasi atau mengelompokan dan
menetapkan kebutuhan dan/atau masalah klien.

7
Gambar 2-2. Contoh pohon masalah aspek jiwa
Kekerasan,Risiko tinggi
Akibat
Perubahan sensori persepsi : pendengaran
 Masalah utama :
Isolasisosial : menarik diri
Keluhan utama dengar suara tanpa stimulus

Penyebab

Berduka : disfungsional
 
Gangguan harga diri : kronik
  

D. Diagnosa
Pengertian diagnosa keperawatan dikemukaan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
1. Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian
(gabie, dikutip oleh carpenito, 1983).
2. Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (gordon,
dikutip oleh carpenito, 1983).
3. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau potensial
dari individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan. (carpenito, 1995)
4. Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien
baik aktual maupun potensial (stuart dan sundeen, 1995)
Rumusan diagnosa dapat PE yaitu permasalahan (P) yang berhubungan dengan
etiologi (E) dan keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah, rumusan PES sama
dengan PE hanya ditambah simptom (S) atau gejala sebagai data penunjang. Dalam
keperawatan jiwa ditemukan diagnosa anak-beranak, dimana jika etiologi sudah diberikan
tindakan dan permasalahan belum selesai maka P dijadikan etiologi pada diagnosa yang
baru, demikian seterusnya. Hal ini dapat dilakukan karena permasalah tidak selalu
disebabkan oleh satu etiologi yang sama sehingga walaupun etiologi sudah diberi
8
tindakan maka permasalahan belum selesai. Untuk jalan keluarnya jika permasalahan
tersebut menjadi etiologi maka tindakan diberikan secara tuntas. Jika pernyataan pohon
masalah diangkat menjadi permasalahan (P) dalam diagnosa keperawatan maka seluruh
pernyataan dituliskan sebagai contoh perubahan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran. Jika pernyataan tersebut menjadi etiologi (E), maka pernyataanya diambil
dari akarnya.Contohnya adalah : halusinasi dengar.
Perbedaan antara tipe-tipe diagnosa keperawatan
Tujuan keperawatan atau
Pernyataan diagnostik hasil klien yang Fokus intervensi
berhubungan
Diagnosa aktual Perubahan dalam perilaku Mengurangi atau
Pernyataan tiga bagian pasien beralih kearah menghilangkan masalah
termasuk label diagnosa resolusi diagnosa atau
keperawatan, etiologi dan perbaikan status
tanda-tanda/gejala-gejala
Diagnosa resiko tinggi Pemeliharaan kondisi yang Mengurangi faktor-faktor
Pernyataan dua bagian ada resiko untuk mencegah
termasuk label diagnosa terjadinya masalah aktual
keperawatan dan faktor-
faktor resiko
Diagnosa mungkin Tidak ditentukan kecuali Mengumpulkan data
Pernyataan dua bagian masalah divalidasi tambahan untuk menguatkan
termasuk label diagnosa atau menetapkan tanda-
keperawatan dan etiologi tanda/gejala-gejala atau
yang tidak dikuatkan atau faktor-faktor resiko
batasan karakteristik yang
tidak dikuatkan
Masalah kolaboratif Tujuan keperawatan Menentukan awitan atau
Komplikasi pfisiologis status masalah
aktual atau potensial penatalaksanaan perubahan
status

9
1. Suhu tubuh : resiko tinggi : hipertermi yang berhubungan dengan deficit volume
cairan
2. Deficit volume cairan yang berhubungan dengan pola makan inefektif
3. Resiko tinggi kekerasan yang berhubungan dengan perubahan sensori persepsi :
halusinasi pendengaran
4. Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran yang berhubungan dengan
menarik diri
5. Isolasi sosial : menarik diri yang berhubungan dengan gangguan harga diri rendah
kronis

Kemampuan perawat yang diperlukan dalam merumuskan diagnosa adalah


kemampuan pengambilan keputusan yang logis, pengetahuan tentang batasan adaftif atau
ukuran normal, kemampuan memberi justifikasi atau pembenaran kepekaan sosial budaya
(stuart dan sundeen, 1995). Kegiatan atau perilaku perawat yang dibutuhkan dalam
merumuskan diagnosa adalah mengidentifikasi pola data, membandingkan data dengan
keadaan adaftif, menganalisa dan mensintesa data, mengidentifikasi kebutuhan atau
masalah klien, memvalidasi dan menyusun masalah dengan klien, membuat pohon
masalah, merumuskan diagnosa keperawatan dan menyusun prioritas diagnosa
keperawatan.

E. Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 aspek yaitu tujuan umum, tujuan
khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian
permasalahan (P) dari diagnose tertentu. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian
tujuan khusus telah tercapai.
Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnose tertentu.
Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki
klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan
klien.umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi 3 aspek (Stuart dan
Sudeen, 1995) yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi
dari diagnose keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat
selesai dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan kemampuan
menyelesaikan masalah. Kata kerja yang digunakan untuk menuliskan tujuan ini harus
berfokus pada perilaku.
10
Kata kerja untuk tujuan
No. Aspek / domain Kata kerja yang dipakai
1. Kognitif Jelaskan, hubungkan, uraikan, identifikasikan, bandingkan,
diskusikan, membuat daftar, menyebut
2. Afektif Menerima, mengakui, menyadari, menilai, mengungkapkan,
mempercayai
3. Psikomotor Menempatkan, meniru, menyiapkan, mengulang, mengubah,
mendemonstrasikan, menampilkan, memberi

Ketiga aspek tersebut dapat pula dikaitkan dengan berbagai kemampuan klien.
Yang pertama, kemampuan kognitif, psikomotor, afektif yang terkait langsung dengan
kemampuan klien terhadap diri sendiri. Yang kedua, kemampuan kognitif, psikomotor
dan afektif yang terkait dengan kemampuan klien menggunakan sumber daya yang
tersedia (system pendukung social yang tersedia). Yang ketiga, kemampuan kognitif.
Psikomotor, dan afektif klien terkait dengan terapi medic atau terapi lain yang diperlukan.
Kemampuan klien terkait tujuan
Kemampuan klien Tujuan Contoh
Kemampuan Pengetahuan Klien dapat menyebutkan
mengendalikan diri penyebab ia marah

Psikomotor Klien dapat


mendemonstrasikan satu cara
marah yang konstruktif
Afektif
Klien dapat mengungkapkan
perasaan setelah terapi
aktivitas kelompok : latihan
asertif
Kemampuan Pengetahuan Klien dapat mengidentifikasi
menggunakan sumber teman terdekat
daya
Psikomotor Klien dapat meniru cara
berbicara yang dicontohkan

11
perawat
Klien dapat menyampaikan
pada perawat bila ia
halusinasi
Afektif
Klien dapat menyadari
kegunaan membuka diri pada
orang lain.
Kemampuan Pengetahuan Klien dapat menyebutkan jam
menggunakan terapi makan obat

Psikomotor Klien dapat meminta obat


pada jam yang tepat

Afektif Klien dapat mengungkapkan


perasaan setelah moinum
obat

Untuk menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus, perawat perlu memiliki
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berhubungan kemitraan dengan klien dan
keluarganya.
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat
mencapai tiap tujuan khusus. Perawat dapat memberikan alasan ilmiah yang terbaru
mengapa tindakan itu diberikan. Alasan ilmiah dapat merupakan pengetahuan
berdasarkan literature, hasil penelitian atau pengalaman praktik.
Rencana tindakan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia
atau standar keperawatan Amerika yang membagi karakteristik tindakan berupa tindakan
konseling/ psikoterapeutik, pendidikan kesehatan dan tindakan kolaborasi.
Tindakan keperawatan menggambarkan tindakan perawat yang mandiri,
kerjasama dengan klien, kerjasama dengan keluarga, kerjasama dengan kelompok dan
kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lain. Dokumentasi rencana tindakan keperawatan
dicatat pada formulir dokumen keperawatan yang berlaku di rumah sakit tersebut atau
seperti lampiran D, sedangkan bagi peserta didik keperawatan sama seperti lampiran B.

12
F. Implementasi Tindakan Keperwatan
Implementasi tindakan keperwatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan rencana. Hal
ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa
yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan klien
dan perawat jika berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal.
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencan tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien
sesuai dengan kondisinya saat ini (here and now). Perawat juga meniali diri sendiri,
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan
tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien. Setelah semua
dinilai tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan dengan
menjelaskan apa yang akan dikerjakan serta peran serta klien yang diharapkan.
Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakn beserta respons klien.

G. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi 2, yaitu evaluasi
proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau
sumatif dilakukan dengan membandingkan respons klien pada tujuan khusus dan umum
yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir :
S = respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O = respons objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A = analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah
yang ada
P = perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respons klien
Rencana tindak lanjut dapat berupa :
1. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah
2. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi
hasil belum memuaskan
13
3. Rencana dibatalkan jika ditemuakn masalah baru dan bertolak belakang denagn
masalah yang ada serta diagnose yang lama dibatalkan
4. Rencana atau diagnose selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah
memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat perubahan dan
berupaya mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi sanbgant diperlukan
reinforcement untuk menguatkan perubahan yang positif. Klien dan keluarga juga
dimotivasi untuk melakukan self-reinforcement.

H. Dokumentasi
Dokumentasi implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan hendaknya tidak
dianggap hal yang sepele oleh perawat maupun peserta didik keperawatan, dan hal ini
dianjurkan menggunakan formulir yang sama. Seperti dokumentasi proses keperawatan di
unit rawat jalan/gawat darurat/rehabilitasi/elektromedik.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan dalam memberikan
asuhan keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Khususnya di
Indonesia, proses keperawatan merupakan pendekatan yang disepakati untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Namun, pada kenyataannya banyak perawat
merasa terbebani dalam melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan asuhan
keperawatan dan penyelesaian masalah secara sistematis yang digunakan oleh perawat
serta peserta didik keperawatan. Penerapan proses keperawatan dapat meningkatkan
otonomi, percaya diri, cara berpikir logis, ilmiah dan sistematis, memperlihatkan
tanggung jawab dan tanggung gugat, serta pengembangan diri perawat, disamping itu,
klien dapat merasakan mutu pelayanan keperawatan yang lebih baik dan berperan aktif
dalam perawatan diri, serta terhindar dari malpraktik.
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Pengkajian merefleksikan isi, proses, dan informasi yang berhubungan dengan kondisi
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual klien. Alat pengkajian dan petunjuk pengisian
yang disediakan, akan memudahkan perawat dalam mengumpulkan data secara akurat
dan sistematis. Rencana tindakan keperawatan terdiri atas tujuan umum dan tujuan
khusus yang diikuti dengan serangkaian tindakan keperawatan untuk mencapainya. Untuk
peserta didik keperawatan, umumnya ditambahkan kriteria hasil dan rasional tindakan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan dan kondisi
klien saat itu, serta kemampuan perawat yang akan melaksanakan tindakan. Evaluasi
keperawatan merupakan proses yang berkelanjutan, untuk menilai dampak tindakan
keperawatan pada klien yang dikaitkan dengan hasil yang diharapkan.

B. Saran
1. Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai cara
pendokumentasian keperawatan jiwa sehingga dapat dikembangkan dalam tatanan
layanan keperawatan jiwa.

15
2. Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti pendokumentasian tersebut melalui
kegiatan asuhan keperawatan jiwa sebagai dasar untuk pengembangan kedisiplinan di
Lingkungan Rumah Sakit Jiwa dalam ruang lingkup keperawatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat, Ria Utami Panjaitan, Novy Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Ed 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Purwaningsih,Wahyu, S.Kep. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika
Press.
Stuart, & Sundeen, 2001. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai