Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Manajaemen Keperawatan


Dosen pengampu : Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep., Sp. Kep.Mat

Disusun oleh :
MARIZKA NUR AISYAH NIM : P07220118085

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR
PRODI D-III KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN
TINGKAT III/SEMESTER VI
TAHUN AJARAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang “Konsep
Dasar Keperawatan Komunitas” dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah
satu tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan.

Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam proses penyusunan makalah ini, baik yang terlibat secara langsung maupun
yang tidak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.

Balikpapan, 20 Januari 2021

Penyusun

i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. TUJUAN...................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................2
A. DEFINISI KEPEWATAN KOMUNITAS.................................................................2
B. TUJUAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.............................................................3
C. RUANG LINGKUP/SASARAN KEPERAWATAN KOMUNITAS........................3
D. PRINSIP PRINSIP KEPERAWATAN KOMUNITAS..............................................5
E. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KOMUNITAS.................................................6
F. TINGKAT PENCEGAHAN PADA PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS. 8
G. STRATEGI INTERVENSI DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT.......10
H. ASUMSI DAN KEPERCAYAAN TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN
KOMUNITAS MENURUT ANA (AMERICAN NURSES ASSOCIATION)................15
I. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI INDONESIA
16
BAB III............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
A. KESIMPULAN.......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan
komunitas (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2006).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah keperawatan yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan tidak
melupakan upaya-upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi yang
sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit
(Wahit Iqbal dkk, 2011). Dari penjelasan diatas maka kelompok tertarik
membahas mengenai konsep dasar keperawatan kounitas.
B. TUJUAN
1. Memahami pengertian komunitas
2. Tujuan keperawatan komunitas
3. Ruang lingkup/sasaran keperawatan komunitas
4. Prinsip-prinsip keperawatan komunitas
5. Peran dan fungsi perawat kemonitas
6. Tingkat pencegahan pada praktik keperawatan komunitas
7. Strategi intervensi keperawatan komunitas
8. Asumsi dasar dan keyakinan dalam keperawatan komunitas
9. Sejarah perkembangan keperawatan komunitas

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI KEPEWATAN KOMUNITAS


1. Komunitas
a. Menurut WHO (1974) dalam Harnilawati (2013) komunitas sebagai
suatu kelompok sosial yang di tentutkan oleh batas-batas wilayah,
nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada rasa saling
mengenal dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu dan yang
lainnya.
b. Menurut Spradley (1985) Harnilawati (2013) komunitas sebagai
sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting dalam
hidupnya.
c. Menurut Sumijatun dkk (2006) dalam Harnilawati (2013) komunitas
(community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan
norma dan nilai yang telah melembaga.
2. Keperawatan
                 Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional
sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan
biologi, psikologi, sosial dan spritual secara komprehensif, ditujukan
kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit
mencakup siklus hidup manusia (Harnilawati, 2013)
3. Keperawatan Komunitas
a. Harnilawati (2013) menjelaskan bahwa keperawatan komunitas
mencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse health family) juga
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat
mengindentifikasi masalah kesehatan tersebut sesuai dengan
kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta
bantuan kepada orang lain (WHO,1947).
b. Kesatuan yang unik dari praktik keperawatan dan kesehatan
masyarakat yag ditujukan pada pengembangan serta peningkatan
kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan maupun
secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat
(Ruth B. Freeman,1981)
c. Praktik Keperawatan komunitas (communiy health nursing practice)
merupakan sintesi teori keperawatan dan teori kesehatan masyarakat
untuk promosi, pemeliharaan dan perawatan kesehatan populasi

2
melalui pemberian pelayanan keperawatan pada individu, keluarga
dan kelompok yag mempunyai pengaruh terhadapat kesehatan
komunitas (Stanhope dan Lancaster, 2010).
d. Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktek melakukan
promosi kesehatan dan melindungi kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pendekatan ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat yang berfokus pada tindakan promotif dan
pencegahan penyakit yang sehat (Anderson & McFarlane, 2011).

B. TUJUAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat ( health
general community ) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu, dan
kelompok. 
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
a. Mengindentifikasi masalah kesehatan yang dialami
b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan maslah tersebut
c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi

C. RUANG LINGKUP/SASARAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan
upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif. Pelayanan keperawatan keluarga
adalah bagian dari keperawatan kesehatan komunitas. Pelayanan keperawatan
keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang

3
rentang kehidupan dan sesui tahap perkembangan keluarga. Ruang lingkup
pelayanan keperawatan komunitas meliputi:
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Manajemen nutrisi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan dan kelompok
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Manajemen body mind
h. Pendidikan seks
i. Pendidikan kesehatan pemanfaatan tanamana obat keluarga (TOGA)

2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Perawat melakukan tindakan pencegahan spesifik pada
anggota keluarga agar bebas dari penyakit atau cedera melalui kegiatan:
a. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
b. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
c. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas
maupun kunjungan rumah
d. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas
ataupun di rumah.
e. Pencegahan merokok
f. Olah raga dan program kebugaran fisik
g. screening dan follow up berbagai kasus seperti hipertensi;
pencegahan komplikasi penyakit diabetes melitus dan screening
osteoporosis.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-
anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit
atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin
dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
f. Pembimbingan terhadap keluarga (coaching) untuk mengatasi
masalah kesehatan akibat perilaku yang tidak sehat

4
Melakukan tindakan keperawatan dasara seperti: batuk efektif,
inhalasi sederhana, tehnik relaksasi, stimulasi kognitif, latihan rentang
gerak (ROM), perawatan luka, dll. Terapi komplementer antara lain: pijat
bayi, herbal terapi, meditasi, dll.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta,
TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga
dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya
adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena
menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-
kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS) atau
pekerja seks komersial (PSK), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu,
upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima
kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan
menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini
tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-
batasan yang jelas dan dapat dimengerti

D. PRINSIP PRINSIP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus
rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua
tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan
bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral,
asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan
komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan
yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau
komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa
alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :

5
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan
masyarakat
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja
untuk masyarakat
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada
upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
dituangkan dalam proses keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah
di¬masyarakat dan bukan di rumah sakit.
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit
maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada
pem¬binaan perilaku hidup sehat masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkat¬kan
fungsi kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi
bekerja secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan
ko¬munitas digunakan untuk kegiatan meningkatkan kesehatan,
pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau
yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas,
pasien yang baru kembali dari rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada
sistem pelayanan kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi
pela¬yanan kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah,
panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.

E. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KOMUNITAS


Peran perawat komunitas
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan ( provider of nursing care )

6
Peranan yang utama perawat komunitas, sebagai pelaksana askep kepada
individu, klg, klp dan komunitas, sehat atau sakit atau mempunyai masalah
kes/kep di rumah, disekolah, dipanti, tempat kerja dll

2. Sebagai pendidik (health educator)


Memberikan pend kes kepada individu, klg, klp dan komunitas, dirumah, di
puskesmas, dikomunitas secara terorganisir, menanamkan perilaku hidup sehat,
terjadi perubahan perilaku utk mencapai tingkat kes optimal
3. Sebagai pengamat kes (health monitor ).
Monitoring terhadap perubahan yg terjadi pada individu, klg, klp, komunitas,
masalah kes/kep yg timbul serta dampak thd status kes melalui :
a. Kunjungan rumah Pertemuan-pertemuan
b. Observasi
c. Pengumpulan data
4. Koordinator Yankes (coordinator of servises)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya yankes masyarakat dalam mencapai
tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team kesehatan lainya, tercipta
keterpaduan dalam sistem yankes, yankes merupakan kegiatan yg menyeluruh dan
tidak terpisah-pisah
5. Sebagai pembaharu ( inovator )
Pembaharu terhadap individu, klg, klp, komunitas, merobah perilaku dan pola
hidup, peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
6. Pengorganisir yankes (organisator)
Berperan serta dalam memberikan motivasi dalam rangka meningkatkan peran
serta individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap upaya yankes
yang dilaksanakan oleh masyarakatmisalnya : kegiatan posyandu, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap penilaian, ikut berpartisipasi
dalam kegiatan pengembangan dan pengorganisasian masyarakat dalam bid
kesehatan.
7. Sebagai panutan ( Role Model )
Dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat
yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.

7
8. Sebagai Tempat Bertanya ( Fasilitator )
Tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kes/ keperawatan yang
dihadapi sehari-hari.Dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.Penghubung antara
masyarakat dengan unit yankes dan instansi terkait.
9. Sebagai Pengelola ( Manager )

Dapat mengelola berbagai kegiatan yankes dan masyarakat sesuai dengan beban
tugas dan tanggung jawab yang diembankan kepadanya.Mengkoordinasikan
upaya-upaya kesehatan yang dijalankan, melalui puskesmas sebagai institusi
pelayanan dasar utama, baik di dalam atau di luar gedung ataukah di keluarga,
terhadap kelompok-kelompok khusus seperti kelompok ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas/menyususi, anak balita, usia lanjut, sesuai dengan peran , fungsi dan
tanggung jawabnya.

.      Fungsi Keperawatan Komunitas


1)      Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
2)      Agar masyarakt mendapatkan pelayan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannnya di bidang kesehatan.
3)      Memeberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4)      Agar masyarakat bebas mengemukan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak,2006).

F. TINGKAT PENCEGAHAN PADA PRAKTIK KEPERAWATAN


KOMUNITAS
1. Prevensi primer

Prevensi primer ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko


tinggi, yakni mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita .
Perawat komunitas harus mengenalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

8
timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor
tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang
pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga
badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit


sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat
kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara
umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok.
Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu
melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum
yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi
bayi dan balita.

2. Prevensi sekunder

Prevensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya


penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan intervensi keperawatan
sejak awal penyakit. Dalam mengelol, sejak awal sudah harus diwaspadai dan
sedapat mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Penyuluhan
mengenai dan pengelolaannya secara mandiri memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang baik akan sangat
mendukung pelayanan kesehatan primer yang merupakan ujung tombak
pengelolaan .

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih


awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor
resiko dikalifikasikan sebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi
keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui
posyandu dan puskesmas

3. Prevensi tersier.

Apabila sudah muncul penyulit menahun , maka perawat komunitas harus


berusaha mencegah terjadinya kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan
merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap.

9
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi upaya rekonstitusi, yaitu:
mendorong untuk patuh mengikuti program PKP, pendidikan kesehatan kepada
dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi terulang dan melihara stabilitas klien
(Allender & Spradley, 2005).

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan


stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat
secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan
latihan fisik pada penderita patah tulang.

G. STRATEGI INTERVENSI DAN PENGORGANISASIAN


MASYARAKAT
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah
a. kemitraan (partnership),
b. pemberdayaan (empowerment),
c. pendidikan kesehatan, dan
d. proses kelompok
Strategi intervensi pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes secara
mandiri juga diuraikan pada bagian berikut:
1) KEMITRAAN
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak
atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat spesialis komunitas
perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu
mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi PKP. Anderson dan
McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model keperawatan
komunitas yang memandang masyarakat sebagai mitra (community as partner
model). Fokus dalam model tersebut menggambarkan dua prinsip pendekatan
utama keperawatan komunitas, yaitu

a. lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang menekankan


anggota masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan, dan
b. proses keperawatan.

10
Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis komunitas
dengan masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan yang dibangun
memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif
masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Kreuter,
Lezin, & Young, 2000).
Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam
pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan
terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat (Schlaff, 1991;
Sienkiewicz, 2004).
Dukungan dan penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan
meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan,
meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan
kemitraan perawat spesialis komunitas dengan masyarakat (Bracht, 1990).

Kemitraan dalam PKP dapat dilakukan perawat komunitas melalui


upaya membangun dan membina jejaring kemitraan dengan pihak-pihak
yang terkait (Robinson, 2005) dalam upaya penanganan pada baik di level
keluarga, kelompok, maupun komunitas. Pihak-pihak tersebut adalah
profesi kesehatan lainnya, stakes holder (Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kota, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Pemerintah Kota),
donatur/sponsor, sektor terkait, organisasi masyarakat (TP-PKK, Lembaga
Indonesia/LLI, Perkumpulan , atau Klub Jantung Sehat Yayasan Jantung
Indonesia), dan tokoh masyarakat setempat.

2) PEMBERDAYAAN

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses


pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk
pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert, & Thomas, 1999). Pemberdayaan,
kemitraan dan partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat dan mendasar.
Perawat spesialis komunitas ketika menjalin suatu kemitraan dengan
masyarakat maka dirinya juga harus memberikan dorongan kepada
masyarakat. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip “bekerja bersama”

11
dengan masyarakat bukan “bekerja untuk” masyarakat, oleh karena itu
perawat spesialis komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan
kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat (Yoo et. al,
2004).
Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk
meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies &
McEwan, 2001).

Kemandirian agregat dalam PKP berkembang melalui proses


pemberdayaan. Tahapan pemberdayaan yang dapat dilalui oleh agregat
(Sulistiyani, 2004), yaitu:
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan kemampuan dalam
mengelola secara mandiri. Dalam tahap ini, perawat komunitas
berusaha mengkondisikan lingkungan yang kondusif bagi efektifitas
proses pemberdayaan agregat .
b. Tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan dan ketrampilan
dalam pengelolaan secara mandiri agar dapat mengambil peran aktif
dalam lingkungannya. Pada tahap ini agregat memerlukan
pendampingan perawat komunitas.
c. Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sehingga terbentuk
inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada
kemandirian mengelola. Pada tahap ini dapat melakukan apa yang
diajarkan secara mandiri.
3) PENDIDIKAN KESEHATAN
Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah
dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi
disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki
oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson & Nies,
192011).
Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat
menghasilkan perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap,
meningkatkan ketrampilan, dan bahkan mempengaruhi perubahan di
dalam perilaku atau gaya hidup individu, keluarga, dan kelompok
(Pender, Murdaugh, & Parsons, 2002).
Pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah perilaku untuk
patuh terhadap saran pengelolaan secara mandiri.
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok,
maupun komunitas. Upaya pendidikan kesehatan di tingkat komunitas
penting dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu: individu akan
mudah mengadopsi perilaku sehat apabila mendapatkan dukungan
sosial dari lingkungannya terutama dukungan keluarga, intervensi di

12
tingkat komunitas dapat mengubah struktur sosial yang kondusif
terhadap program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas
dapat membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Meillier,
Lund, & Kok, 1996).

Intervensi keperawatan melalui pendidikan kesehatan untuk


menurunkan risik dan komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
(1) pencegahan primer,
(2) pencegahan sekunder, dan
(3) pencegahan tersier.
Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan primer bertujuan
untuk menurunkan risiko yang dapat mengakibatkan . Pendidikan
kesehatan dalam tahap pencegahan sekunder bertujuan untuk
memotivasi kelompok berisiko melakukan uji skrining dan
penatalaksanaan gejala yang muncul, sedangkan pada tahap
pencegahan tersier, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan
yang bersifat readaptasi, pendidikan kesehatan untuk mencegah
komplikasi terulang dan memelihara stabilitas kesehatan .
4) PROSES KELOMPOK
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi
keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui
pembentukan sebuah kelompok atau kelompok swabantu (self-help
group). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi
lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan
pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas
bekerja bersama dengan masyarakat. Berbagai kelompok di masyarakat
dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat
setempat, misalnya Posbindu, Bina Keluarga , atau Karang . Kegiatan
pada kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai oleh agar dapat mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya
guna, dan produktif selama mungkin (Depkes RI,1992).
Menurut penelitian, yang mengikuti secara aktif sebuah kelompok
sosial dan menerima dukungan dari kelompok tersebut akan
memperlihatkan kondisi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik
daripada yang lebih sedikit mendapatkan dukungan kelompok
(Krause,2011).
Bentuk dukungan kelompok ini juga terkait dengan rendahnya
risiko morbiditas dan mortalitas (Berkman, Leo-Summers, & Horwitz,
1992). Meskipun penjelasan risiko morbiditas dan mortalitas tersebut

13
tidak lengkap dikemukakan, beberapa laporan menekankan bahwa
dukungan yang diterimadapat meningkatkan pemanfaatan dan
kepatuhan individu terhadap pelayanan yang diinginkan dengan
mengikuti informasi yang diberikan, ikut serta dalam kelompok dan
meningkatkan perilaku mencari bantuan kesehatan (Cohen, 1988).
Berdasarkan strategi intervensi yang telah ditentukan oleh perawat
komunitas seperti tersebut di atas, selanjutnya dilakukan
pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai
suatu proses merupakan sebuah perangkat perubahan komunitas yang
memberdayakan individu dan kelompok berisiko (agregat) dalam
menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan yang
diinginkan bersama. Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model
pengorganisasian masyarakat yaitu:
a. MODEL PENGEMBANGAN MASYARAKAT (LOCALITY
DEVELOPMENT), 
Model pengembangan masyarakat didasarkan pada upaya
untuk memaksimalkan perubahan yang terjadi di komunitas, di
mana masyarakat dilibatkan dan berpartisipasi aktif dalam
menentukan tujuan dan pelaksanaan tindakan. Tujuan dari model
pengembangan masyarakat adalah
(1) agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat
dapat berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses
keperawatan, dan
(2) perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan)
dan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya di
masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter,
1991).
Sejalan dengan Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari
proses keperawatan komunitas pada adalah meningkatkan
kemampuan dan kemandirian fungsional agregat melalui
pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya sendiri.
Pengembangan kognisi dan kemampuan agregat difokuskan pada
dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan
mandiri, dan adaptasi terhadap permasalahan kesehatan sehingga
akan berdampak pada peningkatan partisipasi aktif.
b. MODEL PERENCANAAN SOSIAL (SOCIAL PLANNING)
Model perencanaan sosial dalam pengelolaan agregat lebih
menekankan pada teknik menyelesaikan masalah kesehatan agregat
dari pengelola program di birokrasi, misalnya Dinas Kesehatan
atau Puskesmas. Kegiatan bersifat kegiatan top-down planning.
Tugas perencana program kesehatan adalah menetapkan tujuan
kegiatan, menyusun rencana kegiatan, dan mensosialisasikan

14
rencana tindakan kepada masyarakat. Perencana program harus
memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk menyelesaikan
permasalahan yang kompleks termasuk kemampuan untuk
mengorganisasikan lintas sektor terkait.
c. MODEL AKSI SOSIAL (SOCIAL ACTION)
Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian
masyarakat untuk memperjuangkan isu-isu tertentu terkait dengan
permasalahan yang sedang dihadapi agregat , misalnya kampanye
gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit diabetes. Tingkat dan
bentuk intervensi keperawatan komunitas

H. ASUMSI DAN KEPERCAYAAN TERHADAP PERAWATAN


KESEHATAN KOMUNITAS MENURUT ANA (AMERICAN NURSES
ASSOCIATION)
1. Asumsi
Sistem pemeliharaan yang kompleks.
a. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan
tersier.
b. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan
dasar praktek penelitian.
c. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan
tersier.
d. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan
primer.
2. Kepercayaan
a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan
kesehatan.
d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu
yang lama.
g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab
secara mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.

Falsafah Keperawatan Komunitas


Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut,
maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan
praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas,

15
keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap
kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas
mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu:
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2) Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada
umumnya.
3) Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
4) Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
5) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan.
6) Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan
yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan
dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7) Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus-menerus.
8) Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri 

I. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI


INDONESIA
Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke 16,
yaitu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacat dan kolera yang
sangat ditakuti oleh masyarakat. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927,
dan pada tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya tahun 1948 cacar
masuk ke Indonesia melalui singapura dan mulai berkembang di Indonesia,

16
sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah belanda melakukan
upaya upaya kesehatan masyarakat. Gubernur jendral deandels pada tahun 1807
telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini
dilakukan dalam rangka menurunkan tingkat kematian bayi yang tinggi. Namun,
upaya ini tidak bertahan lama akibat kangkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru
kemudian ditahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya para
dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada tahun 1851 berdiri
sekolah dokter jawa oleh dokter bosch dan dokter bleeker kepala pelayanan
kesehatan sipil dan militer Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA
atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913, didirikan sekolah
dokter kedua di Surabaya dengan nama NIAS. Pada tahun 1947, STOVIA
berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

A. Periode Pertama (1882)


Dimulainya usaha kesehatn oleh Belanda, yaitu Millitair Geness Kundege
Dienst (MDG) & Burgelyke Geness Kudige Dienst (BGD). Dengan tujuan
untuk melancarkan pengobatan kepada orang Belanda pada waktu para
pekerja perkebunan terjangkit penyakit. Kemudian berkembang melayani para
pekerja perkebunan tersebut. Selanjutnya melayani masyarakat umum (saat
berdiri Rockefeller Foundation).
B. Periode Kedua (Zaman Penjajahan Jepang)
Dikenal adanya dinas kesehatan masyarakat atau Dienst Van De Volks
Genzonhei (DVG). Sebagai pengganti, BGD bertugas melaksanakan usaha di
bidang preventif dan kuratif. Kedua usaha ini tidak ada hubungannya dan
masing-masing berjalan sendiri.

C. Periode Ketiga
Dimulai setelah Indonesia merdeka (Bandung Plan) disusun suatu rencana
kesehatan masyarakat, bertujuan untuk menyatukan upaya kuratif dan
preventif. Pelaksanaannya diserahkan kepada inspektur kesehatan Jawa Barat,
dipimpin oleh dr. H. A. Patah. Selanjutnya menyusun pilot project usaha
kesehatan masyarakat, yang kemudian berkembang menjadi konsep
Puskesmas.

17
Th 1997, World Health Assembly ( Sidang Kesehatan Dunia)

Kesepalatan global untuk mencapai “Kesehatan Bagi Semua (KBS) pada tahun
2000” atau “Health For All By The Year 2000”

Th 1978 (konferensi Alma Ata di Uni Sovyet Rusia)

“Primary Health Care” atau PHC sebaga strategi global untuk mencapai
kesehatan bagi semua di tahun 2010 ( Indonesia mengikuti persetujuan )

Salah satu bentuk operasional dari PHC di Indonesia adalah PKMD, Posyandu

Di luar Indonesia dikenal dengan Growth monitoring, Oral rehydration, Brest


feeding, Immunization, Female education, Family planning, Food
supplementation (GOBIFFF)

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATA KOMUNITAS DI


INDONESIA

1. Pasca Perang Kemerdekaan


Pelayanan prefentif mulai dipikirkan guna melengkapi upaya (pelayanan)
kuratif, serta lahirnya konsep Bandung Plan sebagai embrio dari konsep
Puskesmas.
2. Tahun 1960
Terbit Undang-Undang Pokok Kes No. 9 Th 1960 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan
“tiap-tiap warga Negara berak mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dan wajib diikutsertakan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah”.
3. Pelita I
Dimulai Pelayanan kesehatan melalui puskesmas
4. Pelita II

18
Mulai dikembangkan PKMD, sebagai bentuk operasinal dari primary heatlh
carea (PHC). Pada saat ini juga mulai timbul kesadaran untuk keterlibatan
partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan
5. Pelita III
Lahir SKN tahun 1982, menekankan pada:
 Pendekatan kesistem
 Pendekatan kemasyarakat
 Kerja sama lintas program (KLP) & lintas sektoral (KS)
 Peran serta masyarakat
 Menekankan pada pendekatan promotive & preventive
6. Pelita IV
PHC/PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat kematian
bayi, anak dan ibu serta menurunkan tingkat kelahiran, dan
menyelanggarakan posyandu ditiap desa
7. Pelita V
Digalangkan dengan upaya peningkatan mutu posyandu, melaksanakan panca
Krida, Posyandu serta Sapta Krida Posyandu
8. Menjenlang tahun 2000 (tahun 1998)
Pergeseran visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yng semua menganut
paradigm sakit menjadi paradigm a sehat. Visi pembangunan kesehatan
dewasa ini adalah “Indonesia Sehat 2010” dengan misi sebagai berikut
 Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
 Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
 Memelihara dan meningkatkan yankes yang bermutu, merata dan
terjangkau
 Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat
dan lingkungan

19
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut WHO (1974) dalam Harnilawati (2013) komunitas
sebagai suatu kelompok sosial yang di tentutkan oleh batas-batas wilayah,
nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada rasa saling mengenal
dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya.
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut :
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat ( health
general community ) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok. 
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-
upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi).

20
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved from


https://www.academia.edu/20194626/MAKALAH_KONSEP_KEPERAWATAN_KO
MUNITAS

http://www.budhinersalindo.com/blog/ruang-lingkup-perawatan-komunitas. (n.d.).

https://fujihusada.blogspot.com/p/prinsip-prinsip-kep-komunitas.html. (n.d.).

https://www.academia.edu/23897409/FOKUS_INTERVENSI_KEPERAWATAN_KOMUNIT
AS. (n.d.).

Anderson & McFarlane, 2011. Community As Partner: Theory And Practice In


Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Efendi,Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Harnilawati.2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Sulawesi: Pustaka


As Salam

Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba


Medika : Jakarta.

Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas
1. Jakarta : CV. Sagung Seto

Riyadi. 2007. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Salemba Medika


Stanhope dan Lancaster, 2010) community & public health nursing (six ed. St. Louis,
Missouri: Mosby
Sumijatun, dkk. 2006. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta : EGC

iii

Anda mungkin juga menyukai