Anda di halaman 1dari 30

VMAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS II

“Asuhan Keperawatan Komunitas pada Agregat Dewasa Dan Lansia”

Oleh :

Lara Wilfi Saputri

(183310812)

Dosen Pembimbing :

Ns. Lola Felnanda Amri, M. Kep

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TA. 2021

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta karunia-nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Komunitas Pada Agregat Dewasa Dan Lansia” tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat
dalam rangka memenuhituga mata kuliah Keperawatan Komunitas II.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu penulis akan sangat menghargai kritikan dan saran untuk membangun makalah
ini lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Padang, 25 Januari 2021

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................1

Daftar isi.............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Keperawatan Komunitas Pada Agregat Dewasa.....................................................5
B. Keperawatan Komunitas Pada Agregat Lansia.......................................................6
C. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Agregat Dewasa........................................12
D. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Agregat Lansia..........................................12

BAB III PENUTUP...........................................................................................................26


A. Kesimpulan..............................................................................................................26
B. Saran........................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................27

BAB I

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas (menurut WHO) adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan
guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan
fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat
secara keseluruhan.
Agregat adalah sekumpulan individu yang berinteraksi di suatu daerah atau
mempunyai karakteristik khusus dan menjadi bagian dari masyarakat. Agregat adalah
sekelompok orang yang memiliki karakteristik khusus, tahap perkembangan atau paparan
pada faktor lingkungan khusus, dan masalah kesehatan. Berdasarkan beberapa pengertian
tersebut dapat disimpulkan agregat adalah sekelompok individu yang memiliki
karakteristik khusus, tahap perkembangan atau paparan pada faktor lingkungan khusus,
dan masalah kesehatan dan menjadi bagian masyarakat.
Asuhan keperawatan komunitas adalah bagian integral dari pelayanan
keperawatan profesional yang menggabungkan ilmu, pengetahuan dan keterampilannya
dengan berfokus pada usaha promosi, pencegahan, serta pemeliharaan kesehatan
individu, keluarga dan komunitas (Setiawan, A., Surya, D. O., & Fitriyani, P, 2018).
Di dalam komunitas masyarakat suatu daerah bila diklasifikasikan berdasarkan
kelompok khusus, salah satu kondisi kesehatan rentan terganggua adalah kelompok
dewasa dan lansia. Salah satu upaya yang dilaksanakan adalah meningkatkan pola hidup
masyarakat yang sehat dengan melakukan kegiatan keperawatan pada pola hidup
masyarakat yang sehat dengan melakukan kegiatan keparawatan pada komunitas atau
masyarakat yang didalamnya terdapat kelompok khusus dewasa dan lansia.
Melihat berbagai masalah kesehatan yang muncul pada kelompok usia dewasa
dan lansia maka diperlukan adanya peran tenaga kesehatan dalam membantu menangani
masalah tersebut baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitas.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keperawatan komunitas pada agregat dewasa ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada agregat dewasa ?
3. Bagaimana keperawatan komunitas pada agregat lansia ?
4. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada agregat lansia ?

C. Tujuan
Tujuan Umum :
Memahami asuhan keperawatan pada masalah keperawatan kesehatan dewasa dan lansia
di tatanan masyarakat berdasarkan model community as partner
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui pengertian dewasa dan lansia
2. Mengetahui model keperawatan community as partner
3. Mengetahui cara pembahasan kasus berdasarkan model keperawatan community as
partner

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

4
A. Keperwatan Komunitas Pada Agregat Dewasa
1. Definisi
Dewasa merupakan sebuah rentang waktu yang harus dilalui oleh seseorang hingga
mencapai batas kekuatan fisik, kesempurnaan akal dan siap menerima kedudukan
baru dalam masyarakat. Peran orang dewasa (usia produktif) di masyarakat menjadi
sangat urgen sesuai dengan tugas perkembangan yang menunjukkan bahwa mereka
memiliki pengaruh yang besar pad taraf kesehatan di lingkungan tempat tinggalnya.

2. Model Pengkajian Yang Digunakan Untuk Pengkajian Komunitas Pada Dewasa


Dalam memberikan asuhan keperawatan pada usia kelompok dewasa
menggunakan pendekatan Community As Partner Model. klien kelompok dewasa di
gammbarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan
keyakinan dengan delapan sub system yang saling mempengaruhi lingkungan fisik
pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanan dan transportasi politik dan
pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi (Anderson & McFarlane, 2011).
3. Macam-Macam Penyakit Rentan Pada Dewasa
a. Hipertensi
Hipertensi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan zat gizi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang membutuhkannya. Hipertensi sering muncul tanpa gejala dan sering disebut
sebagai The Silent Killer. Masyarakat penderita hipertensi cenderung lebih tinggi
pada usia dewasa muda dibandingkan dengan usia lansia, dapat menjadi masalah
kesehatan yang serius karena dapat mengganggu aktivitas dan dapat
mengakibatkan komplikasi yang berbahaya jika tidak terkendali dan tidak
diupayakannya pencegahan dini (Diana, V.E & Sarumaha, E.K., 2018).
b. Obesitas Sentral
Obesitas sentral yaitu obesitas yang menyerupai apel, yaitu lemak disimpan pada
bagian pinggang dan ronga perut. Penumpukan lemak ini diakibatkan oleh jumlah

5
lemak berlebih pada jaringan lemak subkutan dan lemak viseral perut.
penumpukan lemak pada jaringan lemak viseral merupakan bentuk dari tidak
berfungsinya jaringan lemak subkutan dalam menghadapi kelebihan energi akibat
konsumsi lemak berlebih (Puspitasari, N., 2018).

4. Peran Perawat Komunitas Pada Agregat Dewasa


Fungsi dan peran perawat kesehatan komunitas antara lain :
a. Kolabolator
Perawat bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektoral dalam membuat
keputusan dan melaksanakan tindakkan untuk menyelesaikan masalah kelompok
dewasa. Seperti halnya perawat melakukan kemitraan dengan tokoh masyarakat,
tokoh agama, keluarga, guru, kepolisian, psikolog, dokter dan sebagainya.
b. Koordinator
Mengkoordinir pelaksanaan konferensi kasus sesuai kebutuhan kelompok dewasa,
menetapkan penyediaan pelayanan untuk kelompok dewasa.
c. Case finder
Mengembangkan tanda dan gejalah kesehatan yang terjadi pada kelompok
dewasa, menggunakan prosess diagnostik untuk mengidentifikasi potensial kasus
penyakit dan resiko pada kelompok dewasa.
d. Case manager
Mengudentifikasi kebutuhan kelompok dewasa, merancang rencana keperawatan
untuk memnuhi kebutuhan kelompok dewasa, mengawasi pelaksanaan pelayanan
dan mengevaluasi dampak pelayanan.
e. Konselor
Membantu kelompok dewasa mengidentifikasi masalah dan solusi alternatif serta
membantu mengevaluasi efek solusi dan pemecahan masalah.
f. Peneliti
Merancang riset terkait kelompok dewasa, mengimplikasikan hasil riset pada
kelompok dewasa.
g. Care giver

6
Mengkaji status kesehatan komunitas kelompok dewasa, menetapkan diagnosa
keperawatan, merencanakan intervensi keperawatan dan melaksanakan rencana
tindakkan serta mengevaluasi hasil intervensi.
h. Pembela
Memperoleh fakta terkait situasi yang dihadapi kelompok dewasa, menentukan
kebutuhan advokasi, menyampaikan kasus kelompok dewasa terhadap
pengambilan keputusan, mempersiapkan kelompok dewasa untuk mandiri.

B. Keperawatan Komunitas Pada Agregat Lansia


1. Definisi Lansia
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode di mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Secara
biologis lansia adalah proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian (Wulansari, 2011).
2. Batasan Lansia
Batasan usia lansia menurut WHO meliputi (Santi, 2009):
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

Pemerintah Indonesia dalam Departemen Sosial membagi lansia ke dalam 2


kategori yaitu usia lanjut potensial dan usia lanjut non potensial. Usia lanjut potensial
adalah usia lanjut yang memiliki potensi dan dapat membantu dirinya sendiri bahkan
membantu sesamanya. Sedangkan usia lanjut non potensial adalah usia lanjut yang
tidak memperoleh penghasilan dan tidak dapat mencari nafkah untuk mencukupi
kebutuhannya sendiri (Hayati, 2010).

3. Kebutuhan Hidup Lansia

7
Secara lebih detail, kebutuhan lansia terbagi atas (Subijanto et al, 2011):
a. Kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, papan, kesehatan.
b. Kebutuhan psikis yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati dan mendapatkan
perhatian lebih dari sekelilingnya.
c. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
d. Kebutuhan ekonomi, meskipun tidak potensial lansia juga mempunyai
kebutuhan secara ekonomi sehingga harus terdapat sumber pendanaan dari luar,
sementara untuk lansia yang potensial membutuhkan adanya tambahan
keterampilan, bantuan modal dan penguatan kelembagaan.
e. Kebutuhan spiritual, spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi
seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul.
Kebutuhan spiritual diidentifikasi sebagai kebutuhan dasar segala usia.

4. Lansia sebagai Kelompok Rentan


Lansia dikategorikan sebagai kelompok rentan berdasarkan beberapa aspek, yaitu :
a. Aspek Biologis
Secara biologis, penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ.
b. Aspek Psikologis
Secara psikologis, penduduk usia lanjut sering merasa kehilangan perannya baik
di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
c. Aspek Sosial
Secara sosial, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua
tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan
bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat.

8
d. Aspek Kultural
Secara kultural, penduduk usia lanjut sering memiliki perbedaan pandangan
maupun pendapat dengan penduduk usia muda dalam memandang suatu keadaan,
hal ini kadang menimbulkan perdebatan di masyarakat.
e. Aspek Spiritual
Secara spritual, penduduk usia lanjut biasanya lebih gemar melakukan ibadah dan
lebih mendekatka diri kepada agama.

5. macam-macam penyakit rentan pada lansia


a. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan kumpulan penyakit metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemi akibat kerusakan sekresi insulin, kinerja insulin, atau
keduanya. Diabetes melitus tipe 2 adalah kondisi saat gula darah dalam tubuh
tidak terkontrol pankreas untuk akibat gangguan sensitivitas sel menghasilkan
hormon insulin (Setiyorini, E., Winta, A. E., & Wulandari, N. A., 2018).
b. Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine adalah kondisi di mana seseorang tidak mampu mengontrol
proses berkemih, sehingga sering mengompol. Kaum lansia rentan mengalami
penyakit ini akibat kekuatan otot di sekitar kandung kemih dan saluran kencing
yang melemah seiring bertambahnya usia. Kondisi ini juga bisa terjadi karena
adanya gangguan saraf yang mengatur proses berkemih atau karena ada sumbatan
pada saluran kemih.
c. Stroke
Penyakit stroke merupakan penyebab ketiga kecacatan di dunia akibat gangguan
fungsi syaraf yang terjadi seperti gangguan penglihatan, bicara pelo, gangguan
mobilitas, serta kelumpuhan pada wajah maupun ekstremitas. Kondisi seperti ini
yang menyebabkan penderita stroke memiliki ketergantungan yang tinggi dalam
melakukan aktivitas sehari hari pada orang lain (Nurhusna, et al, 2020).
d. Penyakit jantung

9
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah istilah untuk penyakit yang muncul ketika
dinding arteri koronaria menyempit oleh pembentukan material lemak secara
gradual. Penyakit ini tidak memiliki gejala pada awal pembentukannya dan
merupakan gangguan kronis yang berkembang diam-diam di sepanjang hidup
(Gunawan, M. D., Prabandari, Y. S., & Setyaji, D. Y., 2018)

6. Model Keperawatan Community as Partner Pada Agregat Lansia


Model community as partner (Anderson & McFarlane, 2011) didasarkan pada
model yang dikembangkan oleh Neuman dengan menggunakan pendekatan manusia
secara utuh dalam melihat masalah pasien. Model community of client dikembangkan
oleh Anderson dan McFarlane untuk menggambarkan definisi keperawatan kesehatan
masyarakat sebagai perpaduan antara kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model
tersebut dinamakan model “community as partner” untuk menekankan filosofi dasar
dari perawatan kesehatan masyarakat.
Model community as partner memiliki dua faktor sentral yaitu berfokus pada
komunitas sebagai partner (mitra) yang digambarkan dalam roda assessment. Fokus
sentral tersebut berhubungan dengan masyarakat pada komunitas sebagai intinya dan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.

7. Permasalahan yang Timbul pada Lansia


1. Permasalahan Umum
a. Bersarnya jumlah penduduk lansia
b. Tingginya prosentase kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas
pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia.
c. Jumlah lansia miskin makin banyak
d. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
e. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia
f. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
g. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan
populasi pada kehidupan dan penghidupan lansia.

10
2. Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal (alami) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan
terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput,
rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh,
pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang, tinggi badan
menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang
keropos masanya berkurang, dan mudah patah, elastisitas jaringan paru
berkurang,terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh
darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak
efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada
wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan
sexsualitas tidak selalu menurun.
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui
nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak,
kelainan sendi, kelainan prostat dan inkotenensia.

8. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia


Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut (Stanley, 2008):
a. Perubahan Fisik
1) Perubahan penampilan
Saat seseorang memasuki usia lanjut, penampilan secara fisik akan
berubah. Misal sudah mulai terlihat kulit keriput, bentuk tubuh berubah,
rambut mulai menipis.
2) Perubahan fungsi fisiologis
Perubahan pada fungsi organ juga terjadi pada lansia. Perubahan fungsi
organ ini yang menyebabkan lansia tidak tahan, terhadap temperatur yang

11
terlalu panas atau terlalu dingin, tekanan darah meningkat, berkurangnya
jumlah waktu tidur.
3) Perubahan panca indera
Perubahan pada indera berlangsung secara lambat dan bertahap, sehingga
setiap individu mempunyai kesempatan untuk melakukan penyesuain
dengan perubahan tersebut. Misal, kacamata dan alat bantu dengar hampir
sempurna untuk mengatasi penurunan kemampuan melihat atau kerusakan
pendengaran.
4) Perubahan seksual
Pada lansia, terjadi penurunan kemampuan seksual karena pada fase ini
klimakterik pada lansia laki-laki dan menopause pada wanita. Tapi, hal itu
juga tidak membuat potensi seksual benar-benar menurun. Ini disebabkan
penurunan atau peningkatan potensi seksual juga dipengaruhi oleh
kebudayaan, kesehatan dan penyesuain seksual yang dilakukan di awal.

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT DEWASA DAN LANSIA

1. Pengkajian

12
Roda pengkajian komunitas dalam community as partner terdiri dari dua bagian yaitu inti
dan delapan sub system yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Inti roda pengkajian
adalah individu yang membentuk suatu komunitas (Anderson & McFarlane, 2011).
A. Data inti komunitas (core inti)
a. Sejarah terjadinya atau perkembangan komunitas
1) Lokasi : jawa timur
 provinsi : Patan
 kabupaten : Sumber Asri
 kelurahan : Margorukum
 RT : 03
 RW : 01
2) Batas wilayah
 Utara : jalan mawar
 Selatan : RT 06/ RW 04
 Barat : RT 07
 Timur : RT 17/ RW 8
3) Keadaan tanah menurut pemanfaatanya
pemukiman : 4.102 m2
b. Demografi meliputi karakteristik komunitas
1) Usia
 Bayi : sekitar 10 %
 Anak- anak : sekitar 10 %
 Remaja : sekitar 20 %
 Dewasa : sekitar 20 %
 Lansia : sekitar 10 %
2) Jenis kelamin:
 Laki – laki : 40 %

13
 Perempuan : 50 %
3) Agama :
 Islam : 30 orang (20%)
 Kristen : 15 orang (10%)
 Hindu : 15 orang (10%)
 Budha : 15orang (10%)
 Khonghucu : -
4) Status perkawinan
 Kawin : 195 orang (65 %)
 Belum kawin : 60 orang (20 %)
 Duda : 30 orang (10 %)
 Janda : 15 orang (5 %)
c. Statistic penting
1) Angka kelahiran : Angka kelahiran semakin meningkat pertahun (60 orang
(30%))
2) Angka kesakitan : Angka kesakitan semakin meningkat pertahun (40 orang
(20%))
3) Angka kematian : Angka kematian semakin meningkat pertahun (20 orang
(10%))
4) Angka penyakit kronik : Angka penderita penyakit kronik bertambah setiap
tahunnya (20 orang (10%))
5) Penyakit : Banyak masyarakat yang terkena penyakit seperti:
 Hipertensi : 60 orang (30%)
 Diabetes Melitus : 40 orang (20%)
d. Etnis dan Budaya Komunitas
1) Suku/ ras
 Minang : 9 orang (3%)
 Jawa : 210 orang (75 %)
 Madura : 73 orang (25%)

14
 Sunda : 9 orang (3%)
2) Adat/ kebiasaan yag mempengaruhi kesehatan : Kebiasaan masyarakat ketika
sakit, mereka lebih memilih pergi ke dukun dari pada berobat ke dokter di
RS.
3) Bahasa yang digunakan :
 Bahasa minang : 10 orang (10%)
 Bahasa jawa :15 orang (10%)
 Bahasa sunda : 15 orang (10%)
 Bahasa Indonesia : 40 orang (20%)
C. Sub system
1. Lingkungan fisik meliputi :
a. Iklim/ cuaca : Tropis
b. Perumahan terkait dengan kepadatan : masyarakat berada pada lokasi
perumahan yang padat penduduk
c. Keadaan rumah
1) Pencahayaan rumah oleh matahari
a) Baik : 120 orang (40%)
b) Cukup : 150 orang (50%)
c) Kurang : 30 orang (10%)
2) Ventilasi
a) Ada : 240 orang (80%)
b) Tidak ada : 60 orang (20%)
c) Luas kamar
d) Memenuhi syarat : 180 orang (60%)
e) Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)
3) Status rumah
a) Milik sendiri : 120 orang (40%)
b) Kontrak :180 orang (60%)
4) Lantai rumah
a) Tanah : 30 orang (10%)

15
b) Papan : 90 orang (30%)
c) Keramik : 180 orang (60%)
5) Memiliki perkarangan
a) Memiliki : 60 orang (20%)
b) Tidak memiliki : 240 orang (80%)

d. Sumber air dan air minum


1) Penyediaan air bersih
a) PAM : 150 orang (50%)
b) Sumur : 90 orang (30%)
c) Sungai : 60 orang (20%)
2) Penyediaan air minum
a) PAM :150 orang (50%)
b) Sumur :90 orang (30%)
c) Sungai : -
d) Air mineral : 60 orang (20%)
3) Pengolahan air minum
a) Masak : 180 orang (60%)
b) Tidak dimasak : 120 orang (40%)
e. Kondisi tanah (kualitas dan kuantitas) : kondisi tanah masyarakat tidak subur
karna tanah sekitar area pemukiman berasal dari tanah gambut.
f. Binatang dan tumbuh- tumbuhan : binatang seperti nyamuk dan lalat sering
terlihat di sekitar pemukiman warga terutama di tempat pembuangan sampah.
g. Saluran pembuangan air/ sampah
1) Kebiasaan membuang sampah
a) Diangkat petugas : 30 %
b) Dibuang sembarangan : 70 %
c) Pembuangan air limbah
d) Got/ parit : 40 %
e) Sungai : 60 %

16
2) Keadaan pembuangan air limbah
a) Baik / lancar : 25 %
b) Kotor : 75 %

h. Jamban
1. Kepemilikan jamban
a) Memiliki jamban : 60 %
b) Tidak memiliki jamban : 40 %
2. Macam jamban yang dimiliki
a) Septitank : 65 %
b) Disungai : 35 %
3. Keadaan jamban
a) Bersih : 45 %
b) Kotor : 55 %

i. Fasilitas umum dan kesehatan


Fasilitas umum
1. Sarana kegiatan kelompok
a) Karang taruna : 1 kelompok
b) Pengajian : 2 kelompok
c) Ceramah agama : 1 kelompok
d) PKK : 1 kali perbulan
2. Tempat perkumpulan umum
a) Balai desa : ada (1 buah)
b) RT :ada (1 buah)
c) RW :ada (1 buah)
d) Masjid// mushola : ada (2 buah)
Fasilitas kesehatan
1. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
a) Puskesmas : 180 orang (60%)

17
b) Rumah sakit : 90 orang (30%)
c) Praktek kesehatan lain : 30 orang (10%)
2. Pusat perbelanjaan : pusat perbelanjaan di masyarakat sudah cukup
memadai dengan adanya minimarket dan pasar terdekat
3. Kebiasaan check up kesehatan
a) Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)
b) Jarang : 210 orang (70%)

2. Pendidikan
a. Fasilitas pendidikan yang digunakan masyarakat berupa jenis fasilitas (milik
pemerintah atau non pemerintah) : fasilitas pendidikan yang digunakan
masyarakat adalah milik pemerintah.
b. Tingkat pendidikan penduduk :
1) SD : 160 orang (40%)
2) SMP : 50 orang (30%)
3) SMA : 60 orang (15%)
4) Perguruan Tinggi : 20 orang (10%)
c. Sarana sekolah (jika ada): jumlah siswa, fasilitas sekolah, UKS : jumlah siswa
disekolah cukup banyak serta fasilitas sekolah seperti program UKS masih
belum terlaksana dengan baik
3. Ekonomi
a. Tingkat ekonomi penduduk : tingkat ekonomi penduduk kebanyakan berada
di tingkat rendah, karena masih banyak masyarakat yang belum bisa
mencukupi kebutuhan dasarnya setiap hari.
b. Jenis pekerjaan :
1) Petani : 200 orang (60%)
2) PNS/ABRI : 50 orang (25%)
3) Wiraswasta : 30 orang (20%)
4) Tingkat pengangguran

18
c. Tingkat pengangguran : tingkat pengangguran di masyarakat terbilang cukup
tinggi
4. Keamanan dan transportasi
a. Alat transportasi yang dimiliki :
1) Motor : 150 orang (50%)
2) Mobil : 60 oranf (30%)
3) Becak/lainya : 20 orang (10%)
b. Pengguna alat transportasi oleh masyarakat :
1) Angkutan umum : 170 orang (60%)
2) Kendaraan pribadi : 140 orang (45%)
5. Politik dan pemerintahan
a. Struktur organisasi : ada
b. terdapat kepala desa dan perangkatnya
c. ada organisasi karang taruna
d. Kelompok layanan kepada masyarakat (PKK, karang taruna, panti,
posyandu)
e. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan : ada yaitu puskesmas
f. Peran serta parta dalam pelayanan kesehatan : belum ada
6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada
1) Radio : 225 orang (75%)
2) TV : 165 orang (55%)
3) Telepon/ handphone : 120 orang (40%)
4) Majalah/ Koran : 135 (45%)
b. Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk penyakit hipertensi dan
diabetes melitus
c. Pamphlet, leaflet dan poster tentang hipertensi : tidak ada
d. Leaflet, pamphlet, dan poster tentang penanganan DM : tidak ada
7. Rekreasi

19
Sarana rekreasi : tempat wisata yang biasanya dikunjungi adalah pantai, taman
dan restoran.
8. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit, mungkin dipengaruhi
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun kurangnya pengetahuan
mengenai suatu penyakit.

B. Analisa Data

NO Data Masalah Penyebab


1. Data Subjective : Defisit kesehatan Program tidak atau
a. Masyarakat mengatakan komunitas kurang didukung
penyuluhan yang komunitas
diberikan oleh petugas Definisi : Terdapat
kesehatan dari puskesmas masalah kesehatan atau
atau rumah sakit tentang faktor resiko yang dapat
penyakir hipertensi tidak mengganggu
ada kesejahteraan pada suatu
kelompok.
Data Objective :

a. Terjadi masalah
kesehatan yang dialami
komunitas terutama pada
kelompok dewasa.
b. banyak masyarakat yang
terkena penyakit
hipertensi.
c. terdapat faktor fisiologis
atau psikologis yang

20
menyebabkan anggoa
komunitas menjalani
perawatan
d. tidak tersedianya
program untuk
meningkatkan
kesejahteraan bagi
komunitas
e. tidak tersedianya
program untuk mencegah
masalah kesehatan
komunitas
f. tidak tersediia program
untuk mengatasi masalah
kesehatan komunitas.

2. Gejala dan tanda : Mayor Defisit pengetahuan Kurang terpapar


Subjective informasi
Menanyakan masalh yang Definisi : Ketiadaan atau
dihadapi. kurangnya informasi
Objective kognitif yang berkaitan
a. menunjukkan perilaku dengan topic tertentu.
yang tidak sesuai anjuran
b. menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap
masalah

Gejala dan tanda : Minor


Subjective : tidak tersedia
a. Menjalani pemeriksaan

21
yang idak tepat
b. Menunjukkan perilakuu
berlebihan

c.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit kesehatan komunitas berhubungan dengan Program tidak kurang didukung
komunitas (SDKI Hal: 244)
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (SDKI Hal: 246)

D. Intervensi Keperawatan :

SDKI SLKI SIKI


Defisit kesehatan komunitas Status kesehatan komunitas Pengembangan kesehatan
berhubungan dengan Program (hal:113) masyarakat (hal:296)
tidak kurang didukung
Espetasi : Meningkat Tindakkan
komunitas (SDKI Hal: 244)

Kriteria Hasil : Observasi :

a. Partisipasi dalam a. Identifikasi masalah atau


kesehatan komunitas isu kesehatan dan
meningkat prioritasnya

22
b. Ketersediaan program b. Identifikasi kekuatan dan
promosi kesehatan partner dalam
meningkat pengembangan kesehatan
c. Ketersediaan program c. Identifikasi
proteksi kesehatan pemimpin/tokoh dalam
meningkat masyarakat
d. Kepatuhan terhadap
Terapeutik :
standar kesehatan
lingkungan meningkat
a. Berikan kesempatan
kepada setiap anggota
masyarakat untuk
berpartisipasi sesuai aset
yang dimiliki
b. Libatkan anggota
masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran
isu dan masalah kesehatan
yang dihadapi
b. Libatkan masyarakat
dalam musyawarah untuk
mendefinisikan isu
kesehatan dan
mengembangkan rencana
kerja
c. Perkuat komunikasi antara
individu dan kelompok
untuk bermusyawarah
terkait daya tarik yang

23
sama.

Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan (hal: 65)


berhubungan dengan Kurang (hal:146)
Tindakkan
terpapar informasi (SDKI Hal
Espetasi : Meningkat
: 246)
Observasi :
Kriteria hasil :
a. Identifikasi kesiapan dan
a. Perilaku sesuai anjuran kemampuan menerima
meningkat informasi
b. Kemampuan b. Identifikasi faktor-faktor
menjelaskan yang dapat meningkatkan
pengetahuan tentang dan menurunkan motivasi
suatu topik meningkat perilaku hidup bersih dan
c. Perilaku sesuai dengan sehat
pengetahuan meningkat
Terapeutik :
d. Pernyataan tentang
masalah yang dihadapi
a. Sediakan materi dan
menurun
pendidikan kesehatan
e. Persepsi yang keliru
b. Menjelaskan pendidikan
terhadap masalah
kesehatan sesuai
menurun.
kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk
bertanya

Edukasi :

a. Menjelaskan faktor resiko


yang dapat mempengaruhi
kesehatan

24
b. Ajarkan perilaku hidup
sehat dan bersih.

E. Implementasi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan


1. Defisit kesehatan komunitas a. Mengidentifikasi masalah atau isu
berhubungan dengan Program tidak kesehatan dan prioritasnya
kurang didukung komunitas (SDKI Hal: b. Mengidentifikasi kekuatan dan partner
244) dalam pengembangan kesehatan
c. Mengidentifikasi pemimpin/ tokoh dalam
masyarakat
d. Memberikan kesempatan kepada setiap
anggota masyarakat untuk berpartisipasi
sesuai aset yang dimiliki
e. Melibatkan anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran isu dan masalah
kesehatan yang dihadapi
f. Melibatkan masyarakat dalam musyawarah
untuk mendefinisikan isu kesehatan dan
mengembangkan rencana kerja
g. Memperkuat komunikasi antara individu
dan kelompok untuk bermusyawarah
terkait daya tarik yang sama.

Defisit pengetahuan berhubungan a. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan


dengan Kurang terpapar informasi menerima informasi

25
(SDKI Hal : 246)
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan otivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
c. Menyediakan materi dan pendidikan
kesehatan
d. Menjelaskan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
e. Memberikan kesempatan untuk bertanya
f. Menjelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
g. Mengajarkan perilaku hidup sehat dan
bersih.

F. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi pada keperawatan komunitas terutama pada status kesehatan komunitas
terjadinya peningkatan.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Agregat adalah sekumpulan individu yang berinteraksi di suatu daerah atau mempunyai
karakteristik khusus dan menjadi bagian dari masyarakat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada agregat usia dewasa dan lansia
menggunakan pendekatan Community As Partner Model . Klien (usia dewasa dan lansia)
digambarkan sebagai inti (core) mencakup sejarah, demografi, suku bangsa, nilai dan
keyakinan dengan 8 (delapan) subsistem yang saling mempengaruhi meliputi lingkungan
fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, keamanandan transportasi, politik dan
pemerintahan, komunikasi, pendidikan dan rekreasi.

B. Saran
1. Perawat komunitas diharapkan dapat mengaplikasikan pendekatan community as
partner dalam pengkajian komunitas dengan masalah pada dewasa dan lansia.
2. Perawat komunitas diharapkan mampu mengembangkan aplikasi model atau teori
lain dalam mengembangkan instrumen pengkajian komunitas dengan masalah pada
agregat dewasa dan lansia.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anderson. E.T & MCFarlane.J. 2011. Community as partner theory and practice in
nursing. 6th ed. Wolter Kluwer. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.

Ayu Henny, Komang. (2012). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga (2nd ed).
Jakarta : Sagung Seto

Santi, N. 2009. Hubungan Antara Senam Dengan Kualitas Hidup Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha. Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada

Wulansari, Sapti (2013). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kepercayaan diri Lansia
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Wilayah Merangin Jambi. Jurnal Kesehatan,
ISSN 1999-7821, Vol. 3, No. 2.

Hayati, Sari., Marini, Liza. 2010. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada
Lansia. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Gunawan, M. D., Prabandari, Y. S., & Setyaji, D. Y., 2018. Aktivitas fi sik dengan
penyakit jantung koroner di Indonesia. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 14, No.
file:///C:/Users/ES1-132/Downloads/26502-105225-1-PB.pdf

Setiyorini, E., Winta, A. E., & Wulandari, N. A., 2018. Hubungan Kadar Gula Darah
Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Diabetes Tipe 2. Jurnal Ners dan
Kebidanan, Volume 5, No. 2
file:///C:/Users/ES1-132/Downloads/287-1095-3-PB.pdf

28
Puspitasari Nimas. 2018. Faktor Kejadian Obesitas Sentral Pada Usia Dewasa. HIGEIA 2
file:///C:/Users/ES1-132/Downloads/21112-Article%20Text-48688-1-10-20180518.pdf
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

29

Anda mungkin juga menyukai