Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS
KESEHATAN WANITA DAN PRIA

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Dwin Seprian, M.Kep

Disusun oleh kelompok 3 :

Atika Salsa Dina (8211091014)


Arief Muttaqin Darmawan (821191
Desra Gunawan (8211910
Ninda Septiani
Ishmah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
TAHUN AJARAN
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Komunitas II, dengan judul “Asuhan keperawatan
Agregat dalam Komunitas : Kesehatan Wanita dan Pria” Walaupun mungkin secara penilaian
makalah ini masih belum sempurna, tetapi kami akan terus berusaha untuk semakin
memperbaikinya. Dalam kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Ns. Dwin Seprian, M.Kep Selaku dosen pengajar mata kuliah Keperawatan
Komunitas II.
2. Kepada teman-teman yang selalu mendukung dan membantu dalam pembuatan
makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya.
3. Dan Kepada kedua orang tua kami, yang selalu mendoakan kami dalam segala hal
apapun.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua terutama didunia pendidikan.

Pontianak, Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................

A. Latar Belakang............................................................................
B. Tujuan Penulisan.........................................................................
C. Metode Penulisan........................................................................
D. Sistematika Penulisan..................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................

A. Konsep Keperawatan Komunitas................................................


B. Konsep Kesehatan Pria dan Wanita ...........................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS......................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode penulisan
D. Ruang lingkup penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kesehatan Komunitas


Secara alamiah, manusia diciptakan sebagai makhluk social yang hidup saling
bergantung dan saling membutuhkan satu sama lain dalam masyarakat (Allender et al.,
2013). Akan tetapi secara realita, konteks peran manusia sebagai makhluk social tertentu
akan sangat berbeda tergantung pada tempat dimana mereka tinggal. Sebagai contoh,
orang dari suku atay kelompok yang tinggal di daerah pedalaman mungkin dapat
mengenal 100 atau 200 tetangga mereka dalam satu desa dan mungkin masyarakatnya
juga akan sangat aktif dalam berbagai kegiatan social.
Berbeda dengan orang yang tinggal didaerah perkotaan besar, dimana orang
mungkin akan mengalami kesulitan untuk mengenali tetangga sekitar mereka. Namun,
orang yang tinggal didaerah perkotaan dengan gaya hidup yang lebih modern akan
cenderung untuk membentuk semua ikatan dalam organisasi-organisasi tertentu seperti
perkumpulan professional, perkumpulan keagamaan atau komunitas spesifik yang
lainnya.
Komunitas merupakan unsur penting dalam pembentukan jati diri seseorang
(Allender et al., 2013). Komuinitas mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap
kesejahteraan dan kondisi kesehatan sesorang. Secara naluri manusia selalu ingin
menciptakan masyarakat atau komunitas yang sehat (Allender et al, 2013) berdasarkan
hal tersebut, kesehatan komunitas dapat didefinisikan sebagai identifikasi kebutuhan yang
dilakukan bersama upaya perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan bersama dalam
suatu area tertentu (Allender et al, 2013).
Berdasarkan definisi tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi praktek
kesehatan komunitas untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan masyarakat demi
keberlangsungan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Contoh dari upaya
perlindungan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam praktik komunitaas
adalaah pendidikan kesehatan, keluarga berencana, pemcegahan kecelakaan,
perlindungan lingkungan, pemberian imunisasi, pendidikan gizi, skrinning tumbuh
kembang anak, pendidikan gizi, skrinning tumbuh kembang anak, program kesehatan
sekolah, layanan kesehatan mental, program kesehatan kerja, dan perawatan pada
populasi rentan/ vulnerable group.
B. Konsep Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan
praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara
kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu
yaitu balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular.
Sasaran keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan
prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang
mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ariani, Nuraeni, & Supriyono, 2015).
Menurut WHO, keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakatdan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan guns meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial,
perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih
besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Kesehatan merupakan bagian intergral dari kehidupan manusia, bertolak dari latar
belakang manusia yang berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan banyak faktor yang terjadi
dan berhubungan dengan masalah kesehatan. Salah satu upaya yang dilaksanakan adalah
meningkatkan pola hidup masyarakat yang sehat dengan melakukan kegiatan
keperawatan pada komunitas atau masyarakat yang didalamnya Atmaria, (2012) dalam
Umbu (2022). Yang mendefinisikan keperawatan kesehtan komunitas sebagai tindakan
untuk meningkatka dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan
mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan
kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakuan komprehensif dan umum serta tidak
terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang
bersifat episodik (Effendi & Makhfudli, 2010) dalam (Hidayanti Ika, dkk, 2021).
C. Konsep Kesehatan Pria dan Wanita
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang senantiasa menjadi isu penting bagi
publik maupun individu di dalamnya, termasuk perempuan. Bagi Indonesia, isu
kesehatan merupakan salah satu persoalan penting yang diatur dalam konstitusi dan
alokasi sumber daya di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Namun, berbagai data dan riset memperlihatkan masih kompleksnya persoalan kesehatan
publik maupun kesehatan berdasarkan gender dan kelompok usia.
Data statistik kematian dari WHO menunjukkan, di Indonesia, angka kematian laki-
laki meningkat lebih tinggi dibandingkan perempuan pada kelompok usia 20-24 tahun.
Hal ini cenderung konsisten hingga kelompok usia lebih dari 70 tahun. Beberapa faktor
risiko yang menempatkan laki-laki lebih berisiko daripada perempuan untuk sakit atau
meninggal antara lain perilaku berisiko, alkohol dan penyalahgunaan zat, diet, kurangnya
sosialisasi dengan dunia luar serta kurang memerhatikan pemeriksaan kesehatan secara
rutin. Berdasarkan hasil survei tembakau pada orang dewasa pada 2011, sebanyak 67,0%
laki-laki di Indonesia adalah perokok. Hal ini jauh berbeda pada kelompok perempuan
yang hanya 2,7% adalah perokok. 10 Penyakit Terbanvak di Indonesia umumnya
disebabkan oleh kebiasaan buruk (merokok/alkoholik), gaya hidup tidak sehat. dan
minimnya perhatian pada deteksi dini serta pencegahan penyakit (Kementerian
Kesehatan Pokok-pokok Hasil Riskesdas Tahun 2013).
1. Kesehatan Pria
Beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam kesehatan pada laki-laki
termasuk perilakunya dalam mengambil risiko dan kurangnya pemanfaatan sistem
layanan kesehatan. Selain itu, adanya kesenjangan dalam melakukan pencegahan,
perbedaan dalam memandang sakit dan orientasinya pada kesehatan serta
pelaporan terkait perilakunya terhadap kesehatan berkonribusi pada penurunan
status kesehatannya. Gender adalah salah satu dari banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan. Lebih banyak laki-laki neonatus meninggal saat lahir,
dan laki-laki lebih mungkin meninggal lebih awal daripada kronis penyakit
dibandingkan wanita. Ini dibuktikan dengan perbedaan dalam hidup harapan
antara pria dan wanita di Amerika Serikat; wanita bertahan hidup dan rata-rata 5
tahun lebih lama daripada pria (CDC, 2017e; Xu et al., 2018 dalam Stanley,
2021).
Maskulinitas merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan pria. Pria
disosialisasikan untuk menjadi mandiri dan menyembunyikan kerentanan mereka.
Oleh karena itu, bahkan ketika mereka menyadari masalah kesehatan fisik atau
mental pribadi, mereka cenderung tidak mengakses sistem perawatan kesehatan.
Contohnya kegiatan termasuk penggunaan narkoba, penggunaan senjata api,
alkohol berlebihan konsumsi, dan merokok (CDC, 2017e; Xu et al., 2018 dalam
Stanley, 2021).
Prevalensi hipertensi diseluruh dunia mencapai 26% atau berjumlah
sekitar 1 milyar individu, kira-kira 7,1 juta orang meninggal per tahun bisa
dihubungkan dengan kejadian hipertensi. 1,2 Prevalensi menurut Kabupaten/Kota
di Kalimantan Barat, berdasarkan pengukuran tekanan darah berkisar antara
23,3% - 37,5%, dan prevalensi tertinggi ditemukan di Kapuas Hulu, diikuti
singkawang, dan melawi untuk kota pontianak sebesar 27,1. 3 Survei kesehatan
nasional tahun 2001 menunjukan angka kesakitan hipertensi pada dewasa
sebanyak 6-15% dan kasusnya cenderung meningkat menurut peningkatan usia.4
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang bersifat multifaktorial. Faktorfaktor
yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu
faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik
dan faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan tidak berolahraga,
kebiasaan merokok dan lain-lain. Terjadinya hipertensi memerlukan peran faktor
risiko tersebut.4
Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat
mempengaruhi tekanan darah. Penelitian yang dilakukan Pandey et al di India
menunjukan bahwa terdapat prevalensi hipertensi baik diastolik maupun sistolik
yang lebih tinggi pada perokok dibandingkan subjek yang bukan perokok.5
Perlstein dan Lee menyatakan merokok meningkatkan risiko penyakit
aterosklerosis, penyakit cerebrovaskular, dan penyakit vaskular perifer. Merokok
menyebabkan kira-kira 1,69 juta kematian pada kasus kardiovaskular di dunia.6
Li et al mengatakan bahwa nikotin meningkatkan angiotensin II yang berperan
penting pada mekanisme patogenesis hipertensi.7 Jatoi et al menghubungkan
kebiasaan merokok dengan terjadinya kekakuan pada pembuluh arteri yang
mendasari terjadinya penyakit kardiovaskular.8 Merokok berkaitan erat dengan
kejadian hipertensi namun di Indonesia pada umumnya dan khususnya di
Kalimantan Barat, data penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut masih
tergolong sedikit, padahal pemahaman tentang merokok sebagai faktor resiko
hipertensi pada kelompok ini sangat penting. Saat ini juga terdapat kecendrungan
pada masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan
masyarakat pedesaan. Hal ini dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat
kota yang berhubungan dengan resiko hipertensi yang salah satunya adalah
merokok.
Morbiditas merupakan derajat sakit yang biasanya dinyatakan dalam
angka prevalensi atau insidensi yang umum. Angka kesakitan merupakan
indikator penting dalam rangka penilaian dan perencanaan program untuk
menurunkan kesakitan dan kematian di suatu wilayah. Apabila angka kesakitan
tinggi maka akan memicu kematian sehingga menyebabkan angka kematian
menjadi tinggi. Lama sakit merupakan salah satu indikator kesehatan yang
memberikan gambaran mengenai kondisi keluhan kesehatan yang dirasakan
penduduk. Semakin lama sakit, maka jenis keluhan kesehatan (penyakit) yang
dialami dapat diasuransikan cukup serius dan dapat memengaruhi tingkat
produktivitas penduduk. Peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan
wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertense dari 7,6
% tahun 2007 menjadi 9,5 % pada tahun 2013. Sebagian besar (63,2%) kasus
hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Hal yang sama untuk stroke
berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban responden yang pernah didiagnosis
nakes dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007) menjadi 12,1 per1000
(2013).
2. Kesehatan Wanita
Wanita belum menjadi fokus perhatian medis sepanjang sejarah. Manfaat
kesehatan yang dicapai oleh wanita bersifat insidental dibandingkan dengan laki-
laki. Kemajuan dalam kesehatan wanita sangat baru dan terutama merupakan
keuntungan untuk wanita yang tinggal di negara-negara Barat, di mana para
wanita atau feminis gerakan telah membuat terobosan besar (Stanley, 2021)
Ada 156,9 juta wanita di Amerika Serikat (Howden, 2010). Dari wanita-
wanita ini, 11% dianggap sehat hingga buruk, 12% memiliki kondisi yang
mengganggu fungsi sehari-hari mereka (Adams et al, 2011). Banyak faktor yang
menyebabkan kematian dan penyakit pada wanita adalah dapat dicegah atau
dihindari. Jika pasti kondisi menerima deteksi dini dan pengobatan, positif yang
signifikan pengaruh pada umur panjang dan kualitas hidup bisa terjadi.
Pengakuan pola yang ditunjukkan oleh indikator ini dapat mengatasi masalah
secara preventif. Bagian ini menyajikan ikhtisar dari jurusan ini indikator
kesehatan wanita. (Nies, Mary A 2014)
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berawal dari dalam sel-sel
payudara. Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita, tetapi pria juga bisa
mendapatkannya.1 Secara umum diperkirakan kanker payudara merupakan
penyebab kematian tertinggi akibat kanker setelah kanker paru. Pada penduduk
perempuan, kanker payudara masih menempati urutan pertama kasus baru dan
kematian, yaitu sebesar 43,3% kasus baru dan 12,9% kematian.
Berdasarkan data Global Burden Cancer, di Amerika Serikat pada tahun
2015 terdapat 231.840 kasus baru kanker payudara dan diestimasi sebanyak
40.290 wanita yang meninggal dunia. Pada tahun 2016 diestimasi jumlah kasus
baru meningkat menjadi 246.660 kasus dan sebanyak 40.450 wanita yang
meninggal akibat kanker payudara. Kanker payudara di Asia menempati urutan
pertama penyakit pada wanita. Estimasi insidensi kanker payudara pada tahun
2012 di Asia adalah sebesar 650.983 kasus (21,2%). Estimasi kematian akibat
kanker payudara adalah sebesar 231.013 (12,8%).
Prevalensi kanker payudara di Indonesia tertinggi pada provinsi D.I.
Yogyakarta yaitu sebesar 0,24%, sedangkan Provinsi Sulawesi Selatan berada
pada urutan ke tujuh yaitu sebesar 0,07%.2 Terdapat kecenderungan dari tahun ke
tahun meningkat. Sebagian besar keganasan payudara datang pada stadium
lanjut.4 Berdasarkan data rekapan dari Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan pada tahun 2012 jumlah kasus kanker payudara adalah sebanyak
805 kasus, sedangkan pada tahun 2013 menurun menjadi 749 kasus dan
meningkat kembali pada tahun 2014 menjadi 1.051 kasus.
Menurut Perry et al., faktor risiko yang diketahui dapat menyebabkan
kanker payudara secara luas dibagi menjadi tiga kategori yaitu
hormonal/reproduksi, intrinsik, dan yang diperoleh. Faktor hormonal adalah
eksposur hormon steroid. Faktor risiko intrinsik adalah herediter atau yang
berkaitan genetik.
Faktor risiko yang diperoleh adalah pola hidup atau faktor lingkungan.5
Pola hidup merupakan salah satu faktor internal yang memengaruhi kesehatan
seseorang. Perilaku untuk meningkatkan kesehatan dapat dikontrol dan dipilih.
Pilihan seseorang terhadap sehat tidaknya aktivitas yang dilakukan dipengaruhi
oleh faktor sosial kultural karakteristik individu. Perilaku yang bersifat negatif
terhadap kesehatan dikenal sebagai faktor risiko.
Potter dan Perry mengemukakan bahwa ada kegiatan dan perilaku yang
dapat memberikan efek pada kesehatan. Perilaku yang berpotensi memberikan
efek negatif antara lain makan berlebihan atau nutrisi yang buruk, merokok,
minum minuman beralkohol, stres akibat krisis kehidupan dan gaya hidup.
Perilaku konsumsi makanan dan minuman junk food atau fast food, dan aneka
jenis makanan olahan berpotensi mempercepat pertumbuhan sel kanker.
Organisasi Kesehatan Dunia telah menentukan bahwa faktor pola makan
mencakup sedikitnya 30% dari penyebab seluruh kanker di negara-negara barat
dan sampai 20% di negara-negara berkembang. Semakin gencarnya informasi dan
promosi berbagai makanan cepat saji seperti fast food atau junk food yang kaya
lemak dan karbohidrat, tetapi rendah serat menyebabkan masyarakat Indonesia
mengubah pola makannya. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Balasubramaniam et al., yang menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi
lemak lebih dari 30 g/ hari, memiliki dua kali lipat risiko terkena kanker.
D. Konsep Penyakit Pria dan Wanita
1. Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding
pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri
ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar tekanan bervariasi
tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi
terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik). Pada keadaan hipertensi,
tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena darah dipompakan melalui
pembuluh darah dengan kekuatan berlebih.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan
sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg. Penderita
hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas normal, di mana
tekanan darah normal sebesar 110/90 mmHg. Tekanan darah dipengaruhi oleh
curah jantung, tahanan perifer pada pembuluh darah, dan volume atau isi darah
yang bersikulasi. Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit
jantung kororner. Left ventricle hypertrophy,dan stroke yang merupakan pembawa
kematian tinggi.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi
dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis
kelamin, dan umur, serta faktor yang dapat dikontrol seperti gaya hidup meliputi
obesitas, aktivitas fisik, merokok, konsumsi alcohol, kebiasaan tidur, dan lain
sebagainya. Hipertensi yang tidak terkontrol akan meningkatkan angka mortalitas
dan menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital seperti jantung (infark
miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif), otak (stroke, enselopati
hipertensi), ginjal (gagal ginjal kronis), mata (retinopati hiertensif).
b. Etiologi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah M.,
2012) :
1) Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90%
tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan
dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a) Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi
mendapatkan penyakit hipertensi.
b) Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause
berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak. Konsumsi
garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan
lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.
d) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :
a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta
abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat
aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas
area kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan
penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan
c) satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah
ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan
hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim
ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur
serta fungsi ginjal.
d) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi
secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan
darah akan kembali normal setelah beberapa bulan penghentian
oral kontrasepsi.
e) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal- mediate
hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol,
dan katekolamin.
f) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
g) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah
untuk sementara waktu.
h) Kehamilan
i) Luka bakar
j) Peningkatan tekanan vaskuler
k) Merokok.
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin.
Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial,
peningkatan denyut jantung serta menyebabkan vasokortison yang
kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah
c. Patofisilogi
Hipertensi disebabkan oleh peningkatan curah jantung atau peningkatan resistensi
perifer. Area yang dicakup : berbagai mekanisme yang mempengaruhi curah
jantung / resisten perifer yang terlibat dalam pengembangan hipertensi esensial
dibahas. Ini termasuk genetika; aktivitas sistem saraf simpatis; mekanisme ginjal;
asupan natrium berlebih dan tekanan natriuresis; mekanisme vascular; disfungsi
sel endotel dan jalur oksida nitrat; mekanisme hormonal; sistem renin-
angiotensin-aldosteron (RAAS); obesitas, obstructive sleep apnea (OSA); resisten
insulin dan sindrom metabolic; asam urat; vitamin D; perbedaan gender; faktor
ras, etnis, dan lingkungan; peningkatan gaya ejeksi ventrikel kiri dan hipertensi
dan hubungannya dengan peningkatan aktivitas simpatis basal- koneksi kortikal.
Menurut beberapa ahli : hubugan maksimum hipertensi ditemukan dengan
aktivitas berlebihan simpatis yang secara ditemukan dengan aktivitas berlebihan
simpatis yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam berbagai
mekanisme hipertensi termasuk RAAS, OSA, obesitas, dll. Ini bukan aktivitas
simpatik basal muncul dari hipotalamus: mungkin dipengaruhi oleh pengaruh
kortikal. Karena itu, hipertensi bukan sekedar penyakit sistem peredaran darah
saja. Patogenesisnya melibatkan perubahan pada sistem saraf otonom/ Autonomy
Nerveus System (ANS) dan kemungkinan pada koneksi kortikal-hippotalamus.
(Hanim,2019).
Hipertensi adalah multifactorial, diantaranya : ketika ada asupan natrium
berlebih, terjadi retensi natrium ginjal, yang meningkatkan volume cairan
sehingga meningkatkan preload dan peningkatan kontraktilitas. Obesitas juga
merupakan faktor dalam hipertensi karena hiperinsulinemia berkembang dan hasil
hipertrofi structural mengarah pada peningkatan resistensi pembuluh darah
perifer. Perubahan genetic juga berperan dalam perkembangan hipertensi karena
ketika ada perubahan membrane sel, penyempitan fungsional dapat terjadi dan
juga menghasilkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer. Hipertensi
perlahan-lahan naik ke atas sebagai salah satu penyebab utama morbiditas di
dunia (Hanim,2019).
d. Klasifikasi
Seseorang dapat didiagnosis mengalami hipertensi berdasarkan pada
pengukuran tekanan darah minimal dua kali lebih pada kunjungan atau dua kali
lebih.Berdasarkan Join National Committee 8 (JNC 8).Klasifikasi tekanan darah
terbagi menjadi normal,prehipertensi,hipertensi tahap 1 dan hipertensi tahap 2.
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 8

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah


sistole diastole

Normal <120 Dan <80

Prehipertensi 120-139 Atau 80-89


Hipertensi Tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi Tahap 2 >160 Atau >100

e. Manifestasi Klinis
Banyak orang yang memiliki hipertensi tidak menunjukkan gejala pada
awalnya. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan tidak ada kelainan kecuali
tekanan darah tinggi, jadi setiap orang harus dapat mengenali gejala hipertensi di
awal, diantaranya (Hanim,2019) :
a. Sakit kepala.
Sel darah merah yang membawa oksigen mengalami kesulitan mencapai
otak karena pembuluh yang menyempit, menyebabkan sakit kepala.
Kadang disertai mual munta akibat peningkatan intracranial.
b. Pusing terjadi karena konsentrasi oksigen yang rendah yang mencapai
otak.
c. Sakit dada. Nyeri dada terjadi karena kadar oksigen yang menurun.
d. Penglihatan kabur. Penglihatan kabur dapat terjadi kemudian karena
terlalu banyak penyempitan pada pembuluh darah mata sehingga sel darah
merah yang membawa oksigen tidak dapat melewati.
e. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
f. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
g. Gejala lainnya yaitu keluaran darah dari hidung secra tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal dan lain-lain.
f. Faktor risiko
Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen utuk penyakit
kronis salah satunya hipertensi, dan secara keseluruhan diperkirakan
menyebabkan kematian secara global (WHO,2016)
Hipertensi berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki dan usia.namun, pada usia tua,
risiko hipertensi meningkat tajam perempuan dibandingkan dengan laki-laki.
Hipertensi berkaitan dengan indeks massa tubuh (IMT). Laki-laki dengan obesitas
lebih mempunyai risiko hipertensi lebih besar dibandingkan dengan berat badan
sama (Budi S.Pikir, 2015).
g. Komplikasi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit jantung yang bias berdampak
pada kematian.Menurut data di WHO,diperkirakan sebanyak 7,5 juta penduduk di
dunia meninggal akibat hipertensi atau sekitar 12,8% kematian terjadi akibat
hipertensi.
Seorang dengan hipertensi dapat mengalami komplikasi antara lain:
 Serangan Jantung
 Stroke
 Chronic Heart Failure (CHF)
 Chronic Renal Failure (CRF)
Serangan jantung dapat di sebabkan oleh hipertensi. Sebesar 70%
penderita serangan jantung merupakan penderita yang sebelumnnya
mempunyai riwayat hipertensi. Begitu juga dengan stroke.Sebesar 80%
penderita stroke mempunyai riwayat hipertensi.
Peningkatan tekanan darah akan menyebabkan pembuluh darah
menjadi menyempit sehingga aliran darah yang menuju ke jantung
menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan nyeri dada,serangan jantung
maupun gagal jantung.Serangan jantung terjadi akibat suplai oksigen yang
di perlukan untuk kehidupan di jantung berkurang. Sedangkan gagal
jantung merupakan kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam
menjalankan fungsinya untuk memompa darah keseluruh tubuh.
Selain itu hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
otak akibat aneurisme ataupun stroke. Peningkatan tekanan darah
menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah sehingga menimbulkan
munculnya aneurisme. Peningkatan tekanan darah yang tinggi berpotensi
untuk terjadinya rupture aneurisme sehingga hal inilah yang menurunkan
aliran darah dan oksigen ke otak sehingga penderita akan mengalami
stroke.
2. Kanker Payudara
a. Definisi Kanker Payudara
Karsinoma mamae adalah kanker pada jaringan payudara (Irianto, 2015).
Karsinoma mamae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mamae
dimana sel abnormal timnul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Nurarif &Kusuma, 2013 ).
Carsinoma mammae atau kanker payudara merupakan gangguan dalam
pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel
normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jarinagan limfe dan pembuluh darah
(Nurarif, 2015). Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang
dari selsel di payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu
kelenjar yang memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu yaitu
saluran yang menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker payudara tumbuh
dan berkembang dengan cepat tanpa terkoordinasi di dalam jaringan dan
menyebar ke pembuluh darah (Putra, 2015).
a. Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat
beberapa faktor genetik. Kanker payudara memeperlihatkan proliferasi keganasan
sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya
terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian
berlanjut menjadi karsinoma insitu dan sel menjadi massa. Hormon steroid yang
dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara
(estradiol dan progesteron mengalami perubahan dalam lingkungan seluler)
(NANDA,2015).
b. Faktor risiko
Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker payudra
terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan faktor
resiko tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
1) Faktor risiko yang dapat diubah
a) Obesitas Obesetitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh
kelebihan lemak dalam tubuh. Jaringan lemak dalam tubuh
merupakan sumber utama estrogen, jadi jika memiliki jaringan
lemak lebih banyak berarti memiliki estrogen lebih tinggi yang
meningkatkan risiko kanker payudara.
b) Pecandu alkohol Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar
darah didalam insulin darah, seperti faktor pertumbuhan atau
insulin like growth factors (IGFs) dan estrogen. Oleh karena itu
alkohol dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
c) Perokok berat Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker
payudara pada perempuan, rokok mengandung zat-zat kimia yang
dapat mempengaruhi organ – organ tubuh. Menurut penelitian
WHO menyatakan setiap jam tembakau rokok membunuh 560
oranng di seluruh Dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari
3800 zat kimia yang sebagian besar merupakan racun dan
karsinogen (zat pemicu kanker).
d) Stres Stres dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena
stres pisikologi yang berat dan terus menerus dapat melemahkan
daya tahan tubuh dan penyakit fisik dapat mudah menyerang.
e) Terpapar zat karsinogen Zat karsinogen di antaranya yaitu zat
kimia, radiasi, dan pembakaran asap tembakau. Zat karsinogen
dapat memicu tumbuhnya sel kanker payudara (Depkes, 2015).
2) Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a) Faktor genetik atau keturunan Kanker payudara sering dikatakan
penyakit turun temurun, ada dua gen yang dapat mewarisi kanker
payudara maupun ovarium yaitu gen BRCA1 (Brest Care
Susceptibility Gene 1) dan BRCA2 (Brest Care Susceptibility
Gene 2) yang terlibat dari perbaikan DNA (Deoxyribo Nucleic
Acid). Kedua gen ini hanya mencapai 5% dari kanker payudara,
jika pasien memiliki riwayat kelurga kanker payudara uji gen
BRCA dapat dilakukan. Jika memiliki salah satu atau kedua gen
BRCA1 dan BRCA2 risiko terkena kanker payudara akan
meningkat, BRCA1 berisiko lebih tinggi kemungkinan 60%-85%
berisko kanker payudara sedangkan BRCA2 berisiko 40% - 60%
berisiko kanker payudara.
b) Faktor seks atau jenis kelamin Perempuan memiliki risiko lebih
besar mengalami kanker payudara, tetapi laki-laki juga dapat
terserang kanker payudara. Hal ini disebabkan laki-laki memiliki
lebih sedikit hormon estrogen dan progesteron yang dapat memicu
pertumbuhan sel kanker, selain itu payudara laki-laki sebagian
besar adalah lemak, bukan kelenjar seperti perempuan.
c) Faktor usia Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar
risko kanker payudara. presentase risiko kanker payudara menurut
usia yaitu, dari usia 30-39 tahun berisiko 1 dari 233 perempuan
atau 0,43%, usia 40-49 tahun berisiko 1 dari 69 perempuan atau
1,4%, usia 50-59 tahun berisiko 1 dari 38 perempuan atau 2,6%,
usia 60-69 tahun berisiko 1 dari 27 perempuan atau 3,7%. Jadi,
Semakin tua usia seseorang kemungkinan terjadinya kanker
payudara semakin tinggi karena kerusakan genetik (mutasi)
semakin meningkat dan kemampuan untuk beregenerasi sel
menurun.
d) Riwayat kehamilan. Perempuan yang belum pernah hamil
(nullipara) memiliki risiko kanker payudara lebih tinggi.
Pertumbuhan sel payudara pada usia remaja bersifat imatur (belum
matang) dan sangat aktif. Sel payudara yang imatur lebih rentan
mengalami mutasi sel yang abnormal, ketika seseorang hamil akan
mengalami kematuran sel pada payudaranya dan menurunkan
risiko kanker payudara.
e) Riwayat menstruasi Perempuan yang mendapatkan menstruasi
pertama kali sebelum umur 12 tahun (menarche dini) berisiko 2-4
kali lebih tinggi terkena kanker payudara. Risiko yang sama juga
dimiliki perempuan yang menopause pada usia di atas 55 tahun.
Setelah wanita menstruasi akan mengalami perubahan bentuk
tubuh tidak terkecualai payudara, payudara akan mulai tumbuh dan
terdapat hormon yang dapat memicu pertumbuhan sel abnormal.
f) Riwayat menyusui Perempuan yang menyusui anaknya, terutama
selama lebih dari satu tahun, berisiko lebih kecil menderita kanker
payudara. Selama menyusui, sel payudara menjadi lebih matang
(matur). Dengan menyusui mentruasi akan mengalami penundaan.
Hal ini akan mengurangi paparan hormon estrogen terhadap tubuh
sehingga menurunkan risiko kanker payudara.
c. Klasifikasi
Stadium kanker penting untuk panduan pengobatab, follow up dan menentukan
prognosis.
1) Stadium 0 : kanker insitu dimana del kanker berada pada tempatnya
didalam jaringan payudara normal
2) Stadium I : tumor dengan garis tenga kurang 2 cm dan belum menyebar ke
luar payudara
3) Stadium IIA : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang 2 cm
tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
4) Stadium IIB : tumor dengan garis tengah lebih besr dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah
2- 5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
5) Stadium III A: tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar kekelenjar getahbening ketiak disertai perlengketan satu sama
lain atau perlengketan ke struktur lainnya atau tumor dengan garis tengah
lebih dari dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
6) Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara yaitu kedalam
kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah
bening didalam dinding dada dan tulang dada.
7) Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding
dada misalnya ke hati, tulang atau paru-paru. (Pudiastuti,2011).
d. manifestasi klinis
Kanker payudara pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita
merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak terganggu aktivitasnya. Gejala yang
mungkin dirasakan pada stadium dini adalah benjolan kecil di payudara. Keluhan
baru muncul bila penyakitnya sudah lanjut (kemenkes, 2018) . beberapa keluhan
yaitu :
a. Benjolan
Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan.
Semakin lama benjolan terseebut semakin membesar dan mengeras serta
bentuknya tidak beraturan.
b. Perubahan kulit pada payudara
1) Kulit tertarik (skin dimpling)
2) Benjolan yang dapat dilihat (visible lump)
3) Gambaran kulit jeruk (peu d’orange)
4) Eritema
5) Ulkus
c. Kelainan pada putting
1) Putting tertarik (nipple retraction)
2) Eksema
3) Cairan pada putting (nipple discharge)
e. pemeriksaan penujang
Pemeriksaan penunjang dapat berupa pemeriksaan
radiodiagnostik/imaging dilakukan untuk diagnostic dengan menggunakan USG
(ultrasonografi) payudara dan mammografi dan untuk menentukan stadium
dengan menggunakan foto thoraks, USG abdomen dan scan tulang. Selain itu
dapat juga dilakukan pemeriksaan hispatologik yang diambil melalui biopsy
untuk tumor < 2cm dan biopsy jarum halus (BJAH).pemeriksaan laboratorium
dan Hispatologik yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin dan darah yang
sesuai dengan perkiraan metastase. Pemeriksaan reseptor ER dan PR juga perlu
dilakukan. Pemeriksaan tumor marker juga harus dilakukan untuk follow up.
(Pipit Festi, 2021)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

WHO. What Is Breast Cancer? 2016 [Diakses pada tanggal 23 Februari 2017]. Available
from:http://www.cancer.org/cancer/breastcancer/detailedguide/breast-cancer-what-isbreast-cancer. 2.

Kemenkes RI. Situasi Penyakit Kanker. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan 2015.

American Cancer Society. Breast cancer2011 Diakses pada tanggal 4 Mei 2016. Available from:
http://www.cancer.org/Cancer/BreastCancer/index.

Global Burden Cancer 2012 : Estimated Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in 2012
[Internet]. IARC. 2012

Perry CS, Otero JC, Palmer JL, Gross AS. Risk Factors for Breast Cancer in East Asian Women Relative to
Women in the West. Asia-Pacific Journal of Clinical Oncology. 2009;5(4).

Potter, Perry. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. 4 ed. Jakarta: EGC; 2005

Anda mungkin juga menyukai