Oleh :
KELOMPOK 4
SRI MULIANINGSIH (S.0020.P.019)
AYUH ASTIKA A (S.0020.P.001)
LISA ASTRADA (S.0020.P.005)
ILMAYANTI (S.0020.P.003)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...............................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
C. Tujuan ........................................................................................................3
BAB II Pembahasan...............................................................................................4
A. Pengertian Kesehatan Jiwa..........................................................................4
B. Tujuan program kesehatan jiwa masyarakat................................................4
C. Prisip-prinsip Keperawatan Jiwa Masyarakat..............................................5
D. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa dan Komunitas.........................6
E. Masalah Kesehatan Jiwa Masyarakat..........................................................7
BAB III Asuhan Keperawatan............................................................................12
A. Pengkajian.................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................................17
C. Intervensi Keperawatan.............................................................................17
BAB IV Penutup...................................................................................................18
A. Kesimpulan...............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara
klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia.
(Keliat, 2011 )Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami
peningkatan yang sangat signifikan,dan setiap tahun di berbagai belahan
dunia jumlah penderita gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari
World Health Organisasi (WHO) dalam Yosep (2013) , ada sekitar 450
juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan
setidaknya ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah mental,
dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah
menjadi masalah yang sangat serius.
Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi Maslim dalam Mubarta
(2011 ) prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia sebesar 6,55%.
Angka tersebut tergolong sedang dibandingkan dengan negara lainnya.
Data dari 33 Rumah Sakit Jiwa ( RSJ ) yang ada di seluruh Indonesia
menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai
2,5 juta orang.
Penderita gangguan jiwa berat dengan usia di atas 15 tahun di
Indonesia mencapai 0,46%. Hal ini berarti terdapat lebih dari 1 juta jiwa di
Indonesia yang menderita gangguan jiwa berat. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia mengalami masalah
gangguan mental emosional (Riset kesehatan dasar, 2007). Sedangkan
pada tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 1,7 juta
(Riskesdas, 2013 ). Prevalensi gangguan jiwa berat atau dalam istilah
medis disebut psikosis/skizofrenia di daerah pedesaan ternyata lebih tinggi
dibanding daerah perkotaan. Di daerah pedesaan, proporsi rumah tangga
dengan minimal salah satu anggota rumah tangga mengalami gangguan
jiwa berat dan pernah dipasung mencapai 18,2 %. Sementara di daerah
perkotaan, proporsinya hanya mencapai 10,7 %.
Nampaknya, hal ini memberikan konfirmasi bahwa tekanan hidup
yang dialami penduduk pedesaan lebih berat dibanding penduduk
perkotaan. Dan mudah diduga, Salah satu bentuk tekanan hidup itu, meski
tidak selalu adalah kesulitan ekonomi (Riskesdas, 2013 ). Prevalensi
gangguan jiwa di Jawa Tengah mencapai 3,3 % dari seluruh populasi yang
ada ( Balitbangkes, 2008 ). Berdasarkan data dari dinas kesehatan Provinsi
Jawa Tengah tercatat ada 1.091 kasus yang mengalami gangguan jiwa dan
beberapa dari kasus tersebut hidup dalam pasungan. Angka tersebut
diperoleh dari pendataan sejak januari hingga november 2012 ( Hendry,
2012 ). Berdasarkan jumlah kunjungan masyarakat yang mengalami
gangguan jiwa ke pelayanan kesehataan baik puskesmas, rumah sakit,
maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya pada tahun 2009 terdapat 1,3
juta orang yang melakukan kunjungan, hal ini diperkirakan sebanyak 4,09
% ( Profil Kesehatan Kab/ Kota Jawa tengah Tahun 2009 ).
Hal ini perlu adanya dukungan dari keluarga dalam proses
penyembuhan. Peran dan keterlibatan keluarga dalam proses
penyembuhan dan perawatan pasien gangguan jiwa sangat penting, karena
peran keluarga sangat mendukung dalam proses pemulihan penderita
gangguan jiwa. Keluarga dapat mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap,
dan perilaku anggota keluarga. Disamping itu, keluarga mempunyai fungsi
dasar seperti member kasih sayang, rasa aman, rasa memiliki, dan
menyiapkan peran dewasa individu di masyarakat. Keluarga merupakan
suatu sistem, maka jika terdapat gangguan jiwa pada salah satu anggota
keluarga maka dapat menyebabkan gangguan jiwa pada anggota keluarga (
Nasir & Muhith, 2011 ).
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep teori dari Konsep Kejiwaan Masyarakat
2. Bagaimana konsep keperawatan dari Konsep Kejiwaan Masyarakat
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja konsep teori dari Konsep Kejiwaan
Masyarakat
2. Untik mengetahui bagaimana konsep keperawatan dari Konsep
Kejiwaan Masyarakat
BAB II
KONSEP TEORI
A. Pengkajian
1. Identitas
Riwayat ketidakjelasan nama atau identitas serta pendidikan yang
rendah, atau riwayat putus sekolah yang mengakibatkan
perkembangan kurang efektif. Status sosial tuna wisma, kehidupan
terisolasi (kehilangan kontak sosial, misal pada lansia). Agama dan
keyakinan klien tidak bisa menjelaskan aktivitas keagamaan secara
rutin (Mellia Trisyani Putri, 2020).
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai
diri sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah
mengalami gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau
minum obat secara teratur (Keliat,2016).
3. Faktor Predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu
dan pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan
jiwa (Parwati, Dewi & Saputra 2018).
b) Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa.
c) Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
d) Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
kalau ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan
perawatan.
e) Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya,
penolakan dari lingkungan
4. Fisik
Pengkajian fisik
a) Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan
bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
b) Ukur tinggi badan dan berat badan.
c) Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan
mengepal, rahang mengatup, wajah memerah)
d) Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar
dan ketus).
5. Psikososial
a) Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud
jangkauan yang mudah diingat oleh klien maupun keluarga apa
disaat pengkajian.
b) Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain
sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
c) Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat
kerja dan dalam lingkungan tempat tinggal
d) Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan
orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat penolakan
atau klien merasa tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan
keluarga maupun diluar lingkungan keluarga.
e) Peran diri
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas yang
diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan
biasanya klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran
tersebut dan merasa tidak berguna.
f) Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh,
posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja
dan masyarakat.
6. Hubungan social
a) Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b) Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat
keterlibatan klien dalam hubungan masyarakat.
7. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan
jiwa.
b) Kegiatan ibadah
c) Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
8. Status mental
a) Penampilan.
b) Biasanya penampilan klien kotor.
c) Pembicaraan.
d) Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan
pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah
tersinggung.
e) Aktivitas motoric
f) Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan
terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah-ubah,
gemetar, tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
g) Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah
dilakukan
h) Efek
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marahmarah tanpa
sebab
i) Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan
bicara dan mudah tersinggung.
j) Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas.
k) Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik baik saja.
l) Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
m) Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian
yang terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
n) Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan
sedang dan tidak mampu mengambil keputusan
o) Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
9. Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
Biasanya klien tidak mengalami perubahan
b) BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada
gangguan
c) Mandi
Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci
rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan
kotor, dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
d) Berpakaian
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau
berdandan. Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan
sesuai dan klien tidak mengenakan alas kaki
e) Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti:
menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti:
merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi.
Frekuensi tidur klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang
gaduh atau tidak tidur.
f) Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan klien
tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak
peduli tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.
h) Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan
mengatur biaya sehari-hari.
10. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan
tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya
tidak terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat
yg ada dirumah.
11. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi
dengan lingkungan
12. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya,dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan
fungsi Dari obat yang diminumnya.
B. Diagnosa
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Harga Diri Rendah
C. Intervensi
No Diagnosa Intervensi
1 Perilaku Kekerasan Mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara tarik nafas dalam dan
memukul kasur/bantal
Kontrol perilaku kekerasan dengan
cara meminum obat secara teratur
Kontrol perilaku kekerasan dengan
cara berbicara baik-baik
spiritual
2 Harga Diri Rendah Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang di miliki oleh
pasien
Menilai kemampuan yang di gunakan
Menetapkan/memiliki kegiatan sesuai
kemampuan
Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang di pilih
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup,dapat menerima orang lainsebagaimana adanya
serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Kesehatan jiwa masyarakat (Community Mental Health) merupakan suatu
orientasi kesehatan jiwa yang dilaksanakan di masyarakat. Kesehatan jiwa
masyarakat ini dititik beratkan pada upaya promotif dan preventif tanpa
melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. (KepMenKes No. 220)
Peran perawat kesehatan jiwa masyarakat adalah:
1. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan memetakan permasalahan
kesehatan jiwa
2. Pendidikan kesehatan dalam upaya preventif danj promotif
penemuan kasus dini, skiring dan tindakan yang cepat.
3. Pemberi asuhan keperawatan pada intervensi kondisi “krisis”
DAFTAR PUSTAKA