Disusun oleh :
MARIZKA NUR AISYAH NIM : P07220118085
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. TUJUAN...................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................2
A. DEFINISI KEPEWATAN KOMUNITAS.................................................................2
B. TUJUAN KEPERAWATAN KOMUNITAS.............................................................3
C. RUANG LINGKUP/SASARAN KEPERAWATAN KOMUNITAS........................3
D. PRINSIP PRINSIP KEPERAWATAN KOMUNITAS..............................................5
E. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KOMUNITAS.................................................6
F. TINGKAT PENCEGAHAN PADA PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS. 8
G. STRATEGI INTERVENSI DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT.......10
H. ASUMSI DAN KEPERCAYAAN TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN
KOMUNITAS MENURUT ANA (AMERICAN NURSES ASSOCIATION)................15
I. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI INDONESIA
16
BAB III............................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
A. KESIMPULAN.......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan
komunitas (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Sumijatun dkk, 2006).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah keperawatan yang
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan tidak
melupakan upaya-upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi yang
sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit
(Wahit Iqbal dkk, 2011). Dari penjelasan diatas maka kelompok tertarik
membahas mengenai konsep dasar keperawatan kounitas.
B. TUJUAN
1. Memahami pengertian komunitas
2. Tujuan keperawatan komunitas
3. Ruang lingkup/sasaran keperawatan komunitas
4. Prinsip-prinsip keperawatan komunitas
5. Peran dan fungsi perawat kemonitas
6. Tingkat pencegahan pada praktik keperawatan komunitas
7. Strategi intervensi keperawatan komunitas
8. Asumsi dasar dan keyakinan dalam keperawatan komunitas
9. Sejarah perkembangan keperawatan komunitas
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
melalui pemberian pelayanan keperawatan pada individu, keluarga
dan kelompok yag mempunyai pengaruh terhadapat kesehatan
komunitas (Stanhope dan Lancaster, 2010).
d. Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktek melakukan
promosi kesehatan dan melindungi kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pendekatan ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat yang berfokus pada tindakan promotif dan
pencegahan penyakit yang sehat (Anderson & McFarlane, 2011).
3
rentang kehidupan dan sesui tahap perkembangan keluarga. Ruang lingkup
pelayanan keperawatan komunitas meliputi:
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Manajemen nutrisi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan dan kelompok
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Manajemen body mind
h. Pendidikan seks
i. Pendidikan kesehatan pemanfaatan tanamana obat keluarga (TOGA)
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Perawat melakukan tindakan pencegahan spesifik pada
anggota keluarga agar bebas dari penyakit atau cedera melalui kegiatan:
a. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
b. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
c. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas
maupun kunjungan rumah
d. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas
ataupun di rumah.
e. Pencegahan merokok
f. Olah raga dan program kebugaran fisik
g. screening dan follow up berbagai kasus seperti hipertensi;
pencegahan komplikasi penyakit diabetes melitus dan screening
osteoporosis.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-
anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit
atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin
dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
f. Pembimbingan terhadap keluarga (coaching) untuk mengatasi
masalah kesehatan akibat perilaku yang tidak sehat
4
Melakukan tindakan keperawatan dasara seperti: batuk efektif,
inhalasi sederhana, tehnik relaksasi, stimulasi kognitif, latihan rentang
gerak (ROM), perawatan luka, dll. Terapi komplementer antara lain: pijat
bayi, herbal terapi, meditasi, dll.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta,
TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga
dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya
adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena
menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-
kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS) atau
pekerja seks komersial (PSK), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu,
upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima
kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan
menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini
tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-
batasan yang jelas dan dapat dimengerti
5
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan
masyarakat
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja
untuk masyarakat
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada
upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
dituangkan dalam proses keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah
di¬masyarakat dan bukan di rumah sakit.
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bark yang sakit
maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada
pem¬binaan perilaku hidup sehat masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkat¬kan
fungsi kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi
bekerja secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan
ko¬munitas digunakan untuk kegiatan meningkatkan kesehatan,
pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat atau
yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas,
pasien yang baru kembali dari rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada
sistem pelayanan kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi
pela¬yanan kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah,
panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit pelayanan.
6
Peranan yang utama perawat komunitas, sebagai pelaksana askep kepada
individu, klg, klp dan komunitas, sehat atau sakit atau mempunyai masalah
kes/kep di rumah, disekolah, dipanti, tempat kerja dll
7
8. Sebagai Tempat Bertanya ( Fasilitator )
Tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kes/ keperawatan yang
dihadapi sehari-hari.Dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.Penghubung antara
masyarakat dengan unit yankes dan instansi terkait.
9. Sebagai Pengelola ( Manager )
Dapat mengelola berbagai kegiatan yankes dan masyarakat sesuai dengan beban
tugas dan tanggung jawab yang diembankan kepadanya.Mengkoordinasikan
upaya-upaya kesehatan yang dijalankan, melalui puskesmas sebagai institusi
pelayanan dasar utama, baik di dalam atau di luar gedung ataukah di keluarga,
terhadap kelompok-kelompok khusus seperti kelompok ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas/menyususi, anak balita, usia lanjut, sesuai dengan peran , fungsi dan
tanggung jawabnya.
8
timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor
tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang
pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga
badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.
2. Prevensi sekunder
3. Prevensi tersier.
9
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi upaya rekonstitusi, yaitu:
mendorong untuk patuh mengikuti program PKP, pendidikan kesehatan kepada
dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi terulang dan melihara stabilitas klien
(Allender & Spradley, 2005).
10
Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis komunitas
dengan masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan yang dibangun
memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif
masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Kreuter,
Lezin, & Young, 2000).
Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam
pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan
terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat (Schlaff, 1991;
Sienkiewicz, 2004).
Dukungan dan penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan
meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan,
meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan
kemitraan perawat spesialis komunitas dengan masyarakat (Bracht, 1990).
2) PEMBERDAYAAN
11
dengan masyarakat bukan “bekerja untuk” masyarakat, oleh karena itu
perawat spesialis komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan
kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat (Yoo et. al,
2004).
Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk
meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies &
McEwan, 2001).
12
tingkat komunitas dapat mengubah struktur sosial yang kondusif
terhadap program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas
dapat membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Meillier,
Lund, & Kok, 1996).
13
tidak lengkap dikemukakan, beberapa laporan menekankan bahwa
dukungan yang diterimadapat meningkatkan pemanfaatan dan
kepatuhan individu terhadap pelayanan yang diinginkan dengan
mengikuti informasi yang diberikan, ikut serta dalam kelompok dan
meningkatkan perilaku mencari bantuan kesehatan (Cohen, 1988).
Berdasarkan strategi intervensi yang telah ditentukan oleh perawat
komunitas seperti tersebut di atas, selanjutnya dilakukan
pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai
suatu proses merupakan sebuah perangkat perubahan komunitas yang
memberdayakan individu dan kelompok berisiko (agregat) dalam
menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan yang
diinginkan bersama. Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model
pengorganisasian masyarakat yaitu:
a. MODEL PENGEMBANGAN MASYARAKAT (LOCALITY
DEVELOPMENT),
Model pengembangan masyarakat didasarkan pada upaya
untuk memaksimalkan perubahan yang terjadi di komunitas, di
mana masyarakat dilibatkan dan berpartisipasi aktif dalam
menentukan tujuan dan pelaksanaan tindakan. Tujuan dari model
pengembangan masyarakat adalah
(1) agar individu dan kelompok-kelompok di masyarakat
dapat berperan-serta aktif dalam setiap tahapan proses
keperawatan, dan
(2) perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan)
dan kemandirian masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya di
masa mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter,
1991).
Sejalan dengan Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari
proses keperawatan komunitas pada adalah meningkatkan
kemampuan dan kemandirian fungsional agregat melalui
pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya sendiri.
Pengembangan kognisi dan kemampuan agregat difokuskan pada
dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian tujuan, perawatan
mandiri, dan adaptasi terhadap permasalahan kesehatan sehingga
akan berdampak pada peningkatan partisipasi aktif.
b. MODEL PERENCANAAN SOSIAL (SOCIAL PLANNING)
Model perencanaan sosial dalam pengelolaan agregat lebih
menekankan pada teknik menyelesaikan masalah kesehatan agregat
dari pengelola program di birokrasi, misalnya Dinas Kesehatan
atau Puskesmas. Kegiatan bersifat kegiatan top-down planning.
Tugas perencana program kesehatan adalah menetapkan tujuan
kegiatan, menyusun rencana kegiatan, dan mensosialisasikan
14
rencana tindakan kepada masyarakat. Perencana program harus
memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk menyelesaikan
permasalahan yang kompleks termasuk kemampuan untuk
mengorganisasikan lintas sektor terkait.
c. MODEL AKSI SOSIAL (SOCIAL ACTION)
Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian
masyarakat untuk memperjuangkan isu-isu tertentu terkait dengan
permasalahan yang sedang dihadapi agregat , misalnya kampanye
gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit diabetes. Tingkat dan
bentuk intervensi keperawatan komunitas
15
keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap
kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas
mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu:
manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2) Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada
umumnya.
3) Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
4) Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
5) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan.
6) Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan
yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan
dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
7) Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus-menerus.
8) Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri
16
sehingga berawal dari wabah kolera tersebut pemerintah belanda melakukan
upaya upaya kesehatan masyarakat. Gubernur jendral deandels pada tahun 1807
telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini
dilakukan dalam rangka menurunkan tingkat kematian bayi yang tinggi. Namun,
upaya ini tidak bertahan lama akibat kangkanya tenaga pelatih kebidanan. Baru
kemudian ditahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya para
dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada tahun 1851 berdiri
sekolah dokter jawa oleh dokter bosch dan dokter bleeker kepala pelayanan
kesehatan sipil dan militer Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA
atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913, didirikan sekolah
dokter kedua di Surabaya dengan nama NIAS. Pada tahun 1947, STOVIA
berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
C. Periode Ketiga
Dimulai setelah Indonesia merdeka (Bandung Plan) disusun suatu rencana
kesehatan masyarakat, bertujuan untuk menyatukan upaya kuratif dan
preventif. Pelaksanaannya diserahkan kepada inspektur kesehatan Jawa Barat,
dipimpin oleh dr. H. A. Patah. Selanjutnya menyusun pilot project usaha
kesehatan masyarakat, yang kemudian berkembang menjadi konsep
Puskesmas.
17
Th 1997, World Health Assembly ( Sidang Kesehatan Dunia)
Kesepalatan global untuk mencapai “Kesehatan Bagi Semua (KBS) pada tahun
2000” atau “Health For All By The Year 2000”
“Primary Health Care” atau PHC sebaga strategi global untuk mencapai
kesehatan bagi semua di tahun 2010 ( Indonesia mengikuti persetujuan )
Salah satu bentuk operasional dari PHC di Indonesia adalah PKMD, Posyandu
18
Mulai dikembangkan PKMD, sebagai bentuk operasinal dari primary heatlh
carea (PHC). Pada saat ini juga mulai timbul kesadaran untuk keterlibatan
partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan
5. Pelita III
Lahir SKN tahun 1982, menekankan pada:
Pendekatan kesistem
Pendekatan kemasyarakat
Kerja sama lintas program (KLP) & lintas sektoral (KS)
Peran serta masyarakat
Menekankan pada pendekatan promotive & preventive
6. Pelita IV
PHC/PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat kematian
bayi, anak dan ibu serta menurunkan tingkat kelahiran, dan
menyelanggarakan posyandu ditiap desa
7. Pelita V
Digalangkan dengan upaya peningkatan mutu posyandu, melaksanakan panca
Krida, Posyandu serta Sapta Krida Posyandu
8. Menjenlang tahun 2000 (tahun 1998)
Pergeseran visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yng semua menganut
paradigm sakit menjadi paradigm a sehat. Visi pembangunan kesehatan
dewasa ini adalah “Indonesia Sehat 2010” dengan misi sebagai berikut
Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
Memelihara dan meningkatkan yankes yang bermutu, merata dan
terjangkau
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat
dan lingkungan
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut WHO (1974) dalam Harnilawati (2013) komunitas
sebagai suatu kelompok sosial yang di tentutkan oleh batas-batas wilayah,
nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada rasa saling mengenal
dan interaksi antara anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya.
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut :
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat ( health
general community ) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.
Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-
upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan
masyarakatnya (resosialisasi).
20
DAFTAR PUSTAKA
http://www.budhinersalindo.com/blog/ruang-lingkup-perawatan-komunitas. (n.d.).
https://fujihusada.blogspot.com/p/prinsip-prinsip-kep-komunitas.html. (n.d.).
https://www.academia.edu/23897409/FOKUS_INTERVENSI_KEPERAWATAN_KOMUNIT
AS. (n.d.).
Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas
1. Jakarta : CV. Sagung Seto
iii