Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PRAKTIK KOMUNITAS

DS. SIMBARINGIN DSN. KEDUNG KENDO RT 02 RW 04


KEC. KUTOREJO KAB. MOJOKERTO

Oleh:

ARIFAH LILLAH ISNAINI


201804062

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional

yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko

tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien

sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan

keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat

termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti

keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak

terjangkau termasuk kelompok bayi, balita, lansia dan ibu hamil (Veronica,

Nuraeni, & Supriyono, 2017).

Komunitas merupakan unit dari organisasi social dan territorial,

yang tergantung dari besarnya sehingga dapat berupa RT, RW, Desa dan Kota.

Pengertian lain dari komunitas adalah sekelompok manusia yang saling

berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada di

luarnya serta saling tergantung untuk memenuhi keperluan barang dan jasa

yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari (Kholifah & Widagdo,

2016). Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subjek dan objek

pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu


dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatan dan

mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu,

keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan

menerapakan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai

salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai

potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus

dicapai, maka mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Bina Sehat

PPNI Kabupaten Mojokerto melaksanakan Program Praktek Komunitas di

Desa Simbaringin Kecamatan Kutorejo Kabupaten Mojokerto dengan

menggunakan 2 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga dan masyarakat.

Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa

mampunyai satu keluarga binaan dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga

yang tersebar di Desa Pandanarum. Sedangkan pendekatan masyarakat

sendiri dilakukan melalui kerjasama yang baik dengan instansi terkait, dan

seluruh komponen desa untuk mengikut sertakan warga dalam upaya

pencegahan dan peningkatan kesehatan. Masyarakat yang dimotori oleh

Peneliti diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang terjadi di

wilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota keluarga

atau masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan lingkungan

yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Selain itu, selama proses praktek di komunitas, mahasiswa

mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia


untuk bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan

mengevaluasi perubahan komunitas dengan penerapan proses keperawatan

komunitas dan pengorganisasian komunitas. Harapan yang ada, masyarakat

akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan pengalaman dalam program praktek

keperawatan komunitas, mahasiswa mampu menerapkan asuhan

keperawatan komunitas pada setiap area pelayanan keperawatan di

komunitas dengan pendekatan proses keperawatan komunitas dan

pengorganisasian komunitas.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan program praktek klinik keperawatan

komunitas, mahasiswa mampu :Melaksanakan Bina Hubungan Saling

Percaya ( BHSP ) dengan masyarakat.

1. Menentukan pengkajian kesehatan di masyarakat tentang masalah

kesehatan masyarakat tingkat dasar.

2. Menganalisa masalah yang ada di masyarakat

3. Menentukan kualitas masalah dan melaksanakan intervensi yang

ditemukan bersama masyarakat.

4. Mengevaluasi hasil kegiatan.

1.2.3 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktik keperawatan komunitas di lakukan di Dusun

Kedung Kendo Desa Simbaringin Kecamatan Kutorejo RT 02 RW 04

Kabupaten Mojokerto.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa

1. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata

kepada masyarakat.

2. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan

keperawatan komunitas

3. Meningkatkan kemampuan menganalisa masalah kesehatan

masyarakat

4. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan

interpersonal.

1.3.2 Bagi Masyarakat

1. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam

upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

2. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari

masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah

kesehatan yang di alami masyarakat.

3. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan

mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.

1.3.3 Bagi Pendidikan


1. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Kabupaten

Mojokerto

2. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model

praktek keperawatan komunitas selanjutnya

1.3.4 Bagi Tenaga Kesehatan

1. Upaya menyiapkan tenaga kesehatan yang profesional, berpotensi

secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.

2. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas sehingga

profesi mampu mengembangkannya


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2 KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

1.2.1 Definisi Keperawatan Komunitas

Menurut WHO (1974) Komunitas sebagai suatu kelompok sosial

yang ditentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan

minat yang sama, serta ada rasa saling mengenal dan Interaksi antara

anggota masyarakat yang satu dengan yang lain. Sedangkan menurut

Spradley (1985) komunitas sebagai sekumpulan orang yang saling

bertukar pengalaman penting dalam hidupnya (Hernilawati, 2013).

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang

mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang

merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,

dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun, 2006).

Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok

ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok

masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.

Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani,

masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan

sebagainya (IPKKI, 2017).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang

merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat

(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif


serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan

rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada

individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh

melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan

fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri

dalam upaya kesehatan (IPKKI, 2017).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan

keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan

berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan

klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah

seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

keperawatan (Wahyudi, 2010).

Praktik Keperawatan Komunitas (community health nursing

practice) merupakan sistem teori keperawatan dan teori masyarakat

utuk promosi, pemeliharaan dan perawatan kesehatan populasi melalui

pemberian pelayanan keperawatan pada individu, keluarga dan

kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan komunitas.

Menurut Stanhope & Lanscaster, 2004 (dalam Akbar, 2019).

1.2.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

Tujuan dan fungsi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut

(Elizabeth, 2007) :

1. Tujuan Keperawatan Komunitas


Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk

pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-

upaya sebagai berikut :

a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap

individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks

komunitas.

b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat

(health general community) dengan mempertimbangkan

permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat

memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok. Selanjutnya,

secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami

2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan

masalah tersebut

3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan

4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi

5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang

mereka hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan

kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri

(self care).

2. Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan

ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam

memecahkan masalah klien.

b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal

sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.

c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan

pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien

serta melibatkan peran serta masyarakat.

d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan

dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga

mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada

akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (IPKKI,

2017).

2.1.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas.

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut

(Elizabeth, 2007) :

1. Proses kelompok (group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya

setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor

pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi,

penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.

Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar

masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering


mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya

penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika

masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak

akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,

maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah

kesehatan melalui proses kelompok.

2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang

dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses

transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula

seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi

adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau

masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan

menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun

WHO yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental

dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun secara

sosial.

3. Kerjasama (Partnership)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman

bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama

sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan


keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di

dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih

cepat.

2.1.4 Area Praktik Kesehatan Komunitas

Menurut Depkes, 2006 (dalam Makhfudli, 2010) Pelayanan

keperawatan kesehatan komunitas dapat diberikan secara langsung pada

semua tatanan pelayanan kesehatan , yaitu :

1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll)

yang mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap

2. Di rumah Perawat “home care” memberikan pelayanan secara

langsung pada keluarga di rumah yang menderita penyakit akut

maupun kronis. Peran home care dapat meningkatkan fungsi

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai resiko

tinggi masalah kesehatan.

3. Di sekolah Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day

care) diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan

Perguruan tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah

melaksanakan program screening kesehatan, mempertahankan

kesehatan, dan pendidikan kesehatan

4. Di tempat kerja/industri Perawat dapat melakukan kegiatan

perawatan langsung dengan kasus kesakitan/kecelakaan minimal di

tempat kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik dll. Melakukan

pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja,


nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan

perokok serta pengawasan makanan.

5. Di barak-barak penampungan Perawat memberikan tindakan

perawatan langsung terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan

kecacatan fisik ganda, dan mental.

6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan dalam

puskesmas keliling diberikan kepada individu, kelompok

masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan

yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan,

perawatan kasus penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan

kasus penyakit.

7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak,

panti wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan)

atau lembaga pemasyarakatan (Lapas).

8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi

a) Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak,

lansia mendapat perlakukan kekerasan

b) Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa

c) Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan

obat

d) Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok

lansia, gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita

HIV (ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan WTS


Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas

adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,

membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat

untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat

sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.

2.1.5 Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran dalam keperawatan komunitas menurut Depkes, 2006

(dalam Makhfudli, 2010), yaitu :

1. Sasaran individu

Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko

tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta,

Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita

penyakit degeneratif.

2. Sasaran keluarga

Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap

masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk

group), dengan prioritas :

a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan

kesehatan (Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai

kartu sehat.

b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan mempunyai masalah kesehatan terkait dengan

pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi,


penyakit menular.

c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah

kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan.

3. Sasaran kelompok

Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang

rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat

maupun tidak terikat dalam suatu institusi.

a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi

antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil,

Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu,

kelompok pekerja informal.

b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi,

antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut,

rumah tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).

4. Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai

risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan

pada :

a. Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang

mempunyai :

1) Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah

lain.

2) Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan


daerah lain.

3) Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain

b. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,

demam berdarah, dll).

c. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau

akibat lainnya.

d. Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain

daerah terpencil, daerah perbatasan.

e. Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit

seperti daerah transmigrasi.

2.1.6 Bentuk-Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat

Bentuk-bentuk pendekatan dan partisipasi masyarakat yaitu sebagai

berikut :

1. Posyandu

Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan

posyandu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan

dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan

Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai

wahana kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat

kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti :

a. Kesehatan ibu dan anak

b. KB

c. Imunisasi
d. Peningkatan gizi

e. Penanggulangan diare

f. Sanitasi dasar

g. Penyediaan obat esensial [ CITATION Sut03 \l 1033 ]

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal

ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi

masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat

memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama.

Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun

keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh

karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu.

Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu

untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan

status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan

untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang

upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta

kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader,

manajemen dan fungsi posyandu (Agus, 2003).

Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk :

a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan

IMR

c. Mempercepat penerimaan NKKBS


d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang

peningkatan kemampuan hidup sehat

e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada

penduduk berdasarkan letak geografi

f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam

rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan

masyarakat.

Menurut (Nasrul, 2000) dalam [ CITATION Sut03 \l 1057 ], untuk

menjalankan kegiatan Posyandu dilakukan dengan sistem 5 meja,

yaitu:

1. Meja I

a. Pendaftaran

b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS

(Pasangan Usia Subur)

2. Meja II

Penimbangan Balita dan ibu hamil

3. Meja III

Pengisian KMS

4. Meja IV

a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan

resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB

b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan,

Kondom

5. Meja V

a. Pemberian iminisasi

b. Pemeriksaan Kehamilan

c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.

Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :

1) Kesehatan ibu dan anak :

a. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)

b. Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A

pada bulan Februarii dan Agustus)

c. PMT

d. Imunisasi.

e. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau

kesehatan balita melalui pertambahan berat badan

setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui

grafik pada kartu KMS setiap bulan.

2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.

3) Pemberian Oralit dan pengobatan.

4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi

sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui


meja IV dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil.

Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.

Untuk meja I sampai meja IV dilaksanakan oleh kader

kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas

kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, juru imunisasi. Tetapi

dilapangan yang kita temukan dari meja 1 sampai meja 5

dilakukan oleh semua perawat puskesmas, hanya di beberapa

posyandu yang kader kesehatannya berperan aktif. Pendidikan

dan pelatihan kader selama ini hanya sebatas wacana saja di

masyarakat. Kader seharusnya lebih aktif berpatisipasi dalam

kegiatan Posyandu. Keadaan seperti ini masih perlu perhatian

khusus untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2.1.7 Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas

Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang

bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang

mendekati kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan

pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik (Sumijatun, 2006).

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model

Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan

model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang

ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat

garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun


resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Wahid & Chayatin,

2007).

Menurut (Sumijatun, 2006) teori Neuman berpijak pada

metaparadigma keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien,

lingkungan, kesehatan dan keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang

empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan komunitas adalah:

1. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari

keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari

variabel yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural,

perkembangan dan spiritual

2. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau

pengaruh-pengaruh dari sekitar atau sistem klien

3. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan

kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai

dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Model ini menganalisi interaksi antara empat variabel yang

menunjang keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis,

aspek psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual.

Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko,

cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis

pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan

dalam delapan tahapan, yaitu:

a. Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social


b. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung

harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya,

dan lain-lain)

c. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang

mampu secara social, baik ekonomi maupun interaksi social

dengan masyarakat

d. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa

alasan

e. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan

diukur

f. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada

menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam

kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia

tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain

g. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi

mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu

dalam penyembuhan sakit medisnya

h. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis

dan sosial.

2.2 KONSEP PENGORGANISASIAN KOMUNITAS

2.2.1 Pengertian Pengorganisasian Komunitas.

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang,

alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa


sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu

kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan. Fungsi pengorganisasian

merupakan proses mencapai tujuan dengan koordinasi kegiatan dan

usaha, melalui penataan pola struktur, tugas, otoritas, tenaga kerja dan

komunikasi (Siagiani, 1983 dalam Juniati).

Pengorganisasian komunitas adalah suatu proses yang terjadi di

masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhan, menentukan prioritas

dari kebutuhan tersebut, serta berusaha memenuhi kebutuhan tersebut

dengan cara bergotong-royong.

Menurut (S. Notoatmodjo, 1997) Pengorganisasian masyarakat

adalah suatu proses dimana msyarakat dapat mengidentifikasikan

kebutuhan – kebutuhannya dan menentukan prioritas dari kebutuhan –

kebutuhan tersebut, dan mengembangkan keyakinan untuk berusaha

memenuhi kebutuhan – kebutuhan sesuai dengan skala prioritas

berdasarkan sumber – sumber yang ada dimasyarakat sendiri maupun

yang berasal dari luar, dengan usaha secara gotong royong. [ CITATION
MAK10 \l 1057 ]

2.2.2 Tujuan dan Sasaran Pengorganisasian Komunitas

Tujuan utama dari pengorganisasian komunitas dan adanya model

kemitraan dalam masyarakat adalah meningkatnya jumlah dan mutu

kegiatan masyarakat di bidang kesehatan yang secara operasional dapat

dijabarkan sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan pemimim (tokoh masyarakat) dalam

merintis dan menggerakkan upaya kesehatan di masyarakat.


2. Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam

menyelenggarakan upaya kesehatan.

3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah

kesehatan secara mandiri.

4. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenali,

menghimpun, dan mengelola dana atau sarana masyarakat untuk

upaya kesehatan.

Tujuan pengorganisasian masyarakat adalah mewujudkan suatu

perubahan sosial yang transformatif dengan berangkat dari apa yang

dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. Untuk itu perlu dilakukan

identifikasi sumber daya dan infrastruktur yang ada serta menyusun

sasaran agar penyelesaian masalah atau pencapaian tujuan bisa dicapai.

Menurut (Hartini, 2003) tahapan pengorganisasian masyarakat

adalah sebagai berikut :

a) Melebur bersama masyarakat dengan membangun kontak person,

menjalin pertemanan, terlibat sebagai pendengar, terlibat aktif

dalam diskusi dan ikut bekerja sama.

b) Melakukan penyelidikan sosial dengan melakukan analisa sosial

baik makro maupun mikro (untuk mengidentifikasi faktor-faktor

sistemik dalam masyarakat yang secara konsisten mengakibatkan

marjinalisasi kelompok-kelompok tertentu dari akses terhadap

sumber daya dan manfaat) dan melakukan pendokumentasian.


c) Merancang kegiatan awal dengan merumuskan isu bersama,

musyawarah, mengidentifikasi masalah, dan potensi secara

bersama.

d) Melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan kesepakatan

musyawarah.

e) Membentuk organisasi rakyat.

Sasaran peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan

kesehatan adalah sebagai berikut.

1. Individu yang berpengaruh atau tokoh masyarakat, baik formal

maupun nonformal.

2. Keluarga.

3. Kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus kesehatan seperti

anak sekolah, ibu hamil, lansia, dan lain-lain.

4. Organisasi masyarakat yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat menyelenggarakan upaya kesehatan seperti

organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya.

5. Masyarakat umum di desa (kelurahan), kota, dan pemukiman

khusus.

2.2.3 Pengembangan dan pengorganisasian komunitas

1) Pengembangan komunitas

Pengembangan komunitas adalah suatu usaha yang

menyadarkan dan menanamkan pengertian kepada masyarakat agar

dapat menggunakan semua potensi yang dimilki untuk mencapai


kesejahteraan yang lebih baik atau pengembangan kesehatan

masyarakat (community health development) sebagai pendekatan

dalam pengorganisasian masyarakat yang mengombinasikan

konsep, tujuan, serta proses kesehatan masyarakat dan

pembangunan msayarakat. Dalam pengembangan kesehatan

masyarakat, perawat komunitas mengidentifikasikan kebutuhan

masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan kemudian

mengembangkan, mendekatkan, dan mengevalusai tujuan-tujuan

pembangunan kesehatan melalui kemitraan dengan profesi lain

yang terkait (Nies & McEwan, 2001).

Ciri-ciri pengembangan komunitas adalah :

a. Langkah berantai, satu langkah mendahului langkah yang lain.

b. Intensitas setiap langkah bisa berbeda, tergantung pada situasi

dan kondisi yang ada di daerah atau masyarakat tersebut.

c. Tiap langkah mempunyai dasar rasional.

d. Mempunyai tujuan – tujuan proses belajar.

e. Secara kumulatif akan menghasilkan perubahan yang

diharapkan.

f. Hakekatnya merupakan rangkaian yang mencerminkan

lingkaran pemecahan masalah dan proses perubahan.

Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pengembangan

komunitas antara lain sebagai berikut :


a) Ciptakan kondisi agar masyarakat dapat mengenal dan

memanfaatkan potensi yang ada.

b) Tingkatkan mutu potensi yang ada.

c) Pertahankan dan tingkatkan kegiatan-kegiatan yang sudah

ada.

d) Tingkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan

potensi yang ada.

2) Pengorganisasian Masyarakat

Tiga aspek yang ada dalam pengorganisasian masyarakat

adalah sebagai berikut :

a. Proses

Pengorganisasian masyarakat merupakan proses yang terjadi

secara sadar tetapi mungkin pula merupakan proses yang idak

disadari oleh masyarakat.

b. Masyarakat

Bisa diartikan sebagai suatu kelompok besar yang mempunyai

batas-batas geografis, bisa pula diartikan sebagai suatu

kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama dan

berada dalam kelompok yang besar tadi.

c. Berfungsinya masyarakat  (functional community)

1. Menarik orang-orang yang inisiatif dan dapat bekerja.

2. Membuat rencana kerja yang dapat diterima dan

dilaksanakan oleh seluruh masyarakat.


3. Melakukan usaha-usaha atau kampanye untuk mencapai

rencana tersebut.

Dalam suatu masyarakat, bagaimanapun sederhananya, selalu

ada suatu mekanisme untuk bereaksi terhada stimulus.

Mekanisme ini disebut mekanisme pemecahan masalah atau

proses pemecahan masalah. Mengembangkan dan membina

partisipasi masyarakat bukanlah hal pekerjaan mudah serta

memerlukan strategi pendekatan tertentu. Kenyataan

dimasyarakat menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat trejadi

karena alasan diantaranya sebagai berikut :

1. Tingkat partisipasi masyarakat karena paksaan.

2. Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan.

3. Tingkat partisipasi masyarakat karena identifkasi atau ingin

meniru.

4. Tingkat partisipasi masyarakat karena kesdaran.

5. Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak

asasi dan tanggung jawab.

Peran perawat komunitas yang paling utama adalah

mengondisikan partisipasi masyarakat karena kesadaran

masyarakat itu sendiri sehingga diharapkan tercapai tingkat

kemandirian yang lebih bertahan lama.

2.2.4 Perencanaan dan Pengorganisasian Masyarakat


Dilihat dari segi perencanaannya, terdapat dua bentuk

pengorganisasian masyarakat, yaitu sebagi berikut :

1. Bentuk langsung (direct), langkah-langkahnya adalah :

a. Identifikasi masalah atau kebutuhan;

b. Perumusan maslah;

c. Penggunaan nilai-nilai sosial yang sama dalam

mengekspresikan hal-hal tersebut.

2. Bentuk tidak langsung (indirect)

Disini harus ada orang-orang yang benar-benar yakin akan

adanya kebutuhan atau masalah yang jika diambil tindakan untuk

mengatasinya maka akan timbul manfaat bagi masyarakat. Hal ini

dapat berupa badan perencanaan yang mempunyai dua fungsi,

yaitu:

a. Untuk menampung apa yang direncakan secara tidak formal

oleh para petugas.

b. Mempunyai efek samping terhadap mereka yang belum

termotivasi dalam kegiatan ini.

2.2.5 Pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat

1. Spesific content objective approach

Seseorang atau badan/lembaga yang telah merasakan

adanya kepentingan bagi masyarakat dapat mengajukan suatu

program untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan. Hal ini


bisa dilakukan oleh yayasan, lembaga swadaya masyarakat, atau

atas nama perorangan.

2. General content objective approach

Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengoordinasi

berbagai usaha dalam wadah tertentu. Kegiatan ini dapat

dilakukan baik oleh pemerintah maupun organisasi

nonpemerintah (nongoverment organization).

3. Process organization approach

Penggunaannya berasal dari prakarsa masyarakat, timbul

kerjasama dari anggota masyarakat untuk akhirnya masyarakat

sendiri mengembangkan kemampuannnya sesuai dengan

kapasitas mereka dalam melakukan usaha mengatasi masalah.

Salah satu contohnya adalah kelompok kerja kesehatan

(pokjakes) yang dibentuk dengan prinsip dari, oleh, dan untuk

masyarakat.

(Murray, 2003) membagi peranan tugas dalam beberapa jenis,

antara alain sebagai pembimbing (guide), enabler, dan ahli (expert),

sebagai pembimbing, petugas berperan membantu masyarakat

mencari jalan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan oleh

masyarakat sendiri dengan cara yang efektif. Tetepi pilihan cara

dan penentuan tujuan dilakukan sendiri oleh masyarakat bukan oleh

petugas. Sebagai enabler, petugas berperan memunculkan dan

mengarahkan keresahan yang ada dalam masyarakat untuk


diperbaiki. Sebagai ahli, menjadi tugasnya untuk memberikan

keterangan dalam bidang-bidang yang dikuasainya.

1. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh perawat kesehatan

komunitas dalam pengorganisasian masyarakat :

a. Memahami konsep komunitas dan mampu menerapkan

prinsip negosiasi, kemitraan, dan pemberdayaan di

masyarakat.

b. Memahami konsep proses keperwatan kesehatan komunitas.

c. Mampu mendekati masyarakat, mendapatkan kepercayaan

mereka, mengajaknya untuk kerja sama, serta membangun

rasa saling percaya antara perawatan dan masyarakat.

d. Mengetahui dengan baik sumber-sumber daya maupun

sumber-sumber alam yang ada di masyarakat dan juga -

Mengetahui dinas-dinas dan tenaga ahli yang dapat dihubungi

jika memerlukan bantuan.

e. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, dengan

menggunakan metode dan teknik khusus sedemikian rupa

sehingga informasi dapat dipindahkan, dimengerti, dan

diamalkan oleh masyarakat.

f. Mempunyai kemampuan profesional tertentu untuk

berhubungan dengan masyarakat melalui kelompok-

kelompok tertentu.
g. Mengetahui kemampuan tentang masyarakat dan keadaan

lingkungannya.

h. Mengetahui pengetahuan dasar mengenai keterampilan

(skills) tertentu yang dapat segera diajarkan kepada

masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

secara menyeluruh.

i. Mengetahui keterbatasan pengetahuannya sendiri

2. Tokoh masyarakat dan katalis dalam pengorganisasian

komunitas

a. Tokoh masyarakat dalam pengorganisasian masyarakat

Dalam masyarakat, biasanya terdapat orang tertentu yang

menjadi tempat bertanya dan meminta nasehat anggota

masyarakat lainnya mengenai urusan-urusan tertentu. Mereka

ini sering kali memiliki kemampuan mempengaruhi orang

lain untuk bertindak dengan cara-cara tertentu. Pengaruh

perubahan yang dimiliki tokoh masyarakat bisa secara formal

(bupati, camat, lurah, BPD, dan lainnya) maupun nonformal

(kyai, ulama, kader, dan lainnya). Pengaruh formal terjadi

jika pengaruh tersebut tumbuh karena ditunjang oleh

kekuatan atau birokrasi formal. Sedangkan, pengaruh

nonformal diperoleh bukan karena jabatan resminya tetpai

karena kemampuan dan hubungan antar pribadi mereka

dengan anggota masyarakat. Orang-orang yang memiliki


kemampuan untuk mempengaruhi orang lain seperti itu

disebut tokoh masyarakat.

Para tokoh masyarakat ini memainkan peranan penting

dalam proses penyebaran inovasi. Tetapi perlu kita ingat ada

tokoh masyarakat yang aktif dan pasif terhadap inovasi.

Mereka dapat emepercepat difusi dan bisa juga melakukan

sebaliknya. Oleh karena itu, perawat komunitas harus

menaruh perhatian khusus pada tokoh masyarakat pada

sistem sosial yang menjadi binaannya. Mengenali dan

melibatkan tokoh masyarakat setempat adalah penting dalam

pembangunan kesehatan yang berorientasi pada

pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan. Beberapa

teknik untuk mengetahui atau mengenal serta menentukan

siapa yang menjadi pemuka atau tokoh masyarakat adalah

sebagai berikut :

1. Teknik sosiometri

Teknik ini dilkaukan dengan cara menanyakan

anggota masyarakat kepada siapa mereka meminta nasehat

atau mencari informasi mengenai masalah-masalah

kemasyarakatan yang mereka hadapi. Pemimpin adalah

mereka yang banyak disebut para responden. Teknik

sosiometri ini adalah alat ukur yang paling valid untuk

menentukan individu yang diannggap pemimpin oleh


masyarakatnya. Kelemahan teknik ini adalah sulit

dilakukan jika sistem sosial yang digunakan memiliki

populasi besar.

2. Teknik informsi rating

Teknik ini merupakan teknik fokus dengan

menanyakan langsung kepada narasumber di masyarakat

yang dianggap mengenal dengan baik situasi sistem sosial.

Para narasumber ini ditanya, siapakan menurut

pendapatnya yang diannggap pemimpin dan siapa yang

oleh pendapat umum dipandang pemimpin masyarakat.

Dalam menggunakan teknik ini kita harus dapat

mengidentifikasi para narasumber yang betul-betul

mengenal masyarakat yang dimaksud.

b. Katalis dalam pengorganisasian masyarakat

Dalam hal ini, katalis dapat diartikan sebagai seseorang

atau sesuatu yang mendorong adanya perubahan. Katalis

dapat mengarahakan adanya dialog yang efektif dalam

komunitas, memfasilitasi tindakan kolektif, dan memecahkan

masalah umum yang terjadi. Enam jenis katalis di antaranya

sebagai berikut :

1. Stimulus Internal
Stimulus dari dalam komunitas dapat terjadi jika

masyarakat sadar akan masalah kesehatan yang ada di

wilayahnya. Contohnya, meningkatnya jumlah unggas

yang terkena flu burung di wilayahnya secara otomatis

akan menyadarkan komunitas akan pentingnya dialog

untuk memecahkan maslah tersebut.

2. Agen perubahan

Seorang perawat komunitas dituntut berperan

sebagai agen perubahan (change agent) di dalam

komunitas. Perawat komunitas harus menyadarkan

masyarakat akan masalah-maslah kesehatan yang

memerlukan perubahan sosial.

3. Inovasi

Perawat komunitas juga dituntut untuk selalu berfikir

kreatif dan menciptakan pembaharauan-pembaharuan

dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan yang ada

dikomunitas.

4. Kebijakan

Kebijakan yang dibuat pemerintah seharusnya dapat

menstimulasi komunitas untuk bertindak, seperti gerakan

massal pemberantasan demam berdarah dengan kewajiban

melakukan 3M di rumah masing-masing.

5. Ketersediaan teknologi
Perkembangan teknologi terkini khususnya teknologi

kesehatan seyogyanya selalu diikuti oleh perawat

komunitas. Hal ini akan memudahkan pekerjaan perawat

komunitas ketika bersinggungan dengan masyarakat.

Sebagai contoh, adanya metode kontrrasepsi nonhormonal

akan menstimulasi komunitas untuk mempertimbangkan

ulang penggunaan kontrasepsi hormonal yang lebih

beresiko.

6. Media massa

Media massa berfungsi untuk mengubah opini

publik yang dirancang untuk mengubah perilaku individu

atau kelompok agar dapat mengadopsi hal-hal baru yang

disampaikan oleh perawat komunitas.

2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara

lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis

sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik

individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada

fisiologis, psikologis, sosial elkonomi, maupun spiritual dapat

ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu :

pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau

penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah

(Mubarak, 2005).
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi:

1. Data Inti

a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan

informal di komunitas dan studi dokumentasi sejarah

komunitas tersebut. Uraikan termasuk data umum mengenai

lokasi daerah binaan (yang dijadikan praktek keperawatan

komunitas), luas wilayah, iklim, tipe komunitas (masyarakat

rural atau urban), keadaan demografi, struktur politik,

distribusi kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.

b) Data Demografi

Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin,

status perkawinan, ras atau suku, bahasa, tingkat pendapatan,

pendidikan, pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.

c) Vital Statistik

Jabarkan atau uraikan data tentang: angka kematian kasar

atau CDR, penyebab kematian, angka pertambahan anggota,

angka kelahiran.

2. Status Kesehatan Komunitas

Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital

statistik antara lain: dari angka mortalitas, morbiditas, IMR,


MMR, cakupan imunisasi. Selanjutnya status kesehatan

komunitas kelompokkan berdasarkan kelompok umur : bayi,

balita, usia sekolah, remaja dan lansia. Pada kelompok khusus di

masyarakat: ibu hamil, pekerja industry, kelompok penyakit

kronis, penyakit menular. Adapaun pengkajian selanjutnya

dijabarkan sebagaimana dibawah ini :

A. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas

B. Tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu

tubuh.

C. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) :

1. ISPA

2. Penyakit asma

3. TBC paru

4. Penyakit kulit

5. Penyakit mata

6. Penyakit rheumatic

7. Penyakit jantung

8. Penyakit gangguan jiwa

9. Kelumpuhan

10. Penyakit menahun lainnya

D. Riwayat penyakit keluarga

E. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari :

1. Pola pemenuhan nutrisi


2. Pola pemenuhan cairan elektrolit

3. Pola istirahat tidur

4. Pola eliminasi

5. Pola aktivitas gerak

6. Pola pemenuhan kebersihan diri

F. Status psikososial

G. Status pertumbuhan dan perkembangan

H. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan

I. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan

J. Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum

kopi yang berlebihan, mengkonsumsi alkohol, penggunaan

obat tanpa resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola

konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.

3. Data lingkungan fisik

a. Pemukiman

1) Luas bangunan

2) Bentuk bangunan : rumah, petak, asrama, pavilion

3) Jenis bangunan : permanen, semi permanen, non

permanen

4) Atap rumah : genteng, seng, kayu, asbes

5) Dinding : tembok, kayu, bambu

6) Lantai : semen, keramik, tanah

7) Ventilasi : ± 15 – 20% dari luas lantai


8) Pencahayaan : kurang, baik

9) Penerangan : kurang, baik

10) Kebersihan : kurang, baik

11) Pengaturan ruangan dan perabot : kurang, baik

12) Kelengkapan alat rumah tangga : kurang, baik

b. Sanitasi

1) Penyediaan air bersih (MCK)

2) Penyediaan air minum

3) Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa

jumlahnya dan bagaimana jarak dengan sumber air

4) Sarana pembuangan air limbah (SPAL)

5) Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan

sampah, bagaimana cara pengelolaannya : dibakar,

ditimbun, atau cara lainnya

6) Polusi udara, air, tanah, atau suaran/kebisingan

7) Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industry

c. Fasilitas

1) Peternakan, pertanian, perikanan dan lain – lain

2) Pekarangan

3) Sarana olahraga

4) Taman, lapangan

5) Ruang pertemuan

6) Sarana hiburan
7) Sarana ibadah

d. Batas – batas wilayah

Sebelah utara, barat, timur dan selatan

e. Kondisi geografis

f. Pelayanan kesehatan dan sosial

1) Pelayanan kesehatan

a. Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dari

kader)

b. Jumlah kunjungan

c. Sistem rujukan

2) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan)

a. Lokasi

b. Kepemilikan

c. Kecukupan

3) Ekonomi

a. Jenis pekerjaan

b. Jumlah penghasilan rata – rata tiap bulan

c. Jumlah pengeluaran rata – rata tiap bulan

d. Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga

dan lanjut usia

4) Keamanan dan transportasi

a. Keamanan

(1) System keamanan lingkungan


(2) Penanggulangan kebakaran

(3) Penanggulangan bencana

(4) Penanggulangan polusi, udara dan air tanah

b. Transportasi

(1) Kondisi jalan

(2) Jenis transportasi yang dimiliki

(3) Sarana transportasi yang ada

5) Politik dan pemerintahan

a. Sistem pengorganisasian

b. Struktur organisasi

c. Kelompok organisasi dalam komunitas

d. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan

6) Sistem komunikasi

a. Sarana umum komunikasi

b. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam

komunitas

c. Cara penyebaran informasi

7) Pendidikan

a. Tingkat pendidikan komunitas

b. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non

formal).

(1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas

(2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia


c. Jenis bahasa yang digunakan.

8) Rekreasi

a. Kebiasaan rekreasi

b. Fasilitas tempat rekreasi

4. Jenis Data

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan

obyektif.

1) Data subyektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang

dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas,

yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.

2) Data obyektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,

pengamatan dan pengukuran.

5. Sumber Data

1) Data primer

Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini

mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari

individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan

hasil pemeriksaan atau pengkajian.

2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,

misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau

medical record (Mubarak, 2005). Pengkajian ini merupakan

hasil modifikasi dari beberapa teori sebelumnya tentang

pengkajian komunitas

6. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh

informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat

sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk

mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,

psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan

yang mempengaruhi (Mubarak, 2005).

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara atau anamnesa

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik

yang berbentuk tanya jawab antara perawat dengan

pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang

berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara

harus dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan

bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien

atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara

atau anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan

(Mubarak, 2005).
b. Pengamatan

Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan

meliputi aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam

rangka menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan

dilakukan dengan menggunakan panca indera dan

hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan

(Mubarak, 2005).

c. Pemeriksaan fisik

Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya

asuhan keperawatan yang diberikan adalah asuhan

keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang

dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosa

keperawatan dengan cara Inspeksi, Perkusi, Auskultasi

dan Palpasi (Mubarak, 2005).

7. Pengolahan data

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan

data dengan cara sebagai berikut :

a. Klasifikasi data atau kategori data

b. Penghitungan prosentase cakupan

c. Tabulasi data

d. Interpretasi data
1. Analisis data

Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data

dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang

dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau

masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah

kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005). Tujuan

analisis data :

a. Menetapkan kebutuhan community

b. Menetapkan kekuatan

c. Mengidentifikasi pola respon community

d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan

pelayanan kesehatan

2. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan

dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus

dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun

demikian masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi

sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah

(Mubarak, 2005).

3. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat

dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor

sebagai kriteria diantaranya adalah (Mubarak, 2005):

1) Perhatian masyarakat

2) Prevalensi kejadian

3) Berat ringannya masalah

4) Kemungkinan masalah untuk diatasi

5) Tersedianya sumberdaya masyarakat

6) Aspek politis

Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas menurut

format Mueke (1988) mempunyai kriteria penapisan, antara lain:

a) Sesuai dengan peran perawat komunitas

b) Jumlah yang beresiko

c) Besarnya resiko

d) Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan

e) Minat masyarakat

f) Kemungkinan untuk diatasi

g) Sesuai dengan program pemerintah

h) Sumber daya tempat

i) Sumber daya waktu

j) Sumber daya dana

k) Sumber daya peralatan

l) Sumber daya manusia.


2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah

kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah

masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah

potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa

keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang

status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan

keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan

berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan

memberi gambaran masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang

nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (Mubarak, 2009). Diagnosis

keperawatan mengandung komponen utama yaitu :

a. Problem atau masalah : problem merupakan kesenjangan atau

penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.

b. Etiologi atau penyebab : menunjukkan penyebab masalah kesehatan

atau keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi

keperawatan, yang meliputi :

a. Perilaku individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

b. Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social

c. Interaksi perilaku dan lingkungan

c. Symptom atau gejala :

a. Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnose

b. Serangkaian petunjuk timbulnya masalah


Perumusan diagnosis keperawatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

1) Dengan rumus PES

Rumus : DK = P + E + S

DK : Diagnosis keperawatan

P : Problem atau masalah

E : Etiologi

S : Symptom atau gejala

2) Dengan rumus PE

Rumus : DK = P + E

DK : Diagnosis keperawatan

P : Problem atau masalah

E : Etiologi

Jadi, menegakkan diagnosis keperawatan minimal harus mengandung 2

komponen tersebut diatas, disamping mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut :

a) Kemampuan masyarakat untuk menanggulangi masalah

b) Sumber daya yang tersedia dari masyarakat

c) Partisipasi dan peran serta masyarakat

Sedangkan diagnosis keperawatan komunitas menurut Mueke, 1984

terdiri dari :

(1) Masalah Sehat Sakit

(2) Karakteristik populasi

(3) Karakteristik lingkungan (epidemiologi triangle)


2.3.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui

dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009). Jadi perencanaan asuhan

keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang

disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan

keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai

pencapaian tujuan (Mubarak, 2009).

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat

antara lain sebagai berikut:

1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan

2. Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan

3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan

melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini

4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia

5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan

yang sangat dirasakan masyarakat

6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai

7. Tindakan harus bersifat realistis

8. Disusun secara berurutan

2.3.4 Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan

keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan

anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak

Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2009).

Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi

pada keperawatan komunitas adalah:

1. Inovative

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan

mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ)

(Mubarak, 2009).

2. Integrated

Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan

sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2009).

3. Rasional

Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan

harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya

rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2009).

4. Mampu dan mandiri


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan

dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta

kompeten (Mubarak, 2009).

5. Ugem

Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas

kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan

keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan

implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan

komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in

community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2009).

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan

antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan

keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara

tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari

dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan

yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009).

Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian:

a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan

yang telah ditetapkan.

b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian

sampai dengan pelaksanaan.


c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan

selanjutnya apabila masalah belum teratasi.

Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa

evaluasi dilakukan dengan melihat respon komunitas.

Anda mungkin juga menyukai