Disusun Oleh :
Dina Shofaria Fatiani
C.0105.17.010
Semoga tugas ini dapat bermanfaat dalam bidang kesehatan dan dapat
menjadi pertimbangan dalam pembuatan Asuhan Keperawatan Komunitas.
i|Page
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................2
C. Manfaat.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................3
A. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Komunitas..............................3
B. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas........................................3
C. Tujuan Keperawatan Komunitas...........................................................4
D. Langkah-Langkah Proses Keperawatan Komunitas.............................4
E. Definisi DBD........................................................................................7
F. Penyebab DBD......................................................................................7
G. Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypty........................................................8
H. Cara Penularan DBD.............................................................................8
I. Tanda dan Gejala..................................................................................8
J. Pencegahan DBD..................................................................................9
BAB III LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS...............10
A. Pengkajian Winshield Survey...............................................................10
B. Pengkajian Inti Komunitas....................................................................12
C. Pengkajian Subsistem...........................................................................13
D. Analisa Data..........................................................................................15
E. Diagnose Keperawatan Komunitas.......................................................18
F. Perencanaan Keperawatan....................................................................18
BAB IV PENUTUP..........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu
wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat
oleh rasa identitas suatu komunitas. (Koentjaraningrat, 1990; Wahit Iqbal
Mubarak & Nurul Chayatin, 2013)
Sedangkan ANA (1973) mendefinisikan keperawatan komunitas
merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan
masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan
penduduk. (Wahit Iqbal Mubarak & Nurul Chayatin, 2013)
Dari dua definisi diatas menjelaskan bahwa dalam suatu masyarakat
ataupun komunitas perlu adanya peningkatan kesadaran dari komunitas
tentang kesehatan sehingga adanya keperawatan komunitas membantu proses
tersebut dan dapat mencegah pengendalian wabah penyakit terutama penyakit
menular.
Dalam pelaksanaannya, keperawatan kesehatan masyarakat diupayakan
dekat dengan masyarakat, sehingga strategi pelayanan kesehatan yang utama
merupakan pendekatan yang juga menjadi acuan pelayanan kesehatan yang
akan diberikan. Artinya, upaya pelayanan atau asuhan yang diberikan tersebut
merupakan upaya yang esensial atau sangat dibutuhkan oleh masyarakat, dan
secara universal upaya tersebut mudah dijangkau. Dengan demikian, di dalam
keperawatan komunitas penggunaan teknologi tepat guna sangat ditekankan.
Wujud aplikasi kegiatan nyatanya adalah seorang perawat komunitas mampu
melakukan rangsangan atau memotivasi masyarakat di wilayah binaannya
dengan memilih alat edukatif sederhana yang tersedia di wilayah tersebut.
Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah untuk mencapai hidup
sehat bagi setiappenduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Dengan demikian pembangunan di bidang
kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional khususnya
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat
kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia
sebagai salah satu modal dasarpembangunan nasional.
Berdasarkan tujuan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh
pemerintah Indonesia,maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan
untuk menggalang potensi yang ada padamasyarakat sehingga
masyarakat dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatannya secara mandiri melalui perawatan kesehatan komunitas.
1|Page
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum, penyusunan studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui
proses pemberian asuhan keperawatan secara teori dan mengaplikasikan
kedalam praktik di masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penyusunan studi kasus ini, yakni:
a. Mengetahui konsep dasar keperawatan kesehatan komunitas
b. Mengetahui proses asuhan keperawatan kesehatan komunitas secara
teori
c. Mengetahui teori keperawatan yang sesuai digunakan dalam
keperawatan komunitas.
d. Menyelesaikan tugas tutor mata kuliah keperawatan komunitas
C. Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari studi kasus ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang konsep keperawatan
komunitas.
2. Mahasiswa dapat mengetahui tentang penerapan asuhan keperawatan
komunitas.
3. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan yang dapat diberikan
untuk komunitas.
4. Masyarakat dapat menambah wawasan mereka tentang pentingnya
kesehatan lingkungan dan individu di masyarakat
2|Page
BAB II
TINJAUAN TEORI
3|Page
Kelompok khusus merupakan sekumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, usia, permasalahan (problem), serta kegiatan
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Berikut ini
kelompok khusus yang ada di masyarakat dna institusi yang
diklasifikasikan berdasarkan permasalahan dan kebutuhan yang mereka
hadapi:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhan (growth development) seperti:
kelompok ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi, anak balita, anak usia
sekolah dan kelompok usia lanjut.
b. Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, seperti:
penderita penyakit menular, penderita penyakit tidak menular, dan
kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi.
4|Page
dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang
dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi untuk promosi
kesehatan.
Pengkajian suatu komunitas dimulai dengan mengidentifikasi
sistem yang ada didalamnya perlu diingat, bahwa sistem adalah
keseluruhan unit yang berfungsi karena saling tergantungnya bagian
tersebut. Komunitas juga merupakan keseluruhan kesatuan fungsi karena
saling ketergantungan antar bagian subsistem.
Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi
program keperawatan kesehatan komunitas serta program apa saja yang
akan dikerjakan bersama-sama dalam komunitas tersebut. Sasaran dari
sosialisasi ini meliputi tokoh masyarakat baik formal maupun nonformal,
kader masyarakat, serta perwakilan dari setiap elemen dimasyarakat (PKK,
Karangtaruna, dan lainnya). Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan
dilakukannya survei mawas diri (SND) yang diikuti dengan kegiatan
musyawarah masyarakat desa (MMD).
Metode dan pendekatan pengkajian komunitas
Beberapa metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ada di
komunitas adalah sebagai berikut:
Windshield survey
Digunakan perawat komunitas untuk mengidentifikasi berbagai
dimensi dari komunitas, lingkungan, serta gaya hidup masyarakat.
Data sekunder
Pada metode ini perawat menggunakan data yang telah tercatat
sebelumnya, yang termasuk dalam data sekunder meliputi data-data
seperti data statistik, dokumen yang telah diterbitkan, catatan dalam
pertemuan, hasil survey kesehatan, dan catatan kesehatan (C. O.
Helvie, 1998)
Selain data sekunder diatas, metode pengkajian komunitas bisa didapatkan
dari data survey, wawancara dengan informan, observasi komunitas, serta
forum komunikasi. (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009)
b. Diagnosa
Anderson dan Mc Farlane (1996) menggunakan teori Neuman dari
komunitas dan mengembangkan diagnosis keperawatan berdasarkan
sistem penggabungan penarikan kesimpulan. Pada sistem ini mereka
menggunakan logika berpikir atau penarikan kesimpulan untuk
menggambarkan masalah, menjelaskan faktor etiologi, serta identifikasi
tanda dan gejala yang menjadi karakteristik masalah. Tanda dan gejala dari
diagnosis keperawatan kesehatan komunitas adalah pernyataan kesimpulan
yang menjelaskan durasi atau besarnya masalah. Sedangkan, Carl O.
Helvie (1998) berfokus pada konsep energi atau memasukkan teori energi
dalam diagnosis keperawatan kesehatan komunitas. (Ferry Efendi dan
Makhfudli, 2009)
5|Page
c. Perencanaan/Intervensi
Langkah-langkah dalam perencanaan yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
Menentukan prioritas
Melalui pengkajian, perawat akan mampu mengidentifikasi respon
komunitas yang aktual atau potensial yang memerlukan suatu
tindakan. Dalam menentukan perencanaan perlu disusun suatu sistem
untuk menentukan diagnosis yang akan diambil tindakan pertama kali.
Salah satu sistem yang bisa digunakan adalah hierarki Kebutuhan
Komunitas.
Menentukan kriteria hasil
Penentuan kriteria hasil (outcomes) harus ditunjukkan untuk
komunitas. Kriteria hasil harus menunjukkan “apa yang akan
dilakukan komunitas serta kapan dan sejauh mana tindakan akan
dilaksanakan”. Kriteria hasil harus spesifik, dapat diukur, dapat
dicapai, rasional, dan ada batas waktu.
Menentukan rencana tindakan
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu
komunitas dalam mencapai kriteria hasil. Rencana tindakan
dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosis
keperawatan. Oleh sebab itu, rencana mendefinisikan suatu aktivitas
yang dilakukan untuk membatasi faktor-faktor pendukung terhadap
suatu permasalahan.
Dokumentasi
Rencana tindakan keperawatan ditulis dalam suatu bentuk yang
bervariasi untuk mempromosikan perawatan yang meliputi: perawatan
individu, keluarga, dan komunitas; perawatan yang kontinu
(berkesinambungan); komunikasi; dan evaluasi.
Perencanaan asuhan keperawatan pada klien (komunitas) seyogyanya
menyertakan 3 prinsip, yaitu pemberdayaan (empowerment), negosiasi
(negotiation) dan kerjasama lintas sektor (networking). (Ferry Efendi dan
Makhfudli, 2009)
d. Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik (lyer dkk, 1996). Tahap implementasi
dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditunjukkan pada rencana
strategi untuk membantu komunitas mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik direncanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan
komunitas. Tujuan dari implementasi adalah membantu komunitas dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik,
6|Page
jika selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan
data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan
kebutuhan komunitas. (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009)
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan,
dan implementasinya sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisis perencanaan, dan implementasi tindakan (Ignatavicius dan Bayne,
1994). Tujuan evaluasi adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan
klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan. Proses evaluasi
terdiri atas dua tahap yang mengukur pencapaian tujuan klien baik
kognitif, afektif, psikomotor, dan perubahan fungsi tubuh serta gejalanya,
dan membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian
tujuan. (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009)
E. Definisi DBD
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina) (Christian Effendy.
Skp,1995)
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang disebarkan nyamuk Aedes Aegypty yang dapat menyerang pada
anak dan dewasa dengan gejala utama demam,nyeri otot,tulang dan sendi yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan dapat menyebabkan
perdarahan.
F. Penyebab DBD
Penyebab Demam Berdarah Dengue adalah karena adanya virus dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Meskipun dapat juga
ditularkan oleh Aedes Albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun. DBD
ini banyak di temukan di daerah tropis yang curah hujannya cukup tinggi.
Sebab nyamuk akan mudah berkembang biak di daerah yang tergenang air.
Umumnya sering terjadi di daerah Asia Tenggara, khususnya Indonesia yang
saat ini menjadi masalah utama di negeri kita ini.
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue sejenis virus
Arovirus. (Suriadi, Skp dan Rita Yuliani, Skp, 2002: 57). Penyebab penyakit
Demam Berdarah Dengue yaitu virus Dengue yang tergolong dalam famili
7|Page
flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe di Indonesia, yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. (Hendarwanto,1996)
8|Page
4. Terjadi syok atau pingsan pada hari ke 3-7 secara berulang-ulang. Dengan
tanda syok yaitu lemah, kulit dingin , basah dan tidak sadar.
Adapun klasifikasi Demam Berdarah Dengue( WHO,1997) :
Derajat I : Demam dengan uji bendung positif
Drajat II : Derajat 1 disertai pendarahan spontan di kulit atau
pendarahan lain
Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun ( < 20
mmHg) atau hipotensi disertai kulilt dingin, lembab dan pasien menjadi
gellisah
Derajat IV : Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan
darah tidak dapat diukur
J. Pencegahan DBD
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah
dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya
kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada
tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia
sembuh secara spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di
sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi
penularan tinggi.
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a. Menggunakan insektisida. Yang lazim digunakan dalam program
pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk
membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik
(larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau
pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate
ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan
air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 %
per 10 liter air.
b. Tanpa insektisida Caranya adalah :
1. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7–10
hari).
2. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3. Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah
dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
9|Page
BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
10 | P a g e
2. Bahaya lingkungan
- Tidak banyak polusi udara akibat tidak begitu banyak kendaraan
yang melintas di RT tersebut.
- Tidak terlihat adanya sampah yang menumpuk.
- Kurang adanya penerangan di kanan-kiri jalan.
- Tidak terlihat adanya alat pemadam kebakaran.
- Lalu lintas sepi karena jauh dari jalan raya.
- Tidak adanya poskamling.
- Tidak jauh dari rumah warga terdapat satu wilayah tempat daur
ulang barang rongsokan
- Jalanan banyak berlubang
3. Stressor lingkungan
- Tidak terlihat adanya keramaian.
- Tidak ada tanda-tanda yang menyebabkan banyak angka criminal.
- Tidak terlihat adanya penyalahgunaan NAPZA.
- Tidak terlihat adanya tanda-tanda kemiskinan. Warga terlihat
memiliki ekonomi menengah ke atas.
4. Sumber-sumber ( yang ada dan tidak ada )
- Ada pasar selasa di emperan jalan setiap hari selasa di RT 03.
- Tidak terdapat transportasi umum seperti angkot, bus, dan lainnya,
namun terdapat transportasi umum seperti ojeg.
- Tidak terdapat tempat rekreasi.
- Terdapat tempat ibadah seperti mushola dan masjid.
- Tidak terdapat pelayanan keamanan berupa pos polisi ataupun
poskamling.
- Tidak terdapat apotek.
- Tidak terdapat kantor pos.
- Tidak teramati adanya mobil pengambil sampah.
5. Pelayanan kesehatan
11 | P a g e
Tidak terdapat rumah sakit ataupun klinik, lumayan jauh untuk ke
puskesmas, tidak terdapat nursing center, akan tetapi terdapat praktek
bidan di RT 03.
1. Riwayat
Riwayat wilayah RT 03 RW 01 desa Budiharja dahulu merupakan area
persawahan. Desa ini merupakan pemekaran wilayah dari Desa Cililin
yang letaknya sekitar 2-3 kilometer dari kecamatan Cililin. Usia
penduduk yang paling tua di wilayah tersebut 90 tahun.
2. Demografi
RT 03 merupakan rukun tetangga yang berada di lingkup RW 01 dari Desa
Budiharja. Desa Budiharja sendiri merupakan desa yang berada di wilayah
Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat. Kondisi wilayah yang
berjarak 2 kilometer dari jalan raya yang membuat desa ini mudah
dijangkau. Selain itu, kondisi jalanan di wilayah yang berlubang
menjadikan desa ini berpotensi terkena demam berdarah saat musim
penghujan. RT 03 ini berbatasan langsung dengan sungai. Di wilayah RT
03 memiliki dua mushola yang setiap hari digunakan masyarakat
menunaikan ibadah sholat lima waktu dan kegiatan keagamaan lainnya.
Wilayah rukun tetangga ini juga dekat dengan bidan desa sehingga
masyarakat sering menggunakan pelayanan kesehatan di tempat praktek
bidan tersebut. Jumlah KK dari Rt: 03 Rw: 01 ini adalah 43 KK, yang
mana 63,7% penduduknya berjenis kelamin perempuan dan 36,3%
berjenis kelamin laki-laki. Pekerjaan warga RT 3 56% petani. Sedangkan
sisanya menjadi peternak, buruh, pekerja swasta, pekerja rongsokan, usaha
lapak pemancingan dan pedagang.
3. Statistik Vital
12 | P a g e
Masalah kesehatan yang sering terjadi di RT 03 adalah demam berdarah,
cikungunya, hipertensi dan asam urat. Selain kasus penyakit demam
berdarah dan sebagainya yang telah disebutkan di atas terjadi juga seperti
diare dan gatal-gatal di tangan yang biasa dialami oleh para pekerja
rongsokan akibat kurangnya menjaga kebersihan setelah kontak dengan
barang bekas tersebut. Dalam 2 bulan terakhir di RT 03 terjadi kasus
demam berdarah namun sejauh ini tidak sampai menyebabkan kematian.
C. Pengkajian Subsistem
a. Lingkungan Fisik
Inspeksi
Di RT 03 tidak terdapat peta rawan masalah, Tidak terdapat pasar
tetap, Tidak terdapat tempat rekreasi.
Tanda Vital
Kondisi iklim tropis dan saat ini musim hujan, kondisi lingkungan
bersih dari sampah. Lokasi berdekatan dengan sawah dan terdapat
banyak genangan air di jalanan berlubang dan selokan .
System Review
Di RT 03 tidak ada kegiatan kerja bakti rutin pada warganya namun
kerja bakti akan diadakan saat lingkungan terlihat kotor atau ada
keluhan dari masyarakat. Ada kegiatan pengajian rutin dan PKK yang
di adakan setiap hari selasa.
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pelayanan yang di akses oleh warga RT 03 adalah praktik bidan,
puskesmas dan praktik dokter. Jika sakit rata-rata penduduk RT 03 datang
13 | P a g e
langsung ke bidan praktik karena mereka jauh dan sulit tansportasi dengan
pelayanan rumah sakit. Harga untuk memperoleh pelayanan kesehatan di
praktik bidan pun relative murah dan terjangkau untuk warga. Waktu
pelayanan praktik bidan fleksibel jika pasien banyak atau ada kasus
darurat yang membutuhkan pertolongan segera. Kegiatan posyandu
diadakan setiap satu bulan sekali oleh swadaya masyarakat.
c. Ekonomi
Pekerjaan penduduk 56% adalah petani dan lapak pemancingan, sisanya
peternak, buruh, dan pekerja swasta. Pendapatan keluarga rata-rata
minimal Rp 2.000.000, dengan pengeluaran penduduk relative, masing-
masing keluarga mempunyai pengeluaran yang berbeda-beda.
Masyarakat di RT03 mampu menyediakan makanan yang cukup baik dari
segi pengetahuan dan maupun keuangan. Ada sebagian masyarakat yang
mempunyai tabungan kesehatan berupa asuransi kesehatan, dan BPJS.
d. Keamanan
Lingkungan cukup aman karena memiliki sekali saja kasus kemalingan.
Diantaranya banyak yang masih merasa khawatir karena tidak adanya
pelayanan pos polisi atau siskamling di RT 03 ini.Air di RT 3 berasal dari
air tanah dan kondisi air jernih. Kondisi jalan raya kurang penerangan, dan
jalan masuk ke RT 3 berlubang.
e. Politik dan pemerintahan
Kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat adalah dengan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan
dilakukan oleh petugas kesehatan dari puskesmas tetapi penyuluhan
dilakukan hanya jika terjadi kasus.dimana puskesmas kurang tanggap
terhadap masalah kesehatan yang terjadi.
f. Komunikasi
Alat komunikasi yang dimiliki keluarga seperti televisi, radio dan ponsel.
Tidak ada alat komunikasi umum yang tersedia di RT 03. Media
komunikasi di masyarakat dengan arisan, PKK dan pengajian. Tidak ada
konsultasi oleh tenaga medis dengan masyarakat RT 03.
14 | P a g e
g. Pendidikan
Mayoritas berpendidikan sampai SLTA. Terdapat fasilitas pendidikan di
RT 03 yaitu PAUD dan MI.Tidak terdapat perpustakaan ataupun mading
disana.
h. Rekreasi
Tidak terdapat tempat hiburan apapun di RT 03 sehingga warga harus
pergi jauh untuk mendapatkan hiburan. Tidak terdapat rumah makan di
desa ini hingga harus ke kecamatan jika ingin makan bersama di rumah
makan.
D. Analisa Data
15 | P a g e
RT 03 adalah lansia
Statistik Vital 20% warga terkena Prevalensi kejadian
DBD / tahun DBD tinggi
Wabah DBD selalu
datang saat musim
hujan maupun
pergantian musim
System Review Tidak ada kegiatan PHBS rendah
kerja bakti rutin oleh
warga RT 03
Kegiatan kerjabakti
dilakukan jika ada
laporan warga
Ekonomi Penghasilan Status ekonomi
masyarakat di RT 03 masyarakat menengah
rata-rata lebih dari Rp. ke atas
2.000.000,00 Kemampuan
Pendapatan masyarakat untuk
masyarakat RT 03 menyediakan makanan
lebih besar dari pada sehat dan bergizi bagi
pengeluaran. keluarga baik
56 % warga RT 03
adalah petani dan
usaha lapak
pemancingan
Masyarakat di RT 03
mampu menyediakan
makanan yang bergizi
baik dari segi
pengetahuan maupun
keuangan
Pendidikan Mayoritas warga Tingkat pendidikan,
16 | P a g e
berpendidikan sampai pengetahuan dan
SLTA. kemampuan warga
Warga dapat dalam menerima
menerima informasi informasi baik.
baru dengan baik.
Wawasan warga
sudah cukup baik dan
luas.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadinya penyakit DBD di wilayah RT 03 RW 04 Desa
Budiharja, berhubungan dengan prevalensi kejadian DBD tinggi ditandai
dengan 20% warga terkena DBD / tahun, wabah DBD selalu datang saat
musim hujan maupun pergantian musim, da media perkembangbiakan
nyamuk, lingkungan perumahan dekat dengan persawahan, banyak terdapat
genangan air di sekitar rumah, lingkungan sekitar rumah warga basah dan
lembab saat musim penghujan.
F. Perencanaan Keperawatan
17 | P a g e
musim hujan tinggi, ada menurun. SEKUNDER
dan Jalanan media Kepatuhan PREVENSI SEKUNDE
berlubang perkembangbia Tujuan khusus: Perilaku Modifikasi perilaku:
Lingkungan kan nyamuk, Setelah 1. Mengajak masy
sekitar rumah kelembaban dilakukan untuk menjaga
warga basah lingkungan tindakan lingkungan agar
dan lembab tinggi, dan keperawatan bersih dan tidak
saat musim lingkungan komunitas: genangan air de
penghujan kurang sehat • Tidak ada cara gotong roy
dimanifestasika media
Wawancara n oleh 20% perkembangbia PREVENSI Pemeriksaan kesehatan
Berdasarkan warga terkena kan nyamuk TERSIER 1. Memeriksa warg
hasil DBD / tahun, • Prevalensi Penggunaan yang terkena DB
wawancara wabah DBD DBD menurun sumber yang rumah sakit atau
dengan ketua selalu datang ada di puskesmas
RT 03, saat musim komunitas
memaparkan hujan maupun PREVENSI TERSIER
20% warga pergantian 1. Pencatatan kasu
terkena DBD / musim, 2. Mengedukasi ka
tahun lingkungan untuk hal-hal ya
Wabah DBD perumahan dapat memicu
selalu datang dekat dengan terjadinya penya
saat musim persawahan, DBD
hujan maupun banyak terdapat 3. Konseling terha
pergantian genangan air di warga yang tela
musim sekitar rumah, terkena penyaki
Berdasarkan lingkungan
masyarakat, musim
18 | P a g e
Tidak ada penghujan.
kegiatan kerja
bakti rutin oleh
warga RT 03
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan ketua
RT, Kegiatan
kerjabakti
dilakukan jika
ada laporan
warga
19 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan
yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta
masyarakat melalui langkah-lagkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan.
Asuhan keperawatan komunitas berfokus pada peningkatan dan
pengembangan kesehatan komunitas dengan melihat berbagai sektor yakni
biopsikososiospiritual dan kultural. Konsep ini berkesinambungan dengan
konsep model keperawatan Betty Neuman yang bertujuan untuk stabilitas
klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis. Model health care system
yang dikemukakan oleh Betty Neuman ini adalah sebuah model yang
menggambarkan aktivitas keperawatan yang ditunjukan kepada penekanan
penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri yang bersifat
fleksibel, normal, serta resisten dengan sasaran pelayanannaya adalah
komunitas.
Secara keseluruhan proses keperawatan yang penulis terapkan fokus pada
health education karena mayoritas keluarga memiliki status kesehatan yang
baik hanya perlu sedikit peningkatan untuk pola hidup bersih dan sehatnya.
Tindakan penyuluhan yang dilakukan dalam satu pertemuan kusus akan tetapi
langsung face to face (satu persatu) yang dilakukan setelah memberikan
penyuluhaan. Sebenarnya hal ini kurang efektif karena proses keperawatan
komunitas membutuhkan kontinu sehingga dapat melihat perkembangan
status kesehatan klien.
Oleh karena itu, dilakukan penanggulangan dengan cara memberikan
leaflet dan melakukan contoh tindakan pengelolaan sampah yang baik dan
benar yang dilakukan pada salah satu keluarga sehingga setelah warga yang
lain mengetahuinya diharapkan tumbuh keinginan untuk melakukannya.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini mungkin masih banyak kesalahan baik
dari segi penulisan ataupun isi, maka dari itu penulis sangat mengharapkan
kritik agar memperoleh kesempurnaan makalah ini.
20 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Ferry dan Makhfudi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Wilkinson, Judith M dan Nancy R. Ahern. 2009. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Ed. 9.
Jakarta: EGC. (e-book)
21 | P a g e