ASRI 2118044
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal.
Menurut Nurarif A.H. & Kusuma H.(2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90 mmHg.
Hipertensi merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda
gejala khusus pada penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat
untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai
silent killer (Kemenkes, 2018), orang-orang akan tersadar memiliki penyakit
hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah dan memeriksakan diri ke
pelayanankesehatan.
Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala,
pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan
kesadaran menurun (Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016). Hipertensi terjadi karena
dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan
hipertensi adalah umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan
garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes melitus (Sinubu
R.B., 2015).
Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan diberbagai negara.
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia
diatas 20 tahun yang menderita hipertensi mencapai angka 74,5 jiwa dan hampir
90-95% tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes, 2014).
Menurut World Health Organiztion (WHO) pada tahun 2011 menunjukan
satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 penderita hipertensi berada
di negara berkembang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat dan
diprediksi tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena
hipertensi. Hipertensi telah menyebabkan banyak kematian sekitar 8 juta orang
setiap tahunnya, dan 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara dengan 1/3
populasinya menderita hipertensi (Kemenkes, 2017).
Menurut Riskesda tahun 2018 penderita hipertensi di Indonesia mencapai
8,4% berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur ≥18 tahun,
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk prevalensi
penderita hipertensi di Indonesia adalah sekita 34,1%, sedangkan pada tahun
2013 hasil prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah sekitar 25,8%.
Hasil prevalensi dari pengukuran tekanan darah tahun 2013 hingga tahun 2018
dapat dikatakan mengalami peningkatan yaitu sekitar 8,3%. Data dari Riskesda
tahun 2018 juga mengatakan bahwa prevalensi hasil pengukuran darah pada
penderita hipertensi terdapat pada provinsi Kalimantan Selatan dengan
prevalensi penderira sekitar 44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata prevalensi hasil
pengukuran darah di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk yaitu menempati
posisi ke-13 dan prevalensi rata-rata penderita hiperensi berada dibawah
prevalensi penderita hipertensi di Indonesia (Kemenkes, 2019).
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk itu penulis merumuskan masalah sebagai berikut “ Bagaimanakah Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Hipertensi di desa waturempe kecamatan
tiworo kepulauan tahun 2021?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari Hipertensi
D. MANFAAT
Menambah wawasan dalam ilmu keperawatan mengenai peran perawat dalam
upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi
essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan
ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain.
Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang
kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak
(obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang
mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas),
pola makan, merokok (M.Adib,2009).
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang akan
merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan vasokonstriksi
korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi tersebut
juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I,
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga
disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis,
gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah
jantung menurun dan tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi
yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan
vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum
sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem
kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik.
Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas
pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas pembuluh
darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer, yang kemudian
tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap
hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol
sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa
darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat
meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta
kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah
feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan
hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi,
2008).
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu:
Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau
mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah,
hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga
berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara
lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah
merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur,
sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
mimisan (keluar darah dari hidung)
E. PATHWAYS
Factor yang dapat dikontrol factor yang tidak dapat
dikontrol
hipertensi
Pembuluh Vasokontriksi
darah otak pembuluh vasokontriksi
darah
Nyeri Kelebihan
volume Resiko penuruna Intoleransi
F. PENATALAKSANAAN curah jantung aktivitas
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan
untuk menurunkan berat badannya sampai batas normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau
6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali.
g. Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang
kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja
secara otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah,
dapat kita atur gerakannya.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan
oleh hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan
atau takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000;
John, 2003; Sodoyo, 2006).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. DENTIFIKASI PASIEN
Nama initial : Ny. I
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : janda
Jumlah anak : 4 orang
Agama/suku : islam/muna
Warga Negara : indonesia
Bahasa yang digunakan : Muna
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Alamat rumah : desa waturempe, jln ringrood kambara guali
2. DATA MEDIK
Diagnosa medic :hipertensi
3. KEADAAN UMUM
a. KEADAAN SAKIT :
pusing, sakit pada bagian belakang leher,sering timbul sakit kepala
B. TANDA-TANDA VITAL
1) Kesadaran:
Skala koma glaslow
a). Respon motorik :5
b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata :4
Jumlah :14
Kesimpulan: compasmentis
2) Tekanan darah :180/80 mmHg
MAP: 113,3 mmHg
Kesimpulan : tidak normal
3) Suhu : 37 °C di Oral axilla Rectal
4) Pernapasan : 28 x/menit
Irama: teratur Kusmaul Cheynes-stokesa Takipnea
Jenis : dada Perut
5) Nadi :100 x/menit
Irama : teratur tachikardi Bradichardi
Kuat Lemah
C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas :20 cm
2. Tinggi badan :140 cm
3. Berat badan :43 kg
4. IMT :21 kg/m²
Kesimpulan : berat badan normal
D. GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
Saat sebelum sakit Ny.I menagatakan BAB dan BAK baik
2. Keadaan sejak sakit :
Saat dikaji Ny.I Mengtakan tidak ada masalah dalam BAB dan BAK
semuanya lancar dengan 2-3 kali sehari
3. Observasi:
Ny. I tampak baik-baik saja dantidak dada keluhan saat BAB atau BAK
4. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : 28 x/menit.
b) palpasi kandung kemih penuh kosong.
c) nyeri ketuk ginjal positif. negatif
d) mulut uretra :-
e) anus : -
- peradangan : -
- Hemoroid : -
- Fistula : -
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
6. Therapi : -
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan sebelum sakit:
Sebelum sakit Ny.I masih sering melakukan aktifitas seperti jalan-jalan
santai depan rumah
2. Keadaan sejak sakit :
Sejak sakit Ny.I tidak ada lagi aktivitas yang dilakukan
3. Observasi :
Pasien tampak hanya duduk , dan berbaring
a) Akitivitas harian :
- Makan :3x/hari
- Mandi :1x/hari
- Pakaian :2 1. mandiri
- Kerapihan :2 2. bantuan dengan alat
3. bantuan orang
- Buang air besar :0 4. bantuan alat dan orang
- Buang air kecil :0 5. bantuan penuh
4. Pemeriksaan fisik
a) JVP : 5 cm
Kesimpulan : normal
b) Perfusi perifer pembuluh kuku: tidak ada
c) Thorax dan pernapasan :
- Inspeksi :
Bentuk thorax : simetris
Sianosis : tidak ada (kebiruan kulit)
Stridor :tidak ada suara tinggi
- Palpasi :
Vocal fremitus :
- Perkusi
: sonor redup pekak.
Batas paru hepar : 2 jari
Kanan : 1 2 3 4 5
- Refleks fisiologi : normal
- Refleks patologi :normal
Babinski, kiri : positif negatif
Kanan : positif negatif
- Clubbing jari-jari : tidak ada
- Varises tungkai : tidak ada
f) Columna vertebralis : tidak ada
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : normal
N. III-IV-VI : normal
N. VIII Romberg Test : positif negatif.
N. XI : normal
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : tidak ada
Hasil pemeriksaan: tidak ada
b) Lain-lain : -
6.. Terapi medik : tidak ada
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan sebelum sakit :
Ny. I mengatakan tidur 7-8 jam perhari dan tidur siang 2-4 jam tiap hari
2. Keadaan sejak sakit :
Tn.N mengatakan susah untuk tidur karna sakit kepala dan tegang leher
yang dirasakan
4. Observasi :
Pasien tampak selalu menguap
Ekspresi wajah mengantuk : positif negatif
Banyak menguap : positif negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : positif negatif
5. Therapi : -
4. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata: tidak ada
b) Abdomen :
Bentuk : simetris
Bayangan vena :tidak ada
Benjolan massa :tidak ada
c) Kulit : lesi kulit :tidak ada
d) Penggunaan protesa :tidak ada
H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
1. Keadaan sebelum sakit :
Ny. I sering melakukan kunjungan pada keluarga
2. Keaadaan sejak sakit :
Ny. I jarang sudah berkunjung ke tempat keluarga
3. Observasi :
Pasien tampak ingin berkunjung ke tempat keluarganya
I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS
1. Keadaan sebelum sakit :Tidak dikaji
2. Keadaan sejak sakit :Tidak dikaji
3. Observasi :Tidak dikaji
4. Pemeriksaan fisik :tidak ada
5. Pemeriksaandiagnostik :
a). Laboratorium : tidak ada
b) lain-lain : tidak ada
6. Therapi : -
Kesimpulan : hipotensi ortotastik positif. negatif
b) HR : 82 x/menit
c) Kulit : kering
Keringat dingin : tidak
Basah : tidak
5. Therapi : tidak ada
Pasien mengatakan
di gerakan.
Pasien mengatakan
TTV
TD : 180/80 mmHg
S : 37 ◦C
P: 28 x/menit
N : 100 x/ menit
2. Data subjektif : Nyeri akut Tekanan darah
klien mengatakan meningkat
sakit kepala,
klien mengatakan
terasa berat dan
nyeri pada
tengkuk
Data objektif
klien tampak
meringis
memegang
tengkuknya
TTV
TD : 180/80 mmHg
S : 37 ◦C
P: 28 x/menit
N : 100 x/ menit
2. diangnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d peningkatan tekanan intracranial
2. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
B. Intervensi keperawatan
no Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi
keperawatan (NOC) (NIC)
1 Gangguan perfusi Setelah dilakuakan tindakan 1.
jaringan serebral b/d keperawatan selama 3x24 2.
peningkatan tekanan jam tidak terjadi kerusakan selama fase akut
intrakranial organ dengan kriteria hasil : 3.
tekanan darah dalam batas 4.
normal (130/90 mmHg- nonfarmakologi untuk
140/95 mmHg) menghilangkan rasa
sakit misalnya: kompres
dingin pada dahi, pijat
punggung atau leher
5.
meminimalkan aktivitas
yang dapat
menyebabkan pusing
misalnya : mengejang
saat BAB, mengangkat
yang berat
6.
ambulansi sesuai
kebutuhan
2 Nyeri akut b/d 1. Mampu mengontrol nyeri 1. M
peningkatan tekanan (tahu penyebab nyeri dan elakukan pengkajian
vaskuler serebral mampu menggunakan nyeri secara
dan iskemia teknik nonfarmakologi komprehensif termasuk
untuk mengurangi nyeri) lokasi karakteristik
2. Melaporkan nyeri 2. O
berkurang dengan bservasi reaksi non
menggunakan verbal dari
manajemen nyeri ketidaknyamanan
3. Mampu mengenal nyeri 3. G
(skala, intesitas) unakan teknik
4. Menyetakan rasa komuniakasi terapeutik
nyaman setelah nyeri untuk mengetahui
berkurang pengalaman nyeri
pasien.
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ny. I dengan diagnosa
Hipertensi yang dimulai pada hari Senin, dan kamis tanggal 26 s/d 29 April 2020,
sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan proes Asuhan Keperawatan yang
telah dilaksanakan. Adapun pembahasan yang penulis pergunakan berdasarkan
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
B. Saran
Berdasarkan analisa data kesimpulan penelitian maka dalam sub bab ini penelitiakan
menyampaikan beberapa saran diantaranya :
1. Bagi Pasien
Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang bagaimana
menangani masalah hipertensi dengan tindkan yang benar sehingga masalah
hipertensi teratasi dan kebutuhan kenyamanan pasien terpenuhi
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan yng lebih berkualitas dan professional agar
tercipta perawat yng professional, terampil, inovatif, aktif, dan bermutu yangmampu
memberikan asuhan keperwatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik
keperawatan
3. Manfaat bagi penulis
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengetahuan. Sebagai bahan
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman penulis dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan
Dokter Indonesia.
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Yasmin
Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek Klinis.
Edisi IX. Alih Bahasa: Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Doenges, Maryllin E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih Bahasa:
Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Jennifer,Kowalak,. Welsh, Williams. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih Bahasa Andry
Hartono. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Yasmin
Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Suyono, Slamet. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 3. Jakarta: Balai
Penerbi FKUI
Udjianti, Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika.Kowalski, Robert. 2010. Terapi Hipertensi: Program 8 minggu Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi. Alih Bahasa: Rani Ekawati. Bandung: Qanita Mizan Pustaka
Profil Kesehatan Jawa Tengah. 2009. Hipertensi di Jawa Tengah. Diunduh dari
http://www. Profil Kesehatan Jawa Tengah.go.id/dokumen/profil 2009/htn. Diakses pada
22 Mei 2012
Rekam Medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Kasus hipertensi dalam
rentang waktu tahun 2011 - 2012. Didapat pada tanggal 9 Mei 2012