Anda di halaman 1dari 143

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI


WILAYAH PUSKESMAS PEBAYURAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Medika Suherman Sebagai


Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:
Putri Nurfadilah
010318510

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

i
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2022

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan siap untuk dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Skripsi Program Studi Sarjana Keperawatan Dan Pendidikan Profesi Ners
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN

Cikarang, Agustus 2022

Pembimbing

Ns. Yana Setiawan SKM., S.Kep., M.Kep


NIK. 50160365

Mengetahui

Ketua Program Studi


Sarjana Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners

Ns. Yulidian Nurpratiwi, S.Kep., M.Kep


NIK. 50130347

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi Ini Telah Diperiksa Dan Disahkan Oleh Tim Penguji Ujian Sidang Skripsi
Skripsi Program Studi Sarjana Keperawatan Dan Pendidikan Profesi Ners
Universitas Medika Suherman (UMS) Guna Melengkapi Syarat Syarat Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Cikarang, 31 Agustus 2022

Ketua Penguji

Ns.Aprilina Sartika, S.kep. M.kes


NIK. 50090323

Anggota penguji

Ns.Angga Saeful Rahmat, S.Kep., M.Kep, SP Kep.Kom


NIK. 50100330

Pembimbing

Ns. Yana Setiawan SKM., S.Kep, M.Kep


NIK. 50160365

iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Putri Nurfadilah


Tempat/ Tanggal Lahir : Bekasi, 03 Juni 2000
Program Studi : Sarjana Keperawatan Dan Profesi Ners
Alamat : Kp. Pulopipisan RT 002 RW 002 Kec. Pebayuran,
Kab. Bekasi 14770
Nomor : Telpon : +62 851-5751-2533
Alamat Email : Putrinf338@gmail.com
Dengan ini menyatakan dengan sesugguhnya bahwa Skripsi saya yang
berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Puskesmas Pebayuran” Bebas dari
plagiarisme dan bukan hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari
diketemukan seluruh atau sebagian Skripsi penelitian dan skripsi dari hasil-hasil
penelitian tersebut terdapat indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar tanpa unsur
paksaan dari siapapun.

Cikarang, 2022

Pembimbing Yang membuat pernyataan,

Ns. Yana Setiawan, SKM., S.Kep., M.Kep Putri Nurfadilah

NIK : 50160365

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Personal Data
Nama : Putri Nurfadilah
Tempat/ Tanggal Lahir : BEKASI, 03 Juni 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kp. Pulopipisan RT 002 RW 002
Kec.Pebayuran, Kab. Bekasi
Email : Putrinf338@gmail.com

B. Pendidikan Formal
SDN KarangJaya 01 : Tahun 2006-2012
MTS Hidayatul Mubtadiin : Tahun 2012-2014
SMAN 1 Pebayuran : Tahun 2015-2018
Universitas Medika Suherman : Tahun 2018 – Sekarang

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat,
Hidayah, dan Karunia-Nya penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul
“Farktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Puskesmas Pebayuran”. Tak
lupa kami sampaikan sholawat dan salam peneliti kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.

Adapun penulisan skripsi ini menjadi syarat untuk menyelesaikan studi di


universitas medika suherman (UMS). Berbagai hambatan dan kesulitan yang
muncul dalam penyusunan skripsi ini sampai pada akhirnya dapat terselesaikan.
Selama penyusunan skripsi ini penulis sangat banyak mendapatkan dukungan,
bantuan, bimbingan dan motivasi yang sangat berharga dari beberapa pihak. Maka
pada kesempatan ini, dengan senang hati, tulus dan rasa hormat penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. drg. Eddy Suharso, SH., M.Kes, selaku Ketua Yayasan Medika Bahagia.
2. Dr. Triseu Setianingsih, SKM., MKM, selaku Rektor Universitas Medika
Suherman yang telah member kesempatan untuk mengikuti pendidikan sampai
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Amrulloh Ibnu Kholud, S,E., M.M., selaku Ketua Senat dan Ketua LPMI
Universitas Medika Suherman.
4. Ns. Retno Anggraeni Puspita Sari, S.Kep., M.Kes, selaku Wakil Rektor
Bidang Mutu Pendidikan Universitas Media Suherman.
5. Vincet Oktavius, SE, selaku Wakil Rektor II Bidang Human Capital Asset dan
Keuangan Universitas Medika Suherman.
6. Ns. Yana Setiawan, SKM., S.Kep., M.Kep, selaku Wakil Rektor III Bidang
Prestasi dan Kemahasiswaan Universitas Media Suherman. Dan selaku dosen
pembimbing yang bertanggung jawab dalam memberikan pengarahan,
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

vii
7. Ns. Angga Saeful Rahmat, S.Kep., M.Kep, SP Kep.Kom selaku Ketua LPPM
Universitas Medika Suherman. Sebagai selaku penguji II
8. Herlina Simanjuntak, S.ST., M.Keb selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Medika Suherman
9. Ns. Apriliani Sartika, S.Kep., M.Kes selaku Penanggung Jawab Pendidikan
Protesi Ners di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Medika Suherman.
Sebagai selaku penguji I
10. Ns. Yulidian Nurpratiwi, S.Kep., M.Kep, selaku Penanggung Jawab
Akademik Program Studi Sarjana Keperawatan di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Medika Suherman
11. Ns. Beatrix Elizabeth, S.Kep M.Kep, selaku Penanggung Jawab Akademik
Sarjana Keperawatan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Medika
Sauherman
12. Ibu Kastiah. Am. Keb. Sst, selaku ketua posbindu yang telah mengizinkan
saya untuk melakukan penelitian dan mengikuti kegiatan dipuskesmas.
13. Semua dosen pengajar Program S1 Keperawatan beserta staff dan karyawan
Universitas Medika Sherman, yang sudah banyak memberi kesan dan pesan
yang baik bagi penulis.
14. Kedua orang tua penulis yang saya Cintai dan saya Sayangi Alm. Ibu Ipah dan
Bapak Darmansyah serta ketiga saudara penulis Kevin Al Fiansyah selaku
kakak penulis, Hapsah Salsabila, dan Badil Syah Badar selaku adik yang
senantiasa membantu memberikan support melalui doa, perhatian, dorongan
maupun material dan selalu mengingatkan penulis untuk berpacu meraih
kesuksesan.
15. Kepada Keluarga-Keluargaku, Nenekku, Saudaraku, yang membantu
memberikan dukungan,suport melalui doa dalam mengerjakan skripsi ini.
16. Kepada Bapak Sufyan Bintoro, dan Ibu Neneng Nurwiyah (Bunda) selaku
orangtua dari Bayu Adi Prasetyo yang saya sayangi yang selalu memberi
dukungan, support melalui doa, perhatian, dalam menyelesaikan tugas Skripsi
ini

viii
17. Kepada sahabat penulis Sulistya Salbiah, Ratu Najla Shopandi dan Ulfa
Dwiyanti yang senantiasa selalu memberikan bantuan, dukungan, saran dan
semangatnya untuk menyelesaikan tugas Skripsi ini.
18. Teman-teman Program Studi Sarjana Keperawatan angkatan 2018 yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.
19. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pihak yang membaca laporan ini.

Cikarang, Agustus 2022

Penulis

Putri Nurfadilah

ix
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN
PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN 2022
Nama : Putri Nurfadilah
NIM : 010318510
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI
WILAYAH PUSKESMAS PEBAYURAN

ABSTRAK

Latar Belakang : Orang dengan diabetes mellitus mengalami banyak perubahan


yang mengubah hidup, yang perlu mereka lakukan sepanjang hidup mereka,
seperti perubahan pola makan, olahraga, dan kontrol gula darah. Karena
perubahan hidup yang tiba-tiba, penderita diabetes mengalami beberapa reaksi
psikologis negatif terhadap penjelasan ini, seperti kemarahan, ketidakberdayaan,
kurangnya dukungan keluarga, peningkatan kecemasan, dan depresi. Tujuan :
Oleh karena itu perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Faktor – faktor apa Saja yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Pebayuran. Metode :
penelitian ini menggunakan kuantitatif, dan jenis penelitian ini merupakan
penelitian observasional analitik dengan desain Cross Sectional. jumlah sample
yaitu sebanyak 67 responden yang diambil menggunakan teknik total sampling.
Data yang digunakan yaitu data Primer berupa wawancara serta responden
diminta untuk mengisi kuesioner dan data Skunder yaitu gambaran jumlah
penderita Diabetes Mellitus yang didapatkan data dari bulan Januari s/d April
2022 di Puskesmas Pebayuran. Adapun analisis yang digunakan pada penelitian
ini yaitu Uji chi-square. Hasil : penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara lama menderita ρ-value (0,000), komplikasi ρ-value
(0,044), dan dukungan keluarga ρ-value (0,004) dengan tingkat kecemasan.
Kesimpulan : Diharapkan agar penderita diabetes mellitus lebih semangat dalam
menjalani hidup sehat agar tidak mengalami kecemasan dan diharapkan bagi
keluarga serta petugas kesehatan bekerjasama dan berperan dalam pengobatan
penderita dabetes mellitus.

Kata Kunci: Tingkat kecemasan; diabetes mellitus tipe 2

x
NURSING AND EDUCATION GRADUATE STUDY PROGRAM
NERS PROFESSION FACULTY OF HEALTH SCIENCES
SUHERMAN MEDICA UNIVERSITY 2022
Name : Putri Nurfadilah
ID : 010318510
FACTORS RELATED TO ANXIETY LEVEL IN TYPE II DIABETES
MELLITUS PATIENTS IN THE AREA OF PEBAYURAN PUSKESMAS

ABSTRACT
Background : People with diabetes mellitus experience many life-changing
changes that they need to make throughout their lives, such as changes in diet,
exercise, and blood sugar control. Due to sudden life changes, diabetics
experience several negative psychological reactions to this explanation, such as
anger, helplessness, lack of family support, increased anxiety, and depression.
Objective: Therefore, the formulation of the problem in this study is to determine
what factors are related to the level of anxiety in Type 2 Diabetes Mellitus
Patients in the Pebayuran Health Center area. Methods: this study uses
quantitative, and this type of research is an analytical observational study with a
cross sectional design. the number of samples is 67 respondents who were taken
using total sampling technique. The data used are primary data in the form of
interviews and respondents are asked to fill out questionnaires and secondary
data is a description of the number of people with diabetes mellitus who obtained
data from January to April 2022 at the Pebayuran Health Center. The analysis
used in this study is the chi-square test. Results: the study showed that there was a
significant relationship between length of suffering -value (0.000), complications -
value (0.044), and family support -value (0.004) with anxiety levels. Conclusion:
It is expected that people with diabetes mellitus are more enthusiastic in living a
healthy life so as not to experience anxiety and it is hoped that families and health
workers will cooperate and play a role in the treatment of patients with diabetes
mellitus.

Keywords: Level of anxiety; type 2 diabetes mellitus

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i
PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................8
A. Konsep Dasar Diabetes Mellitus.............................................................8
B. Konsep Dasar Kecemasan.....................................................................20
C. Kecemasan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II...........................25
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Penderita DM...........26
E. Komplikasi Penderita DM.....................................................................28
F. Kerangka Teori......................................................................................31
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS..........................................................................................................32
A. Kerangka Konseptual Penelitian............................................................32
B. Definisi Operasional..............................................................................32
C. Hipotesis Penelitian...............................................................................34
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN..........................................................35

xii
A. Jenis Penelitian......................................................................................35
B. Populasi Dan Sampel.............................................................................35
C. Variabel Penelitian.................................................................................36
D. Waktu Dan Lokasi Penelitian................................................................36
E. Prosedur Pengumpulan Data..................................................................37
F. Jenis Data...............................................................................................37
G. Sumber Data..........................................................................................38
H. Instrumen Penelitian..............................................................................38
I. Pengolahan Data....................................................................................41
J. Analisa Data...........................................................................................43
K. Etika Penelitian......................................................................................45
BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................46
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................................46
B. Hasil Analisa Data.................................................................................47
BAB VI PEMBAHASAN....................................................................................56
A. Keterbatasan Peneliti.............................................................................56
B. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................................56
BAB VII KESIMPULAN....................................................................................68
A. Kesimpulan............................................................................................68
B. Saran......................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................70
LAMPIRAN..........................................................................................................74

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional..............................................................................33
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Dukungan Keluarga...........................40
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Tingkat Kecemasan...........................40
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin (n=67).....................48
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia (n=67)......................................48
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Komplikasi (n=67)..........................49
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita (n=67)..................49
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dukungan Keluarga (n=67).............50
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan (n=67).............50
Tabel 5.10 Hubungan Antara Komplikasi Dengan Tingkat Kecemasan Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Pebayuran (n=67)....52
Tabel 5.11 Hubungan Antara Lama Menderita Dengan Tingkat Kecemasan Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Pebayuran (n=67)....53
Tabel 5.12 Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Penderita Diabetes Mellitus Tiper II Di Wilayah Puskesmas Pebayuran
(n=67).....................................................................................................................54

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Kerangka Teori.................................................................................................31
3.2 Kerangka Konseptual Penelitian......................................................................32

xv
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization


IDF : International Diabetes Federation
DM : Diabetes Mellitus
HLA : Human Leococyte Antigen
MODY : Maturity Onset Diabetes
HHNK : Hiperglikemik Hiperosmolat Nonketotik
KAD : Ketoasidosis Diabetik
APA : American Psychological Association

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian..........................................................................75
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Kesbangpol......................................................76
Lampiran 3. Surat Balasan Puskesmas Pebayuran.................................................77
Lampiran 4. Bukti Bimbingan...............................................................................78
Lampiran 5. Surat Permohonan Menjadi Responden............................................82
Lampiran 6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden..........................................83
Lampiran 7. Kuesioner Identitas Responden.........................................................84
Lampiran 8. Kuesioner Dukungan Keluarga Pasien Diabetes Mellitus II.............85
Lampiran 9. Kuesioner Tingkat Kecemasan..........................................................88
Lampiran 10. Dokumentasi....................................................................................90
Lampiran 11. Hasil SPSS.......................................................................................91
Lampiran 12. Rekapitulasi Data..........................................................................111

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang ditargetkan yang terjadi
ketika pankreas tidak memproduksi insulin (hormon yang mengatur darah atau
glukosa) atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dibuatnya. Diabetes merupakan penyakit yang sangat penting bagi
kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu dari empat penyakit tidak
menular prioritas yang menjadi perhatian para pemimpin dunia untuk
dipantau. (Diabetes, n.d.). Diabetes mellitus biasa dianggap menggunakan the
silent killer (karena banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya menyandang
diabetes) lantaran penyakit ini dapat mengenai semua organ dalam tubuh dan
mengakibatkan banyak sekali macam keluhan. Diabetes mellitus bisa
mengakibatkan komplikasi diantaranya gangguan penglihatan, katarak,
penyakit jantung, ginjal, inpotensi seksual, infeksi paru – paru, gangguan
pembuluh darah, stoke dan sebagainya. Salah satu komplikasi lain diabetes
melitus merupakan luka sulit sembuh atau ulkus diabetikum yg rentang infeksi
dan mengakibatkan luka sebagai busuk atau gangreng (Njotomulio &
Pramadi, 2021).
Pada tahun 2011, WHO menetapkan bahwa dari berbagai jenis diabetes
mellitus, diabetes mellitus tipe 2 merupakan tipe yang paling tinggi persentase
penderitanya yaitu sebesar (90–95%). Berdasarkan data International
Diabetes Federation (IDF) 2013, penderita diabetes mellitus tipe 2 sebesar
(80%) berada di negara yang berpenghasilan rendah atau menengah dengan
rentang usia 40–59 tahun (Nurayati & Adriani, 2017).
Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada Tahun 2019
mencatat 537 juta orang dewasa (umur 20–79 tahun) atau 1 dari 10 orang
hidup dengan diabetes di seluruh dunia. termasuk diabetes tipe 1 dan tipe 2,
serta didiagnosis dan diabetes yang tidak terdiagnosis. Angka ini diprediksi
akan meningkat menjadi 643 juta pada 2030 dan 784 juta pada 2045

1
2

(Kementrian kesehatan republik indonesia, 2020). Tahun 2021, diabetes juga


menyebabkan 6,7 juta kematian atau 1 orang setiap 5 detik. Berdasarkan data
tersebut, 4 dari 5 orang mengidap diabetes (81%) orang dewasa dengan
diabetes tinggal di negara berpendapatan rendah dan menengah
(databoks.katadata.co.id).
Indonesia berada di posisi kelima dengan jumlah pengidap diabetes
sebanyak 19,47 juta. Dengan jumlah penduduk sebesar 179,72 juta, ini berarti
prevalensi diabetes di Indonesia sebesar 10,6%. Prevalensi diabetes Mellitus
di Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan prevalensi
diabetes mellitus yang cukup tinggi menempati peringkat 21 dari 36 provinsi.
Pada tahun 2018, prevalensi Diabetes Mellitus mengalami peningkatan
menjadi 1,7% jika dibandingkan tahun 2013 sebesar 1,3% (Kemenkes RI
2018). Pada tahun 2020 di Kabupaten Bekasi persentase penderita Diabetes
Mellitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar berjumlah
22.573 dengan persentase 9.32% serta jumlah penderita yakni sebesar 242.169
(Dinas Kesehatan Kab. Bekasi, 2021). Dan pada tahun 2022 dari bulan januari
s/d bulan april di Wilayah puskesmas Pebayuran didapatkan data penderita
diabetes mellitus yang mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas
pebayuran berjumlah 67 dengan prevelensi 7,12%.
Penderita diabetes mengalami perubahan hidup seperti: Pengaturan pola
makan, olahraga, kadar gula darah, dan lain – lain. Perubahan pada penderita
diabetes menunjukkan reaksi psikologis seperti marah, tidak berguna,
kecemasan meningkat, dan depresi. Oleh karena itu penderita diabetes
mellitus yang mengalami komplikasi maka akan semakin tinggi kecemasan
penderita karena adanya komplikasi tersebut (Ludiana, 2017).
Menurut WHO (2016) jumlah orang yang menderita kecemasan
meningkat hampir 50%, atau 615 juta jiwa. 30% orang dengan gangguan
mental diantaranya disebabkan oleh beban penyakit. WHO memperkirakan
hingga 1 dari 5 orang akan mengalami kecemasan dalam keadaan darurat.
Kecemasan diprediksi oleh WHO menjadi penyebab utama masalah pada
tahun 2020 dan penyakit nomor dua di dunia setelah jantung iskemik. Orang
3

dengan penyakit kronis, termasuk penderita diabetes, cenderung cemas.


Penelitian telah menunjukkan bahwa 48% penderita diabetes khawatir tentang
kondisi mereka. Organisasi Kesehatan Dunia menemukan bahwa 27% pasien
Diabetes Mellitus menderita kecemasan (Gunawan & Rahmawati, 2021).
Timbulnya kecemasan pada pasien Diabetes Mellitus diawali dengan
respon stres yang terus menerus. Respon pertama terhadap respon stres adalah
pelepasan norepinefrin oleh sekresi sistem saraf simpatis, yang meningkatkan
denyut jantung. Kondisi ini meningkatkan kadar gula darah yang merupakan
sumber energi untuk sirkulasi darah. Peningkatan produksi hormon stres dapat
meningkatkan kadar gula darah. Hal ini terkait dengan adanya sistem endokrin
saraf melalui jalur hipotalamus–hipofisis–adrenal (Derek, Rottie, & Kallo,
2017).
Masalah kecemasan pada penderita diabetes adalah masalah yang
sangat kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang berbeda dalam
kehidupan mereka. Siapapun dengan diabetes sering memiliki kekhawatiran
tentang apa pun yang berhubungan dengan penyakit mereka, seperti
kekhawatiran tentang gula darah tinggi atau kekhawatiran tentang komplikasi
diabetes. Penderita diabetes yang datang dengan tingkat depresi dan
kecemasan yang tinggi terkait dengan pengobatan perlu mengambil dan
mengembangkan komplikasi serius dan perlu mengikuti diet atau mengatur
pola makan, memeriksa gula darah mereka, obat-obatan dan olahraga. Selain
itu, risiko komplikasi penyakit yang mungkin dialami pasien juga membuat
pasien khawatir. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Wahyuni dalam.Saqila, 2021) bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara komplikasi Diabetes Mellitus dengan tingkat kecemasan. Yang
menunjukkan bahwa 4,3%, pasien dengan komplikasi mengalami kecemasan
berat dan 3,7% Pasien tanpa komplikasi mengalami kecemasan (Saqila &
Muflihatin, 2021).
Kecemasan adalah sesuatu yang orang diabetes mellitus tidak dapat
dengan mudah mengatasinya. Oleh karena itu, penderita diabetes mellitus
sangat membutuhkan bantuan dari lingkungan sosial, seperti dukungan
4

keluarga. Dukungan keluarga telah diidentifikasi sebagai penentu penting


kepatuhan pengobatan pada orang dengan penyakit kronis. Dukungan
keluarga adalah salah satu indikator terkuat dari dampak positif perawatan diri
bagi penderita diabetes (Hensarling, 2009). Dukungan keluarga dapat
membantu membangun kepercayaan diri dalam kegiatan perawatan diri bagi
penderita diabetes tipe 2, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Tamara (2019). Kondisi ini mencegah berkembangnya stres dan mengurangi
kecemasan pada pasien diabetes tipe 2 (Tamara dalam Mahmudah, 2019).
Faktor lain yang terkait dengan kecemasan adalah lamanya menderita
diabetes. Hal ini menjadi stressor baginya karena berbagai komplikasi seperti
retinopati, nefropati diabetik dan neuropati diabetik dapat terjadi. Semakin
lama seseorang menderita diabetes, semakin besar kecemasannya. Hal ini
karena menurut kami orang yang menderita merasa tidak berdaya dan putus
asa tentang komplikasi yang terjadi, lamanya pengobatan, karena penyakit
yang dideritanya (Khan et al., 2019). Berdasarkan dari hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa lama menderita diabetes berhubungan dengan tingkat
kecemasan pada penderita diabetes melitus tipe 2 (Maulasari, 2017). Adanya
komplikasi menciptakan ketakutan akan penolakan interpersonal yang terkait
dengan dukungan keluarga. Dukungan keluarga membuat orang merasa
dihargai dan diterima, bahkan ketika sakit. Dukungan keluarga yang tidak
memadai pada penderita diabetes tipe 2 meningkatkan risiko mengalami
kecemasan sebesar 2,15 (Mahmuda dalam Yulia, 2019).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada
hari Senin 18 April 2022 – 20 April 2022 di Puskesmas di dapatkan data 15
responden ditemukan 10 responden yang mengalami kecemasan pada
penderita diabetes mellitus tipe II. Orang dengan diabetes mengalami banyak
perubahan yang mengubah hidup yang perlu mereka lakukan sepanjang hidup
mereka, seperti perubahan pola makan, olahraga, dan kontrol gula darah.
Karena perubahan hidup yang tiba – tiba, penderita diabetes mengalami
beberapa reaksi psikologis negatif terhadap penjelasan ini, seperti kemarahan,
ketidakberdayaan, kurangnya dukungan keluarga, peningkatan kecemasan,
5

dan depresi. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Faktor – faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Pebayuran yang meliputi
Dukungan Keluarga, Komplikasi, dan Lama menderita penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa
Kecemasan diprediksi oleh WHO menjadi penyebab utama masalah pada
tahun 2020 dan penyakit nomor dua di dunia setelah jantung iskemik. Orang
dengan penyakit kronis, rentan mengalami kecemasan salah satunya adalah
penderita diabetes. Terdapat 48% penderita diabetes yang mengalami
kecemasan dan khawatir tentang kondisi mereka. Badan Kesehatan Dunia
menemukan bahwa 27% pasien Diabetes Mellitus menderita kecemasan.
Karena orang dengan diabetes mengalami banyak perubahan yang mengubah
hidup, yang perlu mereka lakukan sepanjang hidup mereka, seperti perubahan
pola makan, olahraga, dan kontrol gula darah. Karena perubahan hidup yang
tiba-tiba, penderita diabetes mengalami beberapa reaksi psikologis negatif
terhadap penjelasan ini, seperti kemarahan, ketidakberdayaan, kurangnya
dukungan keluarga, peningkatan kecemasan, dan depresi. Seseorang dengan
tingkat kecemasan bisa mempengaruhi kesehatan, diabetes mellitus akan
menaikan stresor pada seseorang dimana stresor ini bisa menyebabkan
kecemasan sebagai akibatnya bisa mengakibatkan kadar gula darah semakin
tinggi. Resiko terjadinya kecemasan akan cenderung lebih tinggi pada orang
yang mengidap diabetes melllitus. Komplikasi dan penanganan diabetes
mellitus bisa berperan penting terjadinya kecemasan dalam pasien diabetes
mellitus. Kecemasan merupakan hal yang tidak gampang dihadapi oleh
penderita diabetes mellitus. Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan
diatas, permasalahan yang timbul dalam penelitian ini adalah pada 10 dari 15
penderita diabetes mellitus tipe 2 yang memiliki kecemasan. Oleh karena itu
6

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor –


faktor apa Saja yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Pebayuran.

C. Tujuan Penelitian
D. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk Mengidentifikasi
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Pebayuran.
E. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah :
a. Untuk Mengidentifikasi distribusi frekuensi usia, jenis kelamin, lama
menderita, komplikasi, dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
penderita diabetes mellitus tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Pebayuran
b. Untuk Mengidentifikasi hubungan antara lama menderita dengan
tingkat kecemasan penderita diabetes mellitus tipe 2 Di Wilayah
Puskesmas Pebayuran
c. Untuk Mengidentifikasi hubungan antara komplikasi dengan tingkat
kecemasan penderita diabetes mellitus tipe 2 Di Wilayah Puskesmas
Pebayuran
d. Untuk Mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan penderita diabetes mellitus tipe 2 Di Wilayah
Puskesmas Pebayuran

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan para
pembaca, dapat dijadikan bahan referensi atau sumber informasi untuk
penelitian berikutnya, dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan mengenai
7

Faktor – faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada


Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Pebayuran.

B. Manfaat Praktis
a. Bagi Program Studi
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi dan
referensi bagi perbaikan sistem pelayanan pendidikan siswa.
b. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini memberikan pengetahuan tambahan bagi
para profesi keperawatan tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat kecemasan pada pasien diabetes tipe 2, sehingga
membantu dalam memberikan asuhan keperawatan dan diharapkan
dapat menjadi masukan bagi profesi keperawatan dalam mata kuliah
keperawatan medika bedah.
c. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
dan bahan masukan bagi pimpinan universitas dan civitas akademik,
serta diharapkan bermanfaat dan menjadi bahan referensi untuk
penelitian lebih lanjut.
d. Bagi Lahan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi lahan
penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan tingkat
kecemasan pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diabetes Mellitus


1. Definisi Diabetes Mellitus
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diabetes adalah
penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup
insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dibuatnya. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah,
yang dikenal sebagai hiperglikemia.
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme menahun (kronis)
yang ditandai dengan kadar gula darah melebihi batas normal, peningkatan
kadar gula darah merupakan dasar untuk mengklasifikasikan gula akibat
penyakit yang disebabkan oleh diabetes. Diabetes tipe 2 adalah diabetes
yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah karena rendahnya
sekresi insulin oleh pankreas (Litbangkes Kementrian Kesehatan RI,
2020).
Menurut Keperawatan et al., (2019) diabetes mellitus menyebabkan
tubuh memproduksi atau menggunakan glukosa dalam sel insulin (darah)
dan menyimpannya sebagai glikogen (meningkat). Oleh karena itu,
hiperglikemia disertai dengan gangguan hormonal dengan berbagai
gangguan metabolisme, gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak, serta menyebabkan berbagai kondisi kronis pada organ tubuh.
Diabetes adalah penyakit tidak menular yang dapat mempengaruhi jutaan
orang di seluruh dunia. Hal ini juga terkait dengan beberapa komplikasi
pembuluh darah mikro dan makrovaskular. Ini juga merupakan penyebab
utama kematian. Satu pertanyaan yang belum terjawab adalah definisi
diagnosis diabetes. Diabetes adalah penyakit kronis yang membutuhkan
perawatan medis berkelanjutan menggunakan strategi pengurangan risiko
multifaktorial yang melampaui kontrol glikemik (Syarifudin, 2020).

8
9

2. Etiologi Diabetes mellitus


Menurut ADA (2018), etiologi diabetes mencakup empat kelas klinis.
a. Diabetes Mellitus tipe 1
Hasil penghancuran sel beta pankreas. Hal ini sering
menyebabkan defisiensi insulin absolut, atau ketidakmampuan tubuh
untuk memproduksi insulin. Penyebab diabetes belum diketahui
dengan jelas. Tanda dan gejala diabetes tipe 1 antara lain poliuria
(banyak buang air kecil terus menerus), polidipsia (cepat haus),
polidipsia (cepat lapar), turunnya berat badan yang cepat, dan
kurangnya penglihatan. Ada kelelahan dan sebagainya.
Menurut Yasmara dkk. (2017) Diabetes tipe 1 ditandai dengan
penghancuran sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik,
imunologis, dan kemungkinan faktor lingkungan (misalnya, infeksi
virus) diperkirakan berkontribusi pada penghancuran sel beta.
1) Faktor genetik.
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri,tetapi
mewarisi kecenderungan genetik untuk mengembangkan diabetes
tipe 1. Predisposisi genetik ini ditemukan pada individu yang
merupakan pembawa jenis antigen HLA (Human Leococyte
Antigen) tertentu (antigen leukosit manusia). HLA adalah
sekelompok gen yang terlibat dalam transplantasi antigen dan
proses kekebalan lainnya.
2) Faktor imunologi.
Pada pasien dengan diabetes tipe 1, ada bukti reaksi
autoimun. Reaksi ini tidak biasa karena antibodi menargetkan
jaringan normal tubuh dengan bereaksi dengan apa yang mereka
anggap jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Virus dan bakteri penyebab DM adalah rubella, gondongan,
dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sel pada
sel beta, virus ini menyebabkan kerusakan atau kehancuran sel.
10

Selain itu, virus ini menyerang melalui respon autoimun yang


menyebabkan hilangnya autoimunitas pada sel beta. Diabetes yang
disebabkan oleh bakteri masih belum terbukti. Namun, profesional
medis menduga bahwa bakteri mungkin terlibat dalam
perkembangan DM.
Racun atau toksin yang dapat merusak sel beta secara
langsung adalah aloksan, pirinuron (rodentisida) dan streptozectin
(produk jamur). Bahan lainnya adalah singkong sianida.
b. Diabetes Melitus Tipe II
Karena memburuknya sekresi insulin, inilah penyebab resistensi
insulin atau penggunaan insulin yang tidak efektif dalam tubuh.
Diabetes tipe II adalah bentuk paling umum dari diabetes di dunia dan
sering disebabkan oleh obesitas dan tidak aktif. Meskipun tanda dan
gejala diabetes tipe II mirip dengan diabetes tipe 1, diabetes tipe II
dapat didiagnosis beberapa tahun setelah pasien mengeluh dan
mungkin mengalami komplikasi diabetes. Diagnosis klinis diabetes
sering dipertimbangkan karena gejala khas poliuria, polidipsia,
polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
Menurut Yasmara dkk. (2017) Diabetes tipe II disebabkan oleh
kombinasi faktor genetik yang terkait dengan gangguan sekresi insulin
dan resistensi insulin sebagai berikut:
1) Usia (resistensi cenderung meningkat pada usia 65)
2) Obesitas, makan berlebihan, kurang olahraga, stres, penuaan.
3) Riwayat keluarga diabetes.
c. Diabetes Tipe Spesifik Lain
Diabetes tipe ini biasanya disebabkan oleh gangguan fungsi sel
beta yang diturunkan, gangguan kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, dan disebabkan oleh obat-obatan atau bahan kimia (misalnya
setelah pengobatan HIV/AIDS atau transplantasi organ).
11

d. Gestational Diabetes
Diabetes tipe ini meningkat atau hiperglikemik selama
kehamilan, dan kadar gula darah dalam arah normal tetapi di bawah
diagnosis umum diabetes. Wanita dengan diabetes saat hamil berada
pada peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan. Ibu yang
mengalami diabetes gestasional memiliki peningkatan risiko terkena
diabetes tipe 2 di kemudian hari.

3. Patofisiologi Diabetes Mellitus


Defisiensi insulin menyebabkan sel menggunakan lebih sedikit
glukosa dan kadar gula plasma lebih tinggi (hiperglikemia). Diabetes
berkembang ketika hiperglikemia parah dan melebihi ambang batas ginjal.
Diabetes ini menyebabkan diuresis osmotik, meningkatkan buang air kecil
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia), serta menyebabkan dehidrasi.
Diabetes menyebabkan keseimbangan kalori negatif dan menyebabkan
rasa lapar yang intens (polipadia). Penurunan penggunaan glukosa oleh sel
mengurangi produksi metabolisme energi dan melemahkan tubuh.
Hiperglikemia mempengaruhi pembuluh darah kecil, mengurangi suplai
nutrisi dan oksigen ke perifer, dan akibatnya, luka mungkin tidak sembuh
dengan cepat. Ketika pembuluh darah rusak, aliran darah ke retina
berkurang, suplai nutrisi dan oksigen ke retina berkurang, dan penglihatan
menjadi kabur. Diabetes mempengaruhi sistem saraf perifer, otonom, dan
pusat, menyebabkan neuropati (GINA, 2020).

4. Faktor Resiko Diabetes Mellitus


Risiko adalah kemungkinan timbulnya penyakit atau gangguan
kesehatan. Sedangkan faktor risiko atau risk factor adalah salah satu istilah
risiko dalam hal menjelaskan faktor epidemiologi suatu penyakit yang
menentukan kemungkinan berkembangnya penyakit tersebut. Faktor risiko
dapat berupa sifat, perilaku, gejala, atau ketidakpuasan pada orang yang
12

tidak terpengaruh yang secara statistik dikaitkan dengan peningkatan


morbiditas (Nuraisyah, 2018)
Menurut (Lestari et al., 2021), faktor risiko diabetes dapat dibagi
menjadi dua kelompok :
a. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Diubah
1) Ras atau Etnis
Ras atau Etnis mirip dengan suku atau budaya daerah, dan
keduanya dapat menjadi faktor risiko diabetes melitus yang berasal
dari lingkungan. Penyakit yang berhubungan dengan ras dan etnis
biasanya berhubungan dengan faktor genetik dan lingkungan
(Masriadi, dalam Syamiyah, 2018)
2) Umur
Manusia mengalami penurunan fisiologis setelah usia 40
tahun. Diabetes berkembang setelah memasuki usia rentan, dan
semakin tua Anda, semakin tinggi risiko Anda terkena diabetes,
terutama pada usia 45 (kelompok berisiko tinggi).
Menurut Garnita (2018) menunjukkan bahwa responden
berusia 45–49 tahun 2,6 kali lebih mungkin terkena diabetes
dibandingkan responden berusia 40–44 tahun. Kelompok berusia
50–54 tahun adalah 5,1 kali lebih besar dibandingkan kelompok
berusia 40–44 tahun. Kelompok usia 55–59 tahun berisiko 3,8 kali
lebih besar terkena diabetes dibandingkan kelompok usia 40–44
tahun. kelompok di atas usia 60 tahun 3,6 kali lebih berisiko
terkena diabetes daripada kelompok antara usia 40 dan 44 tahun.
Hasil Riskesdas (2019) menunjukkan bahwa lansia memiliki risiko
lebih tinggi terkena Diabetes Mellitus. Orang berusia 26–35 tahun
berisiko 2,32 kali lebih besar, orang berusia 36–45 tahun berisiko
6,88 kali lebih besar, dan orang berusia 45 tahun beresiko 14,99
kali menderita diabetes dibanding usia 15–25 tahun.
13

3) Jenis Kelamin
Baik pada pria maupun perempuan memiliki risiko yang
sama terkena diabetes di awal masa dewasa. Sejak usia 30 tahun,
perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding pria. Jenis
kelamin perempuan lebih berisiko terkena Diabetes mellitus Tipe 2
dibandingkan laki – laki. Secara fisik perempuan lebih berisiko
mengidap diabetes karena secara fisik perempuan memiliki
peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar.
Perempuan beresiko terkena diabetes mellitus tipe 2 karena
Sindroma siklus menstruasi pascamenopause menyebabkan
mudahnya penimbunan distribusi lemak tubuh akibat proses
hormonal tersebut sehingga perempuan berisiko menderita diabetes
mellitus tipe 2.
Pria dan wanita sama-sama berisiko terkena diabetes di
masa dewasa. Sejak usia 30 tahun, wanita memiliki risiko tinggi
terkena penyakit ini daripada pria. Wanita lebih mungkin
mengembangkan diabetes tipe 2 daripada pria. Secara fisik, wanita
lebih berisiko terkena diabetes karena fisik mereka lebih cenderung
meningkatkan indeks massa tubuhnya. Wanita berisiko lebih tinggi
terkena diabetes tipe 2 karena sindrom siklus menstruasi
pascamenopause mudah menyebabkan penimbunan dan distribusi
lemak tubuh akibat proses hormonal, sehingga wanita berisiko
terkena diabetes tipe II. Hasil analisis variabel jenis kelamin
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian
Diabetes Mellitus tipe 2 dengan p–value 0,346 (p > 0,05), namun
risiko terkena Diabetes Mellitus tipe 2 subjek perempuan adalah
1.749 kali lebih tinggi. Banyak dari responden adalah laki-laki.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Komariah & Rahayu, 2020) yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian
diabetes tipe 2.
14

4) Faktor Keluarga menderita diabetes mellitus


Diabetes biasanya diturunkan. Secara khusus, orang tua
yang memiliki diabetes dalam keluarga mereka memiliki risiko
lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan mereka yang tidak
memiliki diabetes. Menurut para ahli, diabetes adalah penyakit
yang berhubungan dengan seks atau kromosom seks. Secara
umum, pria adalah penderita yang sebenarnya, dan wanita adalah
pembawa gen yang diwarisi oleh anak-anak mereka.
5) Riwayat Penderita Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes gestasional terjadi pada sekitar 2–5% wanita hamil.
Biasanya diabetes akan hilang dengan sendirinya setelah bayi lahir.
Namun, diabetes juga mungkin terjadi di masa depan. Ibu hamil
dengan diabetes akan melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4000
gram. Jika ini terjadi, ada kemungkinan besar ibu hamil akan
terkena diabetes tipe 2 di masa depan.
b. Faktor Risiko Yang Dapat Diubah
1) Obesitas
Menurut beberapa teori, obesitas merupakan faktor
predisposisi resistensi insulin. Semakin banyak lemak tubuh yang
Anda miliki, semakin tahan tubuh Anda terhadap efek insulin,
terutama jika menumpuk di bagian tengah tubuh atau perut Anda.
Lemak menghambat kerja insulin, mencegah glukosa menyerang
sel dan menumpuk di pembuluh darah, yang dapat meningkatkan
kadar gula darah. Obesitas merupakan faktor risiko diabetes tipe 2,
dengan sekitar 80–90% pasien mengalami obesitas..
2) Kurang aktivitas fisik
Menurut penelitian, aktivitas fisik secara teratur dapat
meningkatkan sensitivitas insulin. Prevalensi diabetes pada orang
yang tidak banyak bergerak adalah 2 sampai 4 kali lebih tinggi
daripada orang yang aktif. Semakin sedikit Anda berolahraga,
semakin besar kemungkinan Anda terkena diabetes Olahraga dan
15

aktivitas fisik dapat membantu Anda mengontrol banyak berat


badan Anda. Glukosa dalam darah diubah menjadi energi,
membuat sel-sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Selain itu,
aktivitas fisik secara teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah
dan mengurangi faktor risiko diabetes. Menurut sebuah studi oleh
Garnita (2012), semakin rendah tingkat aktivitas fisik suatu
kelompok, semakin tinggi kejadian dan risiko terkena diabetes.
Hasil Responden yang cukup aktif memiliki resiko 1,8 lebih tinggi
terkena diabetes dibandingkan yang sangat aktif. Responden
dengan aktivitas rendah 2,3 kali lebih mungkin terkena diabetes
dibandingkan kelompok yang sangat aktif. Responden yang sangat
tidak aktif memiliki kemungkinan 2,9 kali lebih besar untuk
terkena diabetes daripada kelompok yang sangat aktif.
3) Pola Makan
Pola makan yang salah dapat menyebabkan kurang gizi atau
kelebihan berat badan. Keduanya dapat meningkatkan risiko
terkena diabetes melllitus. Kurang gizi (malnutrisi) dapat
mengganggu fungsi pankreas dan mengganggu sekresi insulin.
Sedangkan kelebihan berat badan dapat mengganggu efektivitas
insulin.
4) Hipertensi (tekanan darah ≥140/90mmHg).
Makan terlalu banyak garam dapat menyebabkan tekanan
darah tinggi, yang jika dibiarkan, meningkatkan risiko diabetes.

5. Klasifikasi Diabetes mellitus


Klasifikasi diabetes melitus menurut ADA (2018) dibagi dalam 4 jenis
yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh penghancuran sel beta pankreas
oleh penyakit autoimun. Jenis Diabetes Mellitus ini menghasilkan
16

sedikit atau tidak ada insulin. Ini dapat ditentukan oleh jumlah protein
Cpeptida yang rendah atau sama sekali tidak terdeteksi.
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Jenis diabetes ini mengembangkan hiperinsulinemia, tetapi
perkembangan resistensi insulin mencegah insulin memasukkan
glukosa ke dalam jaringan. Ini adalah suatu kondisi di mana
kemampuan insulin untuk merangsang dan menghambat penyerapan
glukosa oleh insulin di jaringan perifer berkurang. Dengan demikian,
perkembangan resistensi insulin (reseptor insulin dianggap tinggi
dalam darah dan tidak berfungsi lagi) menyebabkan defisiensi insulin
relatif. Hal ini mengurangi sekresi insulin menjadi glukosa dan dapat
membuat sel beta pankreas tidak sensitif terhadap keberadaan glukosa.
Secara umum, penderita diabetes tipe ini berusia di atas 40
tahun. Namun, diagnosis terbaru menunjukkan bahwa banyak anak
menderita diabetes tipe 2. Ini sering disebut sebagai MODY (Maturity
Onset Diabetes). Pada diabetes mellitus tipe 2, pemicu utamanya
diduga kelebihan berat badan atau kelebihan lemak. Selain itu, faktor
risiko diabetes tipe 2 lainnya adalah usia, riwayat keluarga, kurangnya
aktivitas fisik, riwayat diabetes selama kehamilan, dan pola konsumsi
yang tidak tepat.
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
Jenis diabetes ini ditandai oleh faktor genetik fungsi sel beta,
stigma genetik kerja insulin, gangguan endokrin pankreas, dan
peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh virus
iatrogenik metabolik endokrin lainnya, yang dapat dipengaruhi oleh
gangguan tersebut.
d. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes gestasional Diabetes tipe ini terjadi selama kehamilan
biasanya selama trimester kedua dan ketiga kehamilan. Diabetes
gestasional dikaitkan dengan peningkatan komplikasi perinatal. Pasien
17

dengan diabetes gestasional berada pada peningkatan risiko terkena


diabetes selama 5 sampai 10 tahun seteleh melahirkan.

6. Tanda Dan Gejala Diabetes Mellitus


Tanda dan gejala Diabetes Mellitus dapat diklasifikasikan menjadi
gejala akut dan gejala kronis:
a. Gejala Akut
Gejala akut adalah gejala yang biasanya muncul tanpa
mengurangi kemungkinan munculnya berbagai gejala lain, dan
beberapa penderita diabetes tidak menunjukkan gejala sampai titik
waktu tertentu.
Pada awalnya, tiga jenis gejala muncul: banyak makan
(polifagia), banyak minum (polidipsia), dan banyak buang air kecil
(poliuria). Pada tahap ini, berat badan pasien biasanya bertambah
karena jumlah insulin masih mencukupi pada saat ini.
Jika gejala tidak segera diobati, lama kelamaan gejala akan
mulai muncul akibat kekurangan insulin. Penderita hanya akan datang
dengan gejala poliuria dan poliuria, namun akan memiliki keluhan lain
seperti hilangnya nafsu makan, bahkan terkadang mual jika gula darah
melebihi 500 mg/dl, dengan:
1) Banyak minum
2) Banyak kencing
3) Penurunan berat badan yang cepat (berpotensi 5-10 kg dalam
waktu 2-4 minggu).
4) Mudah lelah
5) Jika tidak segera ditangani akan timbul rasa mual, dan penderita
akan mengalami koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma
diabetikum. Koma diabetik ini akibat kadar glukosa darah yang
tinggi.
18

b. Gejala Kronik
Pada beberapa kasus, penderita diabetes melitus tidak
menunjukkan gejala akut (mendadak) dan baru muncul setelah
menderita berbulan – bulan atau bertahun – tahun. Gejala – gejala ini
dikenal sebagai gejala kronis. Gejala kronis yang umum adalah pasien
mengalami beberapa gejala berikut:
1) Kesemutan
2) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk – tusuk jarum
3) Kulit pada jari kaki tebal sehingga kalau berjalan seolah – olah
sedang berjalan di atas bantal atau kasur
4) Keram
5) Mudah mengantuk
6) Mata kabur
7) Gatal di sekitar kemaluan, terutama wanita
8) Gigi mudah goyah dan mudah lepas.

7. Komplikasi Diabetes Mellitus


a. Akut
1) Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana penderita diabetes
mellitus mempunyai gula darah diatas rentang normal atau tinggi.
Menurut Hurst (2017) hiperglikemia terjadi karena terlalu banyak
makan, insulin tidak cukup. Setiap kali gula darah menjadi terlalu
tinggi penderita akan langsung mengalami NHNK dan KAD.
2) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolat Nonketotik (HHNK)
Menurut (Tjahjono, 2019) Komplikasi yang umum pada
penderita diabetes tipe 2 adalah sindrom hiperglikemik non-
ketonik hiperosmotik (HHNK). Ini adalah peningkatan gula darah
yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, resistensi insulin,
atau hiperglikemia berat, yang disebabkan ketika kadar gula darah
melebihi 300mg / 100ml. Peningkatan glukosa ini menyebabkan
19

ambang batas ginjal, yang mengakibatkan gejala diabetes, ditandai


dengan seringnya buang air kecil.
3) Ketoasidosis Diabetik (KAD)
Ketoasidosis diabetik adalah gangguan metabolisme
dekompensasi yang ditandai dengan hiperglikemia. Menurut
(Tjahjono, 2019) Karena gangguan sekresi insulin dan/atau kerja
insulin pada pasien diabetes tipe 2 dan kerusakan sel beta pulau
Langerhans pada diabetes tipe 1, pasien diabetes dengan
hiperglikemia disebabkan oleh penurunan kadar glukosa seluler,
diikuti oleh peningkatan lipolisis. Peningkatan lipolisis dapat
menyebabkan peningkatan oksidasi asam lemak dan oksidasi asam
lemak bebas dengan terbentuknya senyawa aseton (asam
hidroksibutirat dan aseton). Aseton tersebut diekskresikan melalui
urin dan bau napas dalam tubuh.
4) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa
darah penderita diabetes berada dalam batas normal atau di bawah
kisaran rendah. Menurut Hurst (2017) hipoglikemia terjadi karena
tidak cukup makan, terlalu banyak insulin, terlalu banyak aktivitas
fisik. Hipoglikemia berat dapat menyebabkan kehilangan
kesadaran dan kematian.
b. Kronik
Menurut (Tjahjono, 2019) Kurangnya insulin mengganggu jalur
poliol (glukosa, sorbitol, fruktosa), yang akhirnya menyebabkan
penimbunan sorbitol. Akumulasi sorbitol di lensa menyebabkan
katarak dan kebutaan. Di sisi lain, di jaringan saraf, akumulasi sorbitol
dan fruktosa dan penurunan konsentrasi myoinositol dapat
mempengaruhi keadaan neuropati. Perubahan biokimia dalam jaringan
saraf mengganggu aktivitas metabolisme yang menyebabkan hilangnya
akson. Pada tahap awal, kecepatan konduksi motorik akan menurun,
20

diikuti oleh nyeri, kesemutan, kurangnya sensasi getar saat menerima


rangsangan, kelemahan otot (Tjahjono, 2019).

8. Pencegahan Penyakit Diabetes Mellitus


Pencegahan diabetes di Indonesia meliputi pencegahan primer,
pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Upaya
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
Pencegahan Primer ditujukan untuk kelompok berisiko, termasuk
dedalam penyuluhan gaya hidup sehat, program penurunan berat badan
untuk mencapai berat badan ideal, olahraga dan berhenti merokok.
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah
berkembangnya komplikasi pada pasien yang terdiagnosis DM.
Pencegahan sekunder penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien
dalam memantau glukosa darah dan faktor risiko komplikasi, melakukan
deteksi dini komplikasi, dan melaksanakan program pengobatan untuk
mencapai tujuan pengobatan yang diharapkan.
Pencegahan tersier ditujukan bagi sekelompok penderita diabetes
yang telah mengalami komplikasi untuk mencegah kecacatan lebih lanjut
dan meningkatkan kualitas hidup. Upaya rehabilitasi pasien harus
dilakukan sesegera mungkin sebelum mengalami cacat tetap (Sukesi
2018).

B. Konsep Dasar Kecemasan


1. Definisi Kecemasan
Menurut American Psychological Association (APA) dalam
(Muyasaroh et al. 2020), kecemasan adalah keadaan emosional yang
terjadi ketika orang mengalami stres, perasaan stres, pikiran cemas, dan
reaksi fisik yang ditandai dengan ketakutan individu disertai dengan
(denyut jantung meningkatan dan naiknya tekanan).
21

Menurut Chaplin, kecemasan adalah perasaan campur aduk antara


ketakutan dan kecemasan tentang masa depan tanpa alasan khusus dari
ketakutan tersebut (Keluarga & Kecemasan, 2020). Kecemasan adalah
keadaan syok akibat dari keadaan kesehatan. Individu yang tergolong
normal dapat mengalami kecemasan yang nyata berupa gejala fisik dan
psikologis. Gejala – gejala ini lebih jelas pada orang dengan penyakit
mental yang parah
Menurut (Keluarga & Kecemasan, 2020) Kecemasan adalah
pengalaman subjektif, tidak menyenangkan, menakutkan dan mengganggu
tentang kemungkinan adanya ancaman bahaya dan sering disertai dengan
gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktivitas. Kecemasan
juga merupakan pengalaman pribadi, yang didefinisikan sebagai rasa
"kesulitan" dan stres dalam menghadapi peristiwa tertentu yang tidak
diketahui (Varcarolis dalam Donsu, 2017).
Dari beberapa penjelasan di atas tentang bagaimana kecemasan
didefinisikan bahwa kecemasan adalah pikiran mental manusia baik
perasaan khawatir, cemas, gelisah, dan takut yang muncul secara
bersamaan yang biasanya diikuti dengan naiknya rangsangan pada tubuh
misalnya jantung berdebar, keringat dingin, grogi terhadap sesuatu.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan


Blacburn & Davidson (Fitri & Ifdil, 2019)) menyebutkan beberapa
faktor yang mempengaruhi kecemasan. Misalnya, kurangnya pengetahuan
dalam menghadapi situasi dalam kecemasan :
a. Faktor Eksternal
Ancaman terhadap integritas diri, termasuk ketidakmampuan
fisiologis dan kecacatan karena penyakit atau trauma fisik. Penyebab
utama kecemasan adalah pengalaman traumatis masa kanak – kanak.
Peristiwa ini akan berdampak pada masa depan. Ketika dihadapkan
pada peristiwa yang sama, orang merasakan ketegangan yang
menyebabkan ketidaknyamanan. (Budiarti, 2018)
22

Ancaman terhadap sistem diri meliputi: identitas diri, harga diri,


ancaman terhadap hubungan interpersonal, kehilangan, dan perubahan
status/peran.
Dukungan keluarga adalah sikap, perilaku, dan penerimaan
keluarga terhadap orang yang sakit. Keluarga percaya bahwa selalu
siap memberikan, bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan
(Suprajitno, 2018). Jenis dukungan keluarga adalah informasi,
emosional, penilaian, dan dukungan instrumental.
b. Faktor internal
Menurut Iyus, dalam Saifudin 2018 menyebutkan beberapa
faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang meliputi:
1) Usia dan tahap perkembangan,
Faktor ini berperan penting dalam semua individu, karena
usia yang berbeda memiliki tahap perkembangan yang berbeda.
Hal ini dapat mempengaruhi dinamika kecemasan seseorang.
2) Pendidikan dan status ekonomi
Tingkat pendidikan seseorang dan status ekonomi yang
rendah dapat dengan mudah membuatnya takut. Tingkat
pendidikan seseorang mempengaruhi kemampuan berpikirnya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin mudah untuk
mencari informasi baru, seperti berpikir secara masuk akal dan
menjelaskan masalah baru.
3) Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi perilaku baik dari
faktor internal maupun eksternal. Kondisi lingkungan yang
kondusif yang ada disekitar mampu menurunkan resiko kecemasan
pada seseorang.
4) Pengetahuan dan pengalaman
Dengan pengetahuan dan pengalaman pribadi, masalah
kesehatan mental, termasuk kecemasan, dapat teratasi.
23

5) Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat berdampak signifikan terhadap tingkat
kecemasan, dan disebutkan juga bahwa wanita memiliki risiko
lebih tinggi mengalami kecemasan dibandingkan pria.

3. Tingkat Kecemasan
Stuart (2017) menyatakan bahwa kecemasan berkaitan erat dengan
ketakutan dan ketidakberdayaan. Keadaan cemas ini tidak memiliki tujuan
khusus. Tingkat kecemasan memiliki berbagai karakteristik dan gejala
yang bergantung pada kedewasaan individu, pemahaman mengatasi
ketegangan, harga diri, dan mekanisme yang digunakan. Kecemasan dapat
dibagi menjadi empat tahap
a. Cemas Ringan
Kecemasan ringan atau cemas yang normal menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan waspada dan meningkatkan
persepsinya terhadap penyakit diabetes mellitus dengan komplikasi
dan lama perawatannya (Di et al., n.d.)
b. Cemas Sedang
Kecemasan sedang akan terjadi pada individu untuk lebih fokus
pada apa yang sudah terjadi, mengesampingkan orang lain, dan
memungkinkan individu untuk menerima perhatian yang lebih fokus
Menurut Novitasari (2018), diabetes memerlukan perhatian terhadap
pola makan, aktivitas dan pengobatan, sehingga diabetes perlu
diprioritaskan dan ditangani..
c. Cemas Berat
Pada kecemasan yang serius, individu tidak dapat lagi berpikir
keras, dan cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan
orang lain. Diabetes dengan komplikasi yang memerlukan
pembedahan dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan
kecemasan yang terus menerus, sehingga sulit untuk fokus dalam
pengambilan keputusan (Novitasari, 2018).
24

d. Panik
Kepanikan pada tahap ini mengganggu bidang perseptual,
sehingga individu tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri dan
tidak mampu berbuat apa – apa meski dibimbing (Stuart, 2017).

4. Tanda Dan Gejala Kecemasan


Menurut Stuart (2017), gejala kecemasan dapat dilihat dari tiga kategori,
yaitu:
a. Respon Fisiologis
1) Kardiovaskular: jantung berdebar, tekanan darah meninggi, rasa
mau pingsan, tekanan darah menurun.
2) Pernafasan: nafas cepat, nafas dangkal, pembengkakan pada
tenggorokan, sensasi seperti tercekik.
3) Neuromuskular: tremor, gelisah, wajah tegang, badan lemah.
4) Gastrointestinal: kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa
tidak nyaman pada abdomen, mual, diare.
5) Traktus urinarius: tidak dapat menahan kencing
6) Kulit: wajah kemerahan, berkeringat pada (telapak tangan), gatal,
rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh
tubuh.
b. Respon Perilaku
Kegelisahan, ketegangan fisik, gemetar, gugup, berbicara cepat,
kurang koordinasi, kerentanan terhadap cedera, melarikan diri dari
masalah, penghindaran.
c. Respon Kognitif
Perhatian yang tidak teratur, kurang konsentrasi, dilupakan,
salah menilai, gangguan pikiran, penglihatan berkurang, kreativitas
menurun, produktivitas menurun, kebingungan, takut cedera atau
kematian
25

d. Respon Efektif
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus,
ketakutan, gugup. Menurut Novitasari (2018), gejala kecemasan pada
pasien diabetes melitus tipe 2 antara lain:
1) Kehilangan minat dan kegembiraan
2) Mudah lelah
3) Konsentrasi dan perhatian berkurang
4) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
5) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
6) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri
7) Tidur terganggu
8) Nafsu makan berkurang

C. Kecemasan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II


Kecemasan pada orang dengan diabetes tipe 2 adalah kondisi kronis
yang tidak dapat disembuhkan. Hal ini menyebabkan reaksi psikologis negatif
pada sebagian besar pasien, termasuk kemarahan, ketidakberdayaan,
peningkatan kecemasan, dan depresi. Kecemasan, depresi dan stres dapat
menyebabkan penurunan kesehatan dalam kasus penyakit. Orang dengan
diabetes dua kali lebih mungkin mengalami kecemasan dan depresi
dibandingkan mereka yang tidak menderita (Kaju et al., 2020).
Timbulnya kecemasan dimulai dengan respon stres konstan yang
menyebabkan peningkatan denyut jantung. Kondisi ini meningkatkan kadar
gula darah, yang merupakan sumber energi untuk sirkulasi darah. Peningkatan
produksi hormon stres dapat meningkatkan kadar gula darah. Hal ini terkait
dengan adanya sistem neuroendokrin melalui jalur hipotalamus-hipofisis-
adrenal (Derek et al., 2017).
Kecemasan telah terbukti berdampak negatif pada kontrol glikemik,
komplikasi, adanya penyakit penyerta (hipertensi, dislipidemia dan penyakit
kardiovaskular), gangguan kehidupan sehari-hari. Pada penderita diabetes tipe
26

2, kecemasan dapat menyebabkan gula darah tidak stabil atau rendah.


Ketidakstabilan glikemik yang berkepanjangan pada pasien diabetes dapat
menyebabkan komplikasi seperti kebutaan, penyakit ginjal, dan amputasi
(Kaju et al., 2020). Kecemasan pada penderita diabetes tipe 2, jika tidak
dikelola dengan baik, dapat menimbulkan masalah tersendiri dan mempersulit
pengobatan pada penderita diabetes tipe 2
Penderita diabetes sering kali stres dan cemas, kecemasan berhubungan
dengan kecacatan fungsional, rasa sakit dan ketidakpastian dalam hidup. ,
sehingga kecemasan meningkat dengan adanya komplikasi yang melemahkan
seperti kehilangan penglihatan, neuropati perifer, dan penyakit ginjal
(Kodakandla, Maddela, Pasha, & Vallepalli, 2016). Oleh karena itu,
manajemen kecemasan dan depresi pada pasien diabetes tipe 2 sangat penting
untuk memastikan kualitas hidup dan umur panjang yang lebih baik (Khan et
al., 2019).

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Penderita DM


1. Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat erat
hubungannya dengan seseorang. Manusia tumbuh dan hidup dalam
keluarganya, saling berinteraksi, mengembangkan nilai, pola pikir dan
adat istiadat, berperan sebagai saksi dari semua budaya asing dan
mengkomunikasikan hubungannya dengan lingkungan (Luis & Moncayo,
n.d.).
Dukungan sosial merupakan kondisi yang menguntungkan bagi
individu dan dapat diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya untuk
merawat, menghargai, dan menginformasikan seseorang bahwa mereka
memiliki orang yang dicintai (Cohen dalam Luis & Moncayo, n.d.).
Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkungan sosialnya.
27

Dukungan sosial keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan,


tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi,
tempat ibadah dan praktisi kesehatan. Dukungan sosial dalam keluarga
meliputi dukungan dari suami atau istri, saudara kandung, atau anak.
Bantuan keluarga adalah sikap, perilaku, dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggota, dan kami percaya bahwa keluarga akan
membantu para pendukung kapan pun mereka membutuhkannya (Caplan
dalam Friedman, 1998) Keluarga memiliki beberapa fungsi pendukungan
yaitu:
2. Dukungan Informasi
Keluarga bertindak sebagai pemberi informasi tentang dunia.
Menjelaskan pemberian nasehat, saran, dan informasi yang dapat
digunakan untuk memperjelas suatu masalah. Keuntungan dari dukungan
ini adalah bahwa informasi yang diberikan dapat berkontribusi pada
sugesti khusus kepada individu, sehingga mengurangi penumpukan stres.
3. Dukungan Penilaian
Keluarga bertindak untuk membimbing dan menengahi pemecahan
masalah, sebagai anggota keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan, perhatian.
4. Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sumber dukungan yang praktis dan konkrit,
antara lain. Kesehatan pasien yang berhubungan dengan makan, minum,
istirahat, dan kebutuhan istirahat untuk melindungi pasien dari kelelahan.
5. Dukungan Emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat serta
membantu mengendalikan emosi. Aspek dari dukungan emosional
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi adanya
kepercayaan, perhatian, mendengarkan, dan didengarkan.
Dukungan keluarga dapat membantu membangun kepercayaan diri
dalam kegiatan perawatan diri bagi penderita diabetes melllitus tipe 2,
28

menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tamara (2019). Orang


dengan diabetes mellitus tipe 2 yang berada di lingkungan keluarga dan
dirawat oleh orang yang mereka cintai dapat menciptakan rasa aman dan
aman yang mendorong motivasi perawatan diri. Rasa aman dan nyaman
yang terjadi pada penderita diabetes mellitus tipe 2 muncul karena adanya
dukungan emosional, rasa syukur, alat, dan informasi dari keluarganya.
Kondisi ini mencegah perkembangan stres dan mengurangi kecemasan
pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2.

E. Komplikasi Penderita DM
Reaksi-reaksi ini yang apabila terjadi pada penderita yang sudah
mengalami komplikasi, akan mempengaruhi penyakit komplikasinya.
Misalnya ketika penderita yang sudah mengalami komplikasi pada
jantungnya, dan mengalami kecemasan dengan reaksi pada jantung yang
berdegup kencang, maka akan berdampak buruk pada penyakit jantungnya
tersebut. Sejalan dengan pendapat (Butcher, dalam Kaju et al., 2020) bahwa
respon fisiologis terhadap kecemasan dapat mempengaruhi aksis hipotalamus-
hipofisis, sehingga dapat mempengaruhi fungsi endokrin seperti peningkatan
kadar kortisol, yang mungkin, pada kenyataannya, memiliki efek antagonis
fungsi insulin dan dapat mempengaruhi kontrol gula darah.
Komplikasi yang terjadi pada penderita DM terbagi menjadi dua
kategori, yaitu:
1. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi akut terjadi ketika kadar gula darah seseorang naik atau
turun tajam dalam waktu yang singkat. Kadar gula darah bisa turun drastis
jika pasien memiliki pola makan yang terlalu dibatasi. Perubahan besar
dan tiba – tiba bisa berbahaya. Komplikasi metabolik akut dapat terjadi
dalam bentuk hipoglikemia, suatu kondisi pada orang yang kadar gula
darahnya di bawah normal. Komplikasi metabolik lain yang umumnya
terkait dengan diabetes adalah ketoasidosis diabetik (KAD).
29

Hiperglikemia, koma hiperosmolar nonketonik (HHNK) juga merupakan


komplikasi metabolik akut diabetes yang umum terjadi pada orang tua
dengan diabetes tipe 2. Hiperglikemia menyebabkan tekanan osmotik
tinggi, diuresis osmotik, dan dehidrasi berat. Jika keadaan ini tidak segera
ditangani, penderita dapat menjadi tidak sadar dan meninggal (Harmanto,
2018).
2. Komplikasi Kronik
Komplikasi kronis diabetes tipe 2 mempengaruhi pembuluh darah
kecil (penyakit mikrovaskuler), pembuluh darah sedang, dan pembuluh
darah besar (penyakit makrovaskuler). Diabetes adalah jenis kerusakan
spesifik diabetes yang mempengaruhi kapiler dan arteriol retina (nefropati
diabetik), glomerulus (nefropati diabetik), saraf perifer (penyakit ginjal
diabetik), otot dan kulit.
Patologi makroskopik dengan gambaran histopatologi
aterosklerosis. Akhirnya, makropati diabetik menyebabkan disfungsi
vaskular perifer dengan penyempitan episodik dan nekrosis ekstremitas,
serta disfungsi otak dan stroke. Ketika aura dan aorta terpengaruh,
serangan angina dan infark miokard dapat terjadi. Komplikasi DM dapat
mempengaruhi tingkat kecemasan pasien (Dewi, 2017).
Komplikasi DM dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian Wahyuni (2017) bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara komplikasi diabetes mellitus dengan
tingkat kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4,3% pasien
dengan komplikasi mengalami kecemasan berat dan 3,7% pasien tanpa
komplikasi mengalami kecemasan.
3. Lama Penderita Diabetes Mellitus
Lamanya menderita diabetes dihitung dari saat pertama kali
didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Lmanya waktu diabetes dapat dibagi
menjadi dua. Artinya, yaitu baru menderita diabetes sekitar ≤ 10 tahun dan
sudah lama menderita diabetes sekitar > 10 tahun (Mufidah, 2018).
Semakin lama seseorang menderita diabetes, maka semakin besar tingkat
30

kecemasannya. Hal ini dikarenakan penderita beranggapan bahwa orang


yang menderita tersebut merasa tidak berdaya dan putus asa dalam
menghadapi komplikasi yang terjadi, lamanya proses pengobatan, dan
penyakit yang dideritanya (Khan et al., 2019).
Berdasarkan penelitian dari (Mahmudah et al., 2016), menunjukkan
bahwa lamanya menderita diabetes berhubungan dengan tingkat
kecemasan pada pasien diabetes tipe 2. Hal ini juga akan mempengaruhi
proses penyembuhan, dan mengganggu kemampuan untuk melakukan
aktivitas.
31

F. Kerangka Teori

Faktor resiko yang tidak dapat diubah Faktor resiko yang dapat diubah
Ras atau Etnik Obesitas
Umur Aktifitas kurang
Jenis kelamin Pola makan
Keluarga yang menderita DM Hipertensi
Riwayat penderita DM Gestasional
Gejala: poliphagia, Polidipsia, Poliuria
dan gejala lainnya

Lama Menderita dan Diabetes Melitus


Kontrol gula darah

Komplikasi akut dan


kronik Tingkat Kecemasan
Cemas Ringan
Cemas Sedang
Cemas Berat
Panik

Faktor Internal
Faktor Eksternal Usia
Ancaman terhadap integritas diri Jenis kelamin
Penyakit Pendidikan dan ekonomi
Trauma fisik Lingkungan
Ancaman terhadap konsep diri Pengetahuan dan pengalaman
Dukungan keluarga

Sumber : Modifikasi Stuart & Sundeen (1998), Cambell et al (1998), Hanseling


(2009) dan Yusra (2011).
Gambar 2.1 Kerangka Teori
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL, DEFINISI OPERASIONAL,
DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual Penelitian


Kerangka konsep penelitian merupakan suatu hubungan antara konsep
satu dengan konsep lainnya dari masalah yang akan diteliti (Iin, 2018).
Peneliti melakukan penelitian dengan variabel terkait (variabel dependen)
yaitu tingkat kecemasan dan variabel bebas (variabel independen) yaitu
komplikasi, lama menderita, dan dukungan keluarga. Peneliti merumuskan
kerangka konsep mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan tingkat
kecemasan pada pasien diabetes mellitus tipe II di wilayah puskesmas
pebayuran sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Komplikasi Tingkat Kecemasan


Lama menderita diabetes
Dukungan keluarga

Gambar 3.2 Kerangka Konseptual Penelitian Terkait Faktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II Di Wilayah Puskesmas Pebayuran

B. Definisi Operasional
Menurut Iin (2018) menjelaskan bahwa definisi operasional merupakan
unsur dari penelitian yang memberikan informasi ilmiah untuk membantu
peneliti memudahkan membaca serta menjelaskan arti penelitian dalam
menyelesaikan pengukuran atau pengamatan terhadap variabel – variabel yang
bersangkutan dalam mengembangkan instrument.

32
33
34

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Cara Skala


No. Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Variabel Dependen
Tingkat Rasa takut atau Mengisi Kuesioner 0 = Kecemasan Ordinal
Kecemasan ancaman yang kuesioner Zung Self- Ringan
dirasakan Rating 1 = Kecemasan
seseorang Anxiety Sedang
tentang sesuatu Scale 2 = Kecemasan
(ZSAS) Berat
3 = Kecemasan
Panik
Variabel Independen
Komplikasi Suatu keadaan Mengisi Kuesinoer 0 = Jika pasien Ordinal
penyakit seseorang yang kuesioner mengalami
diabetes merupakan komplikasi
akibat dari 1 = Jika pasien
penyakit yang tidak mengalami
dijalani oleh komplikasi
penderita
diabetes
Lama Waktu yang Mengisi Kuesinoer 0 = > 10 Tahun Ordinal
menderita dihitung dari kuesioner 1 = 5 – 10 Tahun
diabetes pertama kali 2 = < 5 Tahun
pasien
didiagnosa DM
sampai saat ini
dilakukan
penelitian.
Dukungan Bantuan berupa Mengisi Kuesinoer Ordinal
Keluarga sikap, tindakan, kuesioner Hensarling 0 = Baik (Jika
motivasi, Diabetes Score ≥ 75)
dukungan dan Family 1 = Kurang Baik
penerimaan Suport Scale (Jika Score ≤ 75 )
yang diberikan (HDFSS)
keluarga kepada
responden
35

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara atau kesimpulan sementara
dari apa yang menjadi permasalahan dan dibuktikan dari hasil penelitian yang
dilakukan (Imron, 2018). Hipotesis yaitu suatu jawaban atas pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan atau kebenaran yang akan dibuktikan dalam
penelitian, maka hipotesis itu dapat benar atau salah dan dapat diterima atau
ditolak. Hipotesis yang ingin dibuktikan peneliti yaitu:
1. Ha: Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pada penderita Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Puskesmas Pebayuran.
2. H0: Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pada penderita Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Puskesmas
Pebayuran
3. Ha: Ada hubungan antara lama menderita dengan tingkat kecemasan pada
penderita Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Puskesmas Pebayuran.
4. H0: Tidak ada hubungan antara lama menderita dengan tingkat kecemasan
pada penderita Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Puskesmas Pebayuran.
5. Ha: Ada hubungan antara komplikasi dengan tingkat kecemasan pada
penderita Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Puskesmas Pebayuran.
6. H0: Tidak ada hubungan antara komplikasi dengan tingkat kecemasan
pada penderita Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Puskesmas Pebayuran.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, yaitu
rancangan penelitian yang dilakukan untuk menganalisa hubungan antara
variabel independent terhadap variabel dependent. Metode penelitian ini
menggunakan Cross Sectional. Pendekatan penelitian cross sectional
merupakan suatu penelitian yang mempelajari korelasi antara paparan atau
faktor – faktor risiko (independen) dengan akibat atau efek (dependen),
dengan cara pendekatan observasional atau pengumpulan data dilakukan
bersamaan secara serentak dalam satu waktu antara faktor risiko dengan
efeknya (point time approach), artinya semua variabel baik variabel
independen maupun variabel dependen diobservasi pada waktu yang sama
(Luis & Moncayo, n.d.).

B. Populasi Dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari
subjek yang akan diteliti. Populasi yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Demikian populasi atau subjek
dalam penelitian ini adalah semua orang yang terdiagnosa diabetes
mellitus tipe 2 di wilayah puskesmas PEBAYURAN yang berjumlah 67
penderita.
2. Sample Penelitian
Sampel adalah sebagian atau keseluruhan jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2018). Sedangkan sampling adalah
proses dalam penyeleksian porsi dari populasi yang dapat mewakili
populasi yang ada. Kemudian peneliti menetapkan sebagian dari populasi

36
37

menjadi sample penelitian berdasarkan pertimbangan peneliti. Sampel


pada peneliti ini sebanyak 67 responden.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan cara pengambilan sample untuk
memperoleh sampel yang benar-benar sesui dengan subjek penelitian.
Teknik Sampling dalam penelitian ini yaitu menggunakan total sampling
adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi
digunakan sebagi sampel (Sugiyono, 2018).

C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu konsep agar dapat diteliti secara
empiris atau berdasarkan pengalaman seperti dari penemuan, percobaan,
pengamatan yang telah dilakukan (Imron, 2018). Pada penelitain ini variabel
yang akan dilakukan penelitian dibagi menjadi dua yaitu variabel dependen
dan variabel independen. Variabel Dependen atau variabel terkait adalah
variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lain dan menjadi
variabel akibat kerana dipengaruhi oleh variabel independen atau bebas
(Imron, 2018). Variabel dependen dalam penelitain ini adalah Tingkat
Kecemasan. Sedangkan Variabel independen atau variabel bebas adalah
variabel yang mempengaruhi variabel dependen atau menjadi sebab perubahan
atau munculnya variabel terkait (Imron, 2018). Variabel independen dalam
penelitaian ini adalah komplikasi, lama menderita, dukungan keluarga.

D. Waktu Dan Lokasi Penelitian


1. Waktu Penelitian
Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
kecemasan pada pasien diabetes mellitus tipe II di wilayah puskesmas
pebayuran dilaksanakan mulai pada bulan Mei 2022 s/d Juli 2022.
Penelitian ini dimulai dari tahap penyusunan proposal, seminar proposal,
38

dilanjutkan pengambilan data dilapangan hingga pada tahap pengolahan


data dan penyusunan hasil serta pembahasan.
2. Tempat Penelitian
Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitain adalah wilayah kerja
puskesmas Pebayuran Kab. Bekasi, Kec. Pebayuran, Desa Kertajaya.
Puskesmas pebayuran ini dipilih sebagai tempat penelitian karena sasaran
dalam penelitian ini adalah pada masyarakat yang menderita diabetes
mellitus tipe II.

E. Prosedur Pengumpulan Data


1. Data Primer
a. Responden diminta untuk mengisi surat persetujuan pengisian
kuesioner dengan berisikan identitas responden, komplikasi Diabetes
Mellitus, lamanya menderita Diabetes Mellitus
b. Responden mengisi kuesioner Dukungan Keluarga
c. Responden mengisi kuesioner Tingkat Kecemasan.
2. Data Sekunder
Gambaran jumlah penderita Diabetes Mellitus yang didapatkan data
dari Puskesmas Pebayuran.

F. Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah jenis kuantitatif,
jenis data penelitian yang berupa angka atau bilangan (Imron, 2018). Adapun
penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang dijabarkan
sebagi berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung. Pada
penelitian ini data primer diambil meliputi identitas responden, komplikasi
Diabetes Mellitus, lamanya menderita Diabetes Mellitus serta kuesioner
yang diberikan Dukungan Keluarga dan Tingkat Kecemasan.
39
40

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak kedua atau
lain. Pada penelitian ini data sekunder yang diambil berupa gambaran
mengenai jumlah penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Pebayuran.

G. Sumber Data
Berdasarkan sumber data, terbagi menjadi data primer dan data
sekunder. Pada penelitian ini dijabarkan sumber data sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer yaitu responden menjawab pertanyaan yang disediakan oleh
peneliti.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu berupa jurnal, sumber refrensi dan buku pendukung.

H. Instrumen Penelitian
Instumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan
menggunakan angket atau kuesioner, karena sejumlah pertanyaan atau
pernyataan tertulis digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
tentang laporan pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya. Kuesioner
diberikan kepada responden yang menderita penyakit diabetes mellitus di
wilayah puskesmas pebayuran. Pengisian kuesioner dilakukan setelah
responden menyetujuinya. Dalam hal ini penelitian menggunakan kuesioner
tertutup dimana alternatif jawaban yang telah disediakan. Namun sebelum
semua itu disebarkan untuk kuesioner variabel independen harus diuji
validitas dan relibilitasi dengan melakukan uji coba kuesioner dengan tujuan
layak atau tidak untuk disebarkan pada saat penelitian. Uji validitas dan
reliabilitas yang digunakan yaitu perangkat lunak statistik melalui komputer.
Kuesioner dalam penelitian ini untuk diuji validitas dan reliabilitasinya
diambil dari responden yang menderita penyakit diabetes mellitus di wilayah
puskesmas pebayuran.
41
42

1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar –
benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas bertujuan untuk
mengetahui apakah kuesioner yang telah disusun mampu mengukur apa
yang akan diukur (Notoatmodjo, 2018). Maka untuk penelitian ini akan
diuji dengan uji korelasi antar skors (nilai tiap-tiap item pertanyaan dengan
nilai skors total kuesioner) bila semua pertanyaan mempunyai korelasi
yang bermakna (Crostruct Validity).
Koefisien korelasi yang diperoleh masih harus diuji signifikansinya
dengan membandingkan dengan tabel r. Butir pertanyaan dikatakan valid
jika nilai r hitung > r tabel atau nilai p < 0,05. Syarat minimum untuk
dianggap memenuhi syarat adalah jika r = (0,3), jadi jika korelasi antara
butir dengan skore total kurang dari (0,3) maka butir dalam instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid (Sugiyono, 2018).
Untuk variabel dukungan keluarga dengan menggunakan kuesioner
HDFSS telah dilakukan uji validitas oleh peneliti sebelumnya (Yusra,
dalam Ety 2017) dan didapat nilai r = 0,006 – 0,745 sehingga instrumen
dikatakan signifikan dan telah valid untuk digunakan dalam penelitian.
Sedangkan tingkat kecemasan menggunakan kuesioner Zung Sel-Rating
Anxiety Scale (ZSAS) yang telah dilakukan uji validitas oleh peneliti
sebelumnya (Nur, 2016) dan didapat nilai r = 0,388 – 0,888 sehingga
instrumen dikatakan signifikan dan telah valid untuk digunakan dalam
penelitian.
Hasil pengamatan pada ertabel didapatkan nilai dari sampel (N) =
30 responden dengan tingkat signifikansi 0,05 yaitu sebesar 0,3610. Pada
kuesioner HDFSS terdapat 29 item yang dimana 19 item valid dan 10 item
tidak valid. Sehingga hanya terdapat 19 item yang akan di jadikan
penelitian oleh peneliti.
Jadi hasil pengamatan pada ertabel didapat nilai sampel (N) = 20
responden dengan tingkat signifikan 0,05 yaitu sebesar 0,444 Pada
kuisioner tingkat kecemasan Zung Sel-Rating Anxiety Scale (ZSAS)
43

terdapat 20 item yang dikatakan valid oleh peneliti sebelumnya (Nur,


2016). Sehingga semua item yang akan di jadikan penelitian oleh peneliti.
2. Uji Realibilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2018). Dalam
penelitian sebelumnya dengan kuesioner yang sama untuk penguji
reliabilitas menggunakan sistem internal consistency yaitu melakukan uji
coba instrumen satu kali saja, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan Alpha Cronbach. Menurut (Ety, 2017) syarat
minimum koefisien korelasi yaitu 0,6 karena dianggap memiliki titik aman
dalam penentuan reliabilitas instrumen dan juga secara umum banyak
digunakan dalam penelitian.
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Dukungan Keluarga
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.746 29

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Tingkat Kecemasan

Reliability Statistics
Cronbach's Cronbach's N of
Alpha Alpha Based Items
on
Standardized
Items
.911 .912 20

Hasil uji reliabilitas pada instrumen dukungan keluarga oleh


peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha = 0,912
lebih besar dari 0,6 artinya dapat diterima dan reliable. Sedangkan
44

pengukuran variabel tingkat kecemasan dengan kuesioner Zung Self


Rating Anxiety Scale (ZSAS) menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha =
0,911 lebih besar dari 0,6 artinya dapat diterima dan reliable.

3. Uji Normalitas Data


Uji analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
membandingkan standar skweness dengan standar error. Apabila data
yang didapatkan berada antara – 2 sampai 2 artinya data berdistribusi
normal, jadi cut of point yang digunakan adalah mean. Apabila data yang
didapatkan < -2 dan > 2 artinya data berdistribusi tidak normal jadi cut of
point yang digunakan adalah median. Uji normalitas data bertujuan untuk
mengetahui kenormalan distribusi skor variabel. Variabel yang diuji
adalah variabel dependen dan independen.

I. Pengolahan Data
Kegiatan pengolahan data dilaksanakan setelah kegiatan pengumpulan
data dilakukan. Menurut Imron (2018) dalam pengolahan data terdapat
langkah – langkah yang ditempuh atau yang harus dilakukan antara lain yaitu:
1. Editing Data
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan lembar jawaban kuesioner
terlebih dahulu, apakah susah sesuai yang diharapkan atau belum, yaitu
dengan menggunakan melihat dan mengamati seluruh jawaban untuk
memastikan pertanyaan/pernyataan menurut kuesioner telah terjawab
semua, serta melihat kelengkapan agar tidak mengganggu pada proses
pengolahan data berikutnya.
2. Coding Data
Adalah suatu proses pemberian angka pada setiap pertanyaan yang
terdapat pada kuesioner, yang bertujuan untuk menelaah data mentah dan
memudahkan dalam menganalisa.
45

3. Entry Data
Langkah memasukan data hasil penelitian kedalam tabel berdasarkan atau
sesuai dengan kriteria.
4. Scoring Data
Scoring merupakan tahap pemberian nilai pda setiap pertanyaan
untuk menentukan nilai keseluruhan hasil jawaban dari responden. Scoring
pada kategori tiap variabel penelitian ini adalah:
a. Scoring pada kuesioner dukungan keluarga
1) = 75 : dinyatakan baik jika nilai sama dengan 75
2) < 75 : kurang baik jika nilai kurang dari 75
b. Scoring pada kuesioner tingkat kecemasan
1) 20 – 40 = kecemasan ringan
2) 45 – 59 = kecemasan sedang
3) 60 – 74 = kecemasan berat
4) 75 – 80 = kecemasan panik
5. Prosecing Data
Langkah ini jawaban dari masing – masing responded yang dalam
bentuk kode kategori kemudian dimasukan kedalam tabel atau ke kolom –
kolom dengan cara menghitung frekuensi data, memasukan data boleh
dengan cara manual atau perangkat lunak statistic melalui komputer. Pada
tahap ini, data – data yang sudah melalui proses coding dan editing
dimasukan ke dalam program komputer agar dapat memudahkan untuk
dianalisis.
6. Cleaning Data
Cleaning data dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pada saat
melakukan analisis lebih lanjut. Dengan cara yaitu memeriksa kembali
untuk memastikan bahwa data bersih dari kesalahan, baik salah dalam
pengkodean maupun dalam membaca kode, dan diharapkan data tersebut
benar-benar telah siap dianalisis.
46

J. Analisa Data
Analisis data adalah pengelompokan data berdasarkan karakteristik
responden, menyajikan data dari setiap variabel yang diselidiki dengan
menggunakan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Analisis
data dilakukan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat dengan analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan
uji statistik.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis setiap variabel berdasarkan survei.
Analisis ini biasanya hanya menggambarkan distribusi dan persentase
masing-masing variabel tanpa mencapai kesimpulan yang bersifat umum
(Ghozali,2018). Analisis Univariat dilakukan untuk menggambarkan
distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas
(komplikasi, lama menderita diabetes dan dukungan keluarga), variabel
terikat (tingkat kecemasan). Dengan rumus :
Keterangan :
F
P= x 100%
n
Keterangan :
P = Nilai yang didapat
F = Skor yang didapat
n = Skor maksimal

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Analisis yang digunakan disesuaikan
dengan rancangan penelitian yang digunakan dan skala data dari variabel
yang diteliti karena variabel bebas dan variabel terikat bersekala ordinal
maka analisis bivariat yang digunakan adalah uji statistik chi-square
47

(jenita, 2019). Berdasarkan aturan yang berlaku pada chi-square dengan


cara pembacaan sebagai berikut :
a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka
yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”
b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka Uji yang dipakai
sebaiknya “Continuity Correction (a)”
c. Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dsb, maka
digunakan uji “Pearson Chi-Square”

3. Odds Ratio
Hasil uji Chi-Square hanya dapat menyimpulkan ada atau tidaknya
perbedaan proporsi antar kelompok mana yang memiliki resiko lebih besar
terhadap kelompok lain. Penelitian yang menggunakan desain cross
sectional adalah untuk mengetahui derajat hubungan dua variabel
digunakan dengan odds ratio (OR). Nilai OR merupakan estimasi untuk
terjadinya Out Come sebagai pengaruh adanya variabel independen.
Perubahan suatu unit variabel independen akan menyebabkan perubahan
sebesar nilai OR pada variabel independen, dan estimasi confidence
interval (CI),OR ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%.
Adapun rumus odds ratio adalah :
a .d
` ¿=
b.c
OR = 1 : Artinya kelompok satu dengan kelompok lain, tidak ada
perbedaan resiko.
OR < 1 : Artinya kelompok satu memiliki efek proteksi atau perlindungan.
OR > 1 : Artinya kelompok satu memiliki perbedaan dari kelompok
lainnya.
48

K. Etika Penelitian
Etika penelitian dalam pengumpulan data ini memiliki prinsip yang
dibagi menjadi tiga bagian yaitu prinsip kepentingan, prinsip penghormatan
terhadap hak subjek, dan prinsip ketidakberpihakan (Nursalam, 2017). Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang mereka lakukan. Semua
responden menerima surat masuk untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Menurut penelitian Hidayat dalam Azizah (2018), peneliti harus
mempertimbangkan etika dalam penelitian sebagai berikut:
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk kesepakatan antara peneliti
dan responden bahwa mereka menyetujui untuk menjadi responden
sebelum melakukan penelitian. Tujuan dari informed consent adalah untuk
memberikan subjek pemahaman tentang maksud dan tujuan dari penelitian
yang dilakukan.
2. Anonimitas (Tanpa Nama)
Dalam penelitian ini, masalah etika adalah untuk memastikan
penggunaan subjek penelitian dengan tidak menyebutkan nama. Untuk
daftar alat ukur yang diberikan kepada responden, cukup dengan
menuliskan kode atau hasil survei yang ditampilkan pada formulir
pendataan.
3. Kerahasiaan
Dalam penelitian ini, masalah etika adalah untuk menjamin
kerahasiaan hasil penelitian, termasuk informasi dan hal – hal lain. Peneliti
memastikan kerahasiaan semua informasi yang dikumpulkan dan hanya
melaporkan temuan dari kumpulan data tertentu.
BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Profile Puskesmas Pebayuran
Secara administrativ puskesmas pebayuran termasuk kedalam wilayah
kecamatan pebayuran yang terdiri dari 23 kecamatan di wilayah kabupaten
bekasi dengan luas wilayah 8.00729 Ha. Yang etrdiri dari :
Tanah sawah : 6.827000 Ha
Tanah darat : 758.000 Ha
Lain-lain : 415,725 Ha
Yang terbagi atas 12 Desa dan 1 Kelurahan yakni Desa Bantarjaya,
Kertajaya, Karanghaur, Sumbersari, Sumberreja, Sumberurip,
Karangsegar, Karangharja, Karangreja, Karangjaya, Karangpatri,
Bantarsari, dan Kelurahan Kertasari.
Batas-batas wilayah kecamatan pebayuran adalah sebagai berikut :
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang. Sebelah Selatan
berbatasan dengan Kecamatan Kedungwaringin. Babelan Barat berbatasan
dengan Kecamatan Sukakarya. Sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Cabangbungin. Jarak terjauh ke Puskesmas yaitu 7 km dan
jarak terdekat yaitu 1 km dengan waktu tempuh terlama adalah 45 menit
dan waktu tempuh tercepat adalah 10 menit dengan demikian dapat
dikatakan bahwa seluruh desa di wilayah kerja Puskesmas Pebayuran
relatif terjangkau.
Penduduk sebagai sumber daya manusia merupakan potensi daerah yang
paling penting. Tentu saja hal ini perlu didukung dengan kualitas yang
memadai. Secara kuantitatif jumlah penduduk diwilayah kerja puskesmas
pebayuran pada tahun 2021 adalah 79,978 jiwa yang terdiri dari 40,290
Laki-laki dan 39.688 jiwa perempuan.

49
50

2. Puskesmas Pebayuran Memiliki VISI DAN MISI


Visi dan Misi Puskesmas Pebayuran adalah :
VISI : “Mewujudkan Puskesmas Pebayuran yang bersih, indah, aman,
tertib mengedepankan pelayanan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat”
MISI :
Meningkatkan mutu sumber daya manusia demi kelangsungan program
kesehatan.
Makna :
Sumber daya tenaga Puskesmas yang berkompeten
Sarana dan prasarana yang memadai dalam mendukung setiap kegiatan.
Meningkatkan mutu dan kinerja Puskesmas.
Makna :
Mempunyai posyandu unggulan/ percontohan disetiap desa.
Terintegrasinya kegiatan puskesmas dengan kegiatan lintas sektor didalam
wadah posyandu disetiap desa.

B. Hasil Analisa Data


Hasil penelitian ini akan disajikan secara berurutan, mulai dari hasil
analisa univariat sampai hasil analisa bivariat dan hasilnya sebagai berikut :
1. Hasil Analisa Univariat
Hasil Analisa Univariat menjelaskan secara deskriptif mengenai
variabel-variabel penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, usia,
komplikasi, lama menderita, dukungan keluarga, tingkat kecemasan. Data-
data penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
sebagai berikut :
51

a. Jenis Kelamin
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Jenis Kelamin (n=67)

Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)

Laki – Laki 21 31,3%


Perempuan 46 68,7%
Total 67 100,0%
Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa dari 67


responden diabetes mellitus tipe 2 diwilayah puskesmas pebayuran
hasil frekuensi menurut jenis kelamin pada perempuan sebanyak 46
orang atau 68,7%. Sedangkan jumlah pada laki-laki yaitu sebanyak 21
orang atau 31,3%.

b. Usia
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia (n=67)

Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)

41 – 50 39 58,2%
51 – 60 28 41,8%
Total 67 100,0%
Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa dari 67


responden diabetes mellitus tipe 2 diwilayah puskesmas pebayuran
didapatkan responden yang usianya 41-50 tahun berjumlah 39 orang
atau 58,2%, sedangkan responden yang berusia 51-60 tahun berjumlah
28 orang atau 41,8%.
52

c. Komplikasi
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Komplikasi (n=67)

Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)

Tidak Komplikasi 27 40,3%


Komplikasi 40 59,7%
Total 67 100,0%
Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 5.6 diatas menunjukan bahwa dari 67


responden diabetes mellitus tipe 2 diwilayah puskesmas pebayuran
hasil frekuensi menunjukan bahwa yang tidak memiliki komplikasi
berjumlah 27 orang atau 40,3%, sedangkan yang memiliki komplikasi
sebanyak 40 orang atau 59,7%.

d. Lama Menderita
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Lama Menderita (n=67)

Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)

> 10 tahun 20 29,9%


5 – 10 tahun 22 32,8%
< 5 tahun 25 37,3%
Total 67 100,0%
Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 5.7 diatas menunjukan bahwa dari 67


responden diabetes mellitus tipe 2 diwilayah puskesmas pebayuran
menunjukan bahwa hasil lama menderita > 10 tahun berjumlah 20
orang atau 29,9%, sedangkan lama menderita yang 5 – 10 tahun
berjumlah 22 orang atau 32,8%, dan lama menderita yang < 5 tahun
berjumlah 25 orang atau 37,3%.
53

e. Dukungan Keluarga
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Dukungan Keluarga (n=67)

Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)

Baik 33 49,3%
Tidak Baik 34 50,7%
Total 67 100,0%
Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 5.8 diatas diatas menunjukan bahwa dari 67


responden diabetes mellitus tipe 2 diwilayah puskesmas pebayuran
menunjukan bahwa hasil yang mendapat dukungan keluarga berjumlah
33 orang atau 49,3%, Sedangkan responden yang tidak mendapat
dukungan keluarga baik berjumlah 34 orang atau 50,7%.

f. Tingkat Kecemasan
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Tingkat Kecemasan (n=67)

Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)

Ringan 22 32,8%
Sedang 27 40,3%
Berat 18 26,9%
Total 67 100,0%
Sumber: Data Primer 2022

Berdasarkan Tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa dari 67


responden diabetes mellitus tipe 2 diwilayah puskesmas pebayuran
hasil frekuensi menurut tingkat kecemasan ringan berjumlah 22 orang
atau 32,8%, sedangkan tingkat kecemasan sedang berjumlah 27 orang
atau 40,3%, dan tingkat kecemasan berat sebanyak 18 orang atau
26,9%.
54

2. Hasil Analisa Bivariat


Analisa data bivariat adalah suatu uji yang dilakukan untuk
mengetahui suatu hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen. Pada analisa data bivariat ini dilakukan dengan uji pada (α =
0,05) yaitu Chi Square untuk mengetahui hubungan variabel independen
dengan variabel dependen. Berikut disajikan hasil uji ChiSquare hasil
analisa bivariat.
Ha gagal ditolak :
a. Ada hubungan antara komplikasi dengan tingkat kecemasan pada
penderita Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Puskesmas Pebayuran.
b. Ada hubungan antara lama menderita dengan tingkat kecemasan pada
penderita Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Puskesmas Pebayuran.
c. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pada penderita Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Puskesmas
Pebayuran.
Ha ditolak :
a. Tidak ada hubungan antara komplikasi dengan tingkat kecemasan
pada penderita Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Puskesmas
Pebayuran.
b. Tidak ada hubungan antara lama menderita dengan tingkat kecemasan
pada penderita Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Puskesmas
Pebayuran.
c. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pada penderita Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah
Puskesmas Pebayuran
55

a. Hubungan Antara Komplikasi Dengan Tingkat Kecemasan Pada


Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Tabel 5.10 Hubungan Antara Komplikasi Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Wilayah Puskesmas Pebayuran (n=67)

Tingkat Kecemasan
Total P
Komplikasi Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Tidak
11 40,7% 6 22,2% 10 37,0% 27 100,0%
Komplikasi 0,044
Komplikasi 11 27,5% 21 52,5% 8 20,0% 40 100,0%
Total 22 32,8% 27 40,3% 18 26,9% 67 100,0%
Sumber: Data Primer 2022
Berdasarkan pada tabel 5.6 diatas menunjukan bahwa dari 67
responden diabetes mellitus tipe 2 diwilayah puskesmas pebayuran
dapat diketahui bahwa responden yang tidak memiliki komplikasi
cenderung memiliki tingkat kecemasan yang ringan sebanyak 11 orang
atau (40,7%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 6 orang atau
(22,2%), dan tingkat kecemasan berat sebanyak 10 orang atau (37,0%).
Sedangkan yang memiliki komplikasi cenderung memiliki tingkat
kecemasan yang ringan sebanyak 11 orang atau (27,5%), tingkat
kecemasan sedang sebanyak 21 orang atau (52,5%), dan tingkat
kecemasan berat sebanyak 8 orang (20,0%).
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan chi-
square menunjukan nilai P= 0,044 < α = 0,05 yang artinya H0 ditolak
dan Ha diterima. Maka dapat diambil kesimpulan secara statistic
bahwa ada hubungan antara komplikasi dengan tingkat kecemasan
pada penderita diabetes mellitus tipe 2 diwilayah puskesmas
pebayuran.
56

b. Hubungan Antara Lama Menderita Dengan Tingkat Kecemasan


Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Tabel 5.11 Hubungan Antara Lama Menderita Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah
Puskesmas Pebayuran (n=67)

Tingkat Kecemasan
Lama Total
Ringan Sedang Berat P
Menderita
n % n % n % n %
> 10 Tahun 14 56,0% 6 24,0% 5 20,0% 25 100,0%
5-10 Tahun 3 13,6% 19 86,4% 0 00,0% 22 100,0%
0,000
< 5 Tahun 5 25,0% 2 10,0% 13 65,0% 20 100,0%
Total 22 32,8% 27 40,3% 18 26,9% 67 100,0%
Sumber: Data Primer 2022
Berdasarkan pada tabel 5.7 diatas menunjukan bahwa dari 67
responden diabetes mellitus tipe 2 diwilayah puskesmas pebayuran
dapat diketahui bahwa responden lama menderita lebih dari 10 tahun
cenderung memiliki tingkat kecemasan yang ringan sebanyak 14 orang
atau (56,0%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 6 orang atau
(24,0%), dan tingkat kecemasan berat sebanyak 5 orang (20,0%).
Sedangkan responden dengan lama menderita 5-10 tahun cenderung
memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 3 orang atau (13,6%),
tingkat kecemasan sedang sebanyak 19 orang atau (86,4%), dan
tingkat kecemasan berat sebanyak 0 orang atau (00,0%). Dan
responden dengan lama menderita kurang dari 5 tahun cenderung
memiliki tingkat kecemasan yang ringan sebanyak 5 orang (25,0%),
tingkat kecemasan sedang sebanyak 2 orang atau (10,0%),dan tingkat
kecemasan berat sebnyak 13 orang atau (65,0%).
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan chi-
square menunjukan nilai P= 0,000 < α = 0,05 yang artinya H0 ditolak
dan Ha diterima. Maka dapat diambil kesimpulan secara statistic
bahwa ada hubungan antara lama menderita dengan tingkat kecemasan
57

pada penderita diabetes mellitus tipe 2 diwilayah puskesmas


pebayuran.
c. Hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan
pada penderita diabetes mellitus tipe 2
Tabel 5.12 Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tiper II Di
Wilayah Puskesmas Pebayuran (n=67)

Tingkat Kecemasan
Dukungan Total P
Ringan Sedang Berat
Keluarga
n % n % n % N %
Baik
12 36,4% 18 54,5% 3 9,1% 33 100,0%
(Mendukung)
0,004
Tidak Baik (Tidak
10 29,4% 9 26,5% 15 44,1% 34 100,0%
Mendukung)
Total 22 32,8% 27 40,3% 18 26,9% 67 100,0%
Sumber: Data Primer 2022
Berdasarkan pada tabel 5.8 diatas menunjukan bahwa dari 67
responden diabetes mellitus tipe 2 diwilayah puskesmas pebayuran
dapat diketahui bahwa responden yang yang mendapat dukungan
keluarga (Baik) cenderung memiliki tingkat kecemasan ringan
sebanyak 12 orang atau (36,4%), tingkat kecemasan sedang sebanyak
18 orang atau (54,5%) dan tingkat kecemasan berat sebanyak 3 orang
atau (9,1%). Sedangkan yang tidak mendapat dukungan keluarga
(Tidak baik) cenderung memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak
10 orang atau (29,4%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 9 orang
atau (26,5%), dan tingkat kecemasan berat sebanyak 15 orang atau
(44,1%).
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan chi-
square menunjukan nilai (P= 0,004) (< α = 0,05) yang artinya H0
ditolak dan Ha diterima. Maka dapat diambil kesimpulan secara
statistic bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
58

kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 diwilayah


puskesmas pebayuran.
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Peneliti
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data primer
secara langsung dari responden melalui tatap muka. Penelitian ini tidak
terlepas dari keterbatasan peneliti, baik dalam mengumpulkan bahan materi,
biaya untuk penelitian, mengumpulkan responden agar bersedia mengisi
kuesioner penelitian melalui tatap muka. Karena keterbatasan waktu maupun
dalam pengolahan data, akan tetapi dalam hal ini peneliti telah berupaya
semaksimal mungkin dengan berbagai cara dan usaha untuk mendapatkan
hasil penelitian yang sempurna.
Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang telah disediakan
alternatif jawaban (jawaban tertutup) sehingga jawaban responden kurang
sesuai dengan yang di harapkan peneliti bila dibandingkan dengan pertanyaan
terbuka. Kualitas jawaban responden tergantung dari kejujuran responden
dalam menjawab setiap pertanyaan atau pernyataan sehingga bisa saja terdapat
bias karena responden menjawab sesuai dengan keinginan responden

B. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Analisa Univariat
a. Frekuensi jenis kelamin dan usia
Hasil uji statistic jenis kelamin didapatkan dari 67 responden
penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah puskesmas pebayuran.
Didapatkan sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan
yang mengalami diabetes mellitus terjadi pada perempuan sebanyak 46
orang atau (68,7%) dibandingkan dengan responden dengan jenis
kelamin laki-laki yang berjumlah 21 orang atau (31,3%). Hal ini
sejalan dengan hasil Riskesdas tahun 2018 bahwa prevelensi diabetes
mellitus lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki

59
60

hal ini dikarenakan perempuan lebih mudah mengalami stress serta


mengalami peningkatan berat badan karena terlalu sering
mengkonsumsi makanan manis dibandingkan dengan laki-laki dan
pada perempuan pasca-menopous lemak didalam tubuh mudah
menyebabkan penimbunan lemak tubuh akibat proses hormon (Rosita
et al., 2022).
Sedangkan hasil uji statistic pada kelompok usia didapatkan dari
67 responden penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah puskesmas
pebayuran. Didapatkan sebagian besar terjadi direntang usia 41-50
tahun yang berjumlah 39 orang atau (58,2%). Dibandingkan dengan
responden berusia 51-60 tahun yang berjumlah 28 orang atau (41,8%).
Hal ini sejalan dengan hasil Rikesdas tahun 2018 bahwa prevelensi
diabetes mellitus menurut kelompok beresiko tinggi pada usia 40-55
tahun diabetes mellitus akan semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, hal ini disebabkan karena manusia mengalami
penurunan fisiologis dan faktor degeneratif pada tahap penuaan yang
menyebabkan menurunnya sensitivitas insulin serta juga dapat
menurunnya fungsi tubuh untuk metabolisme glukosa setelah usia 40
tahun. Diabetes berkembang setelah memasuki usia rentan, dan
semakin tua, semakin tinggi resiko terkena diabetes mellitus terutama
pada usia 45 tahun dengan usia (kelompok beresiko tinggi) (Gunawan
& Rahmawati, 2021).

b. Komplikasi
Berdasarkan hasil uji statistic variabel dari 67 responden
penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah puskesmas pebayuran.
Yang memiliki komplikasi sebanyak 40 orang atau 59,7% .dan yang
tidak memiliki komplikasi berjumlah 27 orang atau 40,3%. Komplikasi
diabetes mellitus dapat didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang
mengidap dua atau lebih penyakit atau kondisi yang kronis. Sebagian
besar disebabkan oleh faktor genetik dan prilaku atau gaya hidup
61

seseorang. Penyakit kronis akibat komplikasi dari diabetes dapat


diklasifikasikan sebagai mikrovaskuler dan makrovaskuler.
Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan sistem saraf
(neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata
(retinopati). Sedangkan, komplikasi makrovaskular termasuk penyakit
jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer. Penyakit
pembuluh darah perifer dapat menyebabkan cedera yang sulit tidak
sembuh, gangren, bahkan amputasi. Komplikasi yang lain termasuk
kerusakan gigi, penurunan resistensi infeksi seperti influenza dan
pneumonia, makrosomia dan komplikasi saat melahirkan. Komplikasi
penyakit ini berhubungan dengan kemunculan penyakit kronis
berbahaya lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi, stroke,
kebutaan akibat retinopati, glaukoma, katarak, gagal ginjal, impotensi
pada pria serta kecacatan akibat luka yang sulit disembuhkan
(Rosyada, 2019).

c. Lama menderita
Berdasarkan hasil uji statistic variabel dari 67 responden
penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah puskesmas pebayuran.
Yang dikategorikan lama menderita > 10 tahun berjumlah sebanyak 25
orang atau 37,3%, dan kategori yang lama menderita 5-10 tahun tahun
berjumlah 22 orang atau 32,8%, sedangkan yang lama menderita < 5
tahun berjumlah 20 orang atau 29,9%. Diabetes adalah penyakit di
mana kadar gula darah meningkat karena ketidakmampuan tubuh
untuk melepaskan atau menggunakan insulin secara memadai. Di
antara faktor-faktor yang cenderung mempengaruhi perilaku kesehatan
adalah lamanya menderita. Lamanya penyakit berhubungan dengan
usia pasien pertama kali didiagnosis diabetes, semakin muda usia
pasien semakin lama menderita nyeri (Bertalina & Purnama, 2018).
Semakin lama seseorang menderita DM, semakin besar kemungkinan
untuk mengalami hiperglikemia kronis, yang pada akhirnya akan
62

menimbulkan komplikasi DM berupa retinopati, penyakit ginjal,


penyakit arteri koroner, dan ulkus diabetikum. Durasi DM
menyebabkan hiperglikemia persisten. Hiperglikemia yang berlanjut
memulai timbulnya hiperglikemia, suatu kondisi di mana sel dibanjiri
glukosa. Trombositemia kronis akan mengubah homeostasis biokimia
sel-sel ini, yang pada gilirannya cenderung menginduksi perubahan
mendasar dalam pembentukan komplikasi kronis DM.(Suryati et al.,
2019).

d. Dukungan keluarga
Berdasarkan hasil uji statistic variabel dari 67 responden
penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah puskesmas pebayuran.
Yang menunjukan bahwa hasil yang mendapat dukungan keluarga baik
berjumlah 33 orang atau 49,3%. Sedangkan yang tidak mendapat
dukungan keluarga berjumlah 34 orang atau 50,7%. Dukungan
keluarga merupakan faktor yang paling penting untuk membantu
individu menghadapi masalah kesehatan, ketika seorang anggota
keluarga terkena masalah terutama masalah kesehatan, peran keluarga
adalah memberikan perawatan vital bagi anggota keluarga yang sakit
untuk mencapai kesehatan yang optimal (Rahmi et al., 2020). Untuk
itu, dukungan keluarga merupakan kegiatan dukungan yang diberikan
oleh anggota keluarga agar orang yang terkena dampak merasa
diperhatikan dan dihargai oleh keluarganya karena mendapat bantuan
dari orang lain yang dianggap penting dalam hidupnya. Oleh karena
itu, disimpulkan bahwa individu dengan dukungan keluarga yang baik
lebih optimis terhadap kehidupannya dan lebih mudah dalam
menghadapi masalah yang dihadapinya (Patel, 2019).

e. Tingkat kecemasan
Berdasarkan hasil uji statistic variabel dari 67 responden
penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah puskesmas pebayuran.
63

Menunjukan hasil yang dikategorikan menurut tingkat kecemasan


ringan sebanyak berjumlah 22 orang atau 32,8%, sedangkan hasil
tingkat kecemasan sedang berjumlah 27 orang atau 40,3%, dan tingkat
kecemasan berat dengan hasil sebanyak 18 orang atau 26,9%.
Kecemasan adalah suatu kondisi yang membuat seseorang merasa
tidak aman, cemas, gelisah, takut dan tidak nyaman dengan berbagai
keluhan fisik. Kecemasan dikaitkan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya. Selanjutnya menurut (Kaju et al., 2020). Kecemasan
dapat terlihat ketika seseorang mengalami perasaan gugup atau takut
mengikuti pengalaman yang sulit dalam hidupnya. Reaksi psikologis
terhadap kecemasan dapat bermanifestasi sebagai perasaan cemas,
takut, dan perasaan negatif. Penderita diabetes jika mengalami
kecemasan akan mengalami gangguan fisiologis seperti perasaan
cemas, detak jantung lebih cepat, keringat dingin, terkadang sesak
napas, lemas dan kurang motivasi, gelisah dalam makan dan tidur. .
hal-hal yang dia pikir berbahaya, terutama ketika dia berpikir tentang
kematian (Supriatna et al., 2022).

2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Antara Komplikasi Dengan Tingkat Kecemasan Pada
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Puskesmas
Pebayuran.
Berdasarkan hasil Analisa tabel penelitian yang dilakukan
sebanyak 67 responden mengenai komplikasi dengan tingkat
kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah
puskesmas pebayuran. Responden yang tidak memiliki komplikasi
cenderung memiliki tingkat kecemasan yang ringan sebanyak 11 orang
atau (40,7%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 6 orang atau
(22,2%), dan tingkat kecemasan berat sebanyak 10 orang atau (37,0%).
Sedangkan yang memiliki komplikasi cenderung memiliki tingkat
kecemasan yang ringan sebanyak 11 orang atau (27,5%), tingkat
64

kecemasan sedang sebanyak 21 orang atau (52,5%), dan tingkat


kecemasan berat sebanyak 8 orang (20,0%).
Berdasarkan hasil analisa uji chi-square didapat nilai P= 0,044 <
α = 0,05 yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat diambil
kesimpulan secara statistic bahwa ada hubungan antara komplikasi
dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe 2
diwilayah puskesmas pebayuran.
Komplikasi ini merupakan gabungan dari beberapa penyakit
yang ada dalam tubuh manusia yang disebabkan oleh penyakit lama,
seperti diabetes yang dapat menyebabkan penyakit hati, kemudian
berubah menjadi sirosis yang dapat menyebabkan penyakit jantung,
kebutaan, gangguan saraf (neuropati), gagal ginjal, gangren, penyakit
jantung, penyakit jantung koroner, stroke, dll. Komplikasi yang
dihadapi penderita diabetes antara lain kebutaan, kerusakan saraf,
gagal ginjal, gangren, dan stroke. Pasien dengan diabetes berada pada
peningkatan risiko ulserasi atau gangren dan pada peningkatan risiko
amputasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan (Maulasari, 2017).
Pandangan interpersonal menyatakan bahwa kecemasan berasal dari
perasaan takut ketika ada kurangnya penerimaan dan penolakan
interpersonal.
Kecemasan juga dikaitkan dengan perkembangan trauma seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menyebabkan kelemahan tertentu.
Kecemasan yang terus menerus dapat meningkatkan kadar gula darah
yang akan berpengaruh dalam proses kesembuhan dan menghambat
aktivitas kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai teori bahwa kecemasan
merupakah hal yang tidak mudah dihadapi oleh penderita diabetes
mellitus dan jika tidak diatasi akan menimbulkan berbagi komplikasi
(Soegondo, 2007). Selain itu, tingkat kecemasan yang terjadi pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh ketakutan pribadi
terhadap komplikasi yang mungkin muncul akibat dari penyakit yang
dialaminya (Mahmuda dkk, 2016). Hal ini membuktikan bahwa
65

penderita DM tanpa komplikasi juga dapat mengalami kecemasan. Jika


kecemasan ini tidak di tanggulangi maka gula darah akan tinggi dan
menyebabkan risiko munculnya komplikasi.
Sedangkan, data DM dengan komplikasi yang diperoleh saat
penelitian didapatkan 21 responden (55,3%) yang mengalami
kecemasan. Hal ini diperkuat dengan analisis butir kuesioner yang
menunjukkan responden mengalami keringat yang berlebihan, detak
jantung yang meningkat walaupun tidak melakukan aktivitas, dan
merasa lemas. Kecemasan dikaitkan dengan proses metabolisme yang
buruk dan meningkatnya komplikasi pada penderita DM tipe 2
(Bickett & Tapp, 2017). Hal ini diperkuat dengan Wiyadi, Rina &
Junita (2018) yang mengatakan bahwa pasien yang mengalami
diabetes mellitus terutama diabetes mellitus kronik dapat menimbulkan
kecemasan terutama pada penderita diabetes mellitus yang sudah
timbul komplikasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kecemasan
muncul dikarenakan metabolism yang buruk dan adanya komplikasi
yang diderita oleh responden.
Berdasarkan analisis peneliti menyimpulkan bahwa adanya
hubungan antara komplikasi dengan tingkat kecemasan pada penderita
diabetes mellitus dipuskesmas pebayuran karena penelitian ini
menunjukkan bahwa masalah kecemasan pada penderita diabetes
adalah masalah yang rumit. Dipengaruhi oleh sejumlah faktor, semua
pasien diabetes umumnya khawatir tentang apa pun yang berhubungan
dengan penyakit mereka, misalnya kecemasan tentang komplikasi,
kecemasan tentang penyakit yang tidak kunjung sembuh, semua
karena fakta bahwa penderita diabetes percaya bahwa diabetes adalah
penyakit yang mematikan. Penyakit, karena menunjukkan ada tidaknya
komplikasi dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pada penderita
diabetes.
66

b. Hubungan Antara Lama Menderita Dengan Tingkat Kecemasan


Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Puskesmas
Pebayuran
Berdasarkan hasil Analisa tabel penelitian yang dilakukan
sebanyak 67 responden mengenai lamanya menderita dengan tingkat
kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah
puskesmas pebayuran. Diketahui responden yang lama menderita lebih
dari 10 tahun cenderung memiliki tingkat kecemasan yang ringan
sebanyak 14 orang atau (56,0%), tingkat kecemasan sedang sebanyak
6 orang atau (24,0%), dan tingkat kecemasan berat sebanyak 5 orang
(20,0%). Sedangkan responden dengan lama menderita 5-10 tahun
cenderung memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 3 orang atau
(13,6%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 19 orang atau (86,4%),
dan tingkat kecemasan berat sebanyak 0 orang atau (00,0%). Dan
responden dengan lama menderita kurang dari 5 tahun cenderung
memiliki tingkat kecemasan yang ringan sebanyak 5 orang (25,0%),
tingkat kecemasan sedang sebanyak 2 orang atau (10,0%),dan tingkat
kecemasan berat sebnyak 13 orang atau (65,0%).
Berdasarkan hasil analisa uji chi-square menunjukan nilai P=
0,000 < α = 0,05 yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat
diambil kesimpulan secara statistic bahwa ada hubungan antara lama
menderita dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes mellitus
tipe 2 diwilayah puskesmas pebayuran.
Diabetes adalah penyakit kronis, membutuhkan pengobatan dan
perawatan jangka panjang, bahkan menemani hidup pasien. Kondisi ini
tentunya dapat menimbulkan kejenuhan pada diri pasien. Oleh karena
itu, selain memperhatikan masalah fisik, penting untuk memperhatikan
faktor psikologis penderitanya (Fatimah RN, 2019). Disimpulkan
bahwa seseorang yang baru mengenal penyakitnya akan merasa cemas
akan penyakitnya. Hal ini karena penderita diabetes masih perlu
melakukan penyesuaian gaya hidup secara teratur, termasuk pola
67

makan, aktivitas fisik dan obat-obatan, di antara alasan lain mengapa


diabetes dapat menyebabkan kecemasan. Gula adalah penyakit yang
tidak dapat disembuhkan. Hal inilah yang membuat khawatir pasien
baru karena ketakutan mereka tidak dapat menerapkan pola hidup
sehat secara teratur dan kurangnya pengalaman mereka dalam
beradaptasi dengan gaya hidup baru.
Sebaliknya, seseorang yang sudah lama mengetahui bahwa
dirinya menderita diabetes cenderung tidak khawatir karena telah
berpengalaman dalam melakukan penyesuaian gaya hidup dan sudah
lama harus mengobati penyakit yang akan dijalaninya, sehingga ia
mulai menderita diabetes, mungkin lebih adaptif untuk mengelola
penyakitnya daripada seseorang yang tidak sadar dan baru mengenal
penyakitnya. Hal ini sesuai dengan penelitian (Maulasari, 2020) yang
menjelaskan bahwa kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri
meningkat jika telah lama hidup sebagai penderita diabetes, sehingga
tingkat kecemasannya lebih pendek dibandingkan seseorang yang
sudah lama menderita diabetes (Maulasari, 2020).
Diperkuat dengan peneliti (Noor Diani et al., 2022)
menyebutkan terdapat 64% pasien diabetes mellitus dengan
pendidikan menengah ke bawah. Hal ini berkaitan dengan tingkat
pemahaman seseorang terhadap penyakit yang diderita dan
penanggulangannya. Selain itu, menurut karakteristik lama menderita
di dapatkan hasil bahwa semakin lama menderita makan semakin lama
durasi diabetes mellitus. Durasi lamanya diabetes melitus yang diderita
ini dikaitkan dengan resiko terjadinya beberapa komplikasi yang
timbul sesudahnya. Faktor utama pencetus komplikasi pada diabetes
melitus selain durasi atau lama menderita adalah tingkat keparahan
diabetes.
Berdasarkan analisis peneliti menyimpulkan bahwa adanya
hubungan antara lama menderita dengan tingkat kecemasan pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 disebabkan karena adanya
68

kecemasan bahwa diabetes tidak dapat disembuhkan. Semakin lama


seseorang menderita diabetes, semakin besar kemungkinan mereka
berpikir bahwa durasi diabetes mempengaruhi kemampuan pasien
sendiri untuk memahami kondisi mereka sendiri dan mengelola
kondisi mereka, dan dapat mencegah munculnya kecemasan itu
sendiri.

c. Hubungan Antara Dukungan keluarga Dengan Tingkat


Kecemasan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah
Puskesmas Pebayuran
Berdasarkan hasil Analisa tabel penelitian yang dilakukan
sebanyak 67 responden mengenai lamanya menderita dengan tingkat
kecemasan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah
puskesmas pebayuran. Dapat diketahui bahwa responden yang
mendapat dukungan keluarga (Baik) cenderung memiliki tingkat
kecemasan ringan sebanyak 12 orang atau (36,4%), tingkat kecemasan
sedang sebanyak 18 orang atau (54,5%) dan tingkat kecemasan berat
sebanyak 3 orang atau (9,1%). Sedangkan yang tidak mendapat
dukungan keluarga (Tidak baik) cenderung memiliki tingkat
kecemasan ringan sebanyak 10 orang atau (29,4%), tingkat kecemasan
sedang sebanyak 9 orang atau (26,5%), dan tingkat kecemasan berat
sebanyak 15 orang atau (44,1%).
Berdasarkan hasil analisa uji chi-square menunjukan nilai P=
0,004 < α = 0,05 yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat
diambil kesimpulan secara statistic bahwa ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada penderita diabetes
mellitus tipe 2 diwilayah puskesmas pebayuran.
Dukungan keluarga merupakan bentuk hubungan interpersonal
yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan anggota keluarga,
berupa dukungan informasional, dukungan alat, dan dukungan
emosional (Erda et al., 2021). Dukungan keluarga dapat berupa
69

dukungan sosial dari dalam, seperti dukungan dari suami, istri, atau
dukungan saudara kandung, dan dapat juga berupa dukungan keluarga
di luar keluarga inti.. Hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi
keluarga (Erda et al., 2021)
Kurangnya dukungan keluarga terhadap penderita diabetes tipe
2 menyebabkan peningkatan kecemasan, dan tingkat kecemasan dapat
mempengaruhi status penderita diabetes tipe 2 (Pamungkas et al.,
2017). Hubungan keluarga dapat menjadi sumber dukungan yang
penting bagi penderita diabetes, dan kedekatan dengan keluarga
dipertahankan untuk perawatan diabetes. Menurut fungsinya, keluarga
bertanggung jawab atas pangan dan pemeliharaan kesehatan.
Dukungan keluarga meliputi dukungan tatap muka, pemberian
informasi yang dibutuhkan, dan pujian sebagai bentuk kasih sayang
dan perhatian.
Perlu disadari bahwa hidup dengan diabetes melitus dapat
memberikan beban psikososial bagi penderita maupun anggota
keluarganya. Respon psikologis yang negatif terhadap diagnosis bahwa
seseorang mengidap penyakit ini dapat berupa penolakan atau tidak
mau mengakui kenyataan, marah, merasa berdosa, cemas dan depresi
sejalan dengan penelitian (Afifah et al., 2020), Menyatakan bahwa
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan yang
mengalami Diabetes Mellitus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
adanya dukungan dari keluarga membantu menurunkan kecemasan
sehingga disarankan untuk keluarga agar tetap memberikan dukungan
kepada penderita yang mengalami diabetes. Selain perubahan tersebut
jika penderita diabetes melitus telah mengalami komplikasi maka akan
menambah kecemasan pada penderita karena dengan adanya
komplikasi akan membuat penderita mengeluarkan lebih banyak biaya,
pandangan negatif tentang masa depan, dan lain-lain
Berdasarkan analisis peneliti menyimpulkan bahwa adanya
dukungan keluarga berupa motivasi dari keluarga untuk melakukan
70

kontrol gula darah secara rutin, mendukung pola hidup sehat, dan
peran keluarga untuk mendampingi serta mengantar responden saat
kontrol yang membuat responden merasa lebih tenang dan mmeiliki
semangat yang besar untuk melakukan kontrol gula darah secara rutin.
Oleh karena itu prasaan hawatir dan cemas akibat penyakit diabetes
mellitus menjadi tidak dirasakan oleh responden.
BAB VII
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien diabetes mellitus tipe II
diwilayah puskesmas pebayuran dapat diambil kesimplan bahwa :
1. Analisa Univariat
Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar responden berada
pada kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 39 orang atau 58,2%, dengan
jenis kelamin terbanyak yaitu pada perempuan sebanyak 46 orang atau
68,7%. Sedangkan responden yang memiliki komplikasi sebanyak 40
orang atau 59,7% sebagian besar responden telah menderita diabetes
mellitus tipe 2 kurang lebih selama 5 tahun yang berjumlah sebanyak 25
orang atau 37,3%, Sedangkan responden yang tidak memiliki komplikasi
sebanyak 27 orang atau 40,3% dan sering mendapat dukungan keluarga
baik sebanyak 33 orang atau 49,3%, sebagian besar responden memiliki
tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 22 orang atau 32,8%.
2. Analisa Bivariat
Ada hubungan yang signifikan antara komplikasi, lama menderita,
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan di puskesmas pebayuran
dengan hasil yang memiliki komplikasi dengan nilai ρ-value (0,044), lama
menderita dengan nilai ρ-value (0,000), dukungan keluarga dengan nilai ρ-
value (0,004). Yang keseluruhan hasil nilai ρ-value lebih kecil dari α
(0,05) dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima.

B. Saran
1. Bagi Program Studi Dan Instansi Kesehatan
Disarankan bagi program studi bahwa penelitian dapat digunakan
sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menambah

71
72

wawasan yang luas untuk ilmu keperawatan salah satunya tentang


keperawatan komunitas.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi
penelitian berikutnya mengenai hal yang sama secara mendalam dan dapat
menambah jumlah responden serta menggunakan metodelogi penelitian
yang berbeda.
3. Bagi Instansi Kesehatan
Puskesmas pebayuran diharapkan untuk memberikan pelayanan konseling
terkait pengaruh lama menderita dan komplikasi terhadap tingkat
kecemasan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yaitu dengan memberikan
motivasi agar kecemasan bisa diatasi dengan mudah sehingga pasien tetap
sehat
4. Bagi Responden (Masyarakat)
Diharapkan bagi responden yang menderita diabetes mellitus atau
tidak harus lebih semangat menjalani hidup sehat, selalu rutin kontrol gula
darah dan selalu rutin minum obat.
Diharapkan bagi keluarga untuk bisa mengontrol emosi penderita
diabetes mellitus tipe 2 dengan selalu memberikan perhatian, motivasi,
dukungan dan mendengarkan setiap curahan hati penderita tentang kondisi
kesehatannya agar penderita tidak merasa cemas dan lebih tenang dalam
menghadapi penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Y. N., Rokayah, C., & Fazriana, E. E. (2020). Hubungan Dukungan


Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Lansia yang Mengalami Diabetes
Melitus. Jurnal Ners Widya Husada, 4(2), 53–56.
http://stikeswh.ac.id:8082/journal/index.php/jners/article/view/313
Bertalina, B., & Purnama, P. (2016). Hubungan Lama Sakit, Pengetahuan,
Motivasi Pasien dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pasien
Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan, 7(2), 329.
https://doi.org/10.26630/jk.v7i2.211
Budiarti, N. R. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Diit
pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Ruang
Hemodialisa RS Sentra Medika Cibinong 2018.
Derek, M., Rottie, J., & Kallo, V. (2017). Hubungan Tingkat Stres Dengan Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Rumah Sakit Pancaran
Kasih Gmim Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1), 105312.
Di, B., Pandemi, M., Lutfiana, N., Studi, P., Keperawatan, S., Suherman, U. M.,
Industri, R., Jababeka, P., Utara, C., Barat, J., Sartika, N. A., Kes, S. K. M.,
Studi, P., Keperawatan, S., & Medika, U. (n.d.). Pendahuluan Kecemasan
dapat terjadi disetiap Metode Jenis penelitian yang digunakan Hasil.
Diabetes, D. (n.d.). HARI DIABETES SEDUNIA TAHUN 2018.
Dinas Kesehatan Kab. Berau. (2021). Profil Kesehatan Kabupaten Berau.
Kemenkes RI, 2013–2015.
Erda, R., Novitri, W., Gemini, S., & Yunaspi, D. (2021). Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Pada Penderita Diabetes Mellitus.
Jurnal Kesehatan Mercusuar, 4(2), 82–86.
https://doi.org/10.36984/jkm.v4i2.250
Fatimah RN. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung, 4(1), 93–101.
Fitri, D., & Ifdil, A. &. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). 5(2). http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor

73
74

GINA. (2020). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


Dewasa di Indonesia 2015. (2015). PB PERKENI. Global Initiative for
Asthma, 46. www.ginasthma.org.
Gunawan, S., & Rahmawati, R. (2021). Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan
Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Tugu
Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2019. ARKESMAS (Arsip
Kesehatan Masyarakat), 6(1), 15–22.
https://doi.org/10.22236/arkesmas.v6i1.5829
Hensarling, J. (2009). Development and Psychometric Testing. Dissertation, May.
Kaju, M. N., Mariyanti, S., Psikologi, F., & Esa, U. (2020). Perbedaan Kecemasan
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Ditinjau Dari Jenis Kelamin.
PERBEDAAN KECEMASAN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
TIPE 2 DITINJAU DARI JENIS KELAMINj, 1(2017), 153–161.
Keluarga, D., & Kecemasan, T. (2020). PROFIL TINGKAT KECEMASAN
BERDASARKAN KARAKTERISTIK LANSIA. XIV, 114–121.
Kementrian kesehatan republik indonesia. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan
Atasi Diabetes Mellitus. In pusat data dan informasi kementrian kesehatan
RI.
Keperawatan, F., Kebidanan, D. A. N., Nahdlatul, U., & Surabaya, U. (2019).
Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Sistem Endokrin ( Diabetes
Millitus ). 1130016152.
Khan, P., Qayyum, N., Malik, F., Khan, T., Khan, M., & Tahir, A. (2019).
Incidence of Anxiety and Depression Among Patients with Type 2 Diabetes
and the Predicting Factors. Cureus, 11(3).
https://doi.org/10.7759/cureus.4254
Komariah, K., & Rahayu, S. (2020). Hubungan Usia, Jenis Kelamin Dan Indeks
Massa Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Klinik Pratama Rawat Jalan Proklamasi, Depok, Jawa Barat.
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, Dm, 41–50.
https://doi.org/10.34035/jk.v11i1.412
Lestari, L., Zulkarnain, Z., & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review
75

etiologi, patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan


dan cara pencegahan. Prosiding Seminar Nasional Biologi, 7(1), 237–241.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb/article/view/24229
Ludiana, L. (2017). Hubungan Kecemasan Dengan Kadar Glukosa Darah
Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari Bantul
Kec. Metro Selatan Kota Metro. Jurnal Wacana Kesehatan, 2(1), 5.
https://doi.org/10.52822/jwk.v2i1.39
Luis, F., & Moncayo, G. (n.d.). No2018 Title. Bahan Ajar Rekam Medis Dan
Informasi
Mahmudah, N. laily, Thohirun, & Prasetyowati, I. (2016). Faktor yang
Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
di Rumah Sakit Nusantara Medika Utama. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian
Mahasiswa, 1(1), 1–7.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/77360/Nur Laily
Mahmuda.pdf?sequence=1
Maulasari, Y. (2017). Tingkat Kecemasan pada Penderita Diabetes Melitus Tipe
2. Higeia Journal of Public Health Research and Development, 1(3), 84–94.
Njotomulio, A. M., & Pramadi, A. (2021). Studi Kasus Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 Ditinjau dari Protection Motivation Theory. Insight : Jurnal
Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 17(1), 37–46.
https://doi.org/10.32528/ins.v17i1.2131
Noor Diani, Choiruna, H. P., Aprilyani, O., Ilham, A. M., & Noor, M. F. (2022).
Tingkat Kecemasan Dan Mekanisme Koping Pada Penderita Diabetes.
7(April), 119–125.
Nuraisyah, F. (2018). Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Kebidanan
Dan Keperawatan Aisyiyah, 13(2), 120–127.
https://doi.org/10.31101/jkk.395
Nurayati, L., & Adriani, M. (2017). Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula
Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Amerta Nutrition, 1(2), 80.
https://doi.org/10.20473/amnt.v1i2.6229
Patel. (2019). No Title No Title No Title. 09(01), 9–25.
76

Rahmi, H., Malini, H., & Huriani, E. (2020). Peran Dukungan Keluarga Dalam
Menurunkan Diabetes Distress Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal
Kesehatan Andalas, 8(4), 127–133. https://doi.org/10.25077/jka.v8i4.1129
Rosita, R., Kusumaningtiar, D. A., Irfandi, A., Ayu, I. M., Studi, P., Masyarakat,
K., Kesehatan, F. I., Esa, U., & Barat, K. J. (2022). Aktivitas Fisik Lansia
Dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Balaraja Kabupaten
Tangerang. 10, 364–371.
Rosyada, A. dkk. (2013). Determinan Komplikasi Kronik Diabetes Melitus pada
Lanjut Usia Determinan of Diabetes Mellitus Chronic Complications on
Elderly. Departemen Biostatistika Dan Ilmu Kependudukan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 7, 395–401.
Saqila, R. L., & Muflihatin, S. K. (2021). Hubungan Kecemasan Dengan
Manajemen Diri Pada Penderita Diabetes Mellitus. Borneo Student Research,
2(2), 738–746.
Supriatna, A. M., Avianti, N., & Desmaniarti, Z. (2022). KECEMASAN PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 : Type 2 Diabetes Mellitus ’ Patient Anxiety :
Study Literature Review. 2(1), 44–50.
Suryati, I., Primal, D., & Pordiati, D. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan
Lama Menderita Diabetes Mellitus (Dm) Dengan Kejadian Ulkus
Diabetikum Pada Pasien Dm Tipe 2. JURNAL KESEHATAN PERINTIS
(Perintis’s Health Journal), 6(1), 1–8. https://doi.org/10.33653/jkp.v6i1.214
Syarifudin, A. (2020). No Tingkat Kecemasan Pada Penderita Diabetes Mellitus
Title. 2507(February), 1–9.
Tjahjono, H. D. (2019). Analisis Kejadian Komplikasi Akut dan Kronis Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe-2. Jurnal Keperawatan, 8(1), 37–41.
https://doi.org/10.47560/kep.v8i1.88
77

LAMPIRAN
78

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian


79

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Kesbangpol


80

Lampiran 3. Surat Balasan Puskesmas Pebayuran


81

Lampiran 4. Bukti Bimbingan

BUKTI BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN
PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MEDIKA SUHERMAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

NAMA : Putri Nurfadilah


NIM : 010318510
JUDUL SKRIPSI :Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II DiWilayah Puskesmas
Pebayuran
DOSEN PEMBIMBING : Bapak Ns. Yana Setiawan SKM., S.Kep.,
M.Kep.
TTD
Hari/
No Pokok Bahasan Masukan/ Saran Pembimbin
Tanggal
g

Dosen
Senin, 11 Pembimbing - Revisi judul, perkuat
1.
April 2022 Pengajuan judul fenomena setempat
dan fenomena

2. Rabu, 20 Dosen - Untuk Latar belakang


April 2022 pembimbing tambahkan terkait
kecemasan pada DM,
sehingga dapat
menguatkan
ACC Judul
ketertarikan peneliti.
tambahan BAB
I - Tambahkan data
dibagian Rumusan
Masalah agar ter
rumus masalah yang
akan diteliti
82

- Tujuan Penelitian
dan Manfaat penelitian
perbaiki sesuai
Variabel dan jenis
Penelitian yang akan
di teliti

- Latar belakang data


masih harus di cek,
Dosen tambahkan penelitian
3.
Pembimbing yang lainnya.
Selasa, 26
Revisi BAB I, - Penjelasan Variabel
April 2022
Tambahan BAB ditambahkan
II dan BAB III - Cek Kembali
dibagian Definisi
Operasional

- Tambahkan
Pemanfaatan Bagi
Profesi
Dosen
- Tambahkan
Pembimbing
Hubungan Antara
4.
Rabu, 11 Revisi BAB I, Alinea 1 dan lainnya
Mei 2022 BAB II, dan
- Tambahkan poin-
BAB III.
poin yang terkait
Tambahan BAB
dengan hubungan
IV
kecemasan

- Cek ulang pada BAB


IV

Dosen
5.
Senin 23 Pembimbing ACC SIDANG
mei 2022 Bimbingan PROPOSAL
Ulang bab I-IV

Jum’at 26 Sidang Proposal - Tambahkan tujuan


mei 2022 univariat ditujuan
83

khusus

- Cari reverensi dan


pahami pengertian
univariat

- Pahami Definisi
Operasional baik skala
ukur maupun hasil
ukur.

- Tambahkan syarat-
syarat menggunakan
uji chi-square + cara
penghitungannya

ACC lanjut penelitian

- Rapihkan penulisan
bagan
Dosen penguji
Rabu 24 II - Tambahkan teori,
6. Aguatus jurnal-jurnal tentang
2022 Bimbingan Bab variabel Bab VI
V, VI, dan VII
- Rapihkan tabel
bivariat Bab

ACC SIDANG
SKRIPSI
Dosen Penguji
Jum’at 26 II - Pembahasan masih
7. Agustus kurang, tambahkan
2022 Bimbingan Bab
literatur lainnya
V dan VI
termasuk penelitian
sebelumnya

ACC + TTD
Kamis 15 Dosen
8. September Pembimbing OK, pastikan dengan
2022 tim penguji dan
Revisi .
semangat
84

Dosen
pembimbing
Senin, 19 dan Dosen
9. september penguji ACC manuskrip
2022
Bimbingan
Manuskrip

Dosen ACC HKI , pastikan


Senin 19
pembimbing tidak copyright, segera
10. september
ajukan penyelesaian
2022 Bimbingan HKI HKI
85

Lampiran 5. Surat Permohonan Menjadi Responden

Surat Permohonan Menjadi Responden

Kepada Yth
Bapak/Ibu Responden
Di Tempat.

Dengan Hormat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Putri Nurfadilah
NIM : 010318510

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu S1 Keperawatan Universitas Medika


Suherman yang sedang melakukan penelitian (Tugas Ahir/Skripsi) dengan judul
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PADA PASIEN DIBETES MELLITUS TIPE II DIWILAYAH
PUSKESMAS PEBAYURAN.

Dengan surat ini memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menajdi responden dalam
penelitian yang tersebut diatas, yang disusun untuk memenuhi Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Keperawatan
Universitas Medika Suherman.

Oleh karena itu diperlukan dukungan dan partisipan dari Bapak/Ibu untuk
meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya.
Semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Demikian atas partisipasi dan dukungan dari Bapak/Ibu
saya ucapkan Terimakasih.

Cikarang, …. Mei 2022


Peneliti

Putri Nurfadilah
86

Lampiran 6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :


Nama :
Usia :
Alamat :
Memberikan persetujuan dan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang
dilakukan oleh Putri Nurfadilah sebagai mahasiswa calon sarjana Keperawatan
dari UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN dengan judul penelitian “Faktor-
faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II Di Wilayah Puskesmas Pebayuran”.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadaran tanpa ada
paksaan dari pihak yang lain, dan semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

Pebayuran 2022
Peneliti Responden

Putri Nurfadilah (………………..…...)


NIM 010318510
87

Lampiran 7. Kuesioner Identitas Responden

Kuesioner Identitas Responden

Hari / Tanggal :
Nama (Inisial) :
Umur :
Jenis Kelamin :

Berilah tanda (✓) pada pertanyaan di bawah ini pada kolom yang sudah
disediakan sesuai dengan keadaan Bapak / Ibu.

1. Komplikasi Pada Diabetes Mellitus

☐ Pasien yang mengalami komplikasi

☐ Pasien yang tidak mengalami komplikasi

2. Lama Menderita Diabetes Mellitus

☐ Kurang Lebih 5 Tahun

☐ 5 – 10 Tahun

☐ Lebih Dari 10 Tahun


88

Lampiran 8. Kuesioner Dukungan Keluarga Pasien Diabetes Mellitus II

Pernah

Jarang

Sering

Selalu
Tidak
No. Pertanyaan

1. Keluarga memberi saran supaya saya


kontrol ke dokter
2. Keluarga memberi saran supaya saya
mengikuti edukasi diabetes

3. Keluarga memberikan informasi baru


tentang diabetes
kepada saya
4. Keluarga mengerti saat saya mengalami
masalah yang berhubungan diabetes

5. Keluarga mendengarkan jika


saya bercerita tentang diabetes
6. Keluarga mau mengerti tentang
Bagaimana saya merasakan diabetes

7. Saya merasakan kemudahan


mendapatkan informasi dari keluarga
tentang diabetes
8. Keluarga mengingatkan saya untuk
mengontrol gula darah
jika saya lupa
9. Keluarga mendukung usaha saya untuk
olahraga
10. Keluarga mendorong saya untuk mengikuti
rencana diet/makan.
11. Keluarga mendorong saya untuk
menghindari makanan yang manis

12. Keluarga makan makanan pantangan saya


didekat saya
13. Diabetes yang saya alami
membuat keluarga merasa susah
14. Keluarga mengingatkan saya untuk
memesan obat diabetes
89

Pernah

Jarang

Sering

Selalu
Tidak
No. Pertanyaan

15. Saya merasakan kemudahan minta


bantuan kepada keluarga
16. Keluarga mengingatkan saya tentang
keteraturan waktu diet
17. Keluarga merasa terganggu dengan diabetes
saya
18. Keluarga mendorong saya untuk
memeriksakan mata saya ke dokter
19. Keluarga mendorong saya untuk
memeriksakan kaki saya ke dokter
20. Keluarga mendorong saya untuk periksa
gigi ke dokter
21. Saya merasakan kemudahan minta
bantuan keluarga untuk mendukung
perawatan diabetes saya.
22. Keluarga menyediakan makanan yang
sesuai diet saya
23. Keluarga mendukung usaha saya untuk
makan sesuai diet.
24. Keluarga tidak menerima bahwa saya
menderita diabetes.
25. Keluarga mendorong saya untuk
memeriksakan kesehatan saya ke dokter
26. Keluarga saya membantu ketika saya cemas
dengan diabtes
27. Keluarga memahami jika saya sedih dengan
diabetes
28. Keluarga mengerti bagaimana cara
membantu saya dalam mengatasi diabetes
saya
29. Keluarga membantu saya membayar
pengobatan diabetes
90

Kuesinoer HDFSS (2009) yaitu kuesioner untuk mengukur dukungan keluarga


yang dirasakan oleh pasien Diabetes Mellitus, secara konsep didefinisikan
bagaimana pasien melihat dukungan dari keluarganya. Semakin tinggi skore
berarti semakin tinggi dukungan keluarga yang dirasakan. The HDFSS mencakup
29 pertanyaan yang harus dijawab dengan menempatkan tanda centang (✓) pada
salah satu dari 4 kotak:

Alternatif jawaban untuk pertanyaan posistif


(1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,14,15,16,18,19,20,21,22,23,25,26,27,28,29) :

Nilai 4 = Tidak Pernah


Nilai 3 = Jarang
Nilai 2 = Sering
Nilai 1 = Selalu

Alternatif jawaban untuk pertanyaan negatif ( 12, 13,17,24) :


Nilai 1 = Tidak Pernah
Nilai 2 = Jarang
Nilai 3 = Sering
Nilai 4 = Selalu

Total Nilai:
Skor = 75 : Baik jika nilai sama dengan
Skor ≤ 75 : Kurang baik jika nilai kurang dari 75
91

Lampiran 9. Kuesioner Tingkat Kecemasan

Pernah

Jarang

Sering

Selalu
Tidak
No. Pertanyaan

1. Apakah anda merasa lebih cemas dari


biasanya?
2. Apakah anda merasa takut tanpa alasan yang
jelas?
3. Apakah anda mudah marah atau merasa
panik?
4. Apakah anda merasa tak berdaya?
5. Apakah anda selalu merasa kesulitan
mengerjakan segala sesuatu atau merasa
sesuatu yang buruk akan terjadi?
6. Apakah Tangan dan kaki andagemetar akhir-
akhir ini?
7. Apakah anda merasa terganggu dengan sakit
kepala, leher dan nyeri punggung
8. Apakah anda merasa lemah dan cepat lelah?
9. Apakah anda merasa tenang dan dapat duduk
dengan santai?
10. Apakah anda merasa jantung anda berdetak
sangat cepat?
11. Apakah anda terganggu karena pusing?
12. Apakah anda merasa seperti mau pingsan?
13. Apakah anda dapat bernapas dengan mudah?
14. Apakah anda merasa mati rasa dan
kesemutan di jari tangan
dan jari kaki?
15. Apakah anda merasa perut anda terganggu
atau mengalami
gangguan pencernaan?
16. Apakah anda sering kencing daripada
biasanya?
17. Apakah anda merasa tangan anda dingin dan
sering basah
oleh keringat?
18. Apakah wajah anda terasa panas dan
kemerahan?
92

Pernah

Jarang

Sering

Selalu
Tidak
No. Pertanyaan

19. Apakah anda sulit tidur dan tidak dapat


istirahat malam?
20. Apakah anda mengalami mimpi-mimpi
buruk?

Nilai 1 = Tidak Pernah


Nilai 2 = Jarang
Nilai 3 = Sering
Nilai 4 = Selalu

Total Nilai:
Skor 20 – 44 = Kecemasan Ringan
Skor 45 – 59 = Kecemasan Sedang
Skor 60 – 74 = Kecemasan Berat
Skor 75 – 80 = Kecemasan Panik
93

Lampiran 10. Dokumentasi

DOKUMENTASI
94

Lampiran 11. Hasil SPSS

Hasil uji statistic


Hasil Uji Validitas

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17


A1 Pearson
Correlation -.661* -
1 .844** .847** .644** .525** -.468** * .685** 0.411 .718** 0.370 -0.166 0.396 -.740** 0.404
0.337

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.000 0.000 0.003 0.039 0.009 0.000 0.000 0.024 0.000 0.044 0.381 0.030 0.000 0.027 0.068
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A2 Pearson
Correlation -.696* -
.844** 1 .752** .531** 0.448 0.223 -0.333 * .704** 0.437 .626** 0.082 -0.187 0.438 -.619** 0.398
0.419

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.000 0.003 0.013 0.237 0.072 0.000 0.000 0.016 0.000 0.666 0.324 0.015 0.000 0.029 0.021
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A3 Pearson
Correlation -.629* -
.847** .752** 1 .679** .492** 0.383 -.474** * .493** 0.225 .559** 0.396 -0.174 .514** -.760** 0.395
0.398

Sig. (2-
tailed) 0.000 0.000 0.000 0.006 0.037 0.008 0.000 0.006 0.231 0.001 0.031 0.359 0.004 0.000 0.031 0.029
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A4 Pearson
Correlation - -
.644** .531** .679** 1 .473** 0.364 -0.461 0.402 0.135 0.204 .528** -0.045 0.269 -.708** 0.292
0.197 0.222
95

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.000 0.003 0.008 0.048 0.010 0.296 0.027 0.476 0.278 0.003 0.813 0.150 0.000 0.118 0.237
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A5 Pearson
Correlation - - -
.525** 0.448 .492** .473** 1 .544** -0.421 0.418 0.200 0.420 0.391 -0.090 0.103 0.284
0.274 0.417 0.243

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.003 0.013 0.008 0.002 0.021 0.142 0.021 0.289 0.021 0.033 0.636 0.587 0.022 0.129 0.195
6
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A6 Pearson
Correlation 0.38 - - - -
0.379 0.223 0.364 .544** 1 -.544** 0.130 0.065 0.212 -0.295 0.262 0.147
3 0.263 0.080 0.418 0.013

Sig. (2- 0.03


tailed) 0.039 0.237 0.048 0.002 0.002 0.161 0.495 0.673 0.735 0.261 0.114 0.161 0.021 0.440 0.944
7
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A7 Pearson
Correlation -.474 -.544* -
-.468** -0.333 -0.461 -0.421 1 .601** -0.459 0.130 -0.145 0.254 -0.418 0.435 -0.007 0.100
** *
0.183

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.009 0.072 0.010 0.021 0.002 0.000 0.011 0.492 0.332 0.445 0.176 0.022 0.016 0.970 0.598
8
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A8 Pearson
Correlation -.629 - -
-.661** -.696** ** -0.197 -0.274 .601** 1 -.699** -.571** 0.035 0.339 -0.442 .483** -0.320 0.347
0.263 0.202

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.000 0.000 0.296 0.142 0.161 0.000 0.000 0.285 0.001 0.855 0.067 0.014 0.007 0.085 0.060
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A9 Pearson
Correlation -.699* - -
.685** .704** .493** 0.402 0.418 0.130 -0.459 * 1 0.354 .604** -0.009 -0.186 0.305 0.254
0.404 0.386
96

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.000 0.000 0.027 0.021 0.495 0.011 0.000 0.055 0.000 0.964 0.326 0.101 0.027 0.176 0.035
6
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A10 Pearson
Correlation 0.22 - - - -
0.411 0.437 0.135 0.200 0.130 0.354 1 .724** 0.265 -0.289 -0.142 0.352
5 0.080 0.202 0.100 0.183

Sig. (2- 0.23


tailed) 0.024 0.016 0.476 0.289 0.673 0.492 0.285 0.055 0.000 0.158 0.121 0.455 0.599 0.057 0.333
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A11 Pearson
Correlation -.571* - -
.718** .626** .559** 0.204 0.420 0.065 -0.183 .604** .724** 1 0.314 -0.323 0.280 .522**
*
0.388 0.277

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.000 0.000 0.278 0.021 0.735 0.332 0.001 0.000 0.000 0.091 0.082 0.133 0.034 0.003 0.138
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A12 Pearson
Correlation 0.39 - -
0.370 0.082 .528** 0.391 0.212 -0.145 0.035 -0.009 0.265 0.314 1 0.106 -0.105 0.241
6 0.321 0.191

Sig. (2- 0.03


tailed) 0.044 0.666 0.003 0.033 0.261 0.445 0.855 0.964 0.158 0.091 0.578 0.581 0.083 0.199 0.312
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A13 Pearson -
Correlation - - - -
-0.187 0.17 -0.045 -0.090 0.254 0.339 -0.186 0.106 1 -0.189 0.152 -0.287 0.330
0.166 0.295 0.289 0.323
4
Sig. (2- 0.35
tailed) 0.381 0.324 0.813 0.636 0.114 0.176 0.067 0.326 0.121 0.082 0.578 0.318 0.423 0.125 0.075
9
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A14 Pearson
Correlation - - -
0.396 0.438 .514** 0.269 0.103 0.262 -0.418 0.305 0.280 -0.105 -0.189 1 -.518** 0.282
0.442 0.142 0.162
97

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.030 0.015 0.150 0.587 0.161 0.022 0.014 0.101 0.455 0.133 0.581 0.318 0.003 0.132 0.392
4
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A15 Pearson
Correlation -.760 - - -
-.740** -.619** -.708** -0.417 0.435 .483** -0.404 -0.321 0.152 -.518** 1 -0.344 0.296
**
0.418 0.100 0.388

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.000 0.000 0.000 0.022 0.021 0.016 0.007 0.027 0.599 0.034 0.083 0.423 0.003 0.063 0.112
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A16 Pearson
Correlation 0.39 - - -
0.404 0.398 0.292 0.284 0.147 -0.007 0.254 0.352 .522** 0.241 -0.287 0.282 1
5 0.320 0.344 0.087

Sig. (2- 0.03


tailed) 0.027 0.029 0.118 0.129 0.440 0.970 0.085 0.176 0.057 0.003 0.199 0.125 0.132 0.063 0.646
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A17 Pearson -
Correlation - - - -
-0.419 0.39 -0.222 -0.243 0.100 0.347 -0.386 -0.191 0.330 -0.162 0.296 -0.087 1
0.337 0.013 0.183 0.277
8
Sig. (2- 0.02
tailed) 0.068 0.021 0.237 0.195 0.944 0.598 0.060 0.035 0.333 0.138 0.312 0.075 0.392 0.112 0.646
9
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A18 Pearson
Correlation -.521*
.638** .583** .651** .492** 0.354 0.265 -.483** * .553** 0.116 0.447 0.145 -0.396 0.453 -.492** 0.193 -.532**

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.000 0.001 0.006 0.055 0.157 0.007 0.003 0.002 0.543 0.013 0.443 0.030 0.012 0.006 0.306 0.002
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A19 Pearson
Correlation -.669* - -
.625** .645** .533** 0.276 .558** 0.275 -.546** * .677** 0.020 .464** -0.065 -0.179 .470** 0.261
0.342 0.353
98

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.000 0.000 0.140 0.001 0.141 0.002 0.000 0.000 0.916 0.010 0.734 0.343 0.009 0.065 0.163 0.056
2
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A20 Pearson
Correlation 0.35 -.716* - -
0.409 .554** 0.019 0.213 0.010 -0.382 .617** 0.219 .530** -0.189 -0.417 0.314 0.330
4 *
0.224 0.453

Sig. (2- 0.05


tailed) 0.025 0.001 0.919 0.258 0.959 0.037 0.000 0.000 0.244 0.003 0.316 0.022 0.091 0.235 0.075 0.012
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A21 Pearson
Correlation 0.04 - - -
0.153 0.009 0.160 0.113 0.261 -.493** 0.190 0.035 0.027 0.145 -0.273 -0.129 -0.268
4 0.205 0.101 0.177

Sig. (2- 0.81


tailed) 0.420 0.962 0.400 0.552 0.164 0.006 0.278 0.314 0.855 0.889 0.445 0.144 0.497 0.594 0.152 0.349
6
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A22 Pearson -
Correlation - - - -
-0.210 0.27 -0.397 -0.041 0.290 0.171 -.496** -0.127 0.237 -0.087 0.232 -0.153 0.204
0.388 0.199 0.238 0.208
9
Sig. (2- 0.13
tailed) 0.034 0.265 0.030 0.828 0.291 0.120 0.367 0.005 0.206 0.270 0.503 0.207 0.649 0.218 0.420 0.280
5
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A23 Pearson
Correlation 0.06 - - - -
0.253 0.177 0.229 0.108 0.029 0.367 0.383 0.314 0.351 -0.160 -0.354 0.116
1 0.221 0.100 0.063 0.264

Sig. (2- 0.75


tailed) 0.177 0.351 0.224 0.571 0.241 0.880 0.601 0.046 0.037 0.091 0.057 0.399 0.055 0.742 0.541 0.158
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A24 Pearson -
Correlation - - -
-0.263 0.23 -0.186 -0.046 0.016 .496** .486** -0.335 0.137 .487** -0.248 0.224 -0.310 0.342
0.200 0.031 0.204
6
99

Sig. (2- 0.21


tailed) 0.290 0.160 0.325 0.810 0.934 0.005 0.006 0.070 0.871 0.279 0.470 0.006 0.187 0.233 0.095 0.065
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A25 Pearson
Correlation -.535* -
.701** .538** .697** 0.441 0.332 0.384 -.472** .506** 0.000 0.432 0.226 -0.121 .615** -.618** 0.064
*
0.312

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.000 0.002 0.015 0.073 0.036 0.008 0.002 0.004 1.000 0.017 0.231 0.524 0.000 0.000 0.738 0.093
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A26 Pearson
Correlation - - -
.511** 0.410 .575** .490** .478** .552** -.552** 0.325 0.257 0.286 -0.110 .612** -.473** 0.160
0.328 0.108 0.172

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.004 0.024 0.006 0.008 0.002 0.002 0.077 0.080 0.568 0.170 0.126 0.561 0.000 0.008 0.398 0.363
1
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A27 Pearson
Correlation - - -
.488** 0.387 .515** .509** 0.458 .732** -.589** 0.201 0.088 0.206 -0.257 .515** -.485** 0.093
0.252 0.212 0.162

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.006 0.035 0.004 0.011 0.000 0.001 0.178 0.288 0.261 0.645 0.275 0.171 0.004 0.007 0.625 0.392
4
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A28 Pearson
Correlation - - -
.466** 0.275 .465** .514** 0.386 .682** -.685** 0.184 0.162 0.290 -0.258 0.450 -.514** -0.047
0.270 0.052 0.094

Sig. (2- 0.01


tailed) 0.009 0.141 0.004 0.035 0.000 0.000 0.148 0.331 0.787 0.392 0.120 0.168 0.013 0.004 0.805 0.622
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
A29 Pearson -
Correlation - - -
0.003 -0.227 0.02 0.287 0.095 0.415 -0.398 0.133 -0.268 0.299 0.030 -0.105 -0.094 0.444
0.126 0.201 0.097
7
100

Sig. (2- 0.88


tailed) 0.985 0.227 0.125 0.618 0.023 0.029 0.482 0.152 0.506 0.287 0.109 0.876 0.580 0.611 0.622 0.014
9
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
ATOTAL Pearson
Correlation - -
.745** .573** .684** .659** .576** 0.429 -0.350 .464** 0.357 .561** .581** -0.080 0.165 -.557** .490**
0.383 0.275

Sig. (2- 0.00


tailed) 0.000 0.001 0.000 0.001 0.018 0.058 0.037 0.010 0.053 0.001 0.001 0.673 0.382 0.001 0.006 0.141
0
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

ATOTA
A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 A29 L

.638** .625** 0.409 0.153 -0.388 0.253 -0.200 .701** .511** .488** .466** 0.003 .745**

0.00
0.000 0.000 0.025 0.420 0.034 0.177 0.290 0.004 0.006 0.009 0.985 0.000
0
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

-
.583** .645** .554** 0.009 -0.210 0.177 -0.263 .538** 0.410 0.387 0.275 .573**
0.227

0.00
0.001 0.000 0.001 0.962 0.265 0.351 0.160 0.024 0.035 0.141 0.227 0.001
2
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

-
.651** .533** 0.354 0.044 -0.279 0.061 -0.236 .697** .575** .515** .465** .684**
0.027

0.00
0.000 0.002 0.055 0.816 0.135 0.750 0.210 0.001 0.004 0.010 0.889 0.000
0
101

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

0.44
.492** 0.276 0.019 0.160 -0.397 0.229 -0.186 .490** .509** .514** 0.287 .659**
1

0.01
0.006 0.140 0.919 0.400 0.030 0.224 0.325 0.006 0.004 0.004 0.125 0.000
5
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

0.33
0.354 .558** 0.213 0.113 -0.041 0.108 -0.046 .478** 0.458 0.386 0.095 .576**
2

0.07
0.055 0.001 0.258 0.552 0.828 0.571 0.810 0.008 0.011 0.035 0.618 0.001
3
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

0.38
0.265 0.275 0.010 0.261 -0.199 -0.221 0.016 .552** .732** .682** 0.415 0.429
4

0.03
0.157 0.141 0.959 0.164 0.291 0.241 0.934 0.002 0.000 0.000 0.023 0.018
6
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

- -.493* -.472 -.552* -.589* -


-.483** -.546** 0.290 0.029 .496** -.685** -0.350
0.382 * ** * *
0.398

0.00
0.007 0.002 0.037 0.006 0.120 0.880 0.005 0.002 0.001 0.000 0.029 0.058
8
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

-.716* - -.535 - -
-.521** -.669** * 0.171 -0.100 .486** -0.270 0.133 -0.383
0.205 **
0.328 0.252

0.00
0.003 0.000 0.000 0.278 0.367 0.601 0.006 0.077 0.178 0.148 0.482 0.037
2
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
102

-
.553** .677** .617** 0.190 -.496** 0.367 -0.335 .506** 0.325 0.201 0.184 .464**
0.268

0.00
0.002 0.000 0.000 0.314 0.005 0.046 0.070 0.080 0.288 0.331 0.152 0.010
4
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

0.00 - - -
0.116 0.020 0.219 0.035 -0.238 0.383 -0.031 -0.052 0.357
0 0.108 0.212 0.126

1.00
0.543 0.916 0.244 0.855 0.206 0.037 0.871 0.568 0.261 0.787 0.506 0.053
0
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

0.43 -
0.447 .464** .530** 0.027 -0.208 0.314 -0.204 0.257 0.088 0.162 .561**
2 0.201

0.01
0.013 0.010 0.003 0.889 0.270 0.091 0.279 0.170 0.645 0.392 0.287 0.001
7
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

- 0.22
0.145 -0.065 0.145 -0.127 0.351 0.137 0.286 0.206 0.290 0.299 .581**
0.189 6

0.23
0.443 0.734 0.316 0.445 0.503 0.057 0.470 0.126 0.275 0.120 0.109 0.001
1
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-
- - - -
-0.396 -0.179 0.237 -0.160 .487** 0.12 -0.258 0.030 -0.080
0.417 0.273 0.110 0.257
1
0.52
0.030 0.343 0.022 0.144 0.207 0.399 0.006 0.561 0.171 0.168 0.876 0.673
4
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
103

- -
0.453 .470** 0.314 -0.087 -0.354 -0.248 .615** .612** .515** 0.450 0.165
0.129 0.105

0.00
0.012 0.009 0.091 0.497 0.649 0.055 0.187 0.000 0.004 0.013 0.580 0.382
0
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

- - -.618 -.473* -.485* -


-.492** -0.342 0.232 -0.063 0.224 -.514** -.557**
0.224 0.101 ** * *
0.097

0.00
0.006 0.065 0.235 0.594 0.218 0.742 0.233 0.008 0.007 0.004 0.611 0.001
0
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

- 0.06 -
0.193 0.261 0.330 -0.153 0.116 -0.310 0.160 0.093 -0.047 .490**
0.268 4 0.094

0.73
0.306 0.163 0.075 0.152 0.420 0.541 0.095 0.398 0.625 0.805 0.622 0.006
8
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-
- - - -
-.532** -0.353 0.204 -0.264 0.342 0.31 -0.094 0.444 -0.275
0.453 0.177 0.172 0.162
2
0.09
0.002 0.056 0.012 0.349 0.280 0.158 0.065 0.363 0.392 0.622 0.014 0.141
3
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

-
1 .744** .583** 0.307 -0.451 0.397 -0.358 .729** .664** .531** 0.444 .577**
0.159

0.00
0.000 0.001 0.099 0.012 0.030 0.052 0.000 0.003 0.014 0.400 0.001
0
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
104

-
.744** 1 .678** 0.141 -0.202 0.121 -0.371 .637** .630** 0.461 0.264 .483**
0.272

0.00
0.000 0.000 0.456 0.285 0.523 0.044 0.000 0.010 0.158 0.146 0.007
0
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

0.26 -.486*
.583** .678** 1 0.314 -0.128 0.239 -.619** 0.260 0.144 0.012 0.293
5 *

0.15
0.001 0.000 0.091 0.499 0.204 0.000 0.165 0.449 0.948 0.006 0.117
6
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

0.13
0.307 0.141 0.314 1 -0.218 0.263 -0.242 0.078 0.253 0.300 0.120 0.210
9

0.46
0.099 0.456 0.091 0.247 0.160 0.198 0.684 0.177 0.108 0.528 0.266
5
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-
- - - - -
-0.451 -0.202 1 -0.429 0.121 0.38 -0.324 -0.356
0.128 0.218 0.318 0.321 0.080
9
0.03
0.012 0.285 0.499 0.247 0.018 0.525 0.087 0.084 0.081 0.676 0.054
3
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

0.10 - -
0.397 0.121 0.239 0.263 -0.429 1 -0.063 0.063 -0.021 0.377
2 0.048 0.079

0.59
0.030 0.523 0.204 0.160 0.018 0.742 0.742 0.803 0.913 0.677 0.040
3
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
105

-
-.619* - - -
-0.358 -0.371 0.121 -0.063 1 0.06 -0.056 0.036 -0.013
*
0.242 0.033 0.044
2
0.74
0.052 0.044 0.000 0.198 0.525 0.742 0.861 0.818 0.770 0.851 0.945
6
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

-
.729** .637** 0.265 0.139 -0.389 0.102 -0.062 1 .740** .609** .512** .475**
0.056

0.000 0.000 0.156 0.465 0.033 0.593 0.746 0.000 0.000 0.004 0.769 0.008

30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.664** .630** 0.260 0.078 -0.318 0.063 -0.033 .740** 1 .834** .677** 0.063 .597**

0.00
0.000 0.000 0.165 0.684 0.087 0.742 0.861 0.000 0.000 0.740 0.001
0
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.531** 0.461 0.144 0.253 -0.321 -0.048 -0.044 .609** .834** 1 .811** 0.266 .481**

0.00
0.003 0.010 0.449 0.177 0.084 0.803 0.818 0.000 0.000 0.156 0.007
0
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

0.444 0.264 0.012 0.300 -0.324 -0.021 -0.056 .512** .677** .811** 1 .586** 0.419

0.00
0.014 0.158 0.948 0.108 0.081 0.913 0.770 0.000 0.000 0.001 0.021
4
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
-.486* -
-0.159 -0.272 * 0.120 -0.080 -0.079 0.036 0.063 0.266 .586 **
1 0.006
0.05
106

6
0.76
0.400 0.146 0.006 0.528 0.676 0.677 0.851 0.740 0.156 0.001 0.973
9
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

.577** .483** 0.293 0.210 -0.356 0.377 -0.013 .475** .597** .481** 0.419 0.006 1

0.00
0.001 0.007 0.117 0.266 0.054 0.040 0.945 0.001 0.007 0.021 0.973
8
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Uji reliabilitas dukungan keluarga


Cronbach's N of Items
Alpha
.746 29
107

Uji validitas tingkat kecemasan


Correlations
TK TK TK TK TK TK TK TK TK TK TK TK TK TK TK TK TK TK TK TK TOT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 AL
TK1 Pearso 1 .81 0,3 0,4 0,3 .66 .49 0,3 .51 .59 .49 .80 0,4 .45 .69 .64 0,3 .71 .62 0,3 .904*
n 0** 35 26 58 0** 3* 22 7* 4** 8* 9** 31 5* 6** 8** 05 6** 7** 62 *

Correl
ation
Sig. 0,0 0,1 0,0 0,1 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,1 0,00
(2- 00 49 61 21 02 27 66 20 06 25 00 58 44 01 02 90 00 03 17 0
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK2 Pearso .81 1 0,2 0,4 0,3 .66 0,3 0,3 0,3 0,2 .61 .51 .55 0,4 .92 .48 0,2 .59 .59 .52 .838*
n 0** 80 43 18 5** 87 22 56 58 2** 1* 8* 40 0** 0* 32 4** 0** 4* *

Correl
ation
Sig. 0,0 0,2 0,0 0,1 0,0 0,0 0,1 0,1 0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,3 0,0 0,0 0,0 0,00
(2- 00 32 50 72 01 92 66 23 73 04 21 11 52 00 32 24 06 06 18 0
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK3 Pearso 0,3 0,2 1 0,2 0,3 0,2 0,0 .51 0,4 - 0,4 0,2 0,3 0,1 0,3 0,0 0,2 0,0 0,2 0,0 .454*
n 35 80 77 67 13 76 1* 30 0,0 21 37 55 41 52 32 35 64 29 53
Correl 54
ation
Sig. 0,1 0,2 0,2 0,1 0,3 0,7 0,0 0,0 0,8 0,0 0,3 0,1 0,5 0,1 0,8 0,3 0,7 0,3 0,8 0,04
(2- 49 32 37 11 68 49 21 58 21 65 14 25 54 28 95 19 87 31 24 4
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK4 Pearso 0,4 0,4 0,2 1 0,4 0,1 0,3 .60 .70 0,1 0,4 0,1 0,3 0,2 0,2 0,1 0,3 0,1 0,2 0,3 .591*
n 26 43 77 35 78 22 4** 7** 61 06 96 00 51 95 33 30 93 90 35 *

Correl
108

ation
Sig. 0,0 0,0 0,2 0,0 0,4 0,1 0,0 0,0 0,4 0,0 0,4 0,1 0,2 0,2 0,5 0,1 0,4 0,2 0,1 0,00
(2- 61 50 37 55 52 66 05 00 99 76 07 98 85 07 75 55 14 14 49 6
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK5 Pearso 0,3 0,3 0,3 0,4 1 .54 0,3 0,2 0,3 - .48 0,3 0,2 .64 0,1 - 0,3 0,0 .62 - .548*
n 58 18 67 35 5* 90 34 63 0,0 8* 46 11 0** 23 0,0 55 00 5** 0,0
Correl 45 48 96
ation
Sig. 0,1 0,1 0,1 0,0 0,0 0,0 0,3 0,1 0,8 0,0 0,1 0,3 0,0 0,6 0,8 0,1 1,0 0,0 0,6 0,01
(2- 21 72 11 55 13 89 20 15 52 29 35 71 02 06 41 24 00 03 87 2
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK6 Pearso .66 .66 0,2 0,1 .54 1 0,3 0,2 0,2 0,3 .44 .70 0,2 0,3 .55 0,4 0,2 .49 .84 0,3 .752*
n 0** 5** 13 78 5* 25 20 86 42 5* 0** 54 98 6* 16 75 0* 3** 44 *

Correl
ation
Sig. 0,0 0,0 0,3 0,4 0,0 0,1 0,3 0,2 0,1 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,0 0,2 0,0 0,0 0,1 0,00
(2- 02 01 68 52 13 62 50 21 40 49 01 79 82 11 68 41 28 00 38 0
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK7 Pearso .49 0,3 0,0 0,3 0,3 0,3 1 - 0,3 0,1 - 0,3 0,4 0,3 0,4 0,2 0,3 0,3 0,2 0,3 .524*
n 3* 87 76 22 90 25 0,0 40 07 0,0 68 23 17 09 09 69 79 60 50
Correl 83 51
ation
Sig. 0,0 0,0 0,7 0,1 0,0 0,1 0,7 0,1 0,6 0,8 0,1 0,0 0,1 0,0 0,3 0,1 0,0 0,2 0,1 0,01
(2- 27 92 49 66 89 62 28 42 54 32 11 63 73 73 77 09 99 68 30 8
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK8 Pearso 0,3 0,3 .51 .60 0,2 0,2 - 1 .52 0,2 0,3 0,0 0,0 ### 0,2 0,3 0,2 0,3 0,2 0,4 .503*
n 22 22 1* 4** 34 20 0,0 6* 74 75 99 62 # 49 39 60 62 34 33
Correl 83
109

ation
Sig. 0,1 0,1 0,0 0,0 0,3 0,3 0,7 0,0 0,2 0,1 0,6 0,7 0,6 0,2 0,1 0,2 0,1 0,3 0,0 0,02
(2- 66 66 21 05 20 50 28 17 43 03 76 94 09 90 43 68 16 20 56 4
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK9 Pearso .51 0,3 0,4 .70 0,3 0,2 0,3 .52 1 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,2 0,2 0,2 0,2 .50 0,3 .656*
n 7* 56 30 7** 63 86 40 6* 06 90 44 28 86 06 19 71 50 0* 67 *

Correl
ation
Sig. 0,0 0,1 0,0 0,0 0,1 0,2 0,1 0,0 0,1 0,0 0,1 0,1 0,0 0,3 0,3 0,2 0,2 0,0 0,1 0,00
(2- 20 23 58 00 15 21 42 17 89 89 38 58 93 85 53 48 87 25 11 2
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK1 Pearso .59 0,2 - 0,1 - 0,3 0,1 0,2 0,3 1 0,0 .54 0,0 ### 0,1 .88 0,3 .75 0,2 0,2 .508*
0 n 4** 58 0,0 61 0,0 42 07 74 06 09 7* 88 # 93 6** 61 4** 23 06
Correl 54 45
ation
Sig. 0,0 0,2 0,8 0,4 0,8 0,1 0,6 0,2 0,1 0,9 0,0 0,7 0,9 0,4 0,0 0,1 0,0 0,3 0,3 0,02
(2- 06 73 21 99 52 40 54 43 89 71 13 13 65 15 00 18 00 45 84 2
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK1 Pearso .49 .61 0,4 0,4 .48 .44 - 0,3 0,3 0,0 1 0,2 0,0 .56 0,4 0,0 - 0,1 .61 0,0 .551*
1 n 8* 2** 21 06 8* 5* 0,0 75 90 09 93 41 7** 16 84 0,0 05 0** 94
Correl 51 69
ation
Sig. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,8 0,1 0,0 0,9 0,2 0,8 0,0 0,0 0,7 0,7 0,6 0,0 0,6 0,01
(2- 25 04 65 76 29 49 32 03 89 71 11 63 09 68 25 71 58 04 94 2
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK1 Pearso .80 .51 0,2 0,1 0,3 .70 0,3 0,0 0,3 .54 0,2 1 0,2 0,3 0,4 .49 0,1 .54 .57 0,1 .689*
2 n 9** 1* 37 96 46 0** 68 99 44 7* 93 29 72 01 4* 64 4* 7** 33 *

Correl
110

ation
Sig. 0,0 0,0 0,3 0,4 0,1 0,0 0,1 0,6 0,1 0,0 0,2 0,3 0,1 0,0 0,0 0,4 0,0 0,0 0,5 0,00
(2- 00 21 14 07 35 01 11 76 38 13 11 32 06 80 27 90 13 08 76 1
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK1 Pearso 0,4 .55 0,3 0,3 0,2 0,2 0,4 0,0 0,3 0,0 0,0 0,2 1 0,3 .60 0,1 0,3 0,2 0,2 0,2 .522*
3 n 31 8* 55 00 11 54 23 62 28 88 41 29 87 2** 64 38 77 11 44
Correl
ation
Sig. 0,0 0,0 0,1 0,1 0,3 0,2 0,0 0,7 0,1 0,7 0,8 0,3 0,0 0,0 0,4 0,1 0,2 0,3 0,3 0,01
(2- 58 11 25 98 71 79 63 94 58 13 63 32 92 05 90 45 38 71 00 8
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK1 Pearso .45 0,4 0,1 0,2 .64 0,3 0,3 - 0,3 - .56 0,3 0,3 1 0,2 - 0,0 - .64 - .481*
4 n 5* 40 41 51 0** 98 17 0,1 86 0,0 7** 72 87 23 0,0 42 0,0 0** 0,1
Correl 22 11 45 21 70
ation
Sig. 0,0 0,0 0,5 0,2 0,0 0,0 0,1 0,6 0,0 0,9 0,0 0,1 0,0 0,3 0,8 0,8 0,9 0,0 0,4 0,03
(2- 44 52 54 85 02 82 73 09 93 65 09 06 92 45 50 61 29 02 72 2
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK1 Pearso .69 .92 0,3 0,2 0,1 .55 0,4 0,2 0,2 0,1 0,4 0,4 .60 0,2 1 .45 0,2 .61 0,3 .52 .718*
5 n 6** 0** 52 95 23 6* 09 49 06 93 16 01 2** 23 2* 45 1** 69 1* *

Correl
ation
Sig. 0,0 0,0 0,1 0,2 0,6 0,0 0,0 0,2 0,3 0,4 0,0 0,0 0,0 0,3 0,0 0,2 0,0 0,1 0,0 0,00
(2- 01 00 28 07 06 11 73 90 85 15 68 80 05 45 45 98 04 09 19 0
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK1 Pearso .64 .48 0,0 0,1 - 0,4 0,2 0,3 0,2 .88 0,0 .49 0,1 ### .45 1 .44 .88 0,2 0,4 .612*
6 n 8** 0* 32 33 0,0 16 09 39 19 6** 84 4* 64 # 2* 9* 4** 39 42 *

Correl 48
111

ation
Sig. 0,0 0,0 0,8 0,5 0,8 0,0 0,3 0,1 0,3 0,0 0,7 0,0 0,4 0,8 0,0 0,0 0,0 0,3 0,0 0,00
(2- 02 32 95 75 41 68 77 43 53 00 25 27 90 50 45 47 00 10 51 4
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK1 Pearso 0,3 0,2 0,2 0,3 0,3 0,2 0,3 0,2 0,2 0,3 - 0,1 0,3 0,0 0,2 .44 1 0,4 0,0 0,3 .499*
7 n 05 32 35 30 55 75 69 60 71 61 0,0 64 38 42 45 9* 42 36 69
Correl 69
ation
Sig. 0,1 0,3 0,3 0,1 0,1 0,2 0,1 0,2 0,2 0,1 0,7 0,4 0,1 0,8 0,2 0,0 0,0 0,8 0,1 0,02
(2- 90 24 19 55 24 41 09 68 48 18 71 90 45 61 98 47 51 82 09 5
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK1 Pearso .71 .59 0,0 0,1 0,0 .49 0,3 0,3 0,2 .75 0,1 .54 0,2 ### .61 .88 0,4 1 0,2 .52 .690*
8 n 6** 4** 64 93 00 0* 79 62 50 4** 05 4* 77 # 1** 4** 42 70 0* *

Correl
ation
Sig. 0,0 0,0 0,7 0,4 1,0 0,0 0,0 0,1 0,2 0,0 0,6 0,0 0,2 0,9 0,0 0,0 0,0 0,2 0,0 0,00
(2- 00 06 87 14 00 28 99 16 87 00 58 13 38 29 04 00 51 49 19 1
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK1 Pearso .62 .59 0,2 0,2 .62 .84 0,2 0,2 .50 0,2 .61 .57 0,2 .64 0,3 0,2 0,0 0,2 1 0,1 .700*
9 n 7** 0** 29 90 5** 3** 60 34 0* 23 0** 7** 11 0** 69 39 36 70 92 *

Correl
ation
Sig. 0,0 0,0 0,3 0,2 0,0 0,0 0,2 0,3 0,0 0,3 0,0 0,0 0,3 0,0 0,1 0,3 0,8 0,2 0,4 0,00
(2- 03 06 31 14 03 00 68 20 25 45 04 08 71 02 09 10 82 49 16 1
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TK2 Pearso 0,3 .52 0,0 0,3 - 0,3 0,3 0,4 0,3 0,2 0,0 0,1 0,2 ### .52 0,4 0,3 .52 0,1 1 .502*
0 n 62 4* 53 35 0,0 44 50 33 67 06 94 33 44 # 1* 42 69 0* 92
Correl 96
112

ation
Sig. 0,1 0,0 0,8 0,1 0,6 0,1 0,1 0,0 0,1 0,3 0,6 0,5 0,3 0,4 0,0 0,0 0,1 0,0 0,4 0,02
(2- 17 18 24 49 87 38 30 56 11 84 94 76 00 72 19 51 09 19 16 4
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TOT Pearso .90 .83 .45 .59 .54 .75 .52 .50 .65 .50 .55 .68 .52 .48 .71 .61 .49 .69 .70 .50 1
AL n 4** 8** 4* 1** 8* 2** 4* 3* 6** 8* 1* 9** 2* 1* 8** 2** 9* 0** 0** 2*
Correl
ation
Sig. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
(2- 00 00 44 06 12 00 18 24 02 22 12 01 18 32 00 04 25 01 01 24
tailed)
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji reliabilitas tingkat kecemasan

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.911 .912 20
113

Lampiran 12. Rekapitulasi Data

Rekapitulasi Data
No Nama Usia Jenis kelamin Komplikasi Lama menderita Dukungan keluarga Tingkat kecemasan
1 S 49 P 0 1 0 1
2 D 52 L 1 0 1 1
3 L 47 P 0 1 0 1
4 E 45 P 1 0 0 0
5 K 46 P 0 1 0 0
6 S 52 P 0 1 0 0
7 J 55 L 1 0 0 0
8 S 55 L 0 1 0 1
9 H 51 L 1 0 0 0
10 H 54 P 0 1 1 1
11 E 55 P 1 0 0 0
12 D 48 L 0 0 0 1
13 S 58 P 1 0 0 0
14 J 51 L 0 1 0 1
15 U 50 L 1 0 0 0
16 R 50 P 0 1 1 1
17 E 49 P 0 1 0 1
18 D 53 L 0 0 0 1
19 K 50 P 1 2 1 2
20 E 50 P 1 1 0 1
21 A 47 P 1 1 1 0
114

22 I 55 L 1 0 0 1
23 P 50 L 1 2 1 2
24 J 52 L 0 0 1 0
25 S 51 P 1 2 1 0
26 Y 48 P 0 0 1 0
27 Y 50 P 0 1 0 1
28 T 53 P 1 0 1 0
29 L 53 P 0 2 0 0
30 D 55 P 1 2 1 2
31 B 49 L 0 1 0 1
32 I 58 P 1 0 0 1
33 U 58 P 0 1 0 1
34 Y 60 P 0 2 1 2
35 S 48 P 0 2 0 0
36 T 50 L 1 0 1 2
37 U 50 L 0 2 1 0
38 N 49 P 1 1 1 1
39 L 48 P 0 0 0 2
40 S 50 P 0 0 1 0
41 S 52 P 1 2 1 2
42 B 50 L 0 0 0 0
43 L 46 P 0 2 1 2
44 L 49 P 0 2 0 2
45 P 47 P 0 2 1 2
46 C 46 P 0 1 0 1
115

47 P 45 P 0 1 1 1
48 A 56 L 1 0 1 2
49 T 55 P 0 1 1 1
50 D 48 P 1 2 1 2
51 G 49 L 0 1 0 1
52 C 48 P 1 2 1 2
53 I 46 P 0 2 0 1
54 E 48 P 1 2 1 2
55 D 49 L 0 1 0 1
56 B 55 L 0 0 1 2
57 M 56 P 0 0 0 0
58 S 55 P 0 1 1 1
59 L 48 P 1 0 0 2
60 S 51 P 1 0 1 0
61 D 50 P 0 2 1 2
62 H 52 P 0 2 1 2
63 U 54 L 1 1 1 1
64 M 44 L 0 2 0 1
65 M 47 P 0 0 1 0
66 S 48 P 1 2 1 0
67 M 49 P 0 0 1 1

Hasil univariate
116

Statistics
dukungankeluar tingkatkecemasa
komplikasi lamamenderita ga n
N Valid 67 67 67 67
Missing 0 0 0 0

Jeniskelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 21 31.3 31.3 31.3
P 46 68.7 68.7 100.0
Total 67 100.0 100.0
117

usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 44-50 39 58.2 58.2 58.2
51-60 28 41.8 41.8 100.0
Total 67 100.0 100.0

komplikasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak komplikasi 27 40.3 40.3 40.3
komplikasi 40 59.7 59.7 100.0
Total 67 100.0 100.0

lamamenderita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid > 10 tahun 25 37.3 37.3 37.3
5-10 tahun 22 32.8 32.8 70.1
< 5 tahun 20 29.9 29.9 100.0
Total 67 100.0 100.0
118

dukungankeluarga
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid mendukung 33 49.3 49.3 49.3
tidak mendukung 34 50.7 50.7 100.0
Total 67 100.0 100.0

tingkatkecemasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ringan 22 32.8 32.8 32.8

sedang 27 40.3 40.3 73.1

berat 18 26.9 26.9 100.0

Total 67 100.0 100.0

Hasil uji normalitas


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
dukungankeluarga .343 67 .000 .636 67 .000
tingkatkecemasan .215 67 .000 .805 67 .000
komplikasi .390 67 .000 .623 67 .000
119

lamamenderita .243 67 .000 .790 67 .000


a. Lilliefors Significance Correction
120

Hasil uji bevariat

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
komplikasi * 67 100.0% 0 0.0% 67 100.0%
tingkatkecemasan

komplikasi * tingkatkecemasan Crosstabulation


tingkatkecemasan
ringan sedang berat Total
Komplikasi tidak komplikasi Count 11 6 10 27
% within komplikasi 40.7% 22.2% 37.0% 100.0%
komplikasi Count 11 21 8 40
% within komplikasi 27.5% 52.5% 20.0% 100.0%
Total Count 22 27 18 67
% within komplikasi 32.8% 40.3% 26.9% 100.0%
121

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 6.269a 2 .044
Likelihood Ratio 6.510 2 .039
Linear-by-Linear Association .039 1 .844
N of Valid Cases 67
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 7,25.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for komplikasi a

(komplikasi / tidak
komplikasi)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
122

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
lamamenderita * 67 100.0% 0 0.0% 67 100.0%
tingkatkecemasan

lamamenderita * tingkatkecemasan Crosstabulation


tingkatkecemasan
ringan sedang berat Total
lamamenderita > 10 tahun Count 14 6 5 25
% within lamamenderita 56.0% 24.0% 20.0% 100.0%
5-10 tahun Count 3 19 0 22
% within lamamenderita 13.6% 86.4% 0.0% 100.0%
< 5 tahun Count 5 2 13 20
% within lamamenderita 25.0% 10.0% 65.0% 100.0%
Total Count 22 27 18 67
% within lamamenderita 32.8% 40.3% 26.9% 100.0%
123

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 41.893a 4 .000
Likelihood Ratio 44.141 4 .000
Linear-by-Linear Association 10.375 1 .001
N of Valid Cases 67
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 5,37.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for a

lamamenderita (> 10 tahun /


5-10 tahun)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
124

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
dukungankeluarga * 67 100.0% 0 0.0% 67 100.0%
tingkatkecemasan

dukungankeluarga * tingkatkecemasan Crosstabulation


tingkatkecemasan
ringan sedang berat Total
dukungankeluarga mendukung Count 12 18 3 33
% within dukungankeluarga 36.4% 54.5% 9.1% 100.0%
tidak mendukung Count 10 9 15 34
% within dukungankeluarga 29.4% 26.5% 44.1% 100.0%
Total Count 22 27 18 67
% within dukungankeluarga 32.8% 40.3% 26.9% 100.0%
125

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 11.169 a
2 .004
Likelihood Ratio 11.958 2 .003
Linear-by-Linear Association 4.898 1 .027
N of Valid Cases 67
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 8,87.

Risk Estimate
Value
Odds Ratio for a

dukungankeluarga
(mendukung / tidak
mendukung)
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
126

Plagiarism Checker X Originality


Report
Similarity Found: 16%

Date: Tuesday, August 23, 2022


Statistics: 2613 words Plagiarized / 16589 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional
Improvement.

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH
PUSKESMAS PEBAYURAN SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Medika
Suherman Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan Oleh: Putri Nurfadilah 010318510 PROGRAM STUDI
SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MEDIKA
SUHERMAN 2022

Anda mungkin juga menyukai