Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TREND DAN ISU KEPERAWATAN JIWA


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa Dosen
Pengajar: Ns. JUMILIA, S.Kep, M.Kep

OLEH KELOMPOK 1 :

1. Sumiharyanti Natalia
2. Charly Novalia Putri
3. Yohanes Suban Raya
4. Hanivan Erwanda
5. Gita Fitri
6. Elsa Nowesti
7. Ressy Dara Amelia
8. Yanti Afriani
9. Rinti Septia Mustika
10. Ine Febiola
11. Pomber Wati K
12. Rani Fitri
13. Tika Oktavia
14. Maiza Suriwati

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA


PRODI KEPERAWATAN PROGRAM B
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.


Yang telah melimpahkan Rahmat- Nya sehingga Makalah Keperawatan Jiwa
ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tentunya tidak
terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami selaku penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam penyelesaian makalah ini. Dalam kesempatan ini, kami juga ingin
mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini semoga Allah senantiasa
membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Kami menyadari bahwa
penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak guna perbaikan di masa yang akan datang. Harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Padang, 04 September 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.2 Latar
Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah......................................................................................1
1.3Tujuan...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Kesehatan Jiwa......................................................................3
2.2 Ciri – Ciri
....................................................................................................4
2.3 Pandangan perawat tentang kesehatan jiwa
..........................................6
2.4 Trend dan Issue keperawatan
Jiwa..........................................................7
2.5 Manfaat Keperawatan
Jiwa....................................................................14
BAB III
PENUTUP................................................................................................16
3.1
Kesimpulan.................................................................................................16
3.2 Saran...........................................................................................................16
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................17
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang
paling mengancam di dunia. Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa
selalu meningkat. Hal ini disebabkan oleh beban hidup yang semakin lama
semakin berat. Gangguan jiwa ini tidak hanya terjadi pada kalangan bawah
tetapi juga kalangan pejabat dan kalangan menengah ke atas. Pada saat
ini penyakit gangguan jiwa tidak hanya dialami oleh orang dewasa dan
lansia tetapi juga oleh anak-anak dan remaja. Seseorang yang terkena
gangguan jiwa akan melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan seperti
menggunakan obat-obatan terlarang dan melakukan bunuh diri.
Kasus bunuh diri sudah menjadi masalah besar di beberapa Negara di
dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris dan lain-lainnya. Selain
factor diatas penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa juga disebabkan
oleh perkembangan otak ketika masih janin yang menyebabkan penyakit
skizofrenia. Oleh karena itu saat ini seluruh Negara di dunia berusaha
meningkatkan kesehatan jiwa warga negaranya. Begitu juga dengan
Indonesia yang berusaha meningkatkan pelayanan pada pasiennya dengan
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan jiwa.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan dan tema yang diangkat maka masalah
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Kesehatan Jiwa?
2. Bagaimana ciri-ciri jiwa yang sehat?
3. Bagaimana pandangan perawat tentang kesehatan jiwa?
4. Apakah yang dimaksud dengan Keperawatan Jiwa?
5. Bagaimana tren dan isu dalam keperawatan jiwa?
6. Manfaat keperawatan jiwa bagi pasien dan perawat?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami tentang


keperawatan jiwa, bagaimana perang perawat dalam melaksanakan
keperawatan jiwa dan bagaimana manfaatnya kepada pasien dan perawat.
Makalah ini juga disusun untuk memahami tentang diagnose keperawatan
jiwa yang sesuai dengan standar aturan keperawatan yang berlaku dan
memberikan bimbingan kepada pasien yang mengalami gangguan jiwa.

D. Manfaat Penulisan
Bagi penulis, penyusunan makalah ini bermanfaat ganda, yaitu
selain lebih memahami perihal penyakit jiwa, penulis juga bisa mengasah
dan mengembangkan kemampuannya di bidang penulisan karya ilmiah.
Sedangkan bagi pembaca seperti instansi kesehatan terkait maupun
masyarakat makalah ini dapat menjadi referensi untuk meningkatkan
pelayanan dan perawatan pada pasien yang mengidap penyakit jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Jiwa
Menurut WHO kesehatan jiwa adalah kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada
gangguan jiwa melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya. Menurut UU Kesehatan Jiwa no 13 tahun 1996
kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras
dengan orang lain.
Pada jiwa yang sehat ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Inherited Characteristic
Beberapa teori percaya bahwa tidak ada satupun manusia normal dengan
sempurna dan kemampuan untuk mempertahankan sebuah mental yang sehat di
pandangan hidupnya. Setiap orang memiliki sifat yang berbeda, ada yang sensitive
dan ada yang temperamental semua itu dipengaruhi oleh lingkungannya.
2. Nurturing During Childhood (Pemeliharaan Sewaktu Kecil )
Hal ini mengacu pada interaksi dengan orangtua di masa kecil juga akan
mempengaruhi kesehatan jiwa. Pemeliharaan yang dimulai dengan positif ketika anak
dilahirkan akan menciptakan perasaan cinta, aman dan mau menerima. Pemeliharaan
yang buruk ketika kecil juga akan mempengaruhi mental sang anak, seperti
kekurangan kasih sayang.
3. Life Circumstance
Keadaan hidup bisa mempengaruhi keadaan mental seseorang dimulai dari dia
lahir. Contoh keadaan yang positif adalah sukses di sekolah, keuangan yang
mencukupi. Sedangkan keadaan hidup yang negative meliputi keadaan fisik yang
buruk, pekerjaan yang tidak sukses.

B. Ciri -Ciri Jiwa Sehat


Setiap orang ingin memiliki jiwa yang sehat, tetapi tidak semua orang bisa
mengontrol emosi dan mengelola stressnya. Jiwa yang sehat memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Menurut WHO
a. Menyesuaikan diri secara konstruktif walaupun kenyataan sangat buruk
b. Memperoleh kepuasaan dari hasil usaha
c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
d. Hubungan antar manusia saling menolong dan memuaskan
e. Mempunyai kasih sayang
2) Menurut Abraham Maslow
a. Spontan
b. Sederhana
c. Memiliki perseptif realita yang efektif
3) Menurut Jahoda
a. Sikap posiitf terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi : keseimbangan ekspresi dan represi, konflik internal suasana hati
dan emosi
d. Otonomi : keseimbangan tergantung dan mandiri, menerima konsekuensi atas
perilakunya, bertangggung jawab terhadap diri sendiri, keputusannya,
tindakannya dan perasaannya
e. Persepsi realitas :kemampuan individu memiliki penerimaan tentang dunia
luar melalui pengalaman berpikir
f. Menguasai lingkungan : individu merasa sukses dalam menjalankan perannya
dalam masyrakat atau kelompok menghadapi dunia luar secara efektif

C. Pandangan Perawat terhadap Pasien Penyakit Jiwa


Seorang perawat memiliki pandangan positif terhadap seseorang yang mengalami
gangguan jiwa, yaitu sebagai berikut:
1. Gangguan jiwa tidak pernah merusak seluruh kepribadian dan perilakku manusia
2. Perilaku manusia selalu bisa diarahkan pada respon yang baru
3. Perilaku manusia selalu dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang dapat
menguatkan dan melemahkan.

Seorang perawat juga melakukan evaluasi tentang kesehatan pada jiwa pasiennya,
yaitu sebagai berikut:
1. Status fungsional : kemampuan melakukan tugas sehari dan memenuhi peran
yang menantang
2. Status psikologi ( alarm emosional dan intelektual )perasaab kesejahteraan
status mental dan emosi, persepsi kualitas hidup, sumber daya
memaksimalkna potesni pribadi
3. Status klinis :dimensi kesehatan fisik

D. Tren Dan Isu Keperawatan Jiwa


1. Definisi Tren
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa,
tren juga dapat didefinisikan salah satu gambaran atau informasi yang terjadi pada
saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.
2. Definisi Isu
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial,
politik ataupun tentang krisis.
3. Definisi Tren dan Isu Keperawatan Jiwa
Trend dan isu keperawatan adalah sesuatu yang dibicarakan banyak orang
tentang praktek mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak
dan menyangkut aspek legal dan etis keperawatan. Trend dan isu keperawatan
jiwa adalah masalah yang dibicarakan dan diangggap penting yang akan
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun
global.
Berikut ini beberapa contoh trend dan issue yang terjadi dalam keperawatan jiwa :
1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
Di Indonesia banyak terjadi gangguan jiwa dimulai pada usia 19 tahun dan
jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan pada
saat ini menunjukkan bahwa jika berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai
dari masa konsepsi bahkan sebelum pranikah. Banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa adanya keterkaitan kesehatan fisik dan mental seseorang
ketika berada dalam kandungan di masa yang akan datang. Penelitian- penelitian
berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa
konsepsi. Berikut ini merupakan hasil dari penelitian :
a. Marc Lehrer ( 300 bayi yang diteliti ): stimulasi dini ( berupa suara , music,
getaran, sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan
emosional yang lebih baik
b. Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada
pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang lebih tinggi
untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini
menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu
dalam kandungan dapat meningkatkan resiko menderita skizofrenia. Mednick
menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif seperti
berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan perhatian, membedakan
suara rangsang yang berurutan, working memory dan fungsi-fungsi eksekusi
sering dijumpai pada penderita skizofrenia. Dipercaya kelainan neurokognitif
di atas didapat sejak dalam kandungan dan dalam kehidupan selanjutnya
diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam kehidupan, infeksi
otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak
seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi
dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir,
waham/delusi, perilaku yang aneh dan gangguan emosi. Marc Lehrer, seorang
ahli dari uiiversity of California menemukan bahwa dari 3000 bayi yang
diteliti serta diberikan stimulasi dini berupa suara, music, Cahaya, getaran,
ternyata setelah dewasa memiliki perkembanagn fisik, mental dan emosi yang
lebih baik.
2. Trend peningkatan masalah kesehatan
Peningakatan masalah keseahtan saat ini disebabkan oleh beban hidup yang
semakin berat. Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja karena Sebagian besar
masyarakat menengah ke atas tidak mampu mengelola stress dan juga bisa
disebabkan oleh post power syndrome atau mutasi jabatan. Selain itu kasus
neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat.
Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya
mengalami stress, kecemasasn yang berlebihan dan gangguan tidur serta keluahan
penyakit fisik yang diketahui jelas penyebabnya. Tipe gangguan jiwa yang lebih
berat disebut gangguan psikotik. Orang yang kerap mengoceh tidak karuan dan
melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain seperti
mengamuk.
3. Meningkatnya Post Traumatic Syndrome Disorder
Trauma yang katastropik yaitu trauma di luar rentang pengalaman
trauma yang umum dialami manusia dalam kejadian sehari-hari.
Mengakibatkan keadaan stress berkepanjangan dan berusaha untuk tidak
mengalami stress yang demikian. Mereka menjadi manusia yang invalid
dalam kondisi kejiwaan dengan akibat akhir menjadi tidak produktif.
Trauma bukan semata-mata gejala kejiwaan yang bersifat individual,
trauma muncul sebagai akibat saling keterkaitan antara ingatan sosial
dan ingatan.
4. Trend bunuh diri pada anak-anak dan remaja
Gagasan bunuh diri merupakan keluhan pertama yang sering dijumpai dalam
pelayanan psikiatrik darurat. Semua ancaman bunuh diri, sikap dan buah pikiran
itu harus ditanggapi dengan serius. Pasien yang beresiko bunuh diri perlu diamati
secara cermat. Alasan seseorang bunuh diri adalah putus asa dengan masalah dia
hadapi dan tidak merasa berdaya. Di dunia pun bunuh diri merupakan masalah
psikologis dunia yang sangat mengancam, angka kejadian terus meningkat dan
sangat mengancam. Sejak tahun 1958, dari 100.000 penduduk Jepang, 25 orang di
antaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk negara Austria,
Denmark, dan Inggris , rata-rata 25 orang. Urutan pertama diduduki Jerman
dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di Amerika tiap 24 menenit
seorang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya
10 kali lebih besar dari angka tersebut, tetapi cepat tertolong. Kini yang mulai
mengkhawawtirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak -
anak bahkan remaja. Di Jepang, harakiri ( menikam atau merobek perut sendiri )
sering dilakukan bawahan untuk melindungi nama baik atasannya. Contohnya
Lockheed terbongkar, sang sopir menusuk perutnya demi menjaga kehormatan
pimpinannya. Data dari WHO pada tahun 2023 mengungkapkan bahwa satu juta
orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau terjadi dalam setiap 40 detiknya.
Bunuh diri juga termasuk satu dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34
tahun, selain faktor kecelakaan. Metode bunuh diri yang paling diuskai dengan
menggunakan pistol, menggantung diri dan minum racun.

5. Patern of Parenting dalam Keperawatan Jiwa


Dengan banyaknya kasus bunuh diri dan depresi pada anak, maka pola asuh
keluarga kembali menjadi sorotan. Pola asuh yang baik adalah pola asuh dimana
orangtua menerapkan kehangatan yang tinggi disertai dengan control yang tinggi.
Kehangatan adalah bagailmana orangtua menjadi teman curhat, teman bermain,
teman yang menyenangkan bagi anak terutama saat rekreasi, belajar dan
komunikasi. Berbagai Upaya agar anak dekat dan berani bicara pada orangtuanya
saat punya masalah. Orangtua menjadi teman dalam ekspresi feeling anak
sehingga anak menjadi sehat jiwanya. Bagaimana anak dilatih mandiri dan
mengenal disiplin di rumahnya. Kemandirian menjadi hal yang sangat mandiri
dan mengenal disiplin di rumahnya. Kemandirian menjadi hal yang sangat penting
dalam kesehatan jiwa, karena akan memiliki self confidence yang cukup.
Orangtua juga melatih anak beratnggung jawab mengerjakan tugas- tugas di
rumah seperti mencuci, menyiram bunga , dll.

6. Kasus AIDS dan NAPZA


Gangguan penggunaan zat adiktif ini sangat berkaitan dan merupakan dampak
dari pembangunan serta teknologi dari suatu negara yang semakin maju. Hal
terpenting yang mendukung merebaknya NAPZA di negara kita adalah perangkat
hukum yang lemah bahkan terkadang oknum apparat hukum menjadi backing,
ditambah dengan keragu-raguan penentuan hukuman bagi pengedar dan pemakai,
sehingga dampaknya SDM Indonesia kalah dengan Malaysia yang lebih bertindak
tegas terhadap pengedar dan pemakai NAPZA. Kondisi ini akan semakin
meningkat untuk masa yang akan datang khususnya dalam era globalisasi.
Dalam era globalisasi tersebut terdapat gerakan yang sangat besar yang
disebut dengan istilah “ Gerakan Kafirisasi”. Bila beberapa decade yang lalu kita
mengenal istilah zinonisme, maka dengan ini sejalan dengan globalisasi kita
berhadapan dengan ideologi kafirisasi yang disebut dengan Neozionisme, sebuah
ideologi yang ingin menciptakan tatanan dunia global yang sekuler dan terlepas
sama sekali dari ajaran agama yang mereka anggap sebagai kepalsuan racun dan
dogmatis fundamentalis. Para imperialis dan konspirasi Yahudi telah
memanfaatkan energi yang tersimpan dalam generasi negeri ini yang berusia 15-
25 tahun melalui NAPZA dan telah membunuh 30 orang perbulannya. Masalah
lainnya muncul seiring dengan merebaknya pemakaian NAPZA. Perawat
merupakan komponen terbesar dari seluruh tim kesehatan, maka upaya-upaya
pencegahan dan penatalaksanaan keperawatang menjadi hal yang sangat penting
kerena perawat senantiasa berada di sisi klien dalam rentang waktu yang lama
dibanding tenaga kesehatan lainnya.
7. Kasus Ekonomi dan Kemiskinan
Kasus ekonomi dan kemiskinan juga memicu timbulnya penyakit
kejiwaan. Sejatinya, banyak manusia yang menginginkan hidup enak,
mewah serta berkecukupan, sementara tidak memperhatikan situasi
kondisi kehidupannya yang nyata. Akibatnya, tidak banyak manusia yang
enggan menerima kondisi tersebut, mereka cenderung frustasi dalam
memikirkan hal tersebut karena tidak menemukan pemecahan masalah
yang benar. Pengangguran telah menyebabkan rakyat indonesia semakin
terpuruk. Daya beli lemah, pendidikan rendah, lingkungan buruk, kurang
gizi, mudah teragitasi, kekebalan menurun dan infrastruktur yang masih
rendah menyebabkan banyak rakyat mengalami gangguan jiwa.
Masalah ekonomi paling dominan menjadi pencetus gangguan jiwa di
Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa saat terjadi kenaikan BBM
selalu dsertai dengan peningkatan dua kali lipat angka gangguan jiwa.
Hal ini diperparah dengan biaya sekolah yang mahal, biaya pengobatan
tak terjangkau dan penggusuran yang kerap terjadi.

E. Trend Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri di Era Globalisasi


Pengaruh globalisasi terhadap perkembangan keperawatan adalah
tersedianya alternatif pelayanan dan persaingan penyelenggaraan pelayanan.
Tenaga kesehatan (perawat “jiwa”) harus mempunyai standar global
dalam memberikan pelayanan kesehatan, jika tidak ingin ketinggalan.
Fenomena masalah kesehatan jiwa bukan lain merupakan masalah klinis
melainkan berorientasi pada kehidupan sosial. Konsep kesehatan jiwa bukan
lagi tentang sehat atau sakit, tetapi kondisi optimal yang ideal dalam perilaku
dan kemampuan fungsi sosial.
Sejalan dengan program deinstitusionalisasi yang didukung
ditemukannya obat psikotropika yang terbukti dapat mengontrol perilaku
klien gangguan jiwa, peran perawat tidak terbatas di Rumah Sakit, tetapi
dituntut lebih sensitif terhadap lingkungan sosialnya, serta berfokus pada
pelayanan preventif dan promotif. Perubahan hospital based care menjadi
community based care merupakan trend yang signifikan dalam
pengobatan gangguan jiwa. Perawat mental psikiatri harus mengintegrasikan
diri dalam community mental health, dengan tiga kunci utama :
a. Pengalaman dan pendidikan perawat, peran dan fungsi
perawat serta hubungan perawat dengan profesi lain di
komunitas.
b. Reformasi dalam yankes menuntut perawat meredefinisikan
perannya
c. Intervensi keperawatan yang menekankan pada aspek
pencegahan dan promosi kesehatan, sudah saatnya
mengembangkan community based care. Pengembangan
pendidikan keperawatan sangat penting, terutama keperawatan
mental psikiatri baik dalam jumlah maupun kualitas.

F. Isu Seputar Pelayanan Keperawatan Mental Psikiatri


1) Pelayanan keperawatan mental psikiatri, kurang dapat
dipertanggungjawabkan karena masih kurangnya hasil-hasil riset tentang
keperawatan jiwa klinik.
2) Perawat psikiatri, kurang siap menghadapi pasar bebas karena
pendidikannya yang rendah dan belum adanya licence untuk praktek yang
diakui secara internasional
3) Pembedaan perang perawat jiwa berdasarkan pendidikan dan pengalaman
sering kali tidak jelas “position description” job responsibility dan sistem
reward dalam pelayanan.
4) Menjadi perawat psikiatri bukanlah pilihan bagi peserta didik (mahasiswa
keperawatan).

G. Tren dan Isu Seputar Dimensi Spiritual Keperawatan Jiwa


Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat
dikotomis melainkan antara keduanya sudah terintegrasi (saling menunjang).
Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu
pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta. Tetapi agama tanpa ilmu
pengetahuan bagaikan orang lumpuh. Merujuk dari pentingnya pengetahuan
dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat banyak penelitian dilakukan
diantaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang tidak
terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan
sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka
yang menderita penyakit mental mengalami suatu kekosongan rohani.
Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat. Menurut Rando
(1984) keyakinan agama dapat membantu menyokong pasien dalam
menghadapi krisi kehidupan termasu kematian. Dimensi spiritual merupakan
hal yang sangat penting diperhatikan dalam masyarakat Indonesia. Walaupun
hal ini sering kali terabaikan. Pengertian tentang pentingnya memahami
kebutuhan spiritual pasien yang dilandasi atas keyakinan beragama,
nilai dan pengalaman kehidupan pasien sering tidak menjadi focus tenaga
kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menjelaskan secara ilmu
aspek spiritual. Tiga kebutuhan spiritual menurut Randi (1984) adalah
mencari arti kehidupan, meninggal secara wajar dan kebutuhan untuk
ditemani pada saat sakratul maut.

H. Manfaat Proses Keperawatan Jiwa

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa


merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin
tidak dapat dilihat langsung seperti pada masalah kesehatan fisik,
memperlihatkan gejala yang berbeda dan muncul oleh berbagai penyebab.
Proses keperawatan merupakan sarana/wahana kerjasama perawat dengan
klien, yang umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar dari
pada peran klien, namun pada proses akhirnya diharapkan peran klien
lebih besar daripada peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat dicapai
(Keliat, 1998). Manfaat dari proses kepeawatan jiwa dapat disimpulkan
sebagai berikut :

a. Manfaat keperawatan jiwa bagi perawat :


a. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan
keperawatan
b. Tersedia pola pikir/ kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan
terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan
bahwa perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian.
b. Manfaat keperwatan jiwa bagi pasien
a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Terhindar dari malpraktik.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa seseorang bisa terganggu karena masalah-
masalah yang didapat selama hidup. Dalam menjalankan
kehidupan setiap orang akan mendapatkan masalah. Sebagian besar
manusia tidak mampu mengontrol emosi dan mengelola stresnya, sehingga
akan melakukan yang hal-hal yang tidak baik bagi dirinya. Walaupun begitu
ada sebagian orang yang bisa melaluinya dengan baik. Kesehatan jiwa
menjadi masalah besar di dunia dan dianggap sangat mengancam. Seseorag
yang mengalami gangguan jiwa akan melakukan beberapa hal, seperti
menggunakan NAPZA, melakukan bunuh diri dll. Setiap tahunnya kasus
bunuh diri selalu meningkat yang menyebabkan banyak orang yang
meninggal. Pada saat sekarang ini tren dan isu tentang keperawatan jiwa
sangat berkembang. Gangguan jiwa bukan hanya terjadi pada orang dewasa
dan lansia saja tetapi juga terjadi pada anak-anak dan remaja. Dan tidak
hanya dialami oleh masyarakt kalangan bawah saja tetapi juga kalangan
menengah ke atas.
B. Saran
Banyaknya persoalan yang dihadapi selama hidup ini seperti
ekonomi dan kemiskinan dapat menyebabkan terganggunya kesehatan
mental. Orang yang mengalami depresi atau stress akan berusaha
menghilangkan stresnya dengan menggunakan NAPZA dan ada yang
melakukan bunuh diri. Untuk itu sebagai seorang perawat kita harus bisa
merawat pasien dengan gangguan jiwa dengan baik agar tidak melakukan
hal-hal yang tidak baik. Penigkatan pelayanan terhadap pasien juga harus
diperhatikan. Untuk mengurangi pasien penyakit jiwa bisa dilakukan
dengan dimensi spiritual, sehingga pasien harus lebih diperkenalkan
dengan agamanya dan memperkuat imannya.

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, A.I, Sadock B.J. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (I); Jakarta.
Widya Medika.
Hamid, A.Y.S. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa (I);Jakarta. Buku Kedokteran ECG.
Shives, L.R. (1998). Basic Consept of Psychiatric-Mental Health Nursing
(4); East Washington Square. Lippincott.
Prasetyo, H. Nugroho, P. (2009). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa dalam
Merawat Pasien Jiwa pada Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Soedirman. 4 (1),
15-19.
Prihartini, Y. Hotnida, E. Peran Perawat dalam Program Terapi dan
Pemberdayaan Pasien dengan Dual Diagnosis. Bulletin Ilmiah Populer.35-42.

Novita, M.(2012). Peran Perawat Dalam Meningkatkan Kemampuan


Bersosialisasi Pada Penderita Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011. D iakses p ad a
tangg al 27 Septemb er 2 012 dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31490
Anonim. Kesehatan Jiwa. D iakses pada tan gg al 28 S eptem ber 2
01 2 dari http:// faper ta.ugm.a c.id/a rticl es/kes ehata n_jiwa. pdf

Anda mungkin juga menyukai