Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah : Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan
DISUSUN OLEH :
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Determinan
Sosial dalam Kesehatan di Masyarakat. Dalam proses penyusunan makalah ini kami
mengalami beberapa hambatan. Namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Pada
kesempatan ini, tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing
yaitu Bapa Khrisna Wisnu Sakti,S,Kep.,Ners,.M.Kep. dan Ibu Meivi Sesanelvira
M,.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom yang telah membantu dan membimbing kami dalam proses
penyusunan makalah.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan, serta doanya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan dapat mengetahui tentang
Determinan Soisal dalam Kesehatan di Masyarakat. Makalah ini mungkin jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami mengharap kritik serta saran untuk menyempurnakan makalah ini.
PENYUSUN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang
kesehatan diharapkan akan semakin meningkat tingkat kesehatan masyarakat dan
pelayanan kesehatan yang dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat (Dinas
Kesehatan, 2007).
Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang
relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar
kegiatan di dalam kumpulan manusia tersebut.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial
budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat
dipahami dalam konteks pengertian yang lain (Simatupang, 2008)
PEMBAHASAN
Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa adanya 4
determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok atau
masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap
kesehatan
A. Lingkungan
B. Perilaku
C. Pelayanan kesehatan,
D. Keturunan atau herediter.
1. Faktor makanan
Makanan merupakan faktor penting dalam kesehatan kita. Bayi lahir dari seorang ibu
yang telah siap dengan persediaan susu yang merupakan makanan lengkap untuk
seorang bayi. Mereka yang memelihara tubuhnya dengan makanan yang cocok,
menikmati tubuh yang benar-benar sehat. Kecocokan makanan ini menurut waktu,
jumlah, dan harga yang tepat. Hanya saat kita makan secara berlebihan makanan
yang tidak cocok dengan tubuh kita, maka tubuh akan bereaksi sebaliknya. Sakit
adalah salah satu reaksi tubuh, dan bila kemudian dicegah atau dirawat dengan benar,
tubuh kembali sehat. Penyakit merupakan peringatan untuk mengubah kebiasaan
kita. Perlu di ingat selalu bahwa tubuh kita hanya memerlukan makanan yang tepat
dalam jumlah yang sesuai.
2. Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan membentuk cara berpikir dan kemampuan seseorang
untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan
menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatannya. Pendidikan juga
secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjaga
kesehatannya. Biasanya, orang yang berpendidikan (dalam hal ini orang yang
menempuh pendidikan formal) mempunyai resiko lebih kecil terkena penyakit atau
masalah kesehatan lainnya dibandingkan dengan masyarakat yang awam dengan
kesehatan.
3. Faktor sosial dan Ekonomi
Faktor-faktor sosial dan ekonomi seperti lingkungan sosial, tingkat pendapatan,
pekerjaan, dan ketahanan pangan dalam keluarga merupakan faktor yang
berpengaruh besar pada penentuan derajat kesehatan seseorang. Dalam masalah gizi
buruk misalnya, masyarakat dengan tingkat ekonomi dan berpendapatan rendah
biasanya lebih rentan menderita gizi buruk. Hal tersebut bisa terjadi karena orang
dengan tingkat ekonomi rendah sulit untuk mendapatkan makanan dengan nilai gizi
yang bisa dibilang layak.
4. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu,
termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.
Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki beribu-ribu suku
dengan adat istiadat yang berbeda-beda pula. Sebagian dari adat istiadat tersebut ada
yang masih bisa dibilang “primitif” dan tidak mempedulikan aspek kesehatan.
Misalnya saja, pada suku Baduy yang tidak memperbolehkan masyarakat
menggunakan alas kaki.
5. Usia
Setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon yang berbeda-beda
terhadap perubahan kesehatan yang terjadi.
6. Faktor emosional
Setiap pemikiran positif akan sangat berpengaruh, pikiran yang sehat dan bahagia
semakin meningkatkan kesehatan tubuh kita. Tidak sulit memahami pengaruh dari
pikiran terhadap kesehatan kita. Yang diperlukan hanyalah usaha mengembangkan
sikap yang benar agar tercapai kesejahteraan.
7. Faktor agama dan keyakinan
Agama dan kepercayaan yang dianut oleh seorang individu secara tidak langsung
mempengaruhi perilaku kita dalam berperilaku sehat. Misalnya, pada agama
Islam. Islam mengajarkan bahwa “anna ghafatul minal iman” atau “kebersihan
adalah sebagian dari iman”. Sebagai umat muslim, tentu kita akan melaksanakan
perintah Allah SWT. untuk berperilaku bersih dan sehat
Dalam bahasa inggris, kata healt mempuyai dua pengertian dalam bahasa
Indonesia yaitu sehat Atau kesehatan. Sehat menjelaskan kondisi atau keadaan dari
subjek, misalnya anak sehat, ibu sehat, dan orang sehat. Sedangkan kesehatam
menjelaskan tentang sifat dari subjek, misalnya kesehatan manusia, kesehatan
masyarakat, dan kesehatan individu. Sehat dalam pengertian keadaan atau kondisi
mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat diartikan keadaan seseorang
yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kesehatan sehari-
hari. dan sebagainya.
Menurut batasan ilmiah, sehat atau kesehatan telah dirumuskan dalam Undang-
Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, “keadaan sempurna baik fisik, mental, dan
sosialdan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan
sosial. Hal ini berarti, kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental,
dan sosialnya saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai
pekerjaan atau menghasilkan sesuat secara ekonomi.
Banyak sekali hal-hal yang mempengaruhi kesehatan kita, yang mungkin tidak kita
sadari bahwa hal-hal yang berada di sekitar kita adalah faktor-faktor utama yang
mempengaruhi kesehatan. Kesehatan adalah hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor
internal (fisik dan psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik,
politik, ekonomi, pendidikan).Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dengan masalah-
masalah lain di luar masalah kesehatan itu sendiri. Menurut Henrik L. Blum (1974)
seperti dikutip Azwar (1983), terdapat empat faktor yang memiliki pengaruh besar
terhadap kesehatan yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan,
dan faktor keturunan yang saling mempengaruhi.
Kini makin disadari kesehatan dipengaruhi oleh determinan sosial dan lingkungan,
fisik, dan biologi. Ada sepuluh determinan sosial yang dapat mempengaruhi kesehatan.
1. Kesenjangan sosial
Masyarakat dengan kelas sosial ekonomi lemah, biasanya sangat rentan dan beresiko
terhadap penyakit, serta memiliki harapan hidup yang rendah.
2. Stres
Stres merupakna keadaan psikologis/jiwa yang labil. Kegagalan menanggulangi stres
baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di lingkungan kerja akan
mempengaruhi kesehatan seseorang.
3. Pengucilan sosial
Kehidupan di pengasingan atau perasaan terkucil akan menghasilkan perasaan tidak
nyaman, tidak berharga, kehilangan harga diri, akan mempengaruhi kesehatan fisik
maupaun mental.
4. Kehidupan dini
Kesehatan masa dewasa ditentukan oleh kondisi kesehatan di awal kehidupan.
Pertumbuhan fisik yang lambat, serta dukungan emosi yang kurang baik pada awal
kehidupan akan memberikan dampak pada kesehatan fisik, mental, dan kemampuan
intelektual masa dewasa.
5. Pekerjaan
Stres di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian. Syarat-
syarat kesehatan di tempat kerja akan membantu meningkatkan derajat kesehatan.
6. Pengangguran
Pekerjaan merupakan penopang biaya kehidupan. Jaminan pekerjaan yang mantap
akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi diri dan keluarganya.
7. Dukungan sosial
Hubungan sosial termasuk diantaranya adalah persahabatan serta kekerabatan yang
baik dalam keluarga dan juga di tempat kerja.
8. Penyalahgunaan napza
Pemakaian napza merupakan faktor memperburuk kondisi kesehatan, keselamat dan
kesejahteraan. Napza atau pemakaian narkoba, alkohol, dan merokok akan
memberikan dampak buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
9. Pangan
Ketersediaan pangan, pendayagunaan penghasilan keluarga untuk pangan, serta cara
makan berpengaruh terhadap kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
Kekurangan gizi maupun kelebihan gizi berdampak terhadap kesehatan dan penyakit.
10. Transportasi
Transportasi yang sehat, mengurangi waktu berkendara, meningkatkan aktivitas fisik
yang memadai akan baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi waktu
berkendara dan jumlah kendaraan akan mengurangi polusi pada manusia.
Kesenjangan sosial adalah suatu tidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan
antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
2.4 Stress
a. Definisi stress
Dr. Hans Selye, seorang pelopor peneliti stres pada tahun 1930 an mendiskiripsikan
stres sebagai respon tubuh terhadap berbagai macam tuntutan. Sementara, peneliti lain
medefinisikan stres sebagai keadaan ketika seseorang dihadapkan dengan kebutuhan
yang sulit atau perubahan yang tidak menyenangkan saat beradaptasi dalam
kehidupan. Stres tidak selalu diartikan respon non-spesifik tubuh terhadap kebutuhan
fisik dan psikologis, tetapi juga mencakup mental, emosi. dan perilaku.
b. Jenis Stres
Para peneliti membedakan stres menjadi dua jenis, yaitu custres dan distres.
1. Eustres (stres positif)
Eustres adalah ketidaksesuaian yang bersifat positif antara persepsi dan
keinginan.Eustres juga merupakan respon tubuh yang bersifat menyenangkan dan
berasal dari pengalaman yang memuaskan. Eustres dapat meningkatkan kesiagaan
mental, kewaspadaan, kognisi, dan performasi individu, serta meningkatkan
motivasi individu dalam berkreasi. Eustres ditandai dengan harapan (keyakinan
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keinginan dan sukses) dan efek positif
yang berasal dari energi dan antusiasme.
2. Distres (stres negatif) Jenis stres yang bersifat merusak dan tidak menyenangkan.
Distres ditandai dengan rasa cemas, takut, khawatir, kemarahan, pengasingan, rasa
frustasi, dan gelisah sehingga menyebabkan keadaan psikologis yang negatif.
Stres dapat memicu perubahan kesehatan yang tidak langsung disebabkan oleh
variabel biologis atau psikologis, namun disebabkan oleh perubahan gaya hidup sehat.
Stres yang tinggi dapat menyebabkan semakin tingginya frekuensi merokok, tidur
terganggu, meningkatnya konsumsi alkohol, dan berubahnya pola makan (seringkali
dianggap sebagai stresor) terbukti berhubungan dengan angka kematian lebih tinggi yang
disebabkan beberapa penyakit seperti penyakit-penyakit tidak menular seperti kanker,
hipertensi, DM, dll. Hubungan stres-penyakit merupakan hal yang nyata, namun
dimediasi secara tidak langsung melalui perubahan perilaku sehat dan bukan melalui efek
biologis langsung dari stress.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Determinan kesehatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan dan status individu dari masyarakat, determinan utama tersebut ada
4 yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan atau
herediter, keempat determinan tersebut adalah determinan untuk kesehatan
kelompok atau komunitas yang kemungkinan sama di kalangan masyarakat.
Akan tetapi untuk kesehatan individu, disamping empat faktor tersebut, faktor
internal individu juga berperan, misalnya : umur, gender, pendidikan, dan
sebagainya, disamping faktor herediter. Determinan kesehatan itu sebenarnya
adalah semua faktor diluar kehidupan manusia, baik secara individual,
kelompok, maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kehidupan manusia itu.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya informasi mengenai determinan kesehetan,
perkembangan Kesehatan, Kesehatan dasar, Pendidikan kesehetan dan
pelayanan Kesehatan, tenaga Kesehatan mampu memberikan penyuluhan
mengenai Kesehatan.
Tujuannya agar masyarakat mengetahui mengenai Kesehatan dan dapat
terhindar dari penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta