Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DETERMINAN SOSIAL DALAM KESEHATAN DI MASYARAKAT

Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah : Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan

DISUSUN OLEH :

1. Dinda Kartika V (213121005)


2. Yusuf Cahyana (213121006)
3. Cindy Nadia (213121012)
4. Mirna Pramudita (213121013)
5. Desi Nurhalizah (213121015)
6. Alia Azzahra (213121023)
7. Nur Azis Hadiyulloh (213121025)
8. Sindi Sarah (213121033)
9. Alpina Damayanti (213121036)

PRODI ILMU KEPERAWATAN S1

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Determinan
Sosial dalam Kesehatan di Masyarakat. Dalam proses penyusunan makalah ini kami
mengalami beberapa hambatan. Namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Pada
kesempatan ini, tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing
yaitu Bapa Khrisna Wisnu Sakti,S,Kep.,Ners,.M.Kep. dan Ibu Meivi Sesanelvira
M,.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom yang telah membantu dan membimbing kami dalam proses
penyusunan makalah.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan, serta doanya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan dapat mengetahui tentang
Determinan Soisal dalam Kesehatan di Masyarakat. Makalah ini mungkin jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami mengharap kritik serta saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Cimahi, 29 November 2022

PENYUSUN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Determinan Yang Mempengaruhi Status Kesehatan ..................................... 3


2.2 Determinan Sosial Budaya Dalam Kesehatan Masyarakat ............................ 4
2.2 Kesenjangan sosial (masalah sosial) .............................................................. 9
2.4 Stress .............................................................................................................. 10
2.5 Contoh Penyakit yang disebabkan oleh Kesenjangan dan Stress .................. 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 11


3.2 Saran .............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 12


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang
kesehatan diharapkan akan semakin meningkat tingkat kesehatan masyarakat dan
pelayanan kesehatan yang dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat (Dinas
Kesehatan, 2007).

Hasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif,


perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna
tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Tetapi, pembangunan kesehatan masih
jauh dari yang diharapkan.

Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa diantaranya


adalah penyakit-penyakit seperti DBD. flu burung, dan sebagainya yang semakin meluas,
kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak, prioritas kesehatan rendah. sebenarnya
individu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan status kesehatan. Merubah pola
hidup ataupun budaya tentang kesehatan yang biasa kita lakukan dan mengikuti
perubahan zaman.

Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang
relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama serta melakukan sebagian besar
kegiatan di dalam kumpulan manusia tersebut.

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial
budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat
dipahami dalam konteks pengertian yang lain (Simatupang, 2008)

1.2 Rumusan Masalah


Ada beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana determinan yang mempengaruhi status kesehatan?
2. Bagaimana Sosial Budaya Dalam Kesehatan Masyarakat?
3. Apa yang dimaksud dengan kesenjangan sosial (masalah sosial)?
4. Apa yang dimaksud dengan stress?
5. Apa saja contoh penyakit yang disebabkan oleh kesenjangan dan stress?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan :
1. determinan yang mempengarugi status kesehatan
2. macam-macam determinan sosial budaya dalam kesehatan masyarakat
3. hubungan kesenjangan sosial, stress dan status kesehatan masyarakat

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan digunakan sebagai referensi ilmiah untuk meningkatkan
pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi keyakinan dan tindakan kesehatan
terhadap sehat-sakit dan perilaku.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan
pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi keyakinan dan tindakan kesehatan
terhadap sehat-sakit dan perilaku.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Determinan Yang Mempengaruhi Status Kesehatan

Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa adanya 4
determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok atau
masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap
kesehatan
A. Lingkungan
B. Perilaku
C. Pelayanan kesehatan,
D. Keturunan atau herediter.

Keempat determinan tersebut adalah determinan untuk kesehatan kelompok atau


komunitas yang kemungkinan sama di kalangan masyarakat. Akan tetapi untuk
kesehatan individu, disamping empat faktor tersebut, faktor internal individu juga
berperan, misalnya : umur, gender, pendidikan, dan sebagainya, disamping faktor
herediter. Bila kita analisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah
semua faktor diluar kehidupan manusia, baik secara individual, kelompok, maupun
komunitas yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan manusia
itu. Hal ini berarti, disamping determinan-determinan derajat kesehatan yang telah
dirumuskan oleh Blum tersebut masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi atau
menentukan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.

1. Faktor makanan
Makanan merupakan faktor penting dalam kesehatan kita. Bayi lahir dari seorang ibu
yang telah siap dengan persediaan susu yang merupakan makanan lengkap untuk
seorang bayi. Mereka yang memelihara tubuhnya dengan makanan yang cocok,
menikmati tubuh yang benar-benar sehat. Kecocokan makanan ini menurut waktu,
jumlah, dan harga yang tepat. Hanya saat kita makan secara berlebihan makanan
yang tidak cocok dengan tubuh kita, maka tubuh akan bereaksi sebaliknya. Sakit
adalah salah satu reaksi tubuh, dan bila kemudian dicegah atau dirawat dengan benar,
tubuh kembali sehat. Penyakit merupakan peringatan untuk mengubah kebiasaan
kita. Perlu di ingat selalu bahwa tubuh kita hanya memerlukan makanan yang tepat
dalam jumlah yang sesuai.
2. Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan membentuk cara berpikir dan kemampuan seseorang
untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan
menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatannya. Pendidikan juga
secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjaga
kesehatannya. Biasanya, orang yang berpendidikan (dalam hal ini orang yang
menempuh pendidikan formal) mempunyai resiko lebih kecil terkena penyakit atau
masalah kesehatan lainnya dibandingkan dengan masyarakat yang awam dengan
kesehatan.
3. Faktor sosial dan Ekonomi
Faktor-faktor sosial dan ekonomi seperti lingkungan sosial, tingkat pendapatan,
pekerjaan, dan ketahanan pangan dalam keluarga merupakan faktor yang
berpengaruh besar pada penentuan derajat kesehatan seseorang. Dalam masalah gizi
buruk misalnya, masyarakat dengan tingkat ekonomi dan berpendapatan rendah
biasanya lebih rentan menderita gizi buruk. Hal tersebut bisa terjadi karena orang
dengan tingkat ekonomi rendah sulit untuk mendapatkan makanan dengan nilai gizi
yang bisa dibilang layak.
4. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu,
termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.
Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki beribu-ribu suku
dengan adat istiadat yang berbeda-beda pula. Sebagian dari adat istiadat tersebut ada
yang masih bisa dibilang “primitif” dan tidak mempedulikan aspek kesehatan.
Misalnya saja, pada suku Baduy yang tidak memperbolehkan masyarakat
menggunakan alas kaki.
5. Usia
Setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon yang berbeda-beda
terhadap perubahan kesehatan yang terjadi.
6. Faktor emosional
Setiap pemikiran positif akan sangat berpengaruh, pikiran yang sehat dan bahagia
semakin meningkatkan kesehatan tubuh kita. Tidak sulit memahami pengaruh dari
pikiran terhadap kesehatan kita. Yang diperlukan hanyalah usaha mengembangkan
sikap yang benar agar tercapai kesejahteraan.
7. Faktor agama dan keyakinan
Agama dan kepercayaan yang dianut oleh seorang individu secara tidak langsung
mempengaruhi perilaku kita dalam berperilaku sehat. Misalnya, pada agama
Islam. Islam mengajarkan bahwa “anna ghafatul minal iman” atau “kebersihan
adalah sebagian dari iman”. Sebagai umat muslim, tentu kita akan melaksanakan
perintah Allah SWT. untuk berperilaku bersih dan sehat

2.2 Determinan Sosial Budaya Dalam Kesehatan Masyarakat

Dalam bahasa inggris, kata healt mempuyai dua pengertian dalam bahasa
Indonesia yaitu sehat Atau kesehatan. Sehat menjelaskan kondisi atau keadaan dari
subjek, misalnya anak sehat, ibu sehat, dan orang sehat. Sedangkan kesehatam
menjelaskan tentang sifat dari subjek, misalnya kesehatan manusia, kesehatan
masyarakat, dan kesehatan individu. Sehat dalam pengertian keadaan atau kondisi
mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat diartikan keadaan seseorang
yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kesehatan sehari-
hari. dan sebagainya.
Menurut batasan ilmiah, sehat atau kesehatan telah dirumuskan dalam Undang-
Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, “keadaan sempurna baik fisik, mental, dan
sosialdan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, serta produktif secara ekonomi dan
sosial. Hal ini berarti, kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental,
dan sosialnya saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai
pekerjaan atau menghasilkan sesuat secara ekonomi.

Banyak sekali hal-hal yang mempengaruhi kesehatan kita, yang mungkin tidak kita
sadari bahwa hal-hal yang berada di sekitar kita adalah faktor-faktor utama yang
mempengaruhi kesehatan. Kesehatan adalah hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor
internal (fisik dan psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya, lingkungan fisik,
politik, ekonomi, pendidikan).Faktor-faktor tersebut saling berkaitan dengan masalah-
masalah lain di luar masalah kesehatan itu sendiri. Menurut Henrik L. Blum (1974)
seperti dikutip Azwar (1983), terdapat empat faktor yang memiliki pengaruh besar
terhadap kesehatan yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan,
dan faktor keturunan yang saling mempengaruhi.

1. Faktor perilaku masyarakat


Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan
penting untuk mewujudkan masyarakat yang sehat. Hal ini dikarenakan budaya hidup
bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga
kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat menuju
sehat. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi
dalam menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat.
Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya
menjaga lingkungan yang bersih dan sehat. Beberapa kegiatan yang mungkin kita
lakukan seperti berolah raga, tidur yang cukup, tidak merokok, dan tidak minum
minuman beralkohol. Apabila kita mengembangkan kebiasaan yang bagus dari sejak
awal, hal tersebut berpengaruh positif terhadap kesehatan tubuh. Sekali-kali atau
dalam batas-batas tertentu untuk waktu yang lebih lama, kita bebas melakukan
kebiasaan-kebiasaan harian. Namun, bagaimanapun juga sikap yang tidak berlebihan
merupakan suatu keharusan agar benar-benar sehat. Tubuh kita memerlukan tidur
yang cukup, olah raga, dan rutinitas yang sehat dalam jumlah tertentu untuk
mempertahankan kesejahteraannya.
2. Faktor lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.
Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber
berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita.
Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara,
air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi
tanggung jawab semua pihak, untuk itulah perlu kesadaran dari semua pihak.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai
mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain sehingga interaksi individu satu
dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang
buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.
3. Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan
posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu
dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan terutama untuk pelayanan
kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia di bidang kesehatan juga harus ditingkatkan. Puskesmas
sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar
peranannya sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan
edukasi dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai
manager yang memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan
dalam menyusun program-program kesehatan. Utamanya program-program
pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga masyarakat tidak banyak yang
jatuh sakit. Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare,
demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini seperti
jantung koroner, stroke, diabetes mellitus asalkan masyarakat paham dan melakukan
nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya.
4. Faktor keturunan yang saling mempengaruhi (genetik)
Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu
kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu
berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya. Dalam
hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah
perkembangan otak anak yang menjadi aset kita dimasa mendatang. Namun masih
banyak saja anak Indonesia yang status gizinya kurang bahkan buruk padahal potensi
alam Indonesia cukup mendukung. Oleh sebab itulah program penanggulangan
kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan
seperti program posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan
berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat dan
cepat dapat tertangani.

Ilustrasi konsep Blum

Semua negara di dunia menggunakan konsep Blum dalam menjaga kesehatan


warga negaranya. Untuk negara maju saat ini sudah fokus pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Sehingga asupan makanan anak-anak mereka begitu dijaga dari
segi gizi sehingga akan melahirkan keturunan yang berbobot. Kondisi yang
berseberangan dialami Indonesia sebagai negara agraris, segala regulasi pemerintah
tentang kesehatan malah fokus pada penanggulangan kekurangan gizi masyarakatnya.
Bahkan dilematisnya, banyak masyarakat kota yang mengalami kekurangan gizi padahal
dari hasil penelitian membuktikan wilayah Indonesia potensial sebagai lahan pangan dan
perternakan karena wilayahnya yang luas dengan topografi yang mendukung.
Seringkali dalam analisis kesehatan, pemerintah kurang mempertimbangkan
pendapat ahli kesehatan masyarakat (public health) sehingga kebijakan yang dibuat
hanya dari sudut pandang kejadian sehat-sakit. Perilaku adalah resultan antar stimulus
(faktor eksternal) dengan respon (faktor internal) dalam subjek atau orang yang
berperilaku tersebut. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan olah
faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau
membentuk perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan ada tiga
teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian kesehatan.

1. Teori Lawrence Green


Ada dua determinan masalah kesehatan yaitu faktor perilaku (behavioral factor) dan
faktor nonperilaku (non-behavioral factor). Faktor-faktor tersebut ditentukan oleh
tigafaktor utama
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai, dan tradisi. Misalnya
seorang ibu mau membawa anaknya ke posyandu karena tahu bahwa di
posyanduakan dilakukan penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya.
Anaknya akan memperoleh imunisasai untuk pencegahan penyakit, dan
sebagainya. Tanpa adanya pengetahuan-pengetahuan ini, ibu tersebut mungkin
tidak akan membawa anaknya ke posyandu.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) yaitu faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku serta tindakan. Yang dimaksud
dengan faktor pemungkin dalam saran dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit,
tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan
bergizi, uang dan sebagainya. Misalnya, sebuah keluarga yang sudah tahu
masalah kesehatan, mengupayakan keluarganya untuk menggunakan air bersih,
buang air besar di WC, makan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Tetapi
apabila keluarga tersebut tidak mampu untuk mengadakan fasilitas itu semua
maka dengan terpaksa buang air besar di kali atau kebun, menggunakan air kali
untuk keperluan sehari-hari, makan seadanya, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) yaitu faktor-faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu
dan mampu untuk berperlaku sehat, tetapi tidak melakukannya, seorang ibu hamil
tahu manfaat periksa hamil, dan di dekat rumahnya ada polindes, dekat dengan
bidan, tetapi dia tidak mau melakukan periksa hamil karena ibu lurah dan ibu-ibu
tokoh lain tidak pernah periksa hamil namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti,
bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.

2. Teori Snehandu B. Karr


Mengidentisikasi adanya lima determinan perilaku yaitu :
a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau
stimulus di luar dirinya. Misalnya orang mau membuat jamban/WC keluarga
dirumahnya apabila dia mempunyai niat untuk itu.
b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar (social support). Di dalam kehidupan
seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan
legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan
atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka dia akan merasa kurang
atau tidak nyaman. Demikian pula untuk berperilaku sehat, orang memerlukan
dukungan dari masyarakat sekitarnya, minimal tidak mendapat gunjingan atau
bahan pembicaraan masyarakat.
c. Terjangkaunya informasi yaitu tersedianya informasi-informasi terkait dengan
tindakan yang akan diambil seseorang. Misalnya, sebuah keluarga mau ikut
program keluarga berencana, apabila keluarga ini memperoleh penjelasan yang
lengkap tentang keluarga berencana yaitu tujuan ber KB, bagaimana cara ber KB
(alat-alat kontrasepsi yang tersedia), efek samping dari KB yang digunakan, dan
sebagainya.
d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan. Di
Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas, terutama di
pedesaan. Seorang istri dalam pengambilan keputusan masih sangat tergantung
pada suami. Misalnya, untuk membawa anaknya yang sakit ke puskesmas harus
menunggu setelah suaminya pulang kerja. Demikian pula, untuk periksa hamil,
seorang istri harus memperoleh persetujuan dari suami, dan kalu suami tidak
setuju maka tidak akan ada pemeriksaan kehamilan.
e. Adanya kondisi atau situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk
bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat.
Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia
serta kempuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat misalnya, jelas
sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan. Meskipun
faktor yang lain tidak da masalah, tetapi apabila kondisi dan situasinya tidak
mendukung, maka perilaku tesebut tidak akan terjadi.

3. Perilaku menurut WHO


Ada empat determinan yaitu :
a. Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yang merupakan hasil Pemikiran-
pemikran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan
pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulasi, merupakan
modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Misalnya, seorang ibu akan
membawa anaknya ke puskesmas untuk memperoleh imunisasi, akan didasarkan
pertimbangan untung rugunya, manfaatnya, dan sumber daya atau uangnya
yangtersedia.
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercaya (personal
references). Di dalam masyarakat, di mana sikap peternalistik masih kuat maka
perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan atau referensi yang
pada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat. Misalnya, orang mau
membangun jamban keluarga kalau para tokoh masyarakatnya sudah lebih dulu
mempunyai jamban keluarga sendiri.
c. Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya
perilaku seseorang atau masyarakat. Kalau dibandingkan dengan teori Green,
sumber daya ini adalah sama dengan enabling factors (sarana dan prasarana atau
fasilitas). Misalnya, sebuah keluarga akan selalu menyediakan makanan yang
bergizi bagi anak-anaknya apabila mempunyai uang yang cukup untuk membeli
makanan tersebut, dan orang mau menggosok gigi menggunakan pasta gigi kalau
mampu membeli sikat gigi dan sikat gigi.
d. Sosiobudaya (culture) yang merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya
perilaku seseorang. Sosiobudaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap
perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis di
Indonesia yang berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai
budaya yang berbeda-beda.

Kini makin disadari kesehatan dipengaruhi oleh determinan sosial dan lingkungan,
fisik, dan biologi. Ada sepuluh determinan sosial yang dapat mempengaruhi kesehatan.

1. Kesenjangan sosial
Masyarakat dengan kelas sosial ekonomi lemah, biasanya sangat rentan dan beresiko
terhadap penyakit, serta memiliki harapan hidup yang rendah.
2. Stres
Stres merupakna keadaan psikologis/jiwa yang labil. Kegagalan menanggulangi stres
baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di lingkungan kerja akan
mempengaruhi kesehatan seseorang.
3. Pengucilan sosial
Kehidupan di pengasingan atau perasaan terkucil akan menghasilkan perasaan tidak
nyaman, tidak berharga, kehilangan harga diri, akan mempengaruhi kesehatan fisik
maupaun mental.
4. Kehidupan dini
Kesehatan masa dewasa ditentukan oleh kondisi kesehatan di awal kehidupan.
Pertumbuhan fisik yang lambat, serta dukungan emosi yang kurang baik pada awal
kehidupan akan memberikan dampak pada kesehatan fisik, mental, dan kemampuan
intelektual masa dewasa.
5. Pekerjaan
Stres di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian. Syarat-
syarat kesehatan di tempat kerja akan membantu meningkatkan derajat kesehatan.
6. Pengangguran
Pekerjaan merupakan penopang biaya kehidupan. Jaminan pekerjaan yang mantap
akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi diri dan keluarganya.
7. Dukungan sosial
Hubungan sosial termasuk diantaranya adalah persahabatan serta kekerabatan yang
baik dalam keluarga dan juga di tempat kerja.
8. Penyalahgunaan napza
Pemakaian napza merupakan faktor memperburuk kondisi kesehatan, keselamat dan
kesejahteraan. Napza atau pemakaian narkoba, alkohol, dan merokok akan
memberikan dampak buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
9. Pangan
Ketersediaan pangan, pendayagunaan penghasilan keluarga untuk pangan, serta cara
makan berpengaruh terhadap kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.
Kekurangan gizi maupun kelebihan gizi berdampak terhadap kesehatan dan penyakit.
10. Transportasi
Transportasi yang sehat, mengurangi waktu berkendara, meningkatkan aktivitas fisik
yang memadai akan baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi waktu
berkendara dan jumlah kendaraan akan mengurangi polusi pada manusia.

Di samping determinan-determinan tersebut, masih terdapat faktor lain yang


mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau
masyarakat. Determinan-determinan yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan baik
individu, kelompok atau masyarakat ini, dalam Piagam Otawa (Ottawa Charter) disebut
prasyarat untuk kesehatan (prerequisites for health). Piagam Ottawa, 1986
mengidentifikasikan prasayarat untuk kesehatan ini dalam 9 faktor, yaitu:

1. Perdamaian atau keamanan(peace)


2. Tempat tinggal (shelter)
3. Pendidikan (education)
4. Makanan (food )
5. Pendapatan (income)
6. Ekosistem yang stabil dan seimbang (a stable eco-sistem)
7. Sumber daya yang berkesinambungan (sustainable resources)
8. Keadilan sosia (social justice)
9. Pemerataan (equity)

2.3 Kesenjangan sosial (masalah sosial)

Kesenjangan sosial adalah suatu tidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau
masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan
antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.

Kesenjangan atau masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang


mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi
sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah
sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus
seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan
lain sebagainya. Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni
antara lain:
1. Faktor Ekonomi: Kemiskinan, pengangguran, dan lainnya.
a. Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh
kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini
secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi
moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang
telah mapan.dll.
b. Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran sering kali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan
dan masalah-masalah sosial lainnya.

2. Faktor budaya : Perceraian, Kenakalan Remaja, dll.


Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Beberapa jenis faktor budaya
sebagai berikut.
a. Perceraian
Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin
melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk
dipisahkan. Selama perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana
membagi harta mereka yang diperoleh selama pernikahan seperti rumah, mobil,
perabotan atau kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya dan kewajiban
merawat anak-anak mereka. Banyak negara yang memiliki hukum dan aturan
tentang perceraian, dan pasangan itu dapat menyelesaikannya ke pengadilan.
b. Kenakalan remaja
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau
hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa
anak-anak ke dewasa.
3. Faktor Biologis: Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
Masalah sosial yang bersumber dari faktor biologis ini misalnya, masalah- masalah
yang menyangkut kependudukan dan keharusan biologis lainnya. bebarapa faktor
penyebab timbulnya masalah sosial yang bersumber dari faktor biologis:
a. Penyakit Menular
Penyakit menular dapat didefinisikan sebagai sebuah penyakit yang dapat
ditularkan (berpindah dari orang satu ke orang yang lain, baik secara langsung
maupun perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agent atau
penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah serta menyerang host atau
inang (penderita).
b. Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang dihasilkan akibat dari penggunaan
makanan yang tercemar, patogen bakteri, virus, atau parasit yang mencemari
makanan, dan juga kimia atau racun alami seperti sebagai jamur.
4. Faktor Psikologis penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.

2.4 Stress
a. Definisi stress
Dr. Hans Selye, seorang pelopor peneliti stres pada tahun 1930 an mendiskiripsikan
stres sebagai respon tubuh terhadap berbagai macam tuntutan. Sementara, peneliti lain
medefinisikan stres sebagai keadaan ketika seseorang dihadapkan dengan kebutuhan
yang sulit atau perubahan yang tidak menyenangkan saat beradaptasi dalam
kehidupan. Stres tidak selalu diartikan respon non-spesifik tubuh terhadap kebutuhan
fisik dan psikologis, tetapi juga mencakup mental, emosi. dan perilaku.
b. Jenis Stres
Para peneliti membedakan stres menjadi dua jenis, yaitu custres dan distres.
1. Eustres (stres positif)
Eustres adalah ketidaksesuaian yang bersifat positif antara persepsi dan
keinginan.Eustres juga merupakan respon tubuh yang bersifat menyenangkan dan
berasal dari pengalaman yang memuaskan. Eustres dapat meningkatkan kesiagaan
mental, kewaspadaan, kognisi, dan performasi individu, serta meningkatkan
motivasi individu dalam berkreasi. Eustres ditandai dengan harapan (keyakinan
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keinginan dan sukses) dan efek positif
yang berasal dari energi dan antusiasme.
2. Distres (stres negatif) Jenis stres yang bersifat merusak dan tidak menyenangkan.
Distres ditandai dengan rasa cemas, takut, khawatir, kemarahan, pengasingan, rasa
frustasi, dan gelisah sehingga menyebabkan keadaan psikologis yang negatif.

2.5 Contoh Penyakit yang disebabkan oleh Kesenjangan dan Stress


1. Kanker Paru dan Merokok
Ilmu kedokteran menganggap kanker paru sebagai medical determinant dari kematian.
Jika kanker paru dapat dihentikan, maka kematian bisa dicegah. Dokter mencari
pengobatan agar pasien kanker dapat diselamatkan. Penelitian epidemiologi
menemukan bahwa perokok memikili risiko untuk memperoleh kanker paru. Kondisi-
kondisi nonmedik yang berkaitan dengan orang menjadi perokok merupakan social
determinant of kanker paru. Peneliti sosial lebih jauh menunjuk industri rokok sebagai
social determinant of health. Analis kebijakan kesehatan yang rasionalis akan
menggunakan merokok dan industri yang mendukung merokok sebagai penyebab
sosial yang harus dikendalikan. Analis kebijakan yang politikal memandang industri
rokok bukan sebagai penyebab sosial penyakit. Industri rokok memiliki serapan
tenaga kerja dan dapat menjadi bagian ekonomi informal.
2. Menurut penelitian Anna Fitriani (2010) menyatakan bahwa Salah satu PTM yang
menjadi penyebab utama kematian di berbagai negara adalah hipertensi. Pada
peneltiannya, responden berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah yang sebagian
besar berpendidikan rendah, pengeluaran rumah tangga di bawah UMR, tidak bekerja,
dan bertatus janda. Sosial ekonomi yang rendah dapat menjadi faktor risiko
hipertensi. Hasil analisis pada Riskesdas menunjukkan bahwa responden yang tidak
sekolah dan tidak bekerja mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap hipertensi
3. Menurut penelitian Anna Fitriani (2010) menyatakan bahwa Stres dapat dipengaruhi
oleh faktor sosial demografi seperti pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan status
perkawinan. Pada wanita berusia 45 64 tahun, sejumlah faktor psikososial seperti
ketegangan dan ketidakcocokan perkawinan, tekanan ekonomi, stres harian, mobilitas
pekerjaan, gejala ansietas dan kemarahan terpendam berhubungan dengan
peningkatan tekanan darah dan manifestasi klinik pada penyakit kardiovaskuler
manapun.

Stres dapat memicu perubahan kesehatan yang tidak langsung disebabkan oleh
variabel biologis atau psikologis, namun disebabkan oleh perubahan gaya hidup sehat.
Stres yang tinggi dapat menyebabkan semakin tingginya frekuensi merokok, tidur
terganggu, meningkatnya konsumsi alkohol, dan berubahnya pola makan (seringkali
dianggap sebagai stresor) terbukti berhubungan dengan angka kematian lebih tinggi yang
disebabkan beberapa penyakit seperti penyakit-penyakit tidak menular seperti kanker,
hipertensi, DM, dll. Hubungan stres-penyakit merupakan hal yang nyata, namun
dimediasi secara tidak langsung melalui perubahan perilaku sehat dan bukan melalui efek
biologis langsung dari stress.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Determinan kesehatan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan dan status individu dari masyarakat, determinan utama tersebut ada
4 yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan atau
herediter, keempat determinan tersebut adalah determinan untuk kesehatan
kelompok atau komunitas yang kemungkinan sama di kalangan masyarakat.
Akan tetapi untuk kesehatan individu, disamping empat faktor tersebut, faktor
internal individu juga berperan, misalnya : umur, gender, pendidikan, dan
sebagainya, disamping faktor herediter. Determinan kesehatan itu sebenarnya
adalah semua faktor diluar kehidupan manusia, baik secara individual,
kelompok, maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kehidupan manusia itu.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya informasi mengenai determinan kesehetan,
perkembangan Kesehatan, Kesehatan dasar, Pendidikan kesehetan dan
pelayanan Kesehatan, tenaga Kesehatan mampu memberikan penyuluhan
mengenai Kesehatan.
Tujuannya agar masyarakat mengetahui mengenai Kesehatan dan dapat
terhindar dari penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Tsauri, S.H. 2011. http://catatansafira.wordpress.com/2011/10/19/determinan-yang-


mempengaruhi-status-kesehatan-2/. Diakses pada 26 November pukul 10.29.

Enida, Y.N. 2012. http://yayangnurenida.blogspot.com/2012/02/faktor-faktor-yang-


mempengaruhi-status.html. Diakses pada 26 November pukul 10.35.

Riskadelvi Kurnia. https://www.academia.edu/37516652/Tugas_sosio_1_. Diakses pada 26


November pukul 10.37.

Anda mungkin juga menyukai