Disusun oleh :
Lulu Noharia
NIM : 201133039
a. Pengkajian
Pengkajian komunitas (community assessment) adalah proses
pengumpulan data yang berhubungan dengan status kesehatan komunitas
dan merupakan sumber data untuk perumusan diagnosa keperawatan.
Pengkajian komunitas merupakan suatu upaya untuk dapat mengenal
masyarakat. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah
mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang
mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan
strategi promosi kesehatan (Herawati & Neny FS, 2012).
Jenis data yang dikumpulkan pada pengkajian secara umum dapat
diperoleh dari data subyektif dan data obyektif. Data subyektif yaitu data
yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu,
keluarga, kelompok dan komunitas yang diungkapkan secara langsung
melalui lisan. Data obyektif yaitu data ayang diperoleh melalui suatu
pemeriksaan, pengamatan, dan pengukuran. Sedangkan sumber data dapat
diperoleh dari data primer dan sekunder, dengan pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh
pengkaji berdasarkan hasil pengkajian, sedangkan data sekunder diperoleh
dari sumber lain yang dapat dipercaya. Metode pengumpulan data yang
dapat dilakukan yaitu: wawancara informan (informan interview), analisis
sekunder, observasi atau pengamatan (windshield survey) (Herawati &
Neny FS, 2012). Salah satu model pengkajian yang dapat digunakan
adalah “Betty Neuman”. Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus
dikaji, ditambah dengan data inti dari masyarakat itu sendiri (community
core).
- Community Core (data inti)
1) Histori dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas.
2) Data demografi: umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, ras, tipe
keluarga, status perkawinan.
3) Vital statistik: angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan.
4) Agama, nilai-nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau
komunitas.
- Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :
1) Lingkungan fisik: perumahan yang dihuni oleh penduduk, bagaimana
penerangannya, sirkulasi dan kepadatan penduduk.
2) Pendidikan: Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan. Status pendidikan (lama sekolah, jenis
sekolah, bahasa), fasilitas pendidikan (SD, SMP, dll) baik di dalam
maupun di luar komunitas.
3) Keamanan dan transportasi: Bagaimana keselamatan dan keamanan di
lingkungan tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress.
Transportasi apa yang tersedia di komunitas.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: Apakah
cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan, jenjang
pemerintahan, kebijakan depkes.
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
6) Sistem komunikasi: Sarana komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan di komunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan
terkait dengan gangguan penyakit. Misalnya televisi, radio, koran atau
leaflet yang diberikan kepada komunitas.
7) Sistem ekonomi: Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional), dibawah UMR
atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada anjuran dapat dilaksanakan, misalnya anjuran untuk konsumsi
jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
8) Rekreasi: Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah
biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat
digunakan komunitas untuk membantu mengurangi stressor.
- Status kesehatan komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistic,
antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta cakupan
imunisasi.
Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan
tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta
faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga
pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka,
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien
atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa
dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
2) Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi
aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan
diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan
panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan
(Mubarak, 2005).
3) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan
keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka
pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu menegakkan
diagnosa keperawatan dengan cara Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan
Palpasi.
Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan
data dengan cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase cakupan
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan .
Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan
yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang
telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu
diperlukan prioritas masalah.
Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria
diantaranya adalah (Mubarak, 2005):
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
6) Aspek politis
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang
status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan
memberi gambaran masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang
nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (Mubarak, 2009). Diagnosa
keperawatan ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi terhadap stressor yang
ada. Selanjutnya dirumuskan dalam 3 komponen: Problem, Etiologi,
Simptom (Herawati & Neny FS, 2012).
Contoh : Risiko terjadinya peningkatan ISPA pada warga di desa X
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
terhadap peningkatan status kesehatan ditandai dengan tingginya angka
kejadian ISPA pada 6 bulan terakhir yaitu 25% berdasarkan data
Puskesmas.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat dapat
disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya
Musyawarah Masyarakat Desa/RW(MMRW).
c. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien. Tahap berikutnya dari proses keperawatan
merupakan tindakan menetapkan apa yang harus dilakukan untuk
membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah
menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang
telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan
tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor
yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana
tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana,
sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut :
1) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas
menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari
dan bekerjasama dengan masyarakat.
2) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk
menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat.
Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan
yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk
menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan
masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan
kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan
di wilayahnya.
3) Tahap pendidikan dan latihan
Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
Melakukan pengkajian
Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
Melatih kader
Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
4) Tahap formasi kepemimpinan
5) Tahap koordinasi intersektoral
6) Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk
mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan
kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan
sebagai berikut:
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium
4) Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan
lingkungan atau komunitas bila stressor dari lingkungan
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas,
Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2009). Prinsip yang umum
digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan
komunitas adalah:
1) Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)
2) Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan
sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat berdasarkan azas kemitraan
3) Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan
harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya
rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2009).
4) Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten
(Mubarak, 2009).
5) Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in
community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2009).
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat bertanggung
jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:
1) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan
kesehatan.
2) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang
gizi.
3) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu :
1) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan
pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum
serta perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi,
penyuluhan gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan
keluarga.
2) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekankan pada
diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat proses penyakit, Contoh:
Mengkaji keter¬belakangan tumbuh kembang anak, memotivasi
keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi,
telinga, dll.
3) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga, Contoh: Membantu keluarga yang
mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan
pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.
e. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya Kegiatan yang dilakukan dalam
penilaian:
1) Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
2) Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan pelaksanaan.
3) Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan
selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
4) Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa
evaluasi dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap
implementasi yang telah dilakukan.
Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas adalah :
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan,
peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
3) Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan
penggunaannya serta keuntungan program.
4) Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau
masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
5) Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan
tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Clark M.J. 2011. Nursing in the community: Dimensions of community health nursing.
Standford Connecticut: Appleton & Lange.
Herawati, Neni FS. 2012. Buku Panduan Praktikum Keperawatan Komunitas I. PSIK
FK UNLAM: Banjarbaru.
Wawan A, Dewi M. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Nuha Medika: Yogyakarta.