Anda di halaman 1dari 30

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengajar : Ns. Indirwan Hasanuddin S. Kep,. M. Kep

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM

KOMUNITAS KESEHATAN LANSIA

DISUSUN OLEH KLP II :

DARNA 201701002

FEBRIYANTI 201701004

FERDIANSYAH SURNI 201701005

I MUMMUNG 201701007

IRIANTI HARIMI 201701008

PROGRAM STUDI NERS JENJANG SARJANA

STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada NabiMuhammad SAW
yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yangdiridhoi Allah SWT.

Makalah ini disusun agar dapat lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan
Agregat Dalam Komunitas Kesehatan Lansia yang akan sangat berguna
terutama untuk mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak


sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun dalam isi. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penyusun yang membuat
dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .....................................................................................................i
Daftar Isi ..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Tujuan ......................................................................................................3
C. Manfaat ...................................................................................................3
BAB II KONSEP DASAR .................................................................................5
A. Definisi .....................................................................................................5
B. Batasan Lanjut Usia ..................................................................................6
C. Tipe-tipe lanjut usia ..................................................................................7
D. Proses Penuaan .........................................................................................8
E. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia ....................................8
F. Permasalahan Yang Timbul Pada Lansia ................................................13
G. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia .....................................................14
H. Sikap Perawat Terhadap Lansia ..............................................................15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................18
A. Pengkajian .............................................................................................18
B. Diagnosa keperawatan ..............................................................................22
C. Intervensi .................................................................................................24
BAB IV PENUTUP .............................................................................................26
A. Kesimpulan ..............................................................................................26
B. Saran .........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan
komunitas, yang lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dan keperawatan, dengan
tidak melupakan upaya-upaya pengobatan dan perawatan serta pemulihan bagi
yang sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap
penyakit.
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang
terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga,
ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah kelompok sosial yang
tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling
mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas
adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama
dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi,
2007).
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat
dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada
pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh
dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur
tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu

1
bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh
melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal.
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga
penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok siswa di sekolah. Dalam meningkatkan derajat kesehatan
komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh pelajar dan lingkungan
sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas akademika
sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia
dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan
bantuan yang lebih besar dalam identifikasi, definisi, dan resolusi masalah
yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan kronis yang lebih
besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan kesehatan
kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus
pada peningkatan harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH
mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi
lain menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah
penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung
oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan
pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada
usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi
dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas

2
kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan
menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak
semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari
populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas.
Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65
tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan memperoleh informasi dan
gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kelompok
Khusus Lansia.
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia
dengan masalah yang ada.
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok
khusus lansia.
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok khusus lansia.
e. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus lansia.
f. Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus lansia yang bermasalah.
C. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Lansia dan Masyarakat Umum
Memberikan gambaran kesehatan guna meningkatkan status kesehatan
lansia di komunitas.
2. Mahasiswa / Penyusun

3
Menambah pengetahuan dan mampu membuat serta memberikan asuhan
keperawatan lansia sehingga nantinya diharapkan mampu
mengembangkan asuhan keperawatan terhadap lansia dimasa mendatang.

4
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia
65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli
demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat
sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara
terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi
sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang
beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua,
seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat
(Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia
pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut
(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah
kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok
usia diatas 90 tahun.

5
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi 
pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota
komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah
kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak
diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan
mereka.
B. Batasan Lanjut Usia
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Lanjut Usia meliputi:
a. Usia pertengahan (Middle Age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
b. Lanjut usia (Elderly) ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (Very Old) ialah kelompok di atas usia 90 tahun.
2. Departemen Kesehatan RI mengklasifikasikan lanjut usia sebagai berikut:
a. Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia risiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia potensial : Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,
2003).
e. Lansia tidak potensial : Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI,
2003).

6
C. Tipe Lanjut Usia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2000
dalam buku R. Siti Maryam, dkk, 2008).
Tipe tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif, dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen
(ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta
tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai
berdasarkan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (indeks
kemandirian Katz), para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu
lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan langsung
keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia

7
dengan bantuan badan sosial, lansia dip anti werda, lansia yang dirawat di
rumah sakit, dan lansia dengan gangguan mental.
D. Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan
yang maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya
jumlah sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan
mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan
proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides,
1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
E. Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari
ujung rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin
bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada
lansia adalah sebagai berikut:
Perubahan – Perubahan Fisik :
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan
intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem pernafasan
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan
stres.

8
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif
terhadap perubahan  suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap
dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan
atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
dan atau nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata,
50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkanya kreatin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres
4. Sistem penglihatan
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau
kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan
penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan
menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur

9
ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg,
diastolik normal kurang lebih 90 mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat,
yaitu menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor
yang mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang
lebih 35 derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada
arteri tidak berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

10
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j. Selaut lendir menurun
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai
200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat,
vasikaurinaria susah dikosongkan sehingga mengakibatkan
meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 %
tahun
c. Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya
didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH
dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran
zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen
dan testosteron
11. Sistem kulit
a. Kulit keriput atau mengkerut

11
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit
menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh,
kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang
bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
12. Sistem muskoloskeletal
a.    Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b.    Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
c.    Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d.    Persendian membesar dan kaku
e.    Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f.     Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan
tremor.
Perubahan Mental :

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

a. Perubahan fisik.
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Hereditas.
e. Lingkungan.
f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya
kekakuan sikap.
g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
h. Kenangan lama tidak berubah.

12
i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal,
berkurangnya penampilan, persepsi, dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan dari faktor waktu.
Perubahan Psikososial :
a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan
rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering
bingung panik dan depresif.
b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan
sosioekonomi.
c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan
status, teman atau relasi.
d. Sadar akan datangnya kematian.
e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
g. Penyakit kronis.
h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan sosial.
i. Gangguan syaraf panca indra.
j. Gizi
k. Kehilangan teman dan keluarga.
l. Berkurangnya kekuatan fisik.
F. Permasalahan yang timbul Pada Lansia
Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
1. Permasalah Umum
a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan
lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan
pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia
pada tahun 2000 akan meningkat menjadi 209.535.49. jiwa dan
jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ). Menurut
Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam
waktu 1990-2000 sebesar 41%  dan merupakan yang tertinggi didunia
( Darmojo, 1999:1).

13
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin
individualistik
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani
lansia
e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan
popuilasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya
perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan
medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh seperti:
kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok,
penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga
berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena
proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos
masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas
jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan
fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan
terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi
penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita,
otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan
sexsualitas tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan
melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi
misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia
G. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup

14
orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah
yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi
dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak
teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan
pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh
lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat
Maslow menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi :
1. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis
seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.
2. Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa
keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti
kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya.
3. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat
atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi
profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya.
4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri
untuk diakui akan keberadaannya, dan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan
untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir
berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan
berperan dalam kehidupan.
Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki
kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya
orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa
nyaman terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan
tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya .
Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-
masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan
kemandiriannya (Ismayadi, 2004).

15
H. Sikap perawat terhadap lansia
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena
sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan
yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap
negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan
kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan
penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang
memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri
sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka
seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang
merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk
memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja,
dan lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman
pribadi dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi
sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka
penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang
positif bagi klien lansia.
Pendekatan perawatan lanjut usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
₋ Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain.
₋ Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai
supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai
penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial

16
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul
bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi
mereka.

17
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi
tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk
etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental
pada lanjut usia yag dirawat (Kushariyadi, 2010).
Ada beberapa langkah-langkah praktek asuhan keperawatan
kelompok/komunitas :
1. Langkah persiapan
2. Langkah pengenalan wilayah
3. Langkah pengenalan masalah kesehatan
a. mengumpulkan data-data sekunder tentang Program Kesehatan yang
sedang atau akan dijalankan oleh Puskesmas setempat di wilayah
kerjanya dengan cara:
1) menanyakan tentang program kesehatan pada kelompok khusus
yang saat ini sedang dijalankan oleh Puskesmas di wilayak
kerja setempat meliputi; kebijaksanaan program, tujuan
program, kegiatan-kegiatan program, target dan pencapaian
program.
2) Pengkajian terhadap kader-kader kesehatan setempat tentang
program kegiatan pelayanan kesehatan yang telah dijalankan,
termasuk faktor-faktor pendukung dan penghambat kegiatan
3) Tetapkan sasaran yang akan dikaji/dilakukan pendataan
kesehatan sesuai dengan pengkajian pada poin 1) dan 2)
b. membuat instrumen pengkajian/pengumpulan data sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan, berdasarkan aspek-aspek pendataan
yang harus dikaji
c. melakukan proses pendataan dengan berbagai maca mode; survey,
angket wawancara, dan observasi

18
d. melakukan tabulasi data hasil survey dengan menghitung frekwensi
distribusi dan dilanjutkan dengan membuat tabel distribusi
frekwensi/grafik/diagram
e. membuat deskripsi hasil pendataan yang telah dilakukan dengan
wawancara dan observasi
f. melakukan analisa data dan identifikasi masalah dari poin d dan e
dengan cara:
₋ kelompokkan data-data kesehatan yang bermakna (memungkinkan
masalah kesehatan) adakah kaitan erat antara masalah satu dan
lainnya
₋ rumuskan masalah kesehatan yang muncul (masalah kesehatan yang
paling banyak muncul, perilaku yang tidak sehat, target kegiatan yang
belum tercapai atau pelayanan kesehatan di masyarakat yang kurang
efektif)
₋ identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah (faktor-
faktor penyebab/etiologi) berdasarkan kelompok data tersebut
(kurangnya pengethuan, kurangnya kesadaran, kurangnya sumber
daya tenaga kader, fasilitas yang kurang mendukung, kurangnya
sumber dukungan di masyarakat, dll)
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan
pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan
subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang
pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data
tentang subsistem sebagai berikut :
1. Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah
penduduk lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital
stastistik, pekerjaan, agama, nilai – nilai, keyakinan serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas yang dapat dicontohkan sebagai
berikut :

19
b. Jumlah penduduk               : 987 jiwa
i. a) Laki – laki                  : 523 jiwa
ii. b) Perempuan                 : 464 jiwa
c. Pendidikan penduduk    : Para penduduk mayoritas berpendidikan
hingga lulus SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
d. Suku Bangsa                  : Suku Jawa
e. Status perkawinan      : Menikah dan kebanyakan penduduk di
komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan
pasangannya meninggal.
f. Nilai dan kepercayaan  : Nilai dan norma para masyarakat masih
mengenal nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar
warganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan yang masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan,
dan takziyah.
g. Agama                       : Mayoritas beragama Islam dan beberapa
diantaranya beragama nasrani
2. Data subsistem
a. Lingkungan fisik
1)   Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau
panas, apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu
pernafasan warga atau tidak.
2)   Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, keadaan saluran air disekitar rumah.
3)   Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan
lansia, contohnya seperti pabrik.
4)   Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling
berdempetan.

20
b. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
warga.
c. Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling,
satpam atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress
atau tidak. Sarana transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi
sehari menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang
sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai
bidang termasuk kesehatan.
e. Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
balai pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi serta
karakteristik pemakaian fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas
tersebut untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk
mendapatkan informasi dari luar  misalnya televisi, radio, koran, atau
leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja
atau tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan
komunitas untuk mengurangi stress.

21
B. Diagnosa keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah
dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
1. Masalah (problem) : yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang terjadi.
2. Penyebab (etiologi) : yang meliputi perilaku individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan
sosial serta interaksi perilaku dengan lingkungan.
3. Tanda dan gejala (sign and sympton) : yaitu informasi yang perlu untuk
merumuskan diagnosa serta serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
No. Data Etiologi Problem
1 Ds: Diabetes pada Kebiasaan hidup lansia yang
- Kader posyandu lansia tidak terkontrol
mengatakan 35%
lansia menderita
diabetes namun jarang
memeriksakan
kondisinya.
Do:
- Lansia menkonsumsi
makanan dengan tidak
terkontrol dan hanya
berada di rumah setiap
harinya
2 DS: Bidan desa Hipertensi Ketidakpatuhan lansia dalam
mengatakan lansia mengikuti posyandu lansia
banyak yang
menderita hipertensi
dan lansia malas
mengikuti posyandu
lansia yang

22
diselengarakan setiap
bulannya.
3. Ds: Resiko Perubahan status kesehatan
-     Banyak warga yang kerusakan
mengeluh gatal-gatal integritas kulit
pada tubuhnya.
Do:
-    Tubuh terlihat bintik-
bintik merah.

Diagnosa            :
1.      Diabetes berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol.
2.      Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti
posyandu lansia.
3.      Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status
kesehatan.

Kriteria Penapisan
Dx. Kriteria penapisan
Kep 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Dx.
4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 42
1
Dx.
4 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 40
2
Dx.3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 39

Keterangan :
1.         Sesuai degan peran perawat komunitas.
2.         Jumlah yang beresiko
3.         Besarnya resiko
4.         Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5.         Minat masyarakat
6.         Kemungkinan untuk diatasi

23
7.         Sesuai program pemerintah
8.         Sumber daya tempat
9.         Sumber daya waktu
10.     Sumber daya dana
11.     Sumber daya peralatan
12.     Sumber daya manusia
Skor :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
Jumlah skor 121
C. Rencana Tindakan

Diagnosa Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang


Diabetes berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan
dengan kebiasaan hidup tindakan keperawatan tindakan keperawatan
lansia yang tidak terkontrol selama 4 minggu, selama 8 minggu,
ditandai dengan 35 % lansia komunitas diharapkan: komunitas diharapkan
menderita diabetes ₋ Lansia mampu angka diabetes (kadar
mengontrol asupan glukosa) pada lansia
makanan sehari dapat menurun
harinya dan dapat
melakukan sedikit
aktivitas
₋ Lansia rutin setiap
bulannya menghadiri
kegiatan posyandu
lansia yang diadakan.

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

25
Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan
komunitas, yang lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dan keperawatan, dengan
tidak melupakan upaya-upaya pengobatan dan perawatan serta pemulihan bagi
yang sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap
penyakit. Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleks.
B. Saran
Dengan Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak
yang kompleks terhadap kesejahteraan lansia oleh karena itu perlu untuk
mengetahui dan mempelajari bagaimana asuhan keperawatan komunitas
kesehatan lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, ferri., makhfudli. 2015. Keperawatan kesehatan komunitas teori dan


praktik dalam keperawatan

26
Asuhan keperawatan komunitas lansia. www.academia.edu diakses tanggal 18
maret 2020
Asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus lansia.
www.academia.edu diakses tanggal 18 maret 2020
Puspita, Amanda., billy, i. r,. dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Kelompok Lansia

27

Anda mungkin juga menyukai