Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

Di susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II

Dosen Pengampu : Rina Nur Hidayati, S.Kep.Ns., M.Kep.Sp.Kep.Kom

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Nabila Maghfiroh (201701047)

2. Ima Amita Santi (201701077)

3. Semuel Yan Dumgair (201701081)

4. Fatimah Azzahrah (201701085)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena hanya

dengan berkat-Nya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam semoga

dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita

dari alam gelap ke alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah ke alam yang penuh berkah

ini.

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas Keperawatan Komunitas-2. Makalah ini

dibuat satu jilid yang berisi tentang “Konsep Dasar Keperawatan Komunitas”. Kami

menyusun makalah ini dengan sungguh-sungguh dan semampunya. Kami berharap dengan

adanya makalah ini dapat memberikan pengalaman maupun pelajaran yang berarti bagi siapa

saja yang membacanya.

Akhir kata, manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Jauh

dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 15 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2

1.3 Tujuan dan Manfaat..........................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................3

2.1 Definisi.............................................................................................................3

2.1.1 Definisi Komunitas.....................................................................................3

2.1.2 Definisi Keperawatan Komunitas...............................................................3

2.2 Tujuan Keperawatan Komunitas......................................................................5

2.3 Sasaran Keperawatan Komunitas.....................................................................7

BAB III PENUTUP....................................................................................................12

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................12

3.2 Saran...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Perawatan kesehatan adalah sebagai suatu lapangan khusus di bidang kesehatan,
keterampilan, hubungan antar manusia dan keterampilan organisasi diterapkan dalam
hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada
tenaga social untuk memelihara kesehatan masyarakat (Ruth B. Freeman, 1961). Oleh
karenanya perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok
yang mempengaruhi kesehatan keseluruhan penduduk, meliputi : peningkatan kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan
berkelanjutan dipergunakan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif.
Selain itu komunitas juga dipandang sebagai target pelayanan kesehatan yang
bertujuan mencapai kesehatan komunitas sebagai suatu peningkatan kesehatan dan
kerjasama sebagai suatu mekanisme untuk mempermudah pencapaian tujuan yang berarti
masyarakat atau komunitas dilibatkan secara aktif untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam pelaksanaannya “Nursing Process Community” di upayakan dekat dengan
masyarakat, sehingga strategi pelayanan kesehatan utama merupakan pendekatan yang juga
menjadi acuan. Artinya upaya pelayanan atau asuhan yang diberikan merupakan upaya yang
esensial atau sangat dibutuhkan komunitas dan secara universal upaya tersebut mudah
dijangkau. Dengan demikian didalam keperawatan komunitas penggunaan tehnologi tepat
guna sangat ditekankan. Contoh : seorang perawat community dapat menstimulus pada
masyarakat di wilayah binaannya apabila bias memili alat edukatif sederhana yang tersedia
di wilayah tersebut.
Peran serta komunitas tersebut diartikan sebagai suatu proses dimana : individu,
keluarga dan komunitas bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri dengan berperan
sebagai pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatannya berdasarkan asa kebersamaan dan
kemandirian. Bantuan yang diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan
ketidakmauan dengan menggunakan potensi lingkungan untuk memandirikan masyarakat,
sehingga pengembangan wilayah setempat (Locality Development) merupakan bentuk
pengorganisasian yang tepat digunakan. Di dalam praktek keperawatan komunitas
pendekatan ilmiah yang digunakan adalah proses keperawatan komunitas yang terdiri dari

1
empat tahap yaitu : assessment (pengkajian), planning (perencanaan), implementasi
(pelaksanaan) dan evaluating (evaluasi). Intervensi keperawatan yang dilakukan haruslah
yang dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri, maupun dengan berkolaborasi dengan
tim kesehatan lain melalui lintas program dan lintas sektoral.
Namun demikian pada kenyataannya belum semua tenaga keperawatan komunitas
mampu memberikan pelayanan sesuai konsep, hal ini dapat disebabkan pemahaman yang
belum sama tentang konsep dasar keperawatan komunitas dan perannya dalam keperawatan
komunitas.
I.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara mengetahui pengertian dari keperawatn komunitas
b. Bagaimana cara mengetahui tujuan dan sasaran keperawatan komunitas

I.3 Tujuan dan Manfaat


a. Untuk mengetahui pengertian keperawatan komunitas
b. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran keperawatan komunitas

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

II.1 Definisi

II.1.1 Definisi Komunitas

1. Komunitas adalah komponen penting dari pengalaman manusia sebagai bagian


dari pengalaman yang saling terkait dengan keluarga, rumah, serta berbagai
ragam budaya dan agama (Ervin, 2002).

2. Komunitas sebagai kelompok social yang ditentukan oleh batas-batas wilayah,


nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan
berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya (WHO,
1974).

3. Komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman


penting dalam hidupnya (Spradley, 1985).

4. Komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu


wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu system adat istiadat, serta terikat
oleh rasa identitas suatu komunitas (Koentjaraningrat, 1990).

5. Komunitas sebagai tempat atau kumpulan orang-orang atau system social


(Sounders, 1991).

II.1.2 Definisi Keperawatan Komunitas


1. Keperawatan kesehatan komunitas adalah area pelayanan keperawatan
professional yang diberikan secara holistic (bio-psiko-sosio-spiritual) dan
difokuskan pada kelompok risiko tinggi yang bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan melalui upaya promotif, preventif, tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitative dengan melibatkan komunitas sebagai mitra dalam
menyelesaikan masalah (Hithcock, Scubert & Thomas, 1999, Allender &
Spradley, 2001, Stanhope & Lancaster, 2016).

3
2. Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan
dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta
memelihara kesehatan penduduk (American Nurses Association, 1973).

3. Keperawatan komunitas meencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse


health family) juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu
masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri, serta memecahkan
masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka
sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain (WHO, 1974).

4. Keperawatan komunitas adalah kesatuan yang unik dari praktik keperawatan


dan kesehatan masyarakat yang ditujukan pada pengembangan serta
peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan
maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus, atau masyarakat.
Pelayanan tersebut mencakup spectrum pelayanan kesehatan untuk
masyarakat (Ruth B. Freeman, 1981).

5. Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan


keperawatan ang mrupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya
dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat yang lebih tinggi (Departemen Kesehatan RI, 1986).

6. Keperawatan komunitas adalah pelayanan professional yang ditujukan kepada


masyarakat dengen penekanan pada kelompok risiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan, juga melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (Pradley, 1985, Logan &
Dawkin, 1987).

7. Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan


perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health)
dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitative serta menyeluruh dan

4
terpadu yang ditujukanpada individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan
Masyarakat, 1990).

8. Seorang ahli kesehatan masyarakat, membuat batasan yang sampai saat ini
masih relevan, yaitu kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu seni
mencegah penyakit, memperpanjang hidup, serta meningkatkan efisiensi
hidup melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk hal-hal berikut
ini :

a. Kelompok-kelompok masyarakat yang terkoordinir.

b. Perbaikan kesehatan lingkungan.

c. Mencegah dan memberantas penyakit menular.

d. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat/perseorangan.

e. Dilaksanakan dengan mengkoordinasikan tenaga kesehatan dalam satu


wadah pelayanan kesehatan masyarakat yang mampu menumbuhkan
swadaya masyarakat untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat
secara optimal (Winslow, 1920).

II.2 Tujuan Keperawatan Komunitas


Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan
masyarakt melalui upaya-upaya sebagai berikut.

1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,


keluarga, dan kelompok dalam konteks komunitas.

2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health generak


community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat


mempunyai kemampuan untuk:

5
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;

b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut;

c. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;

d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;

e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang


akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (self care). (Mubarak, 2005)

Tujuan keperawatan komunitas adalah mempertahankan system klien dalam keadaan


stabil melalui upaya prevensi primer, sekunder, dan tersier (Pacala, 2007; Wallace, Allender;
Rector; & Warner, 2014). Adapun penjelasan mengenai upaya prevensi tersebut adalah
sebagai berikut:

a. Prevensi Primer

Prevensi primer ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan


masyarakat yang sehat. Bentuk tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
adalah promosi kesehatan dan perlindungan spesifik agar terhindar dari
masalah/penyakit. Contohnya adalah memberikan imunisasi pada balita,
pemberian vaksin, serta promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan
sehat.

b. Prevensi Sekunder

Prevensi sekunder ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan


masyarakat yang berisiko mengalami masalah kesehatan. Bentuk intervensi
yang dapat dilakukan adalah pelayanan/ asuhan keperawatan mencakup
identifikasi masyarakat atau kelompok yang berisiko mengalami masalah
kesehatan, melakukan penanggulangan masalah kesehatan secara tepat dan
cepat, upaya penemuan penyakit sejak awal (skrining kesehatan), pemeriksaan
kesehatan berkala, serta melakukan rujukan terhadap masyarakat yang
memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut.

c. Prevensi Tersier

6
Prevensi tersier ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat pada masa pemulihan setelah mengalami masalah kesehatan.
Bentuk intervensi yang dapat dilakukan adalah upaya rehabilitasi pasca
perawatan di fasilitas tatanan pelayanan kesehatan lain untuk mencegah
ketidakmampuan, ketidakberdayaan atau kecacatan lebih lanjut. Contoh
tindakan yang dilakukan adalah melatih rentang pergerakan sendi/ range of
motion (ROM) pada klien pasca stroke, atau melakukan kegiatan pemulihan
kesehatan pasca bencana

II.3 Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat, termasuk individu,


keluarga, dan kelompok, baik yang sehat mupun yang sakit, khususnya mereka yang beresiko
tinggi mengalami masalah kesehatan dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut :

1. Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual. Apabila individu mempunyai masalah kesehatan
karena ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh karena sesuatu hal dan sebab,
maka akan dapat memengaruhi anggota keluarga lainnya dan keluarga yang ada di
lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Disini peran perawat komunitas adalah
membantu individu agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya karena adanya
kelemahan fisik dan mental yang dialami, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya
kemauan menuju kemandirian.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah
tangga karena pertalian darah dari ikatan perkawinan atau adopsi. Antara keluarga
satu dan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Apabila salah satu atau
beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka berpengaruh
terhadap anggota yang lainnya dan keluarga yang ada disekitanya. Dari permasalahan
tersebut di atas, maka keluarga fokus pelayanan kesehatan yang strategis, sebab :
a. Keluarga sebgai lembaga yang perlu diperhitungkan.
b. Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota
keluarga.

7
c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan.
d. Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan (decision making) dalam
perawatan kesehatan.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha kesehatan
masyarakat.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, usia, permasalahan (problem). Kegiatan yang terorganisasi sangat
rawan terhadap masalah kesehatan. Kelompok khusus yang ada di masyarakat dan di
institusi dapat diklasifikasikan berdasarkan permasalahan serta kebutuhn yang mereka
hadapi, di antaranya sebagai berikut :
a. Kelompok dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhan (growth and development), yaitu :
 Kelompok ibu hamil dan ibu bersalin (melahirkan). Usia harapan hidup
waktu lahir diharapkan meningkat pada tahun 1967 (45 tahun), tahun 1980
(50 tahun), tahun 1981-1985 adalah 51,9 tahun untuk wanita dan 48,9
tahun untuk laki-laki. Keadaan ini menunjukkan perbaikan bila
dibandingkan dengan periode tahun 1979-1981, yaitu 49,4 tahun untuk
wanita dan 46,5 tahun untuk laki-laki. Usia harapan hidup pada tahun 2000
diharapkan sekurang-kurangnya menjadi 60 tahun. Sedangkan pada tahun
2001 diharapkan menjadi 66,2 tahun.
 Kelompok ibu nifas.
 Kelompok bayi. Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan berat badan 2.500 gr
atau kurang, dewasa ini berjumlah sekitar 14% akan turun menjadi
seinggi-tingginya 7% pada tahun 2000. Banyak faktor yang menjadi
pencetus bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), salah satunya
adalah status gizi ibu yang buruk. Pemerintah telah bekerja sama dengan
badan dunia yang bergerak dalam penanganan gizi seperti WFP (World
Food Program) untuk membantu status gizi masyarakat melalui program,
perbaikan sanitasi lingkungan, dan sebagainya.
 Kelompok balita. Angka kematian balita pada thun 1980 adalah 100/1000
kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan penurunan bila diandingkan dengan
tahun 1979- dimana IMR (Infant Mortality Rate) adalah 110/1000

8
kelahiran hidup. Angka ini diharapkan hidup dan pada tahun 2001 turun
menjadi 35/1000 kelahiran hidup. Keadaan ini berbeda disetiap wilayah
Indonesia karena perbedaan situasi dan kondisi masing-masng daerah.
 Kelompok anak usia sekolah.
 Kelompok usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, yaitu :
 Penderita penyakit menular, antara lain sebagai berikut :
- Kelompok penderita penyakit kusta. Indonesia sampai saat ini (tahun
2007) menduduki urutan ke-4 untuk jumlah penderita kusta—di bawah
india, brazil dan myanmar. Jawa timur merupakan provinsi dengan
jumlah penderita kusta terbanyak di indonesia. Dari 38 kabupaten/kota
se-Jawa Timur, Kabupaten Gresik menempti urutan ke-14. Ada era
90-an jumlah penderita kusta di Kabupaten tersebut mencapai
30:10.000 penduduk, tetapi pada tahun 2007 jumlah sudah menurun
menjadi 1:10.000 penduduk.
- Kelompok penderita penyakit tuberkulosis paru. Angka kesakitan yang
disebabkan oleh penyakit tuberkulosis paru pada saat ini mencapai
3/1.000 penduduk. Diharapkan angka ini akan menurun menjadi
2/1.000 penduduk pada tahun 2000. Pada tahu 2008, tuberkulosis paru
merupakan penyebab kematian akibat penyakit menular nomor 1 di
dunia-Indonesia menduduki urutan ke-3 untuk negara dengan insidensi
tuberkulosis paru terbanyak. Pemerintah telah berupaya semaksimal
mungkin untuk menurunkaan insiden penyakit ini melalui perbaikan
status gizi masyarakat, perbaikan sarana dan prasarana yang diduga
dapat menigkatkan insidensi penyakit ini (seperti: rumah dengan
ventilasi yang kurang adekuat, rumah yang lembab karena sinar
matahari langsng tidak dapat langsung masuk dan LP—Lembaga
Pemasyarakatan yang berpenghuni padat) serta meningkatkan
partisipasi masyarakat dengan mengadakan berbagai seminar
kesehatan mengenai tuberkulosis paru .
- Kelompok penderita penyakit kelamin (gonorhea, sifilis).
- Kelompok penderit HIV/AIDS.

9
 Penderita penyakit tidak menular, misalnya kelompok penderita
hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, kanker, stroke, dan
sebagainya. Angka kesakitan dan kematian karena penyakit tidak menular
seperti penyakit kanker dan kardiovaskular cenderung meningkat. Hal
yang sama juga terjadi pada angka kejadian gangguan jiwa,
penyalahgunaan nakortika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
Kecelakaan kerja dan lalu lintas juga akan terus meningkat, sehingga
angka ketunaan, baik fisik maupun mental akan meninkat pula.
Kelompok cacat yang memerlukan rehabiliasi, antara lain sebagai
berikut :
- Kelompok cacat fisik, misalnya kebutaan. Tingkat kebutaan di
Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan di mana saat ini rasio orang
buta sudah mncapai 1,5% dari total populasi Indonesia merupakan
negara dengan tingkat kebutaan tertinggi di Asia. Penyebab kebutaan
yang paling sering ditemukan adalah katarak, glukoma, kelainan
refraksi, gangguan retina, dan kelainan kornea. Hal ini dapat
diakibatkan karena gizi buruk, pola hidup/kebisaan yang salah, serta
minimnya pelayanan kesehatan
Negara dengan tigkat kebutaan tinggi

Negara Tingkat kebutaan (persen populasi)

1. Indonesia 1,5
1
2. Bangladesh 0,9
0,8
3. Myanmar 0,8
0,8
4. Bhutan 0,7
5. Maladewa 0,5
0,4
6. Nepal 0,31

7. India
8. Srilanka
9. Korea
10. Thailand
 Kelompok cacat mental. Diharapkan angka kesakitan penderita kelainan
jiwa (psikosis) dapat dipertahankan pada rasio 1-3/1.000 penduduk.
Sementara jumlah penderita gangguan jiwa yang relatif lebih ringan

10
seperti neurosis dan gangguan perilaku dapat dipertahankan pada rasio 20-
60/1.000 penduduk.
 Kelompok cacat sosial.
c. Kelompok yang mempunyai risiko tinggi terserang penyakit, yaitu :
 Kelompok penyalahgunaan obat dan narkotika.
 Kelompok Wanita Tuna Susila (WTS) dan Pekerjaan Seks Komersial
(PSK).
 Kelompok pekerja tertentu

Perbedaan yang mencolok terjadi, baik pada angka kesakitan maupun kematian
diberbagai wilayah di Indonesia. Hal ini dapat dikarenakan persebaran pelayanan kesehatan
yang kurang merata. Di pulau jawa misalnya, pelayanan kesehatan bisa dijangkau dengan
baik, bahkan sampai daerah pedesaan, sehingga status kesehatan penduduk cukup baik.
Sementara di luar pulau Jawa, pelayanan kesehatan terkadang belum bisa menjangkau daerah
pedesaan, sehingga status kesehatan penduduknya masih kurang baik.

Namun, pada kenyataannya, gambar epidemiologis Indonesia tidak mengalami

perubahan yang mencolok selama dasawarsa terakhir ini. Penyebab paling umum dari

kejadian kesakitan dan kematian orang dewasa yang paling sering ditemukan meliputi;

penyakit-penyakit alat pernapasan dan perencanaan, infeksi pada kulit dan mata, parasit pada

usus serta penyakit-penyakit yang disebabkan oleh vektor, terutama malaria. Sementara itu,

hampir sebagai dari kejadian kematian pada anak usia 5 tahun penyebab utamanya adalah

diare, infeksi alat pernapasan, dan tetanus neonatorum. Selain itu, data survei yang tersedia

menunjukkan bahwa sekitar 7 juta anak usia 1-5 tahun atau sekitar 30% dari semua anak

prasekolah menderita “protein calorie malnutrition” diperkirakan sekitar 80% kematian bayi

dapat dicegah dengan meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak (termasuk imunisasi,

keluarga berencana yang sesuai dan perbaikan gizi). (Mubarak & Chayatin, 2009).

11
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Keperawatan komunitas merupakan sintesis teori keperawatan dan teori kesehatan
masyarakat untuk promosi, pemeliharaan dan perawatan kesehatan populasi melalui
pemberian pelayanan keperawatan pada individu, keluarga dan kelompok yag mempunyai
pengaruh terhadapat kesehatan komunitas. Tujuan proses keperawatan dalam komunitas
adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat.

Keperawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa  prinsip, yaitu


kemanfaatan, keerjasama, secara langsung, keadilan dan otonomi klien.  Sasaran dari
perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik
yang sehat maupun sakit. Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
pelayanan terhadap pengaruh lingkunngan (bio-psiko-sosial-cultural-spritual) terhadap
kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan
peningkatan pencegahan.

Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan


komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu
pencegahan primer, sekunder dan tertier. Intervensi keperawatan komunitas dapat dilakukan
dengan proses kelompok (group process), pendidikan kesehatan (health promotion) dan
kerjasama (partnership).
III.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi mahasiswa keperawatan
khususnya pada mata kuliah keperawatan komunitas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ni Made Riasmini, d. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,

Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan NIC di

Puskesmas dan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

IPKKI. (2018). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga dan Komunitas.

Mubarak, W. I. (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori.

Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai