Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI DESA BANDAR SAKTI KECAMATAN LEMPUYANG BANDAR

LAMPUNG TENGAH

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK LAMPUNG TENGAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka
tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi,
2013).
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2011).
Praktik keperawatan komunitas akan berfokus kepada pemberian
asuhan keperawatan komunitas pada masalah kesehatan yang banyak
diderita oleh komunitas tersebut. Dengan terlebih dahulu melakukan
screening kesehatan untuk mengetahui masalah kesehatan apa yang banyak
diderita oleh masyarakat. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang
sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah – masalah lain
diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan
masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus
dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit
“ atau kesehatan tersebut (Sumijatun, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas yang
telah diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Komunitas di Desa Bandar Sakti.
2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat di
Desa Bandar Sakti.
b) Melakukan analisa data hasil pengkajian pada masyarakat di Desa
Bandar Sakti.
c) Menentukan diagnosa keperawatan hasil pengkajian pada
masyarakat di Desa Bandar Sakti.
d) Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di Desa
Bandar Sakti.
e) Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di
Desa Bandar Sakti.
f) Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di
Desa Bandar Sakti.
C. Manfaat
1. Bagi pemerintah
Dapat dijadikan sebagai bahan ataupun data untuk menyusun
kebijaksanaan dalam program kerja dibidang kesehatan.
2. Bagi pendidikan
Sebagai sarana untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan bermasyarakat.
3. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat mengerti dan menyadari permasalahan kesehatan
yang ada dan mencoba menanggulanginya serta masyarakat dapat
mengerti gambaran tentang status kesehatannya.
4. Untuk mahasiswa
Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat diperkuliahan dengan
keadaan permasalahan yang ada dimasyarakat untuk mendapatkan
pengalaman belajar mengenai masalah dimasyarakat dan mampu
menentukan langkah-langkah penyelesaiannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pelayanan Kesehatan Utama


Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2011).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai
klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari
individu dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas
individu dari Neuman (2010) dalam Anderson (2013) untuk melihat masalah
pasien, model komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan
batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan
masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi
model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan
kesehatan primer yang menjadi landasannya. Secara lebih rinci dijabarkan
sebagai berikut :
1. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan
asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat
individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi
penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin
dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita
resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian
individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan
seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
2. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan
keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko
tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga
yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga
yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga
tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggotanya.
3. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan
dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu
wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh
wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya
kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. Asuhan keperawatan
komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien dengan
strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu
primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan
kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan
oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas
dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:
a. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik.
Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik
pada individu maupun kelompok.
Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya
tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan
balita.
b. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-
kegiatan yang mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
c. Pencegahan tersier
Mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita
patah tulang. Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas
dan pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2011):
1) Falsafah Keperawatan
Kesehatan Komunitas Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap
pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi
pada pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigma keperawatan
secar umum dengan empat komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
2) Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen),
perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action)
(Mubarak, 2011). Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:
a) Tahap persiapan Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan
dengan masyarakat , mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat
dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.
c) Tahap pendidikan dan pelatihan Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat melalui
pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.
d) Tahap formasi kepemimpinan Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan keterampialan yang mengikuti
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.
e) Tahap koordinasi Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan masyarakat
f) Tahap akhir Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk
perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.

B. Konsep Keperawaatan Komunitas


1. Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun, 2010).
Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok
masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani,
masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2011).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2011). Proses keperawatan
komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-
upaya sebagai berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dengan mempertimbangkan permasalahan
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam
memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2011).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga
dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan
sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa
penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah
melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses
transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi
ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
4. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan
pendidikan seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit
akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik
dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut.
Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang
komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care,
home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya
diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi.
Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di
wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk
memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2011).

C. Peran Perawat Komunitas


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah:
a. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan
emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan
proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar.
Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi
pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2011).
c. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan
termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien
(Mubarak, 2011).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan
informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-
hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan
(Mubarak, 2011).
e. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter,
ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat
penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2011).
g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. 
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan
rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional
(Mubarak, 2011).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan
masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari
proses perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2011).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2011).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian
masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

D. Asuhan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif
melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir
bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-
masalah yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat meningkatkan
fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin,
2011).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan
masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2012).
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam
proses keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan
komunitas secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2010). Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau
kelompok adalah (Mubarak, 2011):
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis
sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalah pada
fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk
ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman
atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin
iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
v. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau memantau gangguan yang terjadi
vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi
vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit
viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.
ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif (Mubarak, 2011):
a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran
c) Sumber Data
i. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.
ii. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien
atau medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
i. Klasifikasi data atau kategorisasi data
ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
iii. Tabulasi data
iv. Interpretasi data
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga
dapat dirumuskan masalah kesehatan.
g) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
i. Keadaan yang mengancam kehidupan
ii. Keadaan yang mengancam kesehatan
iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose
keperawatan komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang
mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam
tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak,
2011).
c. Perencanaan/Intervensi
1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi
yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah (Mubarak, 2011):
2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
6) Lakukan olahraga secara rutin
7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki lingkungan komunitas
8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan
asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan
anggota masyarakat (Mubarak, 2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat
(Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas
e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat
komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun tindakan dalam melakukan
evaluasi adalah:
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi.
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

E. Teori Perubahan Komunitas


1. Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan seorang manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu :
a. Ada perubahan yang akan dilakukan
b. Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
c. Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
d. Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :
a. Diagnosis
b. Penetapan objektif bersama
c. Penekanan kelompok
d. Informasi maksimal
e. Diskusi tentang pelaksanaan
f. Penggunaan upacara ritual
Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi orang-orang yang akan terlibat atau terpengaruh dengan perubahan.
Sehingga diharapkan mereka mampu mengontrol perubahan tersebut.
2. Teori roger (1962 )
Roger (1962) mengembangkan teori dari Lewin (1951) tentang 3 tahap perubahan dengan menekankan pada latar belakang
individu yang terlibat dalam perubahan dan lingkungan di mana perubahan tersebut dilaksanakan. Roger (1962) menjelaskan 5 tahap
dalam perubahan,yaitu: kesadaran,keinginan,evaluasi,mencoba, dan penerimaan atau dikenal juga sebagai AIETA (Awareness, Interest,
Evaluation, Trial, Adoption).
Roger (1962) percaya bahwa proses penerimaan terhadap perubahan lebih kompleks dari pada 3 tahap yang dijabarkan Lewin
(1951). Terutama pada setiap individu yang terlibat dalam proses perubahan dapat menerima atau menolaknya. Meskipun perubahan
dapat diterima, mungkin saja suatu saat akan ditolak setelah perubahan tersebut dirasakan sebagai hal yang menghambat keberadaanya.
Roger mengatakan bahwa perubahan yang efektif tergantung individu yang terlibat, tertarik, dan berupaya untuk selalu
berkembang dan maju serta mempunyai suatu komitmen untuk bekerja dan melaksanakannya
3. Teori lipitts (1973)
Lippit (1973) mendefinisikan perubahan sebagai sesuatu yang direncanakan atau tidak direncanakan terhadap status quo dalam
individu, situasi atau proses, dan dalam perencanaan perubahan yang diharapkan, disusun oleh individu, kelompok, organisasi atau
sistem sosial yang memengaruhi secara langsung tentang status quo, organisasi lain, atau situasi lain.
Lippit (1973) menekankan bahwa tidak seorang pun bisa lari dari perubahan. Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang
mengatasi perubahan. Kunci untuk menghadapi perubahan tersebut menurut Lippit (1973) adalah mengidentifikasi 7 tahap dalam proses
perubahan:
a. Tahap 1: Menentukan masalah
Pada tahap ini, setiap individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan menghindari keputusan sebelum semua
fakta dapat dikumpulkan. Individu yang terlibat juga harus sering berpikir dan mengetahui apa yang salah serta berusaha
menghindari data -data yang dianggap tidak sesuai. Semakin banyak informasi tentang perubahan dimiliki seorang manajer, maka
semakin akurat data yang dapat diidentifikasi sebagai masalah. Semua orang yang mempunyai kekuasaan, harus diikutkan sedini
mungkin dalam proses perubahan tersebut, karena setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk selalu menginformasikan tentang
fenomena yang terjadi.
b. Tahap 2: Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Perubahan merupakan sesuatu yang mudah, tetapi perubahan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang lebih baik akan
memerlukan kerja keras dan komitmen yang tinggi dari semua orang yang terlibat di dalamnya. Pada tahap ini, semua orang yang
terlibat dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang kemampuan, hambatan yang mungkin timbul, dan dukungan yang akan
diberikan.Mengingat mayoritas praktik keperawatan berada pada suatu organisasi/instansi, maka struktur organisasi harus dikaji
apakah peraturan yang ada, kebijakan, budaya organisasi, dan orang yang terlibat akan membantu proses perubahan atau justru
menghambatnya. Fokus perubahan pada tahap ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat terhadap
proses perubahan tersebut.
c. Tahap 3: Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
Pada tahap ini, diperlukan suatu komitmen dan motivasi manajer dalam proses perubahan.Pandangan manajer tentang
perubahan harus dapat diterima oleh staf dan dapat dipercaya. Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan
keseriusan dalam pelaksanaan perubahan dengan selalu mendengarkan masukan-masukan dari staf dan selalu mencari solusi yang
terbaik.
d. Tahap 4: Menyeleksi tujuan perubahan
Pada tahap ini, perubahan harus sudah disusun sebagai suatu kegiatan secara operasional,terorganisasi, berurutan, kepada
siapa perubahan akan berdampak, dan kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu target waktu dan perlu
dilakukan ujicoba sebelum menentukan efektivitas perubahan.
e. Tahap 5: Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
Pada tahap ini, perlu ada suatu pemilihan seorang pemimpin atau manajer yang ahli dan sesuai di bidangnya. Manajer tersebut
akan dapat memberikan masukan dan solusi yang terbaik dalam perubahan serta dia bisa berperan sebagai seorang “mentor yang
baik.” Perubahan akan berhasil dengan baik apabila antara manajer dan staf mempunyai pemahaman yang sama dan memiliki
kemampuan dalam melaksanakan perubahan tersebut.
f. Tahap 6: Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
Sekali perubahan sudah dilaksanakan, maka harus dipertahankan dengan komitmen yang ada.Komunikasi harus terbuka dan
terus diinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan permasalahan yang terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh
kedua belah pihak.
g. Tahap 7: Mengakhiri bantuan
Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus selalu diikuti oleh perencanaan yang berkelanjutan dari seorang manajer.
Hal ini harus dilaksanakan secara bertahap supaya individu yang terlibat mempunyai peningkatan tanggung jawab dan dapat
mempertahankan perubahan yang telah terjadi. Manajer harus terus-menerus bersedia menjadi konsultan dan secara aktif terus terlibat
dalam perubahan.
4. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam
tahap sebagai perubahan menurut Havelock.
a. Membangun suatu hubungan
b. Mendiagnosis masalah
c. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
d. Memilih jalan keluar
e. Meningkatkan penerimaan
f. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri
5. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang
bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley.
a. Mengenali gejala
b. Mendiagnosis masalah
c. Menganalisa jalan keluar
d. Memilih perubahan
e. Merencanakan perubahan
f. Melaksanakan perbahan
g. Mengevaluasi perubahan
h. Menstabilkan perubahan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Profil Wilayah
Desa Bandar Sakti terletak didaerah provinsi Lampung khususnya dikabupaten Lampung Tengah. Kampung Bandar Sakti semula
merupakan semak belukar tetapi berkat ketekunan da kegigihan serta adanya dorongan dari pihak pemerintah maka terbentuklah suatu
desa/proyek dengan nama proyek Lempuyang Bandar.
Desa Bandar Sakti terletak ditengah-tengah antara PT. Gunung Madu Plantations dan PT. Great Giant Pineapple. Sehingga
hampir lebih dari 50% penduduk desa Bandar Sakti mencari mata pencaharian dengan bekerja di PT.
Desa Bandar Sakti memiliki luas berdasarkan peruntukannya, yaitu:
a. Permukiman : 220 Hektar m²
b. Perkebunan : 880 Hektar m²
c. Saran Lain : 263,20 Hektar m²

Desa Bandar Sakti menurut data kependudukan memiliki jumlah penduduk, dengan jumlah penduduk laki-laki 4.872 jiwa. Jumlah
penduduk perempuan 2.545 jiwa, dan jumlah kepala keluarga 1.357 KK. Penduduk desa Bandar Sakti secara umum merupakan
penduduk bersuku jawa.
2. Pengkajian Data Inti Komunitas
a. Demografi
1) Kelompok Umur Kepala Keluarga
Pada pengkajian didapatkan data kelompok umur KK sebagai berikut :
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Kelompok Umur

No Kelompok Umur (tahun) Jumlah Presentase


1 Umur 18 – 55 70 77%
2 Umur 56 – 65 14 18%
3 Umur > 65 4 5%

Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa dari 1.357 kk, umur 18 – 55 tahun paling banyak (77%) dan paling sedikit
kelompok umur >65 tahun (5%).
2) Jenis Kelamin
Pada pengkajian didapatkan data jenis kelamin sebagai berikut :
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Presentase


1 Laki-laki 185 58%
2 Perempuan 135 42%
Berdasarkan tabel 1.2 diketahui bahwa dari 1.357 kk, jenis kelamin laki-laki paling banyak (58%) dan perempuan (42%).
3) Suku
Pada pengkajian didapatkan data suka sebagai berikut :
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Suku
No Suku Jumlah Presentase
1 Jawa 77 96,25%
2 Sunda 3 3,75%

Berdasarkan tabel 1.3 diketahui bahwa dari 1.357 kk, suku jawa yang paling banyak (96,25%) dan paling sedikit suku
sunda (3,75%).
4) Agama
Pada pengkajian didapatkan data agama sebagai berikut :
Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Agama

No Agama Jumlah Presentase


1 Islam 4.603 97,5%
2 Kristen 212 2,5%
3 Hindu 0 0%
4 Budha 0 0%
5 Konghucu 0 0%

Berdasarkan tabel 1.4 diketahui bahwa dari 1.357 kk, yang beragama islam paling banyak (97,5%) dan paling sedikit yang
beragama Kristen (2,5%).
5) Pendidikan
Pada pengkajian didapatkan data pendidikan sebagai berikut :
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Presentase


1 Tidak sekolah, SD/Sederajat 31 42,5%
2 SMP, SMA/Sederajat 43 53,75%
3 Perguruan tinggi/Sederajat 6 3,75%

Berdasarkan tabel 1.5 diketahui bahwa dari 1.357 kk, yang berpendidikan SMP, SMA/Sederajat paling banyak (53,75%)
dan paling sedikit Perguruan tinggi/Sederajat (3,75%).
6) Pekerjaan
Pada pengkajian didapatkan data pekerjaan sebagai berikut :
Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Presentase


1 Buruh 62 77,5%
2 Petani 2 2,5%
3 Pegawai Negeri Sipil 6 7,0%
4 Wiraswasta 13 11,25%
5 Lainnya 5 6,25%

Berdasarkan tabel 1.6 diketahui bahwa dari 1.357 kk, pekerjaan paling banyak buruh (77,5%) dan paling sedikit Petani
dan PNS (7,0%).

7) Alamat
Desa Bandar Sakti Kecamatan Terusan Nunyai

8) Asuransi/Jaminan Kesehatan
Pada pengkajian didapatkan data jamkesmas sebagai berikut :
Tabel 1.7 Distribusi Frekuensi A suransi/Jaminan Kesehatan
No Keterangan Jumlah Presentase
1 Memiliki Jamkesmas 74 82,5%
2 Tidak Memiliki Jamkesmas 14 17,5%

Berdasarkan tabel 1.7 diketahui bahwa dari 1.357 kk, yang memiliki asuransi kesehatan sebanyak (82,5%) dan yang tidak
memiliki asuransi kesehatan sebanyak (17,5%).

3. Vital Statistik
a. Masalah Fisik
Pada pengkajian didapatkan data masalah fisik sebagai berikut :
Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Masalah Kesehatan Fisik

No Masalah Fisik Jumlah KK Presentase


1 DM 43 20%
2 Hipertensi 79 30%
3 Asam urat 4 5%
4 Gastritis 29 15%
5 Asma 2 2,5%
7 DBD 0 0%
Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa dari 1.357 kk, terdapat 63,75% tidak ada masalah kesehatan, masalah kesehatan fisik yang
paling banyak terjadi adalah hipertensi (15%) dan yang paling sedikit adalah asma (2,5%).

b. Masalah Psikologis
Masalah psikologis yang dikaji adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Distribusi Frekuensi Masalah Kesehatan Psikologis

No Masalah Psikologis Jumlah KK Presentase


1 Cemas 70 77,5%
2 Gelisah 13 16,25%
3 Takut 5 6,25%
4 Marah 0 0
Berdasarkan tabel 2.2 diketahui bahwa dari 1.357 kk, masalah kesehatan psikologis yang paling banyak terjadi adalah kecemasan
(77,5%) dan yang paling sedikit adalah takut (6,25%).

c. Masalah Sosial
Masalah sosial yang dikaji adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi Masalah Kesehatan Sosial

No Masalah Sosial Jumlah KK Presentase


1 Hubungan baik dengan orang lain 88 100%
2 Mengikuti aktifitas di lingkungan 70 87,5%
sekitar
3 Tidak ada masalah sosial 88 100%
Berdasarkan tabel 2.3 diketahui bahwa dari 1.357 kk, masalah kesehatan psikologis dalam berhubungan baik dengan orang lain dan
tidak ada masalah sosial tinggi sebanyak (100%) dan mengikuti aktifitas lingkungan disekitar sebanyak (87,5%).

d. Masalah Spiritual
Masalah spiritual yang dikaji adalah sebagai berikut
Tabel 2.4 Distribusi Frekuensi Masalah Kesehatan Spritual Lansia

No Masalah Kesehatan Jumlah KK Presentase


1 Melakukan ibadah 1.357 100%
2 Tidak melakukan beribadah 0 0%
Berdasarkan tabel 2.4 diketahui bahwa dari 1.357 kk, yang melakukan ibadah sebesar (100%) dan yang tidak beribadah (0%).

e. Pengetahuan masyarakat
Tingkat pengetahuan masyarakat terkait masalah kesehatan sebagai berikut
Tabel 2.5 Distribusi Frekuensi Kurang Pengetahuan Masyarakat
No Masalah Kesehatan Jumlah KK Presentase
1 Hipertensi 42 52%
2 PHBS 52 65%
3 Demam Berdarah 26 32%

4 Penyakit Tidak Menular 38 48%

Berdasarkan tabel 2.5 diketahui bahwa dari 1.357 kk, kurang pengetahuan tentang Hipertensi sebesar (52%), PHBS sebesar (65%),
Demam Berdarah sebesar (32%) dan Penyakit Tidak Menular sebesar (48%).

f. Perilaku masyarakat
Tingkat perilaku masyarakat yang tidak baik terhadap kesehatan adalah sebagai berikut
Tabel 2.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Masyarakat
No Perilaku Jumlah KK Presentase
1 Perilaku mengabaikan PHBS (cuci 47 59%
tangan, mandi)
2 Tidak memakai APD (Memakai 39 48,75%
masker, sarung tangan)
3 Kebiasaan hidup tidak sehat 59 74%

4 Tidak cuci tangan dan membawa 62 78%


handsanitizer
5 Kebiasaan menggantung pakaian, 59 71%
jarang membersihkan air menggenang,
dll.
6 Jarang-tidak pernah memeriksakan 47 58,75%
kesehatan secara mandiri
7 Merokok, makan makanan terlalu 70 87%
pedas, asin, santan, asam, manis
Berdasarkan tabel 2.6 diketahui bahwa dari 1.357 KK, perilaku merokok dan konsumsi makanan terlalu asam, asin, manis dll
sebesar (87%), Kebiasaan menggantung pakaian, jarang membersihkan air menggenang, dll. sebesar (78%), mengabaikan protokol
kesehatan (74%), Tidak cuci tangan dan membawa handsanitizer sebesar (71%), Perilaku mengabaikan PHBS sebesar (59%),
Jarang-tidak pernah memeriksakan kesehatan secara mandiri sebesar (58,75%) dan Tidak memakai APD sebesar (48,75%)

4. Pengkajian Sub Sistem di Komunitas


a. Lingkungan Fisik
Luas wilayah ±1.363 ha, kondisi lingkungan cukup bising karena dekat dari jalan raya. Lokasi tempat tinggal warga cukup padat dan
berdekatan. Kondisi lingkungan tampak bersih. Wilayah didominasi dengan rumah. Terdapat selokan di setiap rumah warga yang
terletak di dekat jalan besar, sehingga terhindar dari banjir saat hujan lebat. Air tergenang di selokan. Kondisi jalan yang buruk membuat
air tergenang di jalan besar. Saat musim kemarau, jalan dan rumah warga berdebu. Mayoritas antar rumah warga tidak ada pembatas dan
tidak memiliki pekarangan yang luas. Setiap rumah memiliki fasilitas MCK dengan jamban.

b. Pendidikan
Pendidikan formal terdekat adalah Sekolah dasar. Untuk SMP dan SMA berjarak ±2 km. Pendidikan non formal seperti TPA diadakan
di Masjid Nurul Amal setiap hari ba’da isya. Sebagian besar pendidikan Kepala Keluarga adalah SD sebesar 43,6%.
c. Ekonomi
Pendapatan penduduk rata-rata ± Rp 1.000.000-1.500.000 per bulan/KK. Tingkat ekonomi termasuk dalam rata-rata kurang. Pekerjaan
warga menjadi petani, buruh, IRT, wiraswasta dan pegawai, yang mana mayoritas bekerja sebagai buruh sebesar 69%.
d. Transportasi dan Keamanan
Warga bertempat tinggal secara menetap, tidak berpindah-pindah. Kendaraan yang dimiliki warga seperti sepeda, sepeda motor dan
mobil. Untuk mendapatkan kendaraan semacam bus warga harus menunggu dijalan lintas timur. Sistem keamanan desa membentuk
sistem ronda/siskamling yang dilakukan secara bergilir setiap malam sesuai jadwal dari pukul 23.00 – 04.00 WIB setiap harinya. Tidak
ditemukan adanya kantor kepolisian.
e. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Posyandu balita dan bayi dilakukan setiap 1 bulan sekali. Dimana posyandu balita dan bayi lakukan pada minggu ke-2 setiap hari selasa.
Kegiatan sosial, rutin melaksanakan kegiatan gotong royong setiap hari Minggu untuk membersihkan daerah.
f. Kebijakan dan Pemerintahan
Apabila ada pemilihan ketua RT  dipilih dan ditunjuk secara langsung oleh warga secara musyawarah, karena  warga masih menjujung
tinggi musyawarah mufakat. Terdapat bantuan berupa PKH dari pemerintah terhadap warga yang kurang mampu.
g. Rekreasi
Sarana rekreasi warga adalah menonton TV yang sudah merupakan hiburan bagi warga karena menonton TV malam-malam merupakan
kegiatan berkumpul bagi keluarga.    Warga masyarakat tidak pernah melakukan jalan-jalan atau rekreasi bersama. Warga cenderung
rekreasinya per kepala keluarga saja.

h. Komunikasi
Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat mayoritas menggunakan bahasa indonesia, jawa dan sunda. Dengan
menggunakan bahasa Indonesia, Jawa dan Sunda cukup efektif di dalam menyampaikan informasi. Sumber informasi yang ada di
masyarakat, pusat informasi adalah masjid. Warga memanfaatkan pengeras suara di masjid dalam bentuk penyampaian informasi
apapun kepada seluruh masyarakat. Selain itu sumber informasi juga bisa didapat dari pengajian yang diadakan setiap malam jumat.

BAB IV

ANALISA DATA, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI


NO. DATA MASALAH KESEHATAN
1. DATA ANGKET (DA) Manajemen Kesehatan Tidak Efektif :
 243 oramg yang dilakukan pemeriksaan tekanan darah, didapatkan hasil 87 orang (35,8 %) HIPERTENSI
dapat dikatakan tekanan darah cukup meningkat

DATA WAWANCARA (DW)


 Tidak melakukan kontrol secara teratur ke pusat leyanan kesehatan
 Sebagian warga menyukai makanan asin, bahkan menjadikan makanan asin (ikan asin) sebagai
makanan favorit.
 Penderita kurang optimal dalam berperilaku untuk mengatasi masalah hipertensi
 Kurangnya pendidikan kesehatan dari Puskesmas kepada masyarakat
 Warga desa mayoritas perokok.
 Warga yang memiliki penyakit darah tinggi tidak melakukan pengecekan rutin.
 Sebagian warga tidak mengetahui bahwa dirinya miliki darah tinggi
 Warga memilih pengobatan alternatif dibanding kepelayanan kesehatan.
 Hasil wawancara dari pihak puskesmas bahwa warga yang datang ke posbindu hanya sedikit,
sebagian warga tidak mengetahui adanya posbindu, sebagian warga bosan dengan kegiatan
yang monoton.
 Warga mengatakan sudah pernah mendapatkan penyuluhan akibat Hipertensi yang tidak
terkontrol

DATA OBSERVASI (DO)


 Dewasa/Lansia tampak sakit kepala hingga tengkuk, dan mengalami sulit tidur

DATA SEKUNDER (DS)


 Data Puskesmas Pembantu Bandar Sakti Hipertensi 2022 merupakan penyakit no 1 dari 10
penyakit terbesar
 Berdasarkan laporan tahun 2020 poskesdes memperlihatkan kasus Hipertensi menjadi urutan
pertama
 Jarak menuju puskesmas kurang lebih 2 km
 Kurangnya penyuluhan kesehatan oleh untuk mengatasi masalah hipertensi
2. DATA ANGKET (DA) Perilaku Cenderung Beresiko :
 89,7 % dari 240 KK Masyarakat (laki-laki dewasa) memiliki kebiasaan aktif merokok MEROKOK
 90% lelaki dewasa di setiap rumah memiliki kebiasaan merokok

DATA WAWANCARA (DW)


 Berdasarkan hasil wawancara kepada 20 orang pria dewasa/lansia secara acak, didapatkan hasil 18
warga (90%) adalah perokok aktif.
 Masyarakat mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang bahaya merokok,
namun susah untuk mengurangi jumlah konsumsi rokok maupun berhenti merokok

DATA OBSERVASI (DO)


 Masyarakat terlihat memiliki perilaku kurang sehat (merokok)
 Beberapa masyarakat (laki-laki dewasa) tampak batuk
 Belum adanya program puskesmas untuk menurunkan angka perokok aktif di wilayah Dusun Endah
Murni
 Hasil observasi menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang melakukan gaya hidup tidak
sehat seperti merokok, makan makanan yang asin, kurang berolahraga.
 Ada posyandu lansia dan posbindu tapi tidak di manfaatkan oleh sebagian warga karena di
kesibukan warga
 Terlihat masyarakat sedang berbincang bincang sambil menghisap rokok, Hasil wawancara
warga mengatakan memiliki keluarga yang merupakan perokok aktif
 Saat melakukan kunjungan rumah terlihat disetiap rumah yang penghuninya sedang merokok
din dalam rumah.
 Hasil wawancara didapatkan sebagian besar masyarakat tidak melakukan pengecekan
kesehatan.
 Hal tersebut dikarenakan masyarakat banyak menghabiskan aktivitas dengan bekerja sehari-hari
karena kebutuhan ekonomi yang terus menerus meningkat.
 Warga mengatakan tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang bahaya merokok
 Warga memilih ke praktek mandiri dari pada poskesdes/puskesmas.
 Hasil wawancara responden mengatakan suka menggunakan MSG, dan minum-minuman
pemanis buatan dan kopi, teh yang manis serta suka mengkonsumsi makanan dan minuman
kaleng.
 Hasil wawancara kebanyakan masyarakat tidak melakukan olahraga secara rutin khususnya
para lansia dan remaja yang belum bekerja.
 Hasil wawancara menunjukkan banyak masyarakat yang mengatakan kurangnya informasi akan
kesehatan sehingga tidak mengetahui cara mencegah penyakit yang dialaminya
3 DATA ANGKET (DA)
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif :
PHBS, GERMAS (pembuangan sampah
 Dari 286 kk, 198 kk ( 91,61 %) belum memenuhi kesehatan dengan adanya pembuangan tertutup)
sampah terbuka.
 Tidak ada pemisahan sampah basah dan kering sehingga semua sampah rumah tangga terlihat
jadi satu dan bau.
 Kondisi rumah sebagian besar permanen secara umum bersih namun berdebu dan cahaya
hanya dari pintu saja,dan sebagian memiliki ventilasi yang baik.
 Warga sebagian berternak, jadi lingkungan banyak sampah sisa makanan ternak.

DATA WAWANCARA (DW)


 Berdasarkan dari hasil wawancara sebagian besar masyarakat membuang sampah dilubang
terbuka
 Dari hasil wawancara sebagian masyarakat membakar sampahnya
 Warga tidak membuang sampah disungai dan tidak ada petugas penanggulangan sampah
 Sebagian warga yang memiliki penyakit darah tinggi tidak melakukan kontrol secara teratur ke
pusat layanan kesehatan
 100% warga sudah memiliki jamban
 Sebagian besar warga tidak melakukan olahraga dikarenakan warga beraktivitas/bekerja dari pagi
hingga sore
 Sebagian warga tidak memeriksakan kesehatan rutin setiap 6 bulan
 Sebagian warga telah mengetahui memiliki riwayat hipertensi dan stroke namun tidak mengetahui
akbat dari hipertensi yang tidak terkontrol, cara mengontrol dan cara merawat anggota keluarga
yang sakit HIPERTENSI
DATA OBSERVASI (DO)
 Saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah didapatkan sebagian warga mengalami hipertensi
 Sebagian besar rumah mempunyai jendela yang tidak dapat dibuka
 Sebagian warga membuang sampah dilubang terbuka dan tidak jauh dari rumah
 100% warga mengatakan mengetahui syarat rumah sehat, namun tidak dapat memperbaiki
rumahnya karena kondisi ekonomi yang pas-pasan
 Sebagia besar tidak mencerminkan perilaku sehat terlihat dari banyaknya gantungan
baju/tas/rak sepatu yang tidak tersusun
 Sebagian besar jarak kandang ternak masih dekat rumah kurang lebih 1 sd 1,5 meter.
 Sebagian warga masih menggunakan obat warung saat sakit
 Sebagian warga merokok di dalam dan di luar rumah
 88 kk (30,77%) jarak sumber air bersih dengan septik tank
 198 kk (69,23%) jarak sumber air bersih dengan septik tank

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

N0 MASALAH A B C D E F G H I J K L TOTAL PRIORITAS


KESEHATAN
1 Manejemen kesehatan tidak efektif 3 5 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 44 1
(Hipertensi)
2 Pemeliharaan kesehatan tidak efektif 4 5 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 37 2
(PHBS)
3 Perilaku cenderung beresiko 4 4 3 3 4 2 2 2 2 3 2 3 34 3
(merokok)

Keterangan huruf : Pengisan skor :


 A = Sesuai dg peran perawat komunitas  1 = sangat rendah
 B = Sesuai dg program pemerintah  2 = rendah
 C = Sesuai dg intervensi pendidikan kesehatan  3 =cukup
 D = Risiko terjadi  4 = tinggi
 E = Risiko parah  5 = sangat tinggi
 F = Minat masyarakat
 G = Kemudahan untk diatasi
 H = Tempat
 I = Dana
 J = Waktu
 K = Fasilitas
 L = Petugas

RENCANA KEPERAWATAN

NO DATA DIAGNOSA SLKI SIKI


1. Data Subjektif : Manajemen LUARAN UTAMA INTERVENSI PRIMER
 Pihak puskesmas kesehatan tidak Managemen Kesehatan (L.12104) : 1. Edukasi Kesehatan (I.12383)
mengatakan bedasarkan efektif (L.12104) Managemen kesehatan meningkat, Edukasi kesehatan : HIPERTENSI
hasil kunjungan warga di Ditingkatkan dari 2 (cukup menurun) ke 4 (  Observasi :
poskesdes, penyakit cukup meningkat ) dengan indicator :  Identifikasi Kesiapan dan kemempuan menerima
hipertensi masuk dalam  Melakukan Tindakan untuk Informasi
urutan 1 mengurangi Faktor Resiko  Identifikasi faktor- faktor yang dapat
 Dari puskes program meningkat (kontrol rutin) meningkatkan dan menurunkan motivasi prilaku hidup
POSBINDU ada, namun  Menerapkan Program Perawatan bersih dan sehat.
warga kurang terpapar meningkat (kontrol rutin)  Teraupetik:
informasi bahkan ada  Aktivitas Hidup sehari-hari efektif  Sediakan Materi dan media pendidikan kesehatan
warga yang tidak memenuhi Tujuan Kesehatan  Jadwalkan Penkes sesuai kesepakatan
mengetahui adanya meningkat (kontrol rutin)  Berikan kesempatan audien untuk bertanya
posbindu. Dan sebagian  Verbalisasi Kesulitan dalam  Edukasi :
warga tidak sempat menjalani Program Perawatn/  Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi
mengikuti karena Pengobatan menurun kesehatan
tuntutan pekerjaan.  Ajarkan Prilaku Hidup Bersih dan sehat
 Hasil wawancara warga  Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
menyukai makanan asin LUARAN TAMBAHAN meningkatkan prilaku PHBS
seperti Ikan asin. 1. Pemeliharaan Kesehatan (L.12106) :
 Warga dusun 90% Pemeliharaan kesehatan meningkat, INTERVENSI SEKUNDER
sebagian besar perokok. ditingkatkan dari 2 (cukup menurun ) ke 4 2. Edukasi Program Pengobatan (I.12441)
 Warga yang memiliki (cukup meningkat) dengan indicator : Edukasi program Pengobatan : Hipertensi
penyakit darah tinggi  Menunjukan Prilaku adptif terhadap  Observasi :
tidak melakukan Penyakit Hipertensi meningkat  Identifikasi pengetahuan tentang pengobatan yang
pengecekan rutin.  Menunjukan Pemahaman Prilaku direkomendasikan
 Sebagian warga tidak Sehat meningkat  Identifikasi penggunaan pengobatan tradisional
mengetahui bahwa  Kemampuan menjalankan perilaku dan kemungkinan efek terhadap pengobatan
dirinya miliki darah sehat meningkat  Teraupetik :
tinggi.  Prilaku Mencari bantuan  Fasilitasi informasitertulis atau gambar untuk
 Sebagian Warga  Menunjukan minat Meningkatkan meningkatkan pemahaman
memilih pengobatan Prilaku Sehat  Berikan dukungan untuk menjalani program
tradisional seperti  Memiliki Sistem Pendukung pengobatan dengan baik dan benar
merebus daun alpukat  Libatkan keluarga untuk member dukunganpada
dibanding kepelayanan pasien selama pengobatan
kesehatan.  Edukasi :
 Jarak menuju puskesmas 2. Proses Informasi (L.10100) : Jelaskan manfaat dan efek samping pengobatan
kurang lebih 2 km Proses Informasi membaik anjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi
3. Tingkat Kepatuhan ( L. 12110) informasikan fasilitas kesehatanyang dapat digunakan
Tingkat kepatuhan meningkat selama pengobatan
 Verbalisasi kemauan mematuhi anjurkan memonitor perkembangan keefektifan
program perawatan atau pengobatan pengobatan
meningkat
 Verbalisasi mengikuti anjuran INTERVENSI TERSIER
meningkat 2. Edukasi Latihan Fisik : (I.12389)
 Prilaku menjalankan anjuran membaik  Observasi :
 Tanda dan gejala penyakit membaik  Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
4. Tingkat Pengetahuan ( L.12111)  Teraupetik :
Tingkat pengetahuan meningkat  Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan
 Prilaku sesuai anjuran meningkat  Jadwalkan penddikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Verbalisasi minat dalam belajar  Berikan kesempatan untuk bertanya
 Kemampuan menjelaskan tentang suatu  Edukasi
topic meningkat  Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisilogis olah raga
 Kemampuan menggambarkan  Jelaskan jenis latihan yang sesai dengan kondisi kesehatan
pengalaman sebelumnya yang sesuai  Jelaskan frekuensi, durasi, dan intensitas program latihan
dengan topic meningkat yang diinginkan
 Prilaku sesuai dengan pengetahuan  Ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan yang tepat.
meningkat  Ajarkan teknik menghindari cedera saat berolahraga
 Pertanyaan tentang masalah yang
 Ajarkan teknik pernafasan yang teapt untuk
dihadapi menurun
 Persepsi yang keliru terhadap masalah mmaksimalkan penyerapan oksigen selama latihan fisik.
menurun.
 Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
menurun
 Prilaku membaik
2. Data Subjektif : Perilaku LUARAN UTAMA INTERVENSI PRIMER
 Hasil observasi Cenderung Perilaku Kesehatan (L.12107) : 1. Edukasi Berhenti Merokok(I.12366):
menunjukkan bahwa beresiko Prilaku Kesehatan membaik, dengan  Observasi :
banyak masyarakat (D.0099) indicator : Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
yang melakukan gaya  Penerimaan terhadap perunahan ststus informasi
hidup tidak sehat kesehatan meningkat  Teraupetik
seperti merokok, makan  Kemampuan melakukan tindakan Sediakan materi dan media edukasi
makanan yang asin, pencegahan masalah kesehatan Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
kurang berolahraga. meningkat Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
 Terlihat masyarakat  Kemampuan peningkatan Kesehatan  Edukasi :
sedang berbincang meningkat Jelaskan gejala fisik penarikan nikotin( mis. Sakit kepala,
bincang sambil  Pencapaian Pengendalian Kesehatan pusing mual dan insomnia )
menghisap rokok, Hasil meningkat Jelaskan gejala berhenti merokok ( mis: mulut kering,
wawancara warga batuk,tenggorokan gatal)
mengatakan memiliki LUARAN TAMBAHAN Jelaskan aspek psikososial yang mempengaruhi perilalku
keluarga yang Managemen Kesehatan (L. 12104): merokok )
merupakan perokok Managemen kesehatann meningkat, dengan Informasikan produk pengganti nikotin(mis permenkret,
aktif indicator : seprotan hidung, inhaler )
 Saat melakukan  Melakukan tindakan untuk Ajarkan cara berhenti merokok
kunjungan rumah mengurangi Faktor resiko meningkat
terlihat disetiap rumah  Menerapkan program perawatan
yang penghuninya meningkat
sedang merokok din
dalam rumah  Aktivitas hidup sehari –hari efektif INTERVENSI SEKUNDER
 Ada posyandu lansia memenuhi tujuan kesehatan 2. Dukungan Berhenti Merokok : (I.01001)
dan posbindu tapi tidak meningkat  Observasi :
di manfaatkan warga  Verbalisasi Kesulitan dalam - Identifikasi keinginan berhenti merokok.
karena di posbindu menjalani Program Perawatan/ - Identifikasi upaya berhenti merokok.
tidak ada pengobatan. Pengobatan menurun  Terapeutik :
 Hasil wawancara - Diskusikan motivasi penghentian merokok.
didapatkan sebagian - Diskusikan kesiapan perubahan gaya hidup.
besar masyarakat tidak Pemeliharaan Kesehatan (L.12106) : - Lakukan pendekatan psikoedukasi untuk mendukung dan
melakukan pengecekan Pemeliharaan kesehatan meningkat dengan membimbing upaya berhenti merokok.
kesehatan. Hal tersebut indicator :  Edukasi :
dikarenakan  Menunjukan Prilaku adaptif terhadap - Jelaskan efek langsung berhenti merokok.
masyarakat banyak Penyakit Hipertensi meningkat - Jelaskan berbagai intervensi dengan farmako terapi
menghabiskan aktivitas  Menunjukan Pemahaman Prilaku
dengan bekerja sehari- Sehat meningkat INTERVENSI TERSIER
hari karena kebutuhan  Kemampuan menjalankan perilaku 3. Dukungan Pengambilan Keputusan : (I.09265)
ekonomi yang terus sehat meningkat  Observasi :
menerus meningkat.  Prilaku Mencari bantuan - Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi
 Hasil wawancara warga  Menunjukan minat Meningkatkan yang memicu konflik.
di dusun Endah Murni Prilaku Sehat  Terapeutik :
Desa Bandar sakti  Memiliki Sistem Pendukung - Fasilitasi hubungan antara pasien, keluarga, dan tenaga
banyak masyarakat ksehatan lainnya.
yang merokok dari - Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi.
umur remaja hingga  Edukasi :
lansia. - Informasikan alternatif solusi secara jelas.
 Warga memilih ke - Berikan informasi yang diminta pasien.
praktek mandiri dari  Kolaborasi :
pada - Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
poskesdes/puskesmas. memfasilitasi pengambilan keputusan.
 Hasil wawancara
responden mengatakan
suka menggunakan
MSG, dan minum-
minuman pemanis
buatan dan kopi, teh
yang manis serta suka
mengkonsumsi
makanandan minuman
kaleng.
 Hasil wawancara
kebanyakan masyarakat
tidak melakukan
olahraga secara rutin
khususnya para lansia
dan remaja yang belum
bekerja.
 Hasil wawancara
menunjukkan banyak
masyarakat yang
mengatakan kurangnya
informasi akan kesehatan
sehingga tidak
mengetahui cara
mencegah penyakit yang
dialaminya
3. Data Subjektif : Pemeliharaan LUARAN UTAMA INTERVENSI PRIMER
 Dari 286 kk, 198 kesehatan tidak 1. Pemeliharaan Kesehatan (L.12106) : 2. Edukasi Kesehatan (I.12383)
kk ( 91,61 %) efektif D.0117 Pemeliharaan kesehatan meningkat, Edukasi kesehatan : PHBS dan GERMAS
ditingkatkan dari 2 (cukup menurun ) ke 4  Observasi :
belum memenuhi
(cukup meningkat) dengan indicator :  Identifikasi Kesiapan dan kemempuan menerima
kesehatan dengan  Menunjukan Prilaku adaptif terhadap Informasi
adanya Penyakit Hipertensi meningkat  Identifikasi faktor- faktor yang dapat
pembuangan  Menunjukan Pemahaman Prilaku meningkatkan dan menurunkan motivasi prilaku hidup
sampah terbuka. Sehat meningkat bersih dan sehat.
 Tidak ada  Kemampuan menjalankan perilaku  Teraupetik:
sehat meningkat  Sediakan Materi dan media pendidikan kesehatan
pemisahan sampah
 Prilaku Mencari bantuan  Jadwalkan Penkes sesuai kesepakatan
basah dan kering  Berikan kesempatan audien untuk bertanya
 Menunjukan minat Meningkatkan
sehingga semua Prilaku Sehat  Edukasi :
sampah rumah  Memiliki Sistem Pendukung  Jelaskan factor resiko yang dapat mempengaruhi
tangga terlihat jadi kesehatan
satu dan bau. LUARAN TAMBAHAN  Ajarkan Prilaku Hidup Bersih dan sehat (PHBS)
 Kondisi rumah Managemen Kesehatan (L. 12104): dan 5M
sebagian besar Managemen kesehatann meningkat, dengan  Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
indicator : meningkatkan prilaku PHBS dan 5M
permanen secara
 Melakukan tindakan untuk
umum bersih mengurangi Faktor resiko meningkat INTERVENSI SEKUNDER
namun berdebu  Menerapkan program perawatan
dan cahaya hanya meningkat Kontrak prilaku positif (1.09282)
dari pintu saja,dan - identifikasi kemapuan mental dan kognitif untuk
sebagian memiliki  Aktivitas hidup sehari –hari efektif membuat kontrak
memenuhi tujuan kesehatan - identifikasi cara yang bisa dilakukan untuk selalu hidup
ventilasi yang baik.
meningkat bersih dan sehat dengan cara membuang sampah ditempat
 Warga sebagian tsampah tertutup
berternak, jadi  Verbalisasi Kesulitan dalam - Diskusiakan prilaku kesehatan yang ingin di ubah
lingkungan banyak menjalani Program Perawatan
sampah sisa Penentuan tujuan bersama (1.12464)
makanan ternak. - Identifikasi tujuan yang akan dicapai
- Identifikasi cara mencapai tujuan
- Fasilitasi memcah tujuan complex menjadi langkah kecil
yang mudah dilakukan

INTERVENSI TERSIER
Promosi Perilaku Upaya Kesehatan (I.12472)
Observasi
 Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat
diingkatkan
Terapeutik
 Berikan lingkungan yang mendukung kesehatan
 Orientasi pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan
Edukasi
 Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Anjurkan tidak merokok di dalam rumah
Menjemen perilku
 identifikasi harapan untuk mengendalikan prilaku
 diskusiakn tanggungjawab terhadap prilakau
 anjurkan untuk membuang sampah ditempah sampah
tertutup
 membuat jadwal kegiatan ( gotong royong)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

Defisit kesehatan Preventif Primer: Evaluasi struktur :


komunitas.
Memberikan pendidikan kesehatan mengenai masalah -Proposal diajukan 2 hari sebelum kegiatan dilaksanakan
penyakit tidak menular (HT & DM) -Undangan dibagikan 1 hari sebelum kegiatan
dilaksanakan
Preventif Sekunder: -Peralatan persiapan senam memadai
-Pengorganisasian berjalan dengan baik, bekerja sesuai
Mengadakan Prolanis, aktifitas fisik seperti senam dengan tugas dan fungsinya.
lansia, senam HT, dan senam Diabetik
-Setting tempat cukup memadai

Evaluasi Proses:
Preventif Tersier:
-80% warga mau melakukan senam Hipertensi dan
Membuat Kelompok bersama kader posyandu lansia, Diabetik
dan posbindu, untuk mengaktifkan kembali dan
-Peserta yang hadir antusias dalam melakukan senam
memotifasi masyarakat peduli & rutin memeriksakan
Hipertensi dan Diabetik
kesehatan, serta membuat jadwal tetap kegiatan.
-Kegiatan dilaksanakan dilapangan.

-Menggunakan pengeras suara video dan Instuktur senam

-Waktu sesuai dengan perencanaan 60 menit yaitu


kegiatan dimulai pukul 08.15 wib-9.15wib

KriteriaHasil:
80% dari warga masyarakat mau melakukan
kegiatansenam Hipertensi dan diabetik

Perilaku cenderung Preventif Primer: KriteriaStruktur:


berisiko - Proposal kegiatan diajukan 2 hari sebelum kegiatan
- Melakukan penyuluhan kesehatan tentang bahaya dilaksanakan
merokok.
-Undangan diumumkan oleh ketua dusun 1 hari sebelum
- Melakukan pemasang poster bahaya merokok di kegiatan dilaksanakan
lingkungan Dusun RK E dan memasang stiker
dilarang merokok didalam rumah -Pengorganisasian berjalan dengan baik, bekerja sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

-Seluruh peserta yang hadir dan mahasiswa mengikuti


Preventif Sekunder: kegiatan dengan baik sesuai yang telah direncanakan

- Melakukan upaya mengajari berhenti merokok


dengan cara hipnoterapi berhenti merokok

KriteriaProses:
Preventif Tersier: -Seluruh masyarakt sangat antusias dalam mengikuti
kegiatan
Melakukan kerja sama membuat kelompok remaja
karang taruna untuk peduli kesehatan dengan mengubah -Pesertadapat hadir
prilaku kebiasaan merokok.
-Waktu seseuai dengan perencanaan setengah jam yaitu
kegiatan di mulai pukul 14.00 s.d selesai WIB

KriteriaHasil

-Dilakukan Hipnoterapi kepada Warga laki-laki Dusun


RK E

-Setelah dilakukan hipnoterapi frekuensi perokok aktif


berkurang

-Tidak ada lagi anggota keluarga yang merokok didalam


rumah, bahkan dapat mengurangi atau berhenti
merokok
-Seluruh warga dusun RK E berperan aktif dalam
kegiatan

Pemeliharaan tidak Preventif Primer:


KriteriaStruktur:
efektif
Melakukan penyuluhan tentang PHBS
-Pengorganisasian berjalan dengan baik, bekerja sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Preventif Sekunder:
-Setting tempat cukup memadai
Melakukan gotong royong membersihkan lingkungan
dan membuat lubang sampah. (jadwal gotong royong: 1
KriteriaProses:
bulan 2 kali setiap hari minggu).
-Seluruh peserta sangat antusias dalam mengikuti
penyuluhan
Preventif Tersier: -Peserta yang hadir dapat aktif dalam mengajukan
Melakukan pemberdayaan kader Jumantik untuk pertanyaan – pertanyaan terkait materi penyuluhan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) -Tempat musyawarah di adakan di Balak kampung
-Menggunakan pengeras suara, LCD, Dan proyektor
-Waktu sesuai dengan perencanaan 1jam, yaitu kegiatan
dimulai pukul 10.00 WIB s.d selesai

KriteriaHasil
Peserta mampu menjelaskan kembalitentang :
1. Pengertian PHBS
2. 10 indikator PHBS
3. Cara membuang sampah yang benar
4. Pentingnyarumahbebasasap rokok

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan pengkajian pada masyarakat Desa Bandar Sakti didapatkan masalah keperawatan managemen
kesehatan tidak efektif (Hipertensi dan DM), perilaku cenderung beresiko (kebiasaan merokok), serta pemeliharaan kesehatan kurang
efektif (PHBS) yang diangkat berdasarkan persentase penilaian kelompok selama memberikan asuhan keperawatan komunitas pada
masyarakat didesa Bandar Sakti.

B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan mempunyai motivasi menjaga pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat juga diharapkan
berpartisipasi dalam meningkatkan taraf kesehatan termasuk menjaga lingkungan.
2. Bagi Pemerintah
Perlu kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat Desa Bandar Sakti untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan di
masyarakat.
3. Bagi Puskesmas
Diharapkan fasilitas yang ada di puskesmas memenuhi kriteria yang diharapkan masyarakat. Dan pelayanan yang diberikan lebih
ditingkatkan karena berdasarkan survey yang dilakukan banyak pernyataan dari masyarakat yang mengeluh dalam pelayanan tenaga
kesehatan yang ada di puskesmas.
4. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan konsep keperawatan komunitas untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat,
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat Desa Bandar Sakti.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan asuhan keperawatan ini dapat dijadikan referensi dalam penerapanya pada proses pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai