Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pelayanan Kesehatan Utama


Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada
peningkatan peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan
perventif dengan tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga
diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam
memelihara kesehatannya (Mubarak, 2011).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai
klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari
individu dan masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas
individu dari Neuman (2010) dalam Anderson (2013) untuk melihat masalah
pasien, model komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan
batasan keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan
masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi
model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan
kesehatan primer yang menjadi landasannya. Secara lebih rinci dijabarkan
sebagai berikut :
1. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan
asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat
individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi
penderita yang memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin
dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita
resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian

4
individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan
seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
2. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan
keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga
yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko
tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga
yang anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga
yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga
tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara
kesehatan anggotanya.
3. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan
dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu
wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh
wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya
kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. Asuhan keperawatan
komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien dengan
strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu
primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan
kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan
oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas
dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:
a. Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik.
Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik
pada individu maupun kelompok.

5
Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang
melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan
perlindungan yang paling umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi,
anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.
b. Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit
lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang
mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder
misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
c. Pencegahan tersier
Mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang
dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan
kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita patah
tulang. Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan,
berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan
pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2011):
1) Falsafah Keperawatan
Kesehatan Komunitas Keperawatan kesehatan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan
masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang
mengacu pada paradigma keperawatan secar umum dengan empat
komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan.

6
2) Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman
meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan
sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi
sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action) (Mubarak, 2011).
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-
tahapan berikut:
a) Tahap persiapan Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang
menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan
masyarakat , mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian Dengan persiapan pembentukan
kelompok dan penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat
dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.
c) Tahap pendidikan dan pelatihan Melalui kegiatan-kegiatan
pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat melalui
pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada
individu, keluarga dan masyarakat.
d) Tahap formasi kepemimpinan Memberikan dukungan latihan dan
mengembangkan keterampialan yang mengikuti perencanaan,
pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan
pendidikan kesehatan.
e) Tahap koordinasi Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya
memandirikan masyarakat
f) Tahap akhir Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan
pemberian umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk
perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.

7
B. Konsep Keperawaatan Komunitas
1. Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun, 2010). Misalnya di dalam kesehatan
di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita,
kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan
lain sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat
petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan
sebagainya (Mubarak, 2011).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public
health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan
tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2011). Proses keperawatan
komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah,
sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat
melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

8
2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya
sebagai berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu,
dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.

9
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan (Mubarak, 2011).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan yang
dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit
yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi
upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses
kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23

10
Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi
lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas
melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat
akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
4. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks.
Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan
untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus
kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat
memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan
perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan menjalankan
program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi
jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja

11
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang
dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga
dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata
melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang
bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel,
berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan
klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja
dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat
dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain,
bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di wilayah binaan, puskesmas
dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya,
perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas
(Mubarak, 2011).

C. Peran Perawat Komunitas


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat
diantaranya adalah:
a. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

12
b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat
secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di
dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan
pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan
perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan
perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai
hasil yang telah didapat (Mubarak, 2011).
c. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang
baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat.
d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien
adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2011).

13
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang
diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien
yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak
petugas kesehatan (Mubarak, 2011).
e. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban
tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.
Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan (Mubarak, 2011).
g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat
diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak

14
terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan,
observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien
menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2011).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya
atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan
adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran
membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu
selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase
ini (Mubarak, 2011).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu
klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :
pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatan (Mubarak, 2011).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan

15
pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga
merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

D. Asuhan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan
yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang
sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara
komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir
bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-masalah yang mereka
miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup
sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan
seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara
kesehatannya (Chayatin, 2011).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi (Efendi, 2012).
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas
dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan
komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis.
Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung melibatkan
komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak/partner ship
dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi

16
(Efendi, 2010). Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau
kelompok adalah (Mubarak, 2011):
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau
kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok
antara lain :
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang
terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan,
agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi penduduk
ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman
atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat keamanan dan
keselamatan yang tidak terjamin
iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan
v. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi

17
vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi
dini dan merawat atau memantau gangguan yang terjadi
vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit
viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.
ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka,
apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan
data objektif (Mubarak, 2011):
a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah
yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran
c) Sumber Data
i. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari
individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.
ii. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan
pasien atau medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab

18
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
i. Klasifikasi data atau kategorisasi data
ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
iii. Tabulasi data
iv. Interpretasi data
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui
tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat
dirumuskan masalah kesehatan.
g) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
i. Keadaan yang mengancam kehidupan
ii. Keadaan yang mengancam kesehatan
iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan
komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan
masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya

19
dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau
penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak,
2011).
c. Perencanaan/Intervensi
1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang
muncul diatas adalah (Mubarak, 2011):
2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang tepat
6) Lakukan olahraga secara rutin
7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen
keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak,
2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan

20
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan
komunitas
e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan
atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun tindakan dalam
melakukan evaluasi adalah:
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi.
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

E. Teori Perubahan Komunitas


1. Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan
seorang manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu :
a. Ada perubahan yang akan dilakukan
b. Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
c. Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
d. Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai perubahan :
a. Diagnosis

21
b. Penetapan objektif bersama
c. Penekanan kelompok
d. Informasi maksimal
e. Diskusi tentang pelaksanaan
f. Penggunaan upacara ritual
Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi orang-orang
yang akan terlibat atau terpengaruh dengan perubahan. Sehingga diharapkan
mereka mampu mengontrol perubahan tersebut.
2. Teori roger (1962 )
Roger (1962) mengembangkan teori dari Lewin (1951) tentang 3 tahap
perubahan dengan menekankan pada latar belakang individu yang terlibat
dalam perubahan dan lingkungan di mana perubahan tersebut dilaksanakan.
Roger (1962) menjelaskan 5 tahap dalam perubahan,yaitu:
kesadaran,keinginan,evaluasi,mencoba, dan penerimaan atau dikenal juga
sebagai AIETA (Awareness, Interest, Evaluation, Trial, Adoption).
Roger (1962) percaya bahwa proses penerimaan terhadap perubahan
lebih kompleks dari pada 3 tahap yang dijabarkan Lewin (1951). Terutama
pada setiap individu yang terlibat dalam proses perubahan dapat menerima
atau menolaknya. Meskipun perubahan dapat diterima, mungkin saja suatu
saat akan ditolak setelah perubahan tersebut dirasakan sebagai hal yang
menghambat keberadaanya.
Roger mengatakan bahwa perubahan yang efektif tergantung individu
yang terlibat, tertarik, dan berupaya untuk selalu berkembang dan maju serta
mempunyai suatu komitmen untuk bekerja dan melaksanakannya
3. Teori lipitts (1973)
Lippit (1973) mendefinisikan perubahan sebagai sesuatu yang
direncanakan atau tidak direncanakan terhadap status quo dalam individu,
situasi atau proses, dan dalam perencanaan perubahan yang diharapkan,
disusun oleh individu, kelompok, organisasi atau sistem sosial yang

22
memengaruhi secara langsung tentang status quo, organisasi lain, atau situasi
lain.
Lippit (1973) menekankan bahwa tidak seorang pun bisa lari dari
perubahan. Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang mengatasi perubahan.
Kunci untuk menghadapi perubahan tersebut menurut Lippit (1973) adalah
mengidentifikasi 7 tahap dalam proses perubahan:
a. Tahap 1: Menentukan masalah
Pada tahap ini, setiap individu yang terlibat dalam perubahan
harus membuka diri dan menghindari keputusan sebelum semua fakta
dapat dikumpulkan. Individu yang terlibat juga harus sering berpikir dan
mengetahui apa yang salah serta berusaha menghindari data -data yang
dianggap tidak sesuai. Semakin banyak informasi tentang perubahan
dimiliki seorang manajer, maka semakin akurat data yang dapat
diidentifikasi sebagai masalah. Semua orang yang mempunyai kekuasaan,
harus diikutkan sedini mungkin dalam proses perubahan tersebut, karena
setiap orang mempunyai tanggung jawab untuk selalu menginformasikan
tentang fenomena yang terjadi.
b. Tahap 2: Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Perubahan merupakan sesuatu yang mudah, tetapi perubahan
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang lebih baik akan memerlukan
kerja keras dan komitmen yang tinggi dari semua orang yang terlibat di
dalamnya. Pada tahap ini, semua orang yang terlibat dan lingkungan yang
tersedia harus dikaji tentang kemampuan, hambatan yang mungkin
timbul, dan dukungan yang akan diberikan.Mengingat mayoritas praktik
keperawatan berada pada suatu organisasi/instansi, maka struktur
organisasi harus dikaji apakah peraturan yang ada, kebijakan, budaya
organisasi, dan orang yang terlibat akan membantu proses perubahan atau
justru menghambatnya. Fokus perubahan pada tahap ini adalah

23
mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
terhadap proses perubahan tersebut.
c. Tahap 3: Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
Pada tahap ini, diperlukan suatu komitmen dan motivasi manajer
dalam proses perubahan.Pandangan manajer tentang perubahan harus
dapat diterima oleh staf dan dapat dipercaya. Manajer harus mampu
menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam pelaksanaan
perubahan dengan selalu mendengarkan masukan-masukan dari staf dan
selalu mencari solusi yang terbaik.
d. Tahap 4: Menyeleksi tujuan perubahan
Pada tahap ini, perubahan harus sudah disusun sebagai suatu
kegiatan secara operasional,terorganisasi, berurutan, kepada siapa
perubahan akan berdampak, dan kapan waktu yang tepat untuk
dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu target waktu dan perlu
dilakukan ujicoba sebelum menentukan efektivitas perubahan.
e. Tahap 5: Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
Pada tahap ini, perlu ada suatu pemilihan seorang pemimpin atau
manajer yang ahli dan sesuai di bidangnya. Manajer tersebut akan dapat
memberikan masukan dan solusi yang terbaik dalam perubahan serta dia
bisa berperan sebagai seorang “mentor yang baik.” Perubahan akan
berhasil dengan baik apabila antara manajer dan staf mempunyai
pemahaman yang sama dan memiliki kemampuan dalam melaksanakan
perubahan tersebut.
f. Tahap 6: Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
Sekali perubahan sudah dilaksanakan, maka harus dipertahankan
dengan komitmen yang ada.Komunikasi harus terbuka dan terus
diinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan permasalahan
yang terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh kedua belah pihak.
g. Tahap 7: Mengakhiri bantuan

24
Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus selalu diikuti
oleh perencanaan yang berkelanjutan dari seorang manajer. Hal ini harus
dilaksanakan secara bertahap supaya individu yang terlibat mempunyai
peningkatan tanggung jawab dan dapat mempertahankan perubahan yang
telah terjadi. Manajer harus terus-menerus bersedia menjadi konsultan dan
secara aktif terus terlibat dalam perubahan
4. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan menekankan
perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam tahap sebagai
perubahan menurut Havelock.
a. Membangun suatu hubungan
b. Mendiagnosis masalah
c. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
d. Memilih jalan keluar
e. Meningkatkan penerimaan
f. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri
5. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara
konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara
agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model
Spradley.
a. Mengenali gejala
b. Mendiagnosis masalah
c. Menganalisa jalan keluar
d. Memilih perubahan
e. Merencanakan perubahan
f. Melaksanakan perbahan
g. Mengevaluasi perubahan
h. Menstabilkan perubahan

25
Tabel 1. Perbandingan Teori Perubahan
No Redin Lewin Lippit Rogers Havelock Spradley
1 Diagnosa Unfreezing Mendiagnosa Kesadaran Membangun Mengenali
masalah hubungan masalah
2 Penetapan Mengkaji Mendiagnosa Mendiagnosa
tujuan motivasi dan masalah menganalisa
bersama kemampuan jalan keluar
untuk berubah
3 Penekanan Moving Mengkaji Minat Mendapatkan Memilih
kelompok motivasi denga evaluasi sumber yang perubahan
sumber agen percobaan berhubungan
berubah
4 Informasi Menyeleksi objek Memilih jalan Merencanakan
maksimal akhir perubahan perubahan
yang progresif
5 Diskusi Memilih peran Melaksanakan
tentang yang sesuai perubahan
penatalaksa untuk agen
naan berubah
6 Penggunaa Mempertahankan Meningkatkan Mengevaluasi
n upaya perubahan penerimaan perubahan
ritual
7 Intervensi Refreezing Mengakhiri Adopsi Stabilisasi dan Menstabilkan
penolakan hubungan saling perbaikan diri perubahan
membantu

26
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
1. Pengkajian Inti (Core)
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Wawancara Riwayat wilayah RT 04 RW 02 Desa Debegan
(TOMA, TOGA) dahulu merupakan salah satu daerah kumuh yang
Data Sekunder terletak di dekat sungai Bengawan Solo. Dahulu
tidak terdapat sanitasi yang baik dan merupakan RT
dengan tingkat kepadatan penduduk nomer 2
setelah RT 05 di wilayah RW 02. Usia penduduk
mayoritas 50 tahun keatas dan berprofesi sebagai
buruh di pabrik.

b. Data demografi

27
Teknik Pengkajian Hal yang dikaji
Data Sekunder 1. Usia
(angket, KK) Balita : 17
Remaja : 66
Dewasa : 52
Pertengahan : 116
Lansia : 37
2. Jenis Kelamin

28
Laki-laki : 48,5% (184 orang)
Perempuan :52,1% (196 orang)
3. Suku Bangsa : Jawa
4. Agama : Islam 90%, Katholik 10%
5. Tingkat Pendidikan : status pendidikan di
RT 04 mayoritas SMP-SMA

c. Statistik vital

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer Berdasarakan hasil pengkajian melalui angket
(Angket) didapatkan hasil :
- mayoritas warga mengalami masalah
kesehatan hipertensi, DM dan Stroke. Dan
sebagian kecil hanya mengalami masalah
kesehatan seperti batuk dan flu.
- lansia mengatakan tidak tahu bagaimana
menjaga kesehatan dan cara menangani
penyakit seperti : hipertensi, dan diabetes
mellitus.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil :
- Ketua Kader RW 02 mengatakan dari
jumlah penduduk orang dewasa mayoritas
mempunyai riwayat HT .
- Warga RT 04 mengatakan belum dilakukan
senam rutin hipertensi
Data Sekunder
(catatan medis
Puskesmas)

29
2. Pengkajian sub-sistem komunitas
a. Lingkungan

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer - Keadaan lingkungan rumah mayoritas
- Observasi kurang bersih dan ada beberapa yang
- Wawancara bersih
- Keadaan perumahan cukup bersih
tidak ada genangan air
- Jarak antar rumah satu dengan yang
lain sangat dekat, tidak ada pagar
- Kualitas air bersih berasal dari sumur
dan PDAM
- Kualitas udara kurang baik dekat
dengan area pabrik dan dekat sungai
- Pengkajian sampah :
Terdapat tong sampah di setiap rumah
warga, pembuangan sampah per 3 hari
dikelola oleh petugas TPA. Tetapi
masyarakat tidak melakukan

30
pemilahan sampah bahkan kadang
membakarnya (5%).
- Terdapat vektor nyamuk (35%), tikus
(30%), kecoa (25%), dan kucing
(10%). Serta saat dilakukan
pemeriksaan ditemukan jentik nyamuk
pada 8 rumah warga.

31
b. Pendidikan

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer - Tidak terdapat sekolah di lingkungan RT
- Observasi 04 RW 02, sekolah terletak dikawasan
- Wawancara kelurahan dan kota
- Terdapat sekolah non formal yaitu TPQ di
masjid RT 04

c. Keamanan dan transportasi

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer - Masyarakat menggunakan transportasi
- Angket/ pribadi 88% dan kendaraan umum 12%
kuisioner dalam mobilisasi
- Akses mendapatkan transportasi mudah
dekat dengan jalan raya, pasar, dan
penggunaan aplikasi online.
- Observasi - Kondisi lalulintas jalan ramai lancar dan
kondisi jalanan baik.
- Dekat dengan kantor pemadam kebakaran

32
dan SatpolPP
- Tidak ada alat pemadam kebakaran
- Wawancara Kondisi lingkungan sekitar warga aman.

d. Politik dan pemerintahan

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer - Kegiatan politik yang ada di masyarakat :
- Wawancara - Kebijakan kesehatan oleh Puskesmas
Sibela difasilitasi oleh kader kesehatan per
RT
- Masyarakat ikut serta dalam pengambilan
keputusan melalui musyawarah warga
- Jenis pelayanan kesehatan posyandu lansia
dan balita, dilakukan sebulan sekali yang
diikuti seluruh lansia dan balita RW : 02.
- Angket - masyarakat ikut serta dalam posyandu
lansia dan balita
- ikut serta dalam kegiatan posyandu 1 kali
sebulan
- masyarakat ikut serta dalam JKN
- Observasi - Akses menuju pelayanan kesehatan mudah
dan dekat

e. Komunikasi

Teknik Pengkajian Hasil yang dikaji


Data Primer Mendapatkan informasi layanan kesehatan dari
kader posyandu

33
- Angket
- Observasi - Perkumpulan warga melalui acara
pengajian dan PKK
- Penyebaran informasi melalui grup
whatsapp masing-masing kader

f. Ekonomi

Teknik Pengkajian Hasil yang dikaji


Data Primer Tingkat ekonomi rendah-menengah dengan
- Angket penghasilan rata-rata > Rp. 1.668.700,-
- Observasi Dekat dengan kawasan pabrik, pertokoan dan
dekat dengan Pasar Mojosongo

34
g. Rekreasi

Teknik Pengkajian Hasil yang dikaji


Data Primer - Masyarakat sering menghabiskan waktu
- Angket luang dengan menonton TV (90%)
- Wawancara - Wilayah RT 04 RW 02 dekat dengan
Taman Jurug
- Observasi - Anak-anak bermain di tanah kosong dekat
rumah warga
- Tidak ada fasilitas rekreasi bagi warga

3. Persepsi

Teknik Pengkajian Hasil yang dikaji


Data Primer - Masyarakat mengatakan pentingnya
- Wawancara bersosialisasi antar warga dalam suatu
dengan TOGA, komunitas
TOMA, Petugas - Masyarakat mengatakan jika sumber
Puskesmas dan kekuatan yang dimiliki adalah dukungan

35
beberapa dan kerjasama dari semua warga RT 04
masyarakat - Masalah kesehatan yang sering dialami
dan dikeluhkan warga yaitu hipertensi,
DM, dan Stroke.

B. Analisa Data

No Data Fokus Diagnosa Keperawatan


1 DS : Manajemen Kesehatan Tidak Efektif
- Ketua RT 04 mengatakan bahwa (D.0116)

posyandu lansia diadakan 1x


sebulan.
- Lansia mengatakan tidak tahu
bagaimana menjaga kesehatan dan
cara menangani penyakit seperti :
hipertensi, dan diabetes mellitus.
- Ketua Kader RW 02 mengatakan dari
jumlah penduduk orang dewasa
mayoritas mempunyai riwayat HT .
- Warga RT 04 mengatakan belum
dilakukan senam rutin hipertensi
DO :
- setelah dilakukan pemeriksan TD
rata-rata warga lansia RT 04
mengalami hipertensi
2 DS : Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif
- warga ibu X mengatakan jika di (D.0117)

lingkungannya sudah disediakan


tempat sampah, tetapi tidak dapat

36
memilah jenis sampah dan
kadang membakarnya di dekat
lahan
DO :
- Terdapat jentik nyamuk di 8
rumah warga
- Lingkungan sekitar rumah
tampak kurang bersih
- Terdapat vektor nyamuk 35%,
kecoa 15%, tikus 30% dan
kucing 10% di lingkungan
sekitar

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Presentasi populasi dalam masalah kesehatan/ukuran masalah

Prosentasi populasi dalam masalah


Nilai
keperawatan

25 % atau lebih 9 atau 10

10 % - 24,9 % 7 atau 8

1 % - 9,9 % 5 atau 6

0,1 % - 0,9 % 3 atau 4

< 0,01 % 1 atau 2

2. Keseriusan masalah
Kriteria untuk skoring keseriusan masalah kesehatan :

Tingkat keseriusan Nilai

37
Sangat serius 9 atau 10
Serius 6,7, atau 8
Cukup serius 3,4, atau 5
Tidak serius 0, 1, atau 2

3. Penilaian keefektivan intervensi


Kriteria skoring untuk keefektifan masalah kesehatan :

Keefektifan Nilai
Sangat efektif (800-100%) 9 atau 10
Relatif efektif (60-80%) 7 atau 8
Efektif (40-60%) 5 atau 6
Cukup efektif (20-40%) 3 atau 4
Relatif tidak efektif (5-20%) 1 atau 2
Hampir tidak efektif 0

Prioritas Masalah

Masalah keperawatan Komponen BPR Skor Urutan/


A B C (A+2B)xC ranking
Manajemen Kesehatan Tidak 9 9 8 216 1
Efektif (D.0116)
Pemeliharaan Kesehatan 7 5 6 102 2
Tidak Efektif (D.0117)

Keterangan :
A = Presentasi populasi yang mengalami masalah kesehatan
B = Keseriusan masalah

38
C = Keefektivan intervensi

D. Diagnosa Keperawatan
1. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif (D.0116)
2. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117)

39
40
E. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Rencana Tindakan / Intervensi Metode Evaluator
No
Keperawatan (NIC) Evaluasi

1 Manajemen Setelah dilakukan penyuluhan Skrining Kesehatan (6520) Psikomotor Mahasiswa


Kesehatan Tidak selama 30 menit diharapkan 1. Ukur tekanan darah. Kader

Efektif ( D.0116) Manajemen Kesehatan Tidak 2. Beri saran kepada masyarakat


dengan hasil yang lebih dari
Efektif Teratasi Dengan Kriteria
normal untuk melakukan
Hasil :
alternatif pengobatan.
Pemeliharaan Kesehatan
(L.12106) Edukasi Kesehatan ( L.12383)
1. Ajarkan perilaku hidup bersih
1. Perilaku kesehatan masyarakat
dan sehat
dari yang buruk membaik.
2. Ajarkan strategi yang dapat
2. Kemampuan masyarakat digunakan untuk meningkatkan
dalam menjalankan perilaku perilaku hidup bersih dan sehat.
sehat dari kurang menjadi
meningkat.

41
Perilaku Promosi Kesehatan
(1602)
1. Peningkatan skrining
kesehatan masyarakat yang
kurang menjadi meningkat.
2. Terjadi peningkatan
keseimbangan aktivitas dan
latihan masyarakat dari
kurang menjadi meningkat
(160221)
2 Perilaku kesehatan Setelah dilakukan tindakan selama Peningkatan efikasi diri (5395) Kognitif Mahasiswa
cenderung 30 menit diharapkan Perilaku Psikomotor masyarakat
1. Identifikasi hambatan
beresiko (00188) kesehatan cenderung beresiko dapat
untuk merubah perilaku
teratasi dengan Kriteria Hasil :
2. Bantu individu untuk
Kepercayaan Mengenai
berkomitmen terhadap
kesehatan : kontrol yang diterima
rencana tindakan untuk
(1702)
merubah perilaku
1. Kemampuan masyarakat
3. Berikan contoh atau
dalam menerima dan
tunjukan perilaku yang
melaksanakan tanggung

42
jawab terkait dengan diinginkan
keputusan kesehatan dari 4. Berikan informasi
kurang menjadi meningkat mengenai perilaku yang
(170201) diinginkan
2. Peningkatan keyakinan
bahwa tindakan sendiri
yang mengontrol hasil
kesehatan yang semula
kurang menjadi
meningkat(170205)
3. Keterlibatan masyarakat
dalam keputusan kesehatan
yang kurang menjadi
meningkat (170202)

43
PLAN OF ACTION ( POA ) INTERVENSI MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT DESA DEBEGAN KELURAHAN MOJOSONGO KECAMATAN JEBRES

No. Waktu & Penanggung


Masalah Tujuan Kegiatan Tempat
Dx sasaran Jawab
1 Manajemen kesehatan Setelah diakukan tindakan 1. Ukur tekanan darah. Posko Setiap hari Mahasiswa
tidak efektif keperawatan selama 4 minggu di kesehatan warga dan Tokoh
Desa Debegan Kelurahan Mojosongo Masyarakat
2. Beri saran kepada pasien
Kecamatan Jebres diharapkan : Posko Setiap hari
dengan hasil yang lebih dari
- Diharapkan meningkat derajat kesehatan Mahasiswa
normal untuk melakukan Warga
kesehatan masyarakat dan Kader
alternatif pengobatan.

3. Mengadakan dan mengajak


Mahasiswa
Minggu,14
lansia untuk mengikuti senam Lapangan dan Kader
Maret 2020
Hipertensi
warga

Posko Mahasiswa
4. Melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan kesehatan dan warga ka

44
2. Pemeliharaan Setelah diakukan tindakan keperawatan 1. Lakukan pemantauan untuk Posko Setiap hari Mahasiswa
kesehatan tidak efektif selama 4 minggu di Desa Debegan menentukan kebutuhan kesehatan Warga
Kelurahan Mojosongo Kecamatan rujukan
Jebres diharapkan :
Mahasiswa
- Masyarakat memelihara tempat 2. Bantu kelompok untuk untuk
Lingkup
pembuangan air limbah. merubah perilaku terhadap
Desa
1. Tidak ada air limbah yang rencana tindakan (kerja bakti).
Debegan
tergenang
2. Tidak ada lagi media untuk
Tanggal 20

perkembangbiakan nyamuk 3. Mengajak kelompok untuk Maret 2020 Mahasiswa


3. Masyarakat mampu menerapkan menanan TOGA Warga Kader
PHBS
4. Ajarkan warga untuk
Tanggal 23 Mahasiswa
melakukan PHBS dengan cuci
Maret 2020
tangan 6 langkah
Warga

5. Pemantauan jentik nyamuk Setiap Mahasiswa


minggu Kader

45
F. Implementasi Keperawatan

No Hari/Tanggal Waktu Jenis Kegiatan Evaluasi Formatif


1 Jumat, 6 11.00 WIB Melakukan Evaluasi Struktur :
Maret 2020 pemeriksaan tekanan - Pemeriksaan dilakukan oleh
darah mahasiswa praktikan yang bertempat
di posko kesehatan
- Kegiatan dilakukan setiap hari
Evaluasi Proses :
- Pengecekan tekanan darah
menggunakan sphygnomanometer dan
stetoskop
- Warga yang melakukan pemeriksaan
sebelumnya didata dan dicek berat
badan
- Setelah dilakukan pemeriksaan
kemudian diberikan pendidikan
kesehatan.
Evaluasi Hasil :
- Masyarakat sangat antusias dan

46
mendatangi posko kesehatan untuk
pengecekan tekanan darah
- Tekanan darah pasien 140/90 mmHg
- Dilakukan pengukuran berat badan,
dan pendidikan kesehatan hipertensi
2 Minggu, 8 09.00 WIB Pemantauan jentik Evaluasi Struktur :
Maret 2020 nyamuk - Pemeriksaan dilakukan bersama
dengan ibu kader PKK dan mahasiswa
- Pemeriksaan ditujukan bagi seluruh
rumah warga RT 04
- Mahasiswa menyiapkan senter dan
ceklist pemeriksaan
Evaluasi Proses :
- Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIB
- Kelompok dibagi menjadi 3 tim untuk
melakukan pengecekan rumah di 3
wilayah pembagian. Masing-masing
tim ditemani oleh ibu kader PKK
Evaluasi Hasil :
- Ditemukan 8 rumah terdapat jentik

47
nyamuk
- Warga dihimabau untuk
memperhatikan kebersihan
lingkungan
- Warga diberikan ceklist pemeriksaan
jentik yang ditempelkan pada depan
rumah

48
G. Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1 Manajemen kesehatan tidak S : warga X mengatakan jika tidak tahu tentang penyakit hipertensinya
efektif dan mengeluh kepala pening, dan belum mengerti senam hipertensi
O : TD 150/90 mmHg, saat ditanya riwayat darah tinggi pasien tidak
mampu menjawab
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 Pemeliharaan kesehatan S : warga X mengatakan jika belum mampu memilah sampahnya dan
tidak efektif mengatakan jika dirumahnya banyak nyamuk
O : terdapat jentik nyamuk di genangan air, di kamar mandi, dan
wadah penyimpanan air
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

49
H. Rencana Tindak Lanjut

Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana Tanggung


Kesehatan jawab
Manajemen Untuk meningkatkan 1. Cek kesehatan Warga 17 Maret Posko Mahasiswa
kesehatan tidak kesadaran 2. Pendidikan 2020 kesehatan Warga
efektif masyarakat akan kesehatan
kesehatan mengenai 3. Senam
pencegahan dan hipertensi
penanganan penyakit
Pemeliharaan Untuk meningkatkan 1. Pendidikan Warga 23 Maret RT Mahasiswa
kesehatan tidak kesadaran kesehatan 2020 04/RW Warga
efektif masyarakat dalam 2. Pemeriksaan 02
menerapkan pola jentik nyamuk
hidup bersih dan 3. Penanaman
sehat TOGA
4. Kerja bakti

50
51

Anda mungkin juga menyukai