Anda di halaman 1dari 59

PROPOSAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PENCEGAHAN

LUKA KAKI DIABETIK DI PUSKESMAS CENDRAWASIH

KOTA MAKASSAR.

DOMINGGUS LENDE NGONGO

2118011

PROGRAM STU DI S1 KE PE RAWATAN

SEKOLAH TINGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

Berkat dan Anugerahnya sehingga penulis penyusunan Proposal penelitian

yang berjudul “HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

PENCEGAHAN LUKA DIABETIK DI PUSKESMAS CENDRASIH

KOTA MAKASSAR”dalam Menyelesaikan Proposal ditengah Pandemik

Covid-19”. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan sarjana keperawatan pada program studi ilmu keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

Dalam menyelesaikan proposal ini penulis dibantu dan dibimbing dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Bapak H. A. Iwan Darmawan Aras, SE. Selaku Ketua Yayasan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

2. Bapak Rasdin, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

3. Ibu Eka Suprapti, S.Kep., Ns., M.Kes. Selaku Ketua Program Studi

Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan

Akademik Makassar.

ii
4. Ibu Halbina Famung Halmar, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku pembimbing I

yang telah membimbing dan memberikan masukan, saran dan

motivasinya kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

5. Ibu Hasniati, S.Kep., Ns., M.Kep. Selaku pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan masukan, saran dan motivasinya

kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal ini.

6. Para Dosen dan Staf STIK GIA Makassar yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk serta dorongan selama mengikuti pendidikan

di STIK GIA Makassar.

7. Kepada teman-teman seperjuanagan angkatan 2018, yang telah

banyak membantu dan memberi dorongan dan motivasi selama

penulisan proposal.

Atas segala bantuan yang telah diberikan dalam penulisan

proposal ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan

kelimpahan berkat dan rahmat serta rejeki kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan kepada penulis selama proses

penyelesaian proposal ini. Namun penulis menyadari bahwa proposal

ini masih jauh dari kesempurnaan sehubungan dengan itu penulis

mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari

semua pihak guna perbaikan Proposal tersebut. Amin

Makassar, 05 April 2022

Penulis

iii
(Dominggus Lende Ngongo)

iv
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

Simbol dan singkatan Arti

1. DM Diabetes Mellitus

2. DFU Diabetic Foot Ulcer

3. PAD Periferal Arteri Disease

4. ABI Ankle Brachial Index

5. WHO World Health Organization

6. IDF International Diabetes Feredation

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELANGKANG

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit ganguan metabolism

kronis yang ditandai dengan peningakatan glukosa darah

(hiperglikimia), disebabkan karena ketidak seimbangan antara

suplai dan kebutuhan insulin. Grengren diabetic karena adanya

neuropati dan terjadinya luka yang tidak sembu-sembu. Glukosa

yang sangat dibutukan dalam kelangsungan dan fungsi sel.

WHO menyatakan pada tahun 2017 terjadi peningakatan

penderita DM 346 juta dan lebih dari 80% terdapat dinegara

berkembang. Menerut international Diabetes Feration (IDF)

menyakan pada tahun 2017 terdapat 246 juta penduduk dunia

menderita DM dan, dan perkirakan akan meningkat mencapai 380

juta pada tahun 2030.

Selanjutnya pada tahun 2018 terdapat 285 juta atau 6,4% pada

penduduk usia 20-79 tahun penderita DM. Angka ini perkirakan

akan meningkat menjadi 438 juta atau 7,7% pada penduduk usia

20 sampai 79 thn pada tahun 2030.

Dari data yang didapatkan bahwa 20 sampai 25% pasien yang di


opname di amerika serikat adalah berhubungan dengan masalah
kaki dengan rata rata waktu opname 25 hari. Di amerika serikat

1
jumlah amputasi sekitar 35 ribu kasus pertahun. Sedangkan di
Indonesia mardi (2004) mendapatkan adanya manifestasi gangrene
pada 71,2% penderita luka kaki diabetes yang menjalani
perawatan. Permasalahan yang penting di haapi adalah
menurunnya kuawalitas hidup dari penderita kaki diabetes yang
telah di amutasi terkait dengan konsep diri. Pada umumnya
penderita DM terlambat untuk menyadari bahwa telah terjadi luka
pada kakinya, hal ini semakin di perparah karena kaki yang terluka
tersebut tidak di rawat dan mendapat perhatian serius serta di
tambah adanya gangguan aliran darah ke periper kaki yang di
sebabkan karena komplikasi makrovaskular, mengakibatkan luka
tersebut sukar untuk sembuh dan akan menjadi borok atau ulkus.
Luka kaki tersebut dapat berkembang menjadi kematian jaringan,
yang apabila tidak ditangani dengan baik secara intensive dapat
menyebabkan gangrene, yang pada penderita DM disebut dengan
gangrene diabetic.
Gangrene diabetic merupakan suatu komplikasi yang timbulkan
akibat infeksi atau suatu proses peradanan luka pada tahap lanjut
yang disebabkan karena perubahan degenerative atau perawatan
yang krangintensive, yang dikaitkan dengan penyakit DM. Infeksi
pada kaki diabetes dapat terjadi pada kulit, otot dan tulang yang
umumnya dapat di sebabkan oleh kerusakan dari pembulu darah
saraf dan menurunnya aliran darah ke daerah luka.
Perawatan luka kaki diabetic memerlukan kerja sama dari berbagai
disiplin ilmuh. Dengan melibatkan banyak disiplin perlu adanya
kesamaan imformasi dalam proses perawatan luka sehingga
penyembuhan luka kaki diabetic bias optimal.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan status kesehatan
terutama yang pengetahuan rendah, pengetahuan tinggi

2
memegang peranan yang sangat besar untuk memperbaiki masalah
kesehatan, sehingga orang yang pengetahuan tinggi cenderung
mementingkan kesehehatannya hal ini dalam kaitannnya seseorang
dalam kepatuhan seseorang untuk berobat.
Dapat disimpulkan orang yang mempunyai pengetahuan tinggi
lenih patut untuk berobat untuk mempercepat proses kesembuhan
penyakitnya di bandingkan orang yang pengetahuan rendah.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan

tingkat pengetahuan dengan pencegahan luka kaki diabetik di

Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan

pencegahan luka diabetic Di Puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar.

b. Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien diabetik di

Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

2. Mengidentifikasi pasien dalam melakukan pencegahan

luka diabetic, diPuskesmas Cendrawasih Kota

Makassar.

3
3. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan

pencegahan luka kaki diabetic, diPuskesmas Cendrawasih

Kota Makassar.

c. Manfaat Penelitian

a. manfaat bagi institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insane Akademik

dalam bidang penelitian.

b. Manfaat bagi puskesmas

Sebagai bahan masukan bagi tenaga keperawatan untuk

mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengn

pencegahan luka kaki diabetic dipuskesmas cendrawasih.

c. Manfaat bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasih

kepada masyarakat dan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan.

d. HIPOTESIS

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan antara pengetahuan tentang ulkus diabetic

dengan pencegahan luka kaki diabetic.

2. Hipotesis Nol (Ho)

4
Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan

pencegahan luka kaki diabetic.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pencegahan Luka kaki Diabetik

1. Pengertian

Menurut World Health Organizatin (WHO, 2021) diabetes adalah

penyakit kronis yang terjadi baik ketika pangkreas tidak menghasilkan

cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan

insulin yang dihasilkannya. Insulin adalah hormon yang mengantur gula

darah. Hiperglikemia, atau peningkatan gula darah adalah efek umum dari

diabetes yang tidak terkontrol dan seiring waktu menyebabkan kerusakan

serius pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah.

Organisasi International Diabetes Federation (IDF, 2020) memperkirakan

sedikitn ya terdapat 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia

menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi

sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama. Berdasarkan jenis

kelamin, IDF memperkirakan prevalensi DM di tahun 2019 yaitu 9% pada

perempuan dan 9,65% pada laki-laki. Prevalensi DM diperkirakan meningkat

seiring panambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang

pada umur 65-79 tahun. Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai

160 juta orang di tahun 2030 dan 700 juta orang di tahun 2045. Yang

dimana peringkat pertama adalah Cina sebanyak 116,4 juta orang,

peringkat kedua India 77,0 juta orang, dan peringkat ketiga Amerika Serikat

6
31,0 juta orang. Indonesia berada di peringkat ketuju di antara 10 negara

dengan jumlah penderita sebanyak 10,7 juta orang.

Menurut Black dan Hawaks, (2014) DM adalah penyakit kronis progresif

yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh untuk melakukan

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia

(kadar glukosa darah tinggi). Banyak orang masih berganggapan bahwa DM

merupakan penyakit orang lanjut usia atau penyakit yang hanya timbul

karena faktor keturunan. Namun pada kenyataannya, setiap orang dapat

menderita DM baik tua maupun muda. Kadar glukosa yang tinggi secara

terus-menerus atau berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi,

gangguan yang menyerang seluruh anggota tubuh. Tindakan pengendalian

penyakit DM sangat diperlukan terutama dengan mengupayakan agar kadar

gula darah mendekati normal dan mencegah terjadinya luka diabetik pada

penderita, sebagai upaya pencegahan terbaik terhadap kemungkinan

berkembangnya komplikasi dalam jangka panjang (Masuneneng, dkk,

2018).

Ulkus diabetik menjadi faktor penyebab utama terjadinya amputasi

ekstremitas bawah pada kaki pasien DM. Prevalensi ulkus diabetik secara

global sebanyak 6,3% dengan prevalensi tertinggi di Belgia sebesar 16,6%,

Kanada sebesar 7,2%, Asia sebesar 5,5%, Eropa sebesar 5,1%, Oceania

sebesar 3% dan terendah di Australia sebesar 1,5%. Di Indonesia kejadian

ulkus diabetik sebesar 12% dan resiko ulkus dabetik sebesar 55,4%

(Hidayatillah, dkk, 2020).

7
Prevalensi pasien luka diabetik di Indonesia sekitar 15%, angka amputasi

30%, angka kematian 32%, dan luka diabetik merupakan penyebab rawat

inap, yaitu 80% karena diabetes mellitus. Penderita luka diabetik di

Indonesia membutuhkan biaya yang tinggi yaitu 1,3 juta sampai 1,6 juta

perbulan dan 43,5 juta untuk satu pasien. Setiap tahun, lebih dari satu juta

orang kehilangan salah satu kakinya akibat komplikasi DM. Setiap 30 detik,

satu anggota tubuh bagian bawah hilang akibat DM di dunia. Mayoritas

amputasi pada pasien DM didahului dengan cedera kaki, salah satu peran

perawat adalah mencegah luka kaki (Oktorina, dkk, 2019).

Luka diabetik adalah faktor penyebab masalah biopsikososial, spritual dan

ekonomi hingga kematian akibat sepsis. Secara sosial, seorang penderita

luka diabetes akan dikucilkan oleh rang lain karena pengaruhnya yang kotor

dan bau. Bagi tim kesehatan, luka diabetes memerluka perawatan intensif

karena sifat sekresi, bau, nekrosis jaringan dan komplikasi lainnya. Biaya

perawatan yang dibutuhkan relatif besar, karena berkaitan dengan hari

perawatan dan bahan habis pakai yang dibutuhkan (Supriyatin, dkk, 2014).

Luka kaki diabetik merupakan luka yang dialami oleh penderita diabetes

pada area kaki dengan kondisi luka mulai dari luka superfisial, nekrosis kulit,

hingga luka full-thicknes yang dapat meluas ke jaringan lain seperti tendon,

tulang dan sendi. Jika luka dibiarkan tanpa penanganan yang tepat akan

mengakibatkan infeksi atau gangren (Amry, 2020).

Salah satu penyebab luka kaki dipengaruhi oleh ketidak tahuan pasien

baik pencegahan maupun pengobatannya. Pengetahuan tentang

8
kesehatan merupakan salah satu bagian dari pengelolaan DM. Melalui

pengetahuan, penderita DM dapat mengetahui tentang penyakitnya,

sehingga dapat menjaga dirinya sendiri. Partisifasiaktif pasien membuat

selfmanagement DM berjalan dengan optimal. DM tidak hanya dilakukan

secara mandiri oleh pasien, tetapi tim kesehatan juga berperan dalam

membantu pasien membentuk sikap. Keberhasilan dalam mencapai

perubahan sikap memerlukan pembelajaran, keterampilan dan motivasi

(Alpriliyani, 2018). Tujuan utama dari pengobatan luka kaki diabetik

adalah untuk penyembuhan luka yang lebih baik. Masalah yang sering

dijumpai pada pasien yang pulang dari rumah sakit adalah kondisi luka

diabetik yang belum sembuh sempurna karena membutuhkan waktu

pengobatan yang lama, besarnya biaya pengobatan dan penurunan

produktivitas yang berdampak pada pasien saat kondisi lukanya belum

sembuh total. Sehingga pasien diharapkan untuk tetap melakukan

pengobatan luka diabetik secara mandiri di rumah, dengan harapan

terhindar dari komplikasi dan amputasi lebih lanjut (Basri, 2019).

2. Etiologi

Luka kaki diabetik disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. Neuropati

b. Trauma

c. Kelainan bentuk kaki

d. Tekanan tinggi pada telapak kaki

e. Penyakit vaskuler (Yaner, 2019)

9
Penyebab lain terjadinya luka diabetik diawali dengan munculnya luka

pada kaki diabetik ditandai dengan adanya luka terbuka pada permukaan

kulit sehingga menyebabkan infeksi akibat masuknya kuman atau bakteri

pada permukaan luka.

Adapun faktor lain yang mempengaruhi timbulnya luka diabetik menurut

Yaner (2019) yaitu :

1) Riwayat DM ≥10 tahun

2) Laki-laki perokok aktif

3) Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol

a. Gangguan penglihatan yang dapat mempengaruhi kemampuan melakukan

perawatan kaki

b. Polineuropati

c. Trauma kaki (lepuh)

d. Kurang olahraga

e. Kurang pengetahuan tentang DM

f. Belum maksimalnya kepatuhan pencegahan luka

g. Kadar kolesterol ≥ 200mg/dL

h. Kadar HDL ≤ 45mg/dL

i. Ketidak patuhan diet rendah gula

j. Perawatan kaki tidak teratur

k. Penggunaan alas kaki tidak tepat

l. Infeksi

10
Infeksi paling sering digambarkan sebagai penyakit yang disebabkan

oleh mikroba patogen yang terjadi ketika replikasi mikroorganisme dalam

jaringan menyebabkan respon inflamasi, dan berhubungan dengan

kerusakan jaringan. Proses infeksi ini diawali dengan adanya luka

(biasanya pada permukaan plantar) yang merupakan pintu masuk

organisme patogen yang akan menyebar secara terus-menerus. Infeksi

yang dihasilkan awalnya superfisial tetapi dengan penurunan mekanisme

pertahanan tubuh yang disebabkan oleh disfungsi neutrofil dan infusiensi

vaskuler, infeksi dapat menyebar ke jaringan subkutan dan tulang

(Najihah, 2020).

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala luka diabetik berdasarkan Yunus (2015) yaitu :

a. Sering kesemutan

b. Nyeri kaki saat istirahat

c. Sensasi rasa berkurang

d. Kerusakan jaringan (nekrosis)

e. Penurunan denyut nadi arteridorsalis pedis, tibialis dan poplitea

f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal

g. Kulit kering

4. Patofisologi

Adanya absolute insulin atau insensitivitas sel terhadap insulin dapat

menyembabkan tingginya kadar gula darah,metabolis glukosa,tingginya

kadar asam lemak dalam darah, yang menyebabkan penurunan oksigen dan

11
zat-zat gizi kejaringan sehingga ketersediaan oksigen untuk jaringan

berkurangan. Hipoksia kronik yang terjadi secara langsung dapat merusak

atau menghancurkan sel dan jaringan. Akibat kerusakan sel tersebut,

permeabilitas sel endotel meningkat sehingga molekul-molekul yang

mengandung lemak masuk kearteri. Kerusakan sel endotel akan mencentus

reaksi imun dan peradangan sehingga akhirnya terjadi pengendapan

trombosit, makrofog, dan jaringan fibrosa. sel-sel otot polos berproliferasi,

Penempelan dinding arteri menyebabkan hipertensi, yang semakin merusak

lapisan endotel, efek vaskuler dari diabetes kronik antara lain adalah

penyakit vaskuler perifer.

Sehingga jika terjadi cendera pada jaringan lunak baik secara termal

(misalnya menggunakan botol pemanas, atau memeriksa air panas), cedera

kimia (misalnya, melukai kulit terbakar pada saat menggunakan preparat

plastic),cedera traumatic ( misalnya, melukai kuku ketika menggunting

kuku). Cedera tersebut tidak dirasakan akibat kehilangan sensibilitas.

Kemudian terjadi pembentukan fisura pada daerah kulit yang kering atau

pembentukan sebuah kalus. Cedera atau fisura tersebut dapat berlangsung

tanpa diketahui sampai terjadi infeksi, penggeluaran nanah pembengkakan,

kemerahan sirkulasih darah yang buruk.

Bagi pasien–pasien dengan neuropati perifer (ulkus diabetic), penggurangan

maupun atau hilangnya sensesi nyeri pada ulkus diabetic dapat

menyebabkan tidak memperhatikannya trauma akibat pemakain sepatu dan

12
kuku jari kaki yang cacat. Deformitas ulkus merupakan hal yang umum

terjadi atropi otot-otot kecil pada ulkus.

Dan penonjolan kaput metatarsal, Trauma berulang khususnya tekanan

yang berkepanjangan dapat menyebabkan ulserasi pada ulkus diabetic,

yang terutama biasanya terjadi pembekakan pada daerah ulkus yang

membesar, dan diatas tonjolan ulkus diabetic. Terjadi infeksi yang serius,

pengeluaran nanah akibat insufisiensi vaskuler perifer (iskemia).

5. Insiden

Pakar ilmu kesehatan dari Universitas Gadja Mada (UGM) Yogyakarta


mengemukakan prevalensi DM beserta komplikasinya di Indonesia terus
meningkat dari tahun 1982 prevalensi mencapai 1,7% pada tahun 1993
meningkat menjadi 5,7% dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 12,8%.
Penelitian dimakassar juga menunjukan peningkatan prevalensi meskipun
tidak setinggi di Jakarta,yakni 1,5% pada tahun 1981 dan meningkatkat
menjadi 2,9% pada tahun 1998.
Menurut mentri kesehatan,secara global WHO ( World Health Organitazion),
memperkirakan PTM (Penyakit tidak menular) telah menyebabkan sekitar
60% kematian dan 43% diseluru dunia. Pada tahun 1992, lebih dari 100
juta penduduk dunia menderita diabetes dan pada tahun 2000 jumlahnya
meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari populasi dewasa.
Sedangkan di Amerika Serikat jumlah penderita diabetes pada tahun 1980
mencapai 518 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 138 juta
orang.
Ulkus diabetic merupakan suatu komplikasi yang umum bagi pasien
dengan DM. Penyembuhan luka yang lambat dan meningkatnya kerentanan
terhadap infeksi cenderung terjadi,gangrene dapat berkembang, dan
terdapat resiko tinggi perlu dilakukan amputasi ekstermitas. Amerika Serikat
diperkirakan bahwa 50% dari sebuah amputasi non trsumatik terjadi pada

13
pasien diabetes,dengan resiko khusus pada pasien lansia dan laki-laki secara
signifikan beresiko lebih tinggi dari pada wanita. Lebih jau lagi, tungkai
kontralateral memiliki progonisis yang buruk, 42% pasien memerlukan
amputasi kedua dalam 1-3 tahun dan 56% dalam 3-5 tahun.
DM merupakan penyebab utama timbulnya masalah ulkus baik pada
kaki,tungkai maupun tubuh seseorang. Kira-kira 50% sehingga 70%
amputasi ekstermitas dilakukan pada pasien-pasien yang menderita
ganggren akibat ulkus diabetic. Dan sebanyak 50% dari khusu amputasi
tersebut diperkirakan dapat dicegah bila dilakukan tindakan preventif.
6. Diagnosis

Diagnosis kaki diabetes meliputi :

a. Pemeriksaan fisik

Inspeksi ulkus untuk mengamati terdapat luka atau ulkus pada kulit

atau jaringan tubuh pada ulkus, pemeriksaan sensasi vibrasi / rasa

berkurang atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis

menurun atau hilang.

b. Pemeriksaan penunjang

X-ray, EMG ( Electromyographi) dan pemeriksaan laboratorium untuk

mengetahui ulkus kaki diabetic menjadi infeksi dan menentukan

kuman penyebabnya.

7. Komplikasi

Komplikasi utama ulkus kaki diabetes adalah ganggren akibat adanya cedera

yang berlangsung tanpa diketahui sampai terjadi infeksi yang serius dengan

pengeluaran nanah, pembekakan, kerusakan akibat selulit pada akhirnya

14
terjadi kematian jaringan pada bagian tubuh yang mengarah pada tindakan

pembedahan ( amputasi).

Terdapat kira-kira 50% hingga 75% amputasi ekstermitas dilakukan pada

pasien menderita ganggren akibat ulkul diabetikum.

8. Klasifikasih luka kaki diabetic

Klasifikasi luka kaki diabetic dibutuhkan untuk mengatasih lesi yang

sedang diobati, mempelajari hasil pengobatan dan dapat member

pemahaman tentang kaki diabetic krasteristik luka diabetic berdasarkan

klasifikasih Meggit Wagner terdiri dari 5 grade (fitria,ddk 2017 ) yaitu :

Grade Deskripsi

0 Hanya nyeri pada kaki

1 Luka dipermukaan kulit

2 Luka yang lebih dalam

3 Luka sudah melibatkan

tulang

4 Ganggren pada sebagian

kaki

5 Ganggre pada semua kaki

9. Pengelolaan

Menurut Kartika, (2018) pengelolaan penderita kaki diabetik dapat dibagi

menjadi dua kelompok besar yaitu pencegahan kaki diabetik dan luka

(pencegahan primer sebelum menjadi perlukaan kulit) dan pencegahan

15
kecatatan yang lebih parah pencegahan sekunder dan pengelolaan

ulkus/gangren diabetik).

a. Pencegahan Primer

Penyuluhan terjadinya kaki diabetik sangat penting, harus selalu dilakukan

setiap saat. Berbagai usaha pencegahan sesuai dengan tingkat risiko

dengan melakukan pemeriksaan dini setiap ada luka pada kaki secara

mandiri ataupun ke dokter terdekat. Deformitas (stadium 2 dan 5) perlu

sepatu khusus/alas kaki agar meratakan penyebaran tekanan pada kaki.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder meliputi :

1) Wound Control

Perawatan luka sejak awal harus dikerjakan dengan baik dan teliti.

Evaluasi luka harus secerm at mungkin, klasifikasi ulkus pedis dilakukan

setelah debridement adekuat. Jaringan nekrotik dapat menghalangi

proses penyembuhan luka dengan menyediakan tempat untuk bakteri

sehingga dibutuhkan tindakan debridement.

Debridement yang baik dan adekuat akan sangat membantu

mengurangi jaringan nekrotik, dengan demikian akan sangat mengurangi

produksi pus/cairan dari ulkus/gangren. Debridement dapat dilakukan

dengan beberapa metode seperti mekanikal, surgikal, enzimatik, autolisis

dan biokemis.

16
Cara paling efektif adalah dengan metode aotilysis debridement.

Autolysis debridement adalah peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh

sendiri dengan syarat utama lungkungan luka harus lembap. Pada

keadaan lembap enzim proteolitik secara selektif akan melepas jaringan

nekrosis, sehingga muda lepas dengan sendirinya. Atau dibantu secara

surgikal atau mekanikal. Saat ini terdapat banyak macam dressing

(pembalut) yang dapat dimanfaatkan sesuai keadaan luka dan letak luka.

Dressing mengandung komponen zat penyerap, seperti carbonated

dressing, alginatem dressing akan bermanfaat pada luka yang masih

proiduktif. Hydrophilic fiber dressing atau silver impregnated dressing

bermanfaat untuk luka produktif dan terinfeksi.

Untuk kesembuhan luka kronik seperti luka kaki diabetes, suasana

kondiktif sekitar luka harus dipertahankan. Selama proses inflamasi

masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak ke proses

selanjutnya. Untuk menjaga suasana konduktif dapat dipakai kasa yang

dibasahi dengan norma siline. Berbagai saran dan penemuan baru dapat

dimanfaatkan untuk wound control, seperti deformagrafi, apligraft,

growth factor, protease inhibitor dan sebagainya, untuk mempercepat

kesembuhan luka.

2) Microbiological Control

Microbiological control data adalah pola kuman perlu diperbaiki secara

berkala umumnya didapatkan infeksi bakteri multipel, anaerob, dan aerob.

Antibiotik harus selalu sesuai dengan hasil biakan kuman dan

17
resistensinya. Lini pertama antibiotik spektrum luas, mancakup kuman

gram negatif dan positif (misalnya sefalosforin), dikombinasi dengan obat

terhadap kuman anaerob (misalnya metronidazole).

3) Pressure Control

Jika tetap dipakai untuk berjalan (menahan berat badan/ weight bearing),

luka selalu mendapat tekanan, sehingga tidak akan sempat menyembuh,

apalagi bila terletak di plantar seperti pada kaki charcot.

Berbagai cara surgikal dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada

luka seperti :

1) Dekompresi ulkus/gangren dengan insisi abses

2) Prosedur koreksi bedah seperti operasi untuk hammer toe,

metatarsal head resection, achilles tendon lengthening, partial

calcanectomy.

10. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan luka diabetik adalah mencapai

penutupan luka secepatnya. Mengatasi ulkus kaki diabetik dan

menurunkan kejadian berulang dapat menurunkan kemungkinan amputasi

pada ekstremitas bagian bawah pasien DM. Area penting dalam

manajemen ulkus kaki diabetik meliputi manajemen komorbiditi, evaluasi

status vaskuler dan tindakan yang tepat pengkajian gaya hidup/faktor

psikologi, pengkajian dan evaluasi ulser, manajemen dasar luka dan

menurunkan tekanan (Yunus, 2015).

18
11. Pencegahan

Pencegahan terjadinya dan pengendalian luka diabetik diperlukan

adanya keterlibatan berbagai pihak terutama dari pasien dan keluarga.

Hal-hal yang dapat mencegah dan mengendalikan kaki diabetik yaitu

(Yunus, 2015):

a. Mengontrol gula darah

b. Meperbaiki aliran darah ke kaki

c. Hindari merokok

d. Olahraga yang teratur termasuk senam kaki untuk menjaga berat badan

dan fungsi dari insulin dalam tubuh

e. Edukasi perawatan kaki pada pasien dan keluarga yang meliputi

kebersihan kuku, pemilihan alas kaki, pencegahan dan pengelolaan cedera

awal pada kaki.

Hal lain yang dapat membantu dalam pengendalian luka diabetik yaitu

upaya pencegahan kaki diabetik yang dapat dilakukan dengan memberi

pelembab, memakai sandal atau sepatu yang sesuai, segera mencari

petolongan apabila mulai timbul rasa baal pada kaki, dan atau

lukasekalipun kecil. Perawatan kaki secara rutin juga dapat dilakukan

dengan mencuci kaki menggunakan air hangat, mengeringkan kaki sampai

pada sela-sela jari kaki, melakukan pemeriksaan setiap hari dan

memperhatihan perubahan-perubahan yang terjadi pada kaki. Mencegah

terkena kaki diabetik lebih baik daripada usaha menyembuhkan

(Srimiyati, 2018)

19
B. Tinjauan umum tentang Tingkat Pengetahuan Luka kaki diabetic

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni: Indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sesungguhnya sebagian pengetahuan

diperoleh melalui mata dan telinga. Proses yang didasari oleh

pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif. Sebaliknya apabila tidak

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung

lama (Sukmawati, dkk, 2021). Hal ini sesuai dengan (Srimiyati, 2018)

pengetahuan sangat erat hubunganya dengan cara seseorang

memperhatikan perubahan pada dirinya, misalnya ketika kakinya mulai

terasa baal atau dingin.

Tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh karakteristik seseorang

seperti umur, pengalaman, persepsi dan motivasi serta faktor lingkungan,

kebudayaan dan informasi yang didapatkan oleh individu tersebut. Umur

merupakan salah satu sifat karakteristik dari seseorang yang mempunyai

hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risiko serta sifat

resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan atau

penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu

tersebut (Aliyah, dkk, 2018).

20
Usaha untuk menjaga agar gula darah tetap mendekati normal dan

mencegah terjadinya luka, tergantung dari motivasi serta pengetahuan

penderita mengenali penyakitnya. Terbentuknya suatu baru terutama

pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif dalam arti subyek tahu

terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek

diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru dan akan terbentuk

dalam sikap maupun tindakan. Pentingnya penderita DM mengetahui cara

mencegah komplikasi yakni :

b. Guna mencegah munculnya komplikasi diabetes, penderita DM harus rajin

merawat dan memeriksakan kaki untuk menghindari terjadinya kaki

diabetik dan kecacatan yang mungkin akan muncul.

c. Peningkatan pengetahuan penderita mengenai cara mencegah komplikasi

juga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita DM sehingga penderita

dapat menikmati hidup seperti orang normal pada umumnya yang tidak

menderita DM, serta penderita tidak perlu mengeluarkan uang secara

berlebihan untuk pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan (Sutandi

& Novia, 2016).

Tingkat pengetahuan mempunyai 6 tingkatan manurut Notoatmodjo

(2010) sebagai berikut:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (reccal) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

21
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu

tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain,

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objekyang diketahui,dan dapat

menginterprestasikan benar tentang objek yang diketahui,dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,menyebutkan

contoh,menyimpulkan,meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari,misalnya mengapa datang ke posyandu.

c. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yang dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan.

d. Aplikasi (Applikation)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode

dan prinsip.

22
e. Sintesis (Syinthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang

ada.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut

Notoatmodjo, (2010) adalah :

a. Umur

Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-

penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup

seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi

umur seseorang maka bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang

dimiliki karena pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman

maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain.

23
b. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh

kemampuan dan manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam

pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan

hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah

menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peran yang penting

dalam menentukan kulaitas manusia. Dengan pendidikan manusia

dianggap akan mempenroleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi

pendidikan, hidup manusia akan selalu berkualitas karena pendidikan yang

tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik, yang menjadikan hidup

berkualitas.

c. Paparan Media Massa

Melalui media massa baik cetak maupun elektronik maka berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang

sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih

banyak dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki.

d. Sosial Ekonomi (Pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder keluarga, status

ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan dengan

ekonomi rendah, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang semakin

mudah dalam mendapatkan pengetahuan,sehingga menjadikan hidup

lebih berkualitas.

24
e. Hubungan Sosial

Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai

komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media.

Apabila hubungan sosial sesorang dengan individu baik maka

pengetahuan yang dimiliki juga akan bertambah.

f. Pengalaman

Pengelaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman

sesorang individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari

lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan.misalnya sering

mengikuti organisasi

25
C. Tinjauan Umum Tentang Perawatan Luka Ulkus Diabetik

1. Pengertiaan

Ketaatan dan perawatan merupakan dalam kesenambungan oleh seseorang

dalam kesehariannya yang berasal dari adanya suatu motif yang dimiliki

komponen emosional ( efektif ) sehingga mendorong seseorang untuk

mempengaruhui kebutuhannya dan cenderung diulang karena menghasilkan

suatu yang bermanfaat dan menyenangkan.

Sarafino (1996) dalam smet (2002) dalam fisikologi kesehatan mendefenisikan

tingkat perawatan luka pada pasien diabetes,pasien melaksakan cara

pengobatan yang disaran oleh Dokter atau orang lain. Menyatakan bahwa

berobat penderita dapat diketahui melalui 3 cara : perhitung sisa obat

berdasarkan suatu alat eletronik serta pengukuran berdasarkan tes biokimia

(kadar obat ) dalam darah dan urin.Perawatan luka mengunakan

metronidazole dan NaCL yang baik dan benar akan mempercepat

penyembuhan luka kaki diabetic ( selama 3 minggu luka membaik dari pada

hanya mengunakan NaCL saja ( selama 6 minggu luka baru terjadi

pemulihan). Karena metrodinazole merupakan antibiotic, antiprotozoa dan anti

bakteri. Obat ini melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan amoeba

dalam tubuh. Metrodinazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik

tubuh. Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivate

nitroimidazoi yang mempunyai aktivita bakterisit, amebisid dan trikomodosid.

Dalam sel atau mikro organism metronidazole mengalami reduksi menjadi

26
prodik polar. Hasil reduksi ini mempunyai aksi antibakteri dengan jalan

menghambat sintesa asam nukleat.

Terjadinya peningkatan resiko berhubungan dengan ganguan metabolic

terutama pengedalian kadar klukosa yang buruk,timbulnya angiopati maupun

neuropati diabetic.

Mekanisme pertahanan tubuh penderita diabetes diakibatkan terjadi

penurunan mekanisme tubuh seperti pungsi neuropil, monosit, komplemen

dan cell mediatend immunity (CMI) Klinis infeksi pada kaki dijumpai adanya

penyebaran atau perluasan selulitiskearah proksimal, adanya penyebaran atau

prluasan necrotizing fasciitis, adanya penyebaran yang cepat wetgangrene

diikuti tanda sistemik seperti 2 atau lebih manifestasih SIRS (the sytemik

innlammatory respons syndrome) seperti suhu<36 c% atau 38 c%, denyut

jantung > 90x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, paCO2 <32 mmHg. Jumlah

leukosit > 12000, hiperglikimia tidak terkotrol, keadaan infeksi kaki ini sudah

dalam tahap PKD derajat infeksi berat dengan sepsis.

2. Cara perawatan ulkus diabetic

Adapun perawatan luka diabetic yaitu :

1) Bahan yang digunakan dalam perwatan luka diabetic adalah NaCL

0,9% dan metronidazole 500 Ml.

2) Alat yang digunakan dalam perawatan luka diabetic adalah kassa

stering dan kassa gulung, piset sirurgis dan anatopi steril,gunting

neuropati steril, bak steril, spuit 5cc.

3) Pelaksanaan

27
a. Tahap pertama kita mempersiapakan alat dan bahan untuk mendekasih

yaitu memasang perlak pengalas mengisi spuit 5cc dengan metrodinazole,

stelah itu mendekatkan bengkok, mempersiapakan henscoon steril dan

bersih, kemudian memakai hanscoon bersih.

b. Tahap kedua membersikan luka yaitu membuka balutan yang luar kemudian

disiram mengunakan NaCL,setelah itu membuka balutan dalam,lalu

mengganti hancoon besih dengan hancoon steril, mengabil pinzet anatomis

dan membesikan lukan dengan kassa yang sudah membasahi dengan NaCL,

stelah itu mengambil pinset silurgis lalu menggutikan jaringan yang sudah

mati (debridement) untuk memberikan jalan agar puss dapat keluar,

kemudian pada bagian luka kita semprot metrodinazole kebagian dalam luka

secara berulang-ulang agar puss yang masih sisa didalam dapat keluar. Kita

usahakan mengurangi gesekan dan tekanan daerah luka agar tidak

menimbul luka baru.

c. Tahap ketiga menggeringkan luka dengan kassa steril, stelah itu menutup

luka dengan kassa yang telah diberikan metronidazole, setelah itu menutup

dengan mengunakan kassa kering lalu membalut dengan kassa gulung pada

luka tersebut. Dan tahap selanjutnya membersikan alat dan merapihkannya.

28
D. Hubungan Pengetahuan Dengan Luka Diabetik

Pengetahuan adalah salah satu kemampuan khas manusia membentuk

peradaban global dan membawah akibat-akibat besar terhadap kontrat

kemanusian. Pengetahuan juga dipandang sebagai sala satu unsure dasar

dalam kebudaan. Dalam kamus filsafat dijelaskan bawah pengetahuan adalah

proses yang diketahui manusia secara langsung dari kesedaraan sendiri. Dalam

peristiwa ini yang mengetahui (subjek) didalam dirinya sendiri sedemikian aktif

yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam

kesatuan aktif.

Edukasi sangat penting untuk setiap tahap untuk pengelolaan luka kaki

diabetic. Dengan penyuluhan yang baik penderita DM dengan luka diabetic

mampun keluarganya diharapakan akan dapat bantu dan sebagai tindakan

yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal. Rehabilitas merupakan

program yang sangat penting yang harus dilaksanakan untuk pengolahan kaki

diabetic, bahkan sejak pencegahan terjadi luka diabetic, keterlibatan ahli

rahabilitas medis yang sangat diperlukan untuk mrngurangi kecacatan yang

mungkin timbul pada pasien. Keterlibatan ahli rehabilitasi medis berlanjut

sampai jau sesudah amputasi, untuk memberikan bantuan bagi parah penderita

luka diabetic yang mengalami amputasih untuk menghindari terjadinya luka

baru. Perawat luka sejak pasien pasien dating harus ditangani dengan baik dan

teliti, klasfikasi luka diabetic dilakukan setelah debridement yang adekuat. Saat

ini terdapat banyak sekali macam Dressing ( pembalut) yang masing-masing

dapat dimanfaatkan sesuai dengan keadaan luka dan letak luka tersebut,

29
tetapih jangan lupah tindakan debridement merupakan syarat mutlat yang

harus dikerjakan sebelum menilai dan mengklasifikasikan luka, debridement

yang and adekuat akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik yang

harus dikeluarkan tubuh sehingga menbantu mengurangi produksi puss / cairan

dari ulkus / gangeren diabetic ( waspadji 2018).

Penaklaksanaan diabetes mellitus dikenal 4 pilar utama pengelolahan yaitu :

penyeluhan, perencanaan makan, latiahan jasmani dan obat hiplikimik. Tetapih

gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes.

Kepatuhan pasien terhdapat prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan

salah satu kendalah pada pasien diabetes penderita tentang penyakit DM

sangatlah penting karena pengetahuan ini akan membawah penderita DM

untuk menentukan sikap, berpikir dan bersuhan untuk tidak terkena penyakit

atau dapat mengurangi kondisi penyakitnya. Apabilah pengetahuan penderita

DM baik, maka sikap terhdap diet DM semestinnya dapat mendukung terhadap

pencegahan DM itu sendiri. Penyakit DM ini jika ditangani dengan baik

ditakutkan akan terjadi komplikasih. Komplikasi kronik yang sering terjadi pada

penerita DM adalah komplikasi kronik yang sangat sukar ditangani karena

berjalan pelan tapih pasti.

30
E. KERANGKA TEORI

pengetahuan

pencegahan luka

diabetiak

Patuh Tidak Patuh

1. Minum obat sesuai dengan a. Minum obat tidak sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan waktu yang telah ditentukan oleh

oleh petugas kesehatan petugas kesehatan

2. Minum obat sesuai dengan b. Minum obat tidak sesuai dengan

dosis yang telah ditentukan dosis yang telah ditentukan oleh

oleh petugas kesehatan petugas kesehatan

3. Mengikuti prongram perawatan c. Tidak mengikuti program

luka diabetic yang diberikan perawatan luka kaki diabetic yang

oleh petugas kesehatan diberikan oleh petugas kesehatan

4. kontrol sesuai jadwal yang d. Control tidak sesuai dengan jadwal

telah ditentukan oleh petugas yang telah ditentukan oleh

kesehatan petugas kesehatan

Gambaran 2,1 Kerangka Teori

31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Berdasarkan konsep yang telah diuraikan pada bagian kepustakaan,maka

peneliti membuat skema yang mengambarkan hubungan pengetahuan tentang

pencegahan luka diabetic :

pencegahan luka diabetik


Tingkat pengetahuan

Keterangan :

: Variabel independen yang diteliti

: Variabel dependen

Gambar 3.1 kerangka konsep

32
B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variable Definisi Operasional Kriteria Objektif Skala ukur

1. Dependen Segala sesuatu yang Baik : bila jumlah Nominal

pengetahuan diketahui oleh skor ≥ 13,5

responden tentang Kurang : bila

luka diabetic jumlah skor <

13,5

2. Inependen Perawatan luka Patuh : bilah Ordinal

Pencegahan Luka diabetic secara rutin responden

Diabetik dalam melakukan memiliki ≥5

perawatan pada luka Tidak patuh :

yang dialami bilah responden

memiliki <5

33
C. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian digunakan adalah metode penelitian analitik dengan

menggunakan desain Cross Sectional merupakan rancangan penilitian

yang pengukuran atau pengamatannya dilakukan secara bersamaan pada

satu saat atau sekali waktu. Dalam hal ini dimaksudkan untuk

mengidentifikasih Hubungan tingkat pengetahuan dengan pencegahan

luka kaki diabetic di Puskesmas Cendrawasih kota Makassar

D. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien DM yang mendapatkan

perawatan luka kaki diabetic di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

Populasih yang terlibat dalam penelitian ini yaitu sebanyak 36 orang.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

a) Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Cendrawasih Kota

Makassar tahun 2022.

b) Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni-Oktober 2022.

F. Teknik pengumpulan data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden.

Data primer dikumpul dengan kuinsioner.

34
b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari puskemas

Cendrawasih.

G. Pengelolahan data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan

dengan memeriksa kelengkapan data,memeriksa kesenambungan

data dan memeriksa keseragaman data.

2. Koding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data,semua

jawaban atau data perlu disederhanakan,yaitu memberikan simbol-

simbol tertentu untuk setiap jawaban ( pengkodeaan). Pengkodean

dilakukan dengan memberikan nomor alaman daftar pertanyaan,

nomor pertanyaan, nomor variable dank Kode.

3. Tabulasi data

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data kedalam

suatu table menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan

penelitian, table muda dianalisa. Tabel tersebut dapat beruba table

sederhana maupun table silang.

35
H. Analisa data

Setelah data tersebut dilakukan editing, koditing dan tabolasi maka

selanjutnya dilakukan analisis sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Dilakukan terhadap tiap-tiap variable dari hasil penelitian.

Analisis ini menghasilan distribusi dan presentasi dari tiap-tiap

variable yang diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisis data ditunjukan untuk menjawab tujuan penelitian dan

menguji hipotesis penelitian untuk mengetahui adanya pengaru

variable indenpenden terhadap variable dependen dengan

mengunakan uji statistic dengn tingkat kemaknaan (a) : 0,05.

Uji statistic yang digunakan adalah chi- square, dengan

mengunakan jasa computer program SPSS versi 16,0.

I. Etika penelitian

Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan

menekan malah etika penelitian yang meneliputi :

a. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan pada responden yang akan

teliti dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila

supjek menolak maka peneliti tidak akan memaksa kehendak

dan tetap menghormati hak-hak subjek.

36
1. Anonymity ( tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasian peneliti akan mencantumkan nama

responden dijamin oleh penliti dan hanya kelompok data terntu

yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

37
DAFTAR PUSTAKA

Aliyah Himatul, Khoiriyah, & N. S. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan

Sikap Dengan Pearawatan Kaki Pasien DM Sebagai Pencegahan

Ulkus DM Di RSI Kendal. Jurnal Ilmu Kperawatan.

Alpriliyani, S. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan

Pencegahan Terjadinya Luka Diabetik Pada Penderita DM Tipe II .

https://doi.org/http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/59440

Amry, R. Y. (2020). Efektifitas Penggunaan Metode Pendidik Teman

Sebaya Dalam Meningkatkan Pengetahuan Pencegahan Komplikasi

Kaki Diabetes Di Puskesmas Banguntapan 3 Bantul. Jurnal Ilmu

Kperawatan, 1(2), 20–27.

https://doi.org/https://doi.org/10.53510/nsj.v1i2.27

Basri, M. H. (2019). Pengalaman Pasien DMTIPE 2 dalam Melakukan

Perawatan Ulkus diabetik Secara Mandiri. Jurnal Kopertis X, 4(1),

58–69. https://doi.org/Doi:http://doi.org/10.22216/jen.v4i13066

Diakses, Februari 2019

Black Joyce M. dan Hawaks Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medikal

Bedah: Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan, Edisi 8

Buku 2.

Core, M. A. Del, Ahn, J., Iii, R. B. L., Raspovic, K. M., Lalli, T. A. J., &

Wukich, D. K. (2018). The Evaluation and Treatment of Diabetic


Foot Ulcers and Diabetic Foot Infections. Journals Sagebup, 3(3),

1–11. https://doi.org/10.1177/2473011418788864 Diakses, 03

August 2018

Darmawati dan Devi Darliana. (2018). Hubungan Kecemasan dan Depresi

Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Ulkus Diabetik. Jurnal

Keperawatan, IV(1), 69–74.

https://doi.org/https://sg.docworkspace.com/d/sALR9mG6goM42ju

z1x6enFA

Fitria Eka, Abidah Nur, Nelly Marissa, & N. R. (2017). Karakteristik Ulkus

Diabetikum pada Penderita Diabetes Mellitus di RSUD dr . Zainal

Abidin dan RSUD Meuraxa Banda Aceh. Buletin Penelitian

Kesehatan, 45(3), 153–160.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22435/bpk.v45i3.6818.153-160

Diakses, 19 September 2017

Hermansyah, H., Setiawan, A., & Hendriana, Y. (2018). Efektivitas Foot

Care Education Terhadap Praktik Perawatan Kaki Dalam Upayah

Pencegahan Risiko Ulkus Kaki Diabetik pada Penderita Daibetes Di

Wilayah Kabupaten Kuningan. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti

Husada, 09(02), 52–58.

https://doi.org/https://doi.org/10.34305/jikbh.v9i2.61 Diakses,

Desember 2018

Hidayatillah Shofia Aji, Heri Nugroho, S. A. (2020). Hubungan Status


Merokok Dengan Kejadian Ulkus Diabetikum Pada Laki-Laki

Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Epidemiologi Kesehatan

Komunitas, 5(1), 32–37.

https://doi.org/https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jekk/article/

view/6797 Diakses, Februari 2020

IDF. (2020). Infodatin Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan

RI.Tetap Produktif Cegah dan Atasi Diabetes Mellitus. 2020 .

https://doi.org/https://pudatin.kemkes.go.id/download.php?

file=download/pudatin/infodatin/infidatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf

Kartika, R. W. (2017). Pengelolaan Gangren Kaki Diabetik . 44(1), 18–22.

https://doi.org/http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/vi

ew/810

Masuneneng, K. H., Tuegeh, J., & Ponidjan, T. S. (2018). Pengetahuan

Keluarga Mencegah Kejadian Luka Diabetik Pada Pasien Diabetes

Melitus. Jurnal Kesehatan, 6(2).

https://doi.org/https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=

2ahUKEwji9auyuKjyAhXG63MBHQRLCUEQFnoECAMQAQ&url=https

%3A%2F%2Fejurnal.poltekkes-manado.ac.id%2Findex.php

%2Fjuiperdo%2Farticle%2Fdownload

%2F790%2F657&usg=AOvVaw3SY2YH6RYmwRmMH_cFoZOs

Munali. (2019). Kuesioner Penelitian Pengaruh Edukasi Kesehatan


Perawatan Kaki Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Pencegahan Ulkus Kaki Diabetik.

https://doi.org/Doi:http://dx.doi.org/10.20473/cmsnj.v8i1.13241

Najihah. (2020). Infeksi Luka Kaki Diabetik dan Faktor Resikonya :

Literature Review. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah , 09(2), 179–

185. https://doi.org/https://doi.org/10.12345/jikp.v9i02.193

Diakses, 24 Desember 2020

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. https://doi.org/Rineka

Cipta, Jakarta.

Nurhayati, I. & R. (2017). Peningkatan Motivasi Melalui Teknik Edukasi

pada Penderita Diabetes Melitus di Keluarga. Indonesian Journal On

Medical Science, 4(1), 96–109.

https://doi.org/https://ejournal.ijmsbm.org/index.php/ijms/article /

view/102/102

Nuryanti. (2013). Lembar Kuesioner Hubungan Anatara Pengetahuan Klien

Dengan Motivasi Dalam Mencegah Terjadinya Ulkus Diabetik Di

Ruangan Perawatan IV RSUD Syekh Yusuf Sungguminasa

Kabupaten Gowa.

https://doi.org/https://id.scibd.com/doc/149843880/LEMBAR-

KUESIONER Diakses, 25 Juni 2013

Oktorina Rola, A. W. & E. Y. H. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan

Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum Pada Penderita Diabetes


Mellitus. REAL in Nursing Journal, 2(3), 108–117.

https://doi.org/https://scholar.google.com/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=perilaku+pencegahan+luka+diabetik&oq

=#d=gs_qabs&u=%23p%3Db3QOoX_8OS4J Diakses, Desember

2019

Priyanto, A. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku

Pencegahan Kekambuhan Luka Diabetik . 5(3), 233–240.

https://doi.org/10.26699/jnk.v5i3.ART.p233 Diakses, 28 Desember

2018

Rokhman, N. (2016). Kuesioner penelitian pengetahuan Pencegahan Luka

Diabetik. https://doi.org/https://id.

scribd.com/doc/295220718/kuesioner Diakses, 12 Juni 2016

Srimiyati. (2018). Pengetahuan Pencegahan Kaki Diabetik Penderita

Dabetes Melitus Berpengaruh Terhadap Perawatan Kaki.

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan , 16(2), 76–82.

https://doi.org/https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=

2ahUKEwjylO6OnqryAhVSQH0KHTXeBH0QFnoECAMQAQ&url=http

%3A%2F%2Fjurnalnasional.ump.ac.id%2Findex.php%2Fmedisains

%2Farticle%2Fdownload

%2F2721%2F2066&usg=AOvVaw04Eh7jgC5X5guTr7Vjfgq-

Sukmawati Putri Fauzia, Naziyah, & R. W. (2021). Hubungan Pengetahuan


dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Ulkus Diabetikum pada

Penderita Diabetes Melitus tipe II di Puskesmas Pengasinan Kota

Depok. Indonesian Enterostomal Therapy Journal, 1(1).

Supriyatin, Saryono, & L. L. (2014). Efektifitas Penggunaan Kompres

Metronidazol Dan NaCl 0,9% Terhadap Proses Penyembuhan Luka

Diabetik Di RSUD Margono Suekarjo Purwokerto. Jurnal

Keperawatan Soedirman, 2(1).

https://doi.org/https://media.neliti.com/media/publications/107129-

ID-efektifitas-penggunaan-kompres-metronida.pdf

Sutandi Aan & Novia Puspitasary. (2016). Hubungan Karakteristik Dan

Pengetahuan Pasien Tentang Luka Diabetik Dengan Tindakan

Pencegahan Luka Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Ruang Dahlia

RSUD Pasar Rebo. Jurnal Keperawatan, 2.

https://doi.org/http://journal.binawan.ac.id/impuls/article/view/27/

27 Diakses, September 2016

WHO. (2021). World Health Organization Diabetes.

https://doi.org/https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/

diabetes Diakses, 13 April

Yaner, N. R. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap

Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Penderita Diabetes Mellitus

Dalam Pencegahan Luka Kaki Diabetik Di Puskesmas Jagir

Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya. Jurnal Keperawatan Dan


Kebidanan, 2(2).

https://doi.org/https://nersmid.org/index.php/nersmid/article/view/

49 Diakses, Oktober 2019

Yunus, B. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama Penyembuhan

Luka Pada Pasien Ulkus Diabetikum Di Rumah Perawatan ETN

Centre Makassar Tahun 2014.


Lampiran I

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth.Ibu/Bapak Calon

Responden

di- Tempat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dominggus Lende Ngongo

Nim : 2118011

Sebagai mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (Stik Gia Makassar), akan melakukan penelitian dengan

judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pencegahan Luka Diabetik

Di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar”, sebagai syarat dalam

penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2022.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan dengan pencegahan luka diabetik.


Penelitian ini ditujukan kepada pasien luka diabetik di Puskesmas

Cendrawasih Kota Makassar.

Untuk itu saya memohon kesediaan untuk menjadi responden dalam

penelitian ini dan kerahasiaan sebagai responden akan saya jamin,

responden berhak keluar/berhenti bila tidak ada kenyamanan. Jika

bersedia menjadi responden, mohon untuk menandatangani lembar

persetujuan yang telah disediakan. Demikian informasi penelitian ini saya

buat, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Makassar,……………….2022

Hormat Saya

Dominggus Lende Ngongo

Lampiran II

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

No. Responden :

Nama (Inisial) :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stik Gia Makassar) dengan


judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pencegahan Luka Diabetik

Di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar”

Tanda tangan saya sebagai bukti kesediaan saya menjadi responden

tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

Makassar,………….2022

Respo

nden

(………………………….)

Lampiran III

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Pencegahan

Luka Diabetik, Di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

Tahun 2022
A. Pe tunjuk pengisian

1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan!

2. Pilih salah satu jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan

kondisi yang dialami dengan memberi tanda cheklist(√) pada

pilihan yang dipilih.

3. Jika ada yang kurang jelas silahkan bertanya pada peneliti.

4. Peneliti mengucapkan terima kasih atas partisipasi anda yang

membantu dalam pengisian kuesioner ini.

B. Identitas Responden

1. Nama (Inisial) :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Alamat :

5. Pendidikan :

6. Pekerjaan :

7. Hari/Tanggal :

8. Nomor Telepon :

a. Kuesioner Penelitian Tingkat Pengetahuan

No Pertanyaan Benar Salah


1. Luka diabetik merupakan luka terbuka

maupun luka tertutup pada jaringan

kulit.

2. Salah satu tanda dan gejala dari luka

diabetik penderita sering mengalami

kesemutan.

3. Penyebab terjadinya luka diabetik adalah

virus.

4. Luka diabetik dapat melibatkan tulang

maupun sendi.

5. Penderita diabetes mellitus dengan umur

lebih dari 60 tahun lebih beresiko

mengalami luka diabetik dibandingkan

dengan penderita yang berusia kurang

dari 55 tahun.

6. Pengeluaran nanah, pembengkakan,

kemerahan/gangren pada tungkai

merupakan tanda pertama masalah kaki.

7. Merokok merupakan faktor penyebab

atau penyebab terjadinya luka diabetic

8. Peningkatan gula darah dapat

menghambat penyembuhan luka


diabetik.

9. Penggunaan sepatu yang pas bukan

merupakan upaya pencegahan luka

diabetik.

10. Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah

sedang/besar ditungkai, tungkai akan

lebih mudah mengalami luka diabetik.

11. Perawatan kaki yang baik untuk

mencegah terjadinya luka dengan cara

menggosok diantara jari-jari kaki.

12. Berkurangnya perasaan pada kedua kaki

(gangguan saraf) dan berkurangnya

daya tahan tubuh terhadap infeksi

merupakan risiko luka diabetik.

13. Melakukan pemeriksaan pada kaki

merupakan pencegahan terjadinya luka

diabetik.

14. Kepatuhan diet pada penderita diabetes

dapat mencegah terjadinya luka

diabetik.

15. Senam kaki dapat membantu sirkulasi

darah dan memperkuat otot-otot kecil


kaki dan mencegah terjadinya kelainan

bentuk kaki.

16. Pengelolaan kaki diabates mencangkup

pengendalian gula darah, membuang

jaringan yang rusak, pemberian

antibiotik, dan obata-obatan serta

vaskularisasi.

b. Kuesioner Penelitian Pencegahan Luka Diabetik

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda mengontrol gula darah dan

mengikuti terapi diabetes mellitus atas

keinginan sendiri?

2. Apakah anda sering memeriksakan diri

secara rutin ke dokter atau petugas

kesehatan lainnya ?

3. Apakah anda memakai alas kaki hanya di

luar ruangan saja ?

4. Apakah anda selalu berusa menghindari


agar tidak terjatuh dan cedera ?

5. Apakah anda selalu melaksanakan diet

yang dianjurkan oleh dokter dan petugas

kesehatan lainnya ?

6. Apakah anda sering berolahraga secara

rutin untuk meningkatkan sirkulasi

darah ?

7. Apakah anda selalu mejaga nutrisi agar

tidak terjadi anemia sehingga tidak

menghambat penyembuhan luka ?

8. Apakah dua/tiga kali dalam seminggu

anda melakukan pemantauan kadar

glukosa darah ?

9. Apakah anda melakukan pemeriksaan

pada seluruh bagian kaki, sela jari kaki,

bagian depan kaki dan tumit ?

10. Apakah anda menggunakan air hangat

dan sabun saat mencuci kaki ?

11. Apakah anda menggunakan handuk yang

lembut dan kering setelah mencuci kaki

khususnya diantara jari kaki ?

12. Apakah anda mengoles pelembab kepada


kaki secara merata kecuali sela jari kaki ?

13. Apakah anda memotong kuku kaki

sejajar dengan ujung jari dan lurus serta

tidak terlalu pendek ?

14. Apakah anda menggunakan alas kaki

yang lembut dan tidak keras ketika

berjalan baik di dalam rumah maupun di

luar rumah ?

15. Apakah anda membersihkan bagian

dalam sepatu/sandal terhadap benda

asing seperti kerikil atau benda lainnya

sebelum memakainya ?

16. Apakah anda mempraktekkan senam

kaki dengan benar ?

17 Apakah anda mempraktekkan cara

. menggosok kaki bila mengalami

penebalan atau kapalan dengan batu

apung ?

18. Apakah anda mempraktekkan perawatan

luka lecet dengan betadine dan

menutupnya dengan kasa kering ?

19. Apakah menurut anda lecet pada kaki


boleh dibiarkan karena akan sembuh

dengan sendirinya ?

20. Apakah anda selalu memakai krem kaki

dengan baik pada kulit kering atau tumit

yang retak-retak, supaya kulit tetap

mulus dan akan menggosok antara jari-

jari kaki ?

Sumber Kuesioner:

1. Munali (2019).

2. Nuryanti (2013).

3. Rokhman Noer (2016).

Anda mungkin juga menyukai