Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT

HIPERTENSI PADA NY.I DI DEASA WATUREMPE KECAMATAN


TIWORO KEPULAUAN TAHUN 2021

ASRI 2118044

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan karunia-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan ASKEP dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA NY.I DI
DEASA WATUREMPE KECAMATAN TIWORO KEPULAUAN TAHUN 2021”. Askep ini
telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan askep ini. Untuk itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan askep ini.
saya menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan askep ini
DAFTAR ISI
Kata pengantar............................................................................................................
Daftar isi.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................................
B. Rumusan masalah....................................................................................................
C. Tujuan studi kasus....................................................................................................
D. manfaat studi kasus..................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................
A. .pengertian tb paru.............................................................................................
B. etiologic ..............................................................................................................
C. patofisiologi.........................................................................................................
D. manifestasi klinik...............................................................................................
E. pathway..............................................................................................................
F. penatalaksanaan medis.....................................................................................
G. pemeriksaan penunjang.....................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................
A. Pengkajian................................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................
C. Perencanaan keperawatan.......................................................................................
D. Implementasi keperawatan.......................................................................................
E. Evaluasi keperawatan...............................................................................................
BAB IV PENUTUP........................................................................................................
A. Kesimpulan...............................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal.
Menurut Nurarif A.H. & Kusuma H.(2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90 mmHg.
Hipertensi merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda
gejala khusus pada penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat
untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai
silent killer (Kemenkes, 2018), orang-orang akan tersadar memiliki penyakit
hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin parah dan memeriksakan diri ke
pelayanankesehatan.
Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala,
pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan
kesadaran menurun (Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016). Hipertensi terjadi karena
dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan
hipertensi adalah umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan
garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes melitus (Sinubu
R.B., 2015).
Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan diberbagai negara.
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia
diatas 20 tahun yang menderita hipertensi mencapai angka 74,5 jiwa dan hampir
90-95% tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes, 2014).
Menurut World Health Organiztion (WHO) pada tahun 2011 menunjukan
satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 penderita hipertensi berada
di negara berkembang. Prevalensi hipertensi akan terus meningkat dan
diprediksi tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena
hipertensi. Hipertensi telah menyebabkan banyak kematian sekitar 8 juta orang
setiap tahunnya, dan 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara dengan 1/3
populasinya menderita hipertensi (Kemenkes, 2017).
Menurut Riskesda tahun 2018 penderita hipertensi di Indonesia mencapai
8,4% berdasarkan diagnosa dokter pada penduduk umur ≥18 tahun,
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk prevalensi
penderita hipertensi di Indonesia adalah sekita 34,1%, sedangkan pada tahun
2013 hasil prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah sekitar 25,8%.
Hasil prevalensi dari pengukuran tekanan darah tahun 2013 hingga tahun 2018
dapat dikatakan mengalami peningkatan yaitu sekitar 8,3%. Data dari Riskesda
tahun 2018 juga mengatakan bahwa prevalensi hasil pengukuran darah pada
penderita hipertensi terdapat pada provinsi Kalimantan Selatan dengan
prevalensi penderira sekitar 44,1% atau lebih tinggi dari rata-rata prevalensi hasil
pengukuran darah di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri
berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk yaitu menempati
posisi ke-13 dan prevalensi rata-rata penderita hiperensi berada dibawah
prevalensi penderita hipertensi di Indonesia (Kemenkes, 2019).

B. RUMUSAN MASALAH
Untuk itu penulis merumuskan masalah sebagai berikut “ Bagaimanakah Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Hipertensi di desa waturempe kecamatan
tiworo kepulauan tahun 2021?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari Hipertensi

D. MANFAAT
Menambah wawasan dalam ilmu keperawatan mengenai peran perawat dalam
upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka morbiditas dan angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri
(Ruhyanudin, 2007 ).
Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di
populasi sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia.
Pada dewasa muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi
mungkin bisa bermanfaat ( Gleadle, 2005 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri.
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan yang abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko
tekanan stroke, aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal (Faqih, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya
(Sustrani,2006).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan
atau morbiditas dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan
keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal
atau kronis dalam waktu yang lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World
Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani,
2007).
Kasifikasi tekanan Tekanan sistolik/Diastolik
darah (mmHg)
Normal <120 / <80
Pre-hipertensi 120-139/80-89
Hipertensi stadium I 140-159/90-99
Hipertensi stadium II >160/>100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka


yang pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding
pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari
jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan
besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir
masuk kembali ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih
riskan adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

B. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi
essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan
ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain.
Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang
kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak
(obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang
mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas),
pola makan, merokok (M.Adib,2009).
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin yang akan
merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya menyebabkan vasokonstriksi
korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi tersebut
juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang kemudian
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I,
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga
disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis,
gangguan sirkulasi. Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah
jantung menurun dan tekanan primer yang meningkat, gangguan sirkulasi
yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan
vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada lanjut usia belum
sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem
kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik.
Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas
pembuluh darah menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas pembuluh
darah menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer, yang kemudian
tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap
hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan penimbunan kolesterol
sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa
darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol berlebihan dapat
meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel darah merah serta
kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah
feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan adanya bahan-bahan
hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin (Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi,
2008).

D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu:
Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau
mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah,
hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga
berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara
lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah
merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur,
sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
mimisan (keluar darah dari hidung)
E. PATHWAYS
Factor yang dapat dikontrol factor yang tidak dapat
dikontrol

Obesitas stress merokok Komsumsi umur Jenis


Komsumsi
alkohol kelamin
garam
berlebihan
Darah yang Keasaman
HormonPria lebih
Elastisitas
berlebihan darah
Peningkat endofrin rentan
beredar didinding
an Garam berisiko aorta
pembuluh dapat peningkatan
darah menyerap darah↑
air
Aldoster Jantung
on↑ dipaksa Peningkatan Umur
Frekuensi
memompa pembuluh keatas
60 denyut
Menghalangi Volume darah
jantung
arus darah darah↑
secara normal

hipertensi

otak ginjal Pembuluh


darah

Pembuluh Vasokontriksi
darah otak pembuluh vasokontriksi
darah

Suplai O2 Rangsang Afterload


fatique
aldosteron meningkat

Nyeri Kelebihan
volume Resiko penuruna Intoleransi
F. PENATALAKSANAAN curah jantung aktivitas
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan
untuk menurunkan berat badannya sampai batas normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau
6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali.
g. Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang
kita duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja
secara otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah,
dapat kita atur gerakannya.

2. Terapi dengan obat


a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis
sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250
mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin
0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada
gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal,
farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5
& 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5,
25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 &
10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg
(herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Contoh : valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin)
sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT)
(Corwin, 2001; Adib, 2009; Muttaqin, 2009).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan
oleh hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan
atau takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges, 2000;
John, 2003; Sodoyo, 2006).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. DENTIFIKASI PASIEN
Nama initial : Ny. I
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : janda
Jumlah anak : 4 orang
Agama/suku : islam/muna
Warga Negara : indonesia
Bahasa yang digunakan : Muna
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Alamat rumah : desa waturempe, jln ringrood kambara guali
2. DATA MEDIK
Diagnosa medic :hipertensi
3. KEADAAN UMUM
a. KEADAAN SAKIT :
pusing, sakit pada bagian belakang leher,sering timbul sakit kepala

B. TANDA-TANDA VITAL
1) Kesadaran:
Skala koma glaslow
a). Respon motorik :5
b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata :4
Jumlah :14
Kesimpulan: compasmentis
2) Tekanan darah :180/80 mmHg
MAP: 113,3 mmHg
Kesimpulan : tidak normal
3) Suhu : 37 °C di Oral axilla Rectal
4) Pernapasan : 28 x/menit
Irama: teratur Kusmaul Cheynes-stokesa Takipnea
Jenis :  dada Perut
5) Nadi :100 x/menit

Irama : teratur tachikardi Bradichardi
Kuat Lemah

C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas :20 cm
2. Tinggi badan :140 cm
3. Berat badan :43 kg
4. IMT :21 kg/m²
Kesimpulan : berat badan normal
D. GENOGRAM

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal
: Pasien

------- : Tinggal serumah

E. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1) Keadaan sebelum sakit
Ny.I Tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya,Ny. I hanya menceritakan
keluhan yang muncul pada keluarganya. Jika sakit ia hanya mengkomsumsi
obat yang dibeli di warung
2) Riwayat penyakit saat ini:
a). Keluhan utama :
pusing dan nyeri kepala apalagi dibagian belakang leher/tengku leher
b). Riwayat keluhan utama:
tekanan darah tinggi
3) Riwaya penyakit yang pernah dialami:
Klien mengatakan tidak pernah memiliki penyakit menular
4) Riwayat kesehatan keluarga:
Tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit menular, tapi hanya
anak yang tinggal bersama pasien saja yang sering mengalami sakit ringan
seperti sering mengalami pusing dan maag
5) Pemeriksaan fisik:
a). Kebersihan rambut : rambut tampak kering dan becabang
b) Kulit kepala : tampak bermiyak dan ketombe basah
c) Kebersihan kulit : tampak kering dan kusam
d). Higiene rongga mulut : tampak kotor (karena pasien mengonsumsi
daun sirih)
e) Kebersihan genitalia : tidak ada
f) Kebersihan anus : tidak ada
B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK
1) Keadaan sebelum sakit:
Sebelum sakit Ny.I mengatakan pola makannya sangat baik, makan 3x sehari
dan selalu mengkomsumsi air putih
2) Keadaan sejak sakit:
Saat dikaji pasien sangat malas untuk makan dan minum
Observasi:
Klien tampak tidak senang dan tidak selera makan, harus butuh dipaksa oleh
pihak keluarga pasien untuk makan, pasien hanya rutin menggonsumsi daun
sirih.
3) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan rambut : pendek, sedikit acak-acakan,dan
keseluruhan ditumbuhi oleh uban
b) Hidrasi kulit : turgor kulit kasar, warna coklat
c) Palpebra/conjungtiva : warna merah muda
d) Sclera : warna coklat
Hidung :,bentuk simetris
e) Rongga mulut : kotor
Gusi :kotor tidak ada luka atau sariawan
f) Gigi : ompong
g) Kemampuan mengunyah keras : tidak mampu lagi mengunya
makan keras
h) Lidah : tampak kotor
i) Pharing : baik
j) Kelenjar getah bening : tidak ada
k) Kelenjar parotis : tidak ada
l) Abdomen:
- Inspeksi : simetris
- Auskultasi : bising usus normal
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : asites positif  negatif
n) Kulit
- Edema negatif 
- Ikterik negatif 
o) Lesi : tidak ada
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :-
b) USG : -
c) Lain-lain : -
4) Terapi : -

C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
Saat sebelum sakit Ny.I menagatakan BAB dan BAK baik
2. Keadaan sejak sakit :
Saat dikaji Ny.I Mengtakan tidak ada masalah dalam BAB dan BAK
semuanya lancar dengan 2-3 kali sehari
3. Observasi:
Ny. I tampak baik-baik saja dantidak dada keluhan saat BAB atau BAK
4. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : 28 x/menit.
b) palpasi kandung kemih penuh  kosong.
c) nyeri ketuk ginjal positif. negatif

d) mulut uretra :-
e) anus : -
- peradangan : -
- Hemoroid : -
- Fistula : -
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : -
b) USG : -
c) Lain-lain : -
6. Therapi : -
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan sebelum sakit:
Sebelum sakit Ny.I masih sering melakukan aktifitas seperti jalan-jalan
santai depan rumah
2. Keadaan sejak sakit :
Sejak sakit Ny.I tidak ada lagi aktivitas yang dilakukan
3. Observasi :
Pasien tampak hanya duduk , dan berbaring
a) Akitivitas harian :
- Makan :3x/hari
- Mandi :1x/hari
- Pakaian :2 1. mandiri
- Kerapihan :2 2. bantuan dengan alat
3. bantuan orang
- Buang air besar :0 4. bantuan alat dan orang
- Buang air kecil :0 5. bantuan penuh

- Mobilisasi ditempat tidur:0


b) Postur tubuh : membungkuk
c) Gaya jalan : tunduk
d) Anggota gerak yang cacat : perkelangan tangan(kiri) patah tulang
dan pinggang
e) Fiksasi : tidak ada
f) Tracheostomi : tidak ada

4. Pemeriksaan fisik
a) JVP : 5 cm
Kesimpulan : normal
b) Perfusi perifer pembuluh kuku: tidak ada
c) Thorax dan pernapasan :
- Inspeksi :
Bentuk thorax : simetris
Sianosis : tidak ada (kebiruan kulit)
Stridor :tidak ada suara tinggi
- Palpasi :
Vocal fremitus :
- Perkusi 
: sonor redup pekak.
Batas paru hepar : 2 jari

Kesimpulan : pada saat melakukan perkusi pada


dada ditemukan bunyi sonor
- Auskultasi :
Suara napas : tidak ada
Suara ucapan : tidak ada
Suara tambahan : tidak ada
d) Jantung
- Inspeksi : dada simetris
Ictus cordis : tidak ada
- Palpasi : teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS 5 mid
clavikula
Ictus cordis :
- Perkusi : pekak
Batas atas jantung : ICS 2
Batas kanan jantung : ICS 6
Batas kiri jantung : ICS 4
- Auskultasi : S1>S2 regukr tidak ada bunyi, suara tambahan
Bunyi jantung II A : tidak ada
Bunyi jantung II P : tidak ada
Bunyi jantung I T : tidak ada
Bunyi jantung I M : tidak ada
Bunyi jantung II irama gallop: tidak ada
Murmur : tidak ada
HR : x/menit
Bruit : Aorta : tidak ada
A. Renalis : tidak ada
A. Femoralis : tidak ada
e) Lengan dan tungkai
- Atrofi otot :  positif negatif
- Rentang gerak : kurang

- Uji kekuatan otot :


Kiri : 1 2 3 4 5

Kanan : 1 2 3 4 5
- Refleks fisiologi : normal
- Refleks patologi :normal
Babinski, kiri :  positif negatif
Kanan :  positif negatif
- Clubbing jari-jari : tidak ada
- Varises tungkai : tidak ada
f) Columna vertebralis : tidak ada
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : normal
N. III-IV-VI : normal
N. VIII Romberg Test :  positif negatif.
N. XI : normal
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium : tidak ada
Hasil pemeriksaan: tidak ada
b) Lain-lain : -
6.. Terapi medik : tidak ada
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan sebelum sakit :
Ny. I mengatakan tidur 7-8 jam perhari dan tidur siang 2-4 jam tiap hari
2. Keadaan sejak sakit :
Tn.N mengatakan susah untuk tidur karna sakit kepala dan tegang leher
yang dirasakan
4. Observasi :
Pasien tampak selalu menguap
Ekspresi wajah mengantuk : positif  negatif
Banyak menguap : positif  negatif
Palpebra inferior berwarna gelap : positif  negatif
5. Therapi : -

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan sebelum sakit :
Ny.I mengatakan selalu berkomunikasi dengan tetangga dan anak-
anaknya
2. Keadaan sejak sakit :
Ny.I jarang berkomunikasi dengan orang lain dan keluarga
3. Obervasi :
Tampak murung karena sering merasa pusing bila diajak terlalu lama
bicara
4. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan :
- Cornea : kecoklatan
- Visus : penglihatan kabur
- Pupil : isokor
- Lensa mata : tidak ada
- Tekanan Intra Okuler (TIO) : tidak ada
b) Pendengaran :
- Pina : baik
- Kanalis : baik
- Membran timpani : baik
- Tes pendengaran : baik
c) N. I : normal
d) N.II : normal
e) N.V : normal
f) N.VII : normal
g) N.VIII : normal
h) Test Romberg : normal
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) laboratorium : tidak ada
b) Lain-lain : tidak ada
c) Therapi : tidak ada

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan nyaman dengan tubuhnya sehat
2. Keadaan sejak sakit :
Ny. I mengatakan tidak pede dengan badannya yang bungkuk
3. Observasi :
Pasien tampak bungkuk
a) Kontak mata : baik
b) Rentang perhatian : baik
c) Suara dan cara bicara : baik
d) Postur tubuh : bungkuk

4. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata: tidak ada
b) Abdomen :
Bentuk : simetris
Bayangan vena :tidak ada
Benjolan massa :tidak ada
c) Kulit : lesi kulit :tidak ada
d) Penggunaan protesa :tidak ada
H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
1. Keadaan sebelum sakit :
Ny. I sering melakukan kunjungan pada keluarga
2. Keaadaan sejak sakit :
Ny. I jarang sudah berkunjung ke tempat keluarga
3. Observasi :
Pasien tampak ingin berkunjung ke tempat keluarganya
I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS
1. Keadaan sebelum sakit :Tidak dikaji
2. Keadaan sejak sakit :Tidak dikaji
3. Observasi :Tidak dikaji
4. Pemeriksaan fisik :tidak ada
5. Pemeriksaandiagnostik :
a). Laboratorium : tidak ada
b) lain-lain : tidak ada
6. Therapi : -

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES


1. Keadaan sebelum sakit :
Ny. I mengatakan sering emosi tapi tidak berlebihan
2. Keadaan sejak sakit :
Ny. I mengatakan sering emosi berlebihan sampai menyebabkan stress
yang berlebihan
3. Observasi :
Pasien tampak pusing dan stress berat karena penyakit yang dialami
4. Pemeriksaan fisik :
a) Tekanan darah :
Berbaring : 180/70 mmHg
Duduk : 180/80 mmHg
Berdiri : 180 /80 mmHg


Kesimpulan : hipotensi ortotastik positif. negatif
b) HR : 82 x/menit
c) Kulit : kering
Keringat dingin : tidak
Basah : tidak
5. Therapi : tidak ada

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Keadaan sebelum sakit :
Ny. I tidak pernah menjalankan shalat
2. Keadaan sejak sakit :
Ny. I mengatakan setelah sakit selalu meminta pertolongan kepada Allah
SWT agar penyakitnya bisa sembuh
3. Observasi :
Pasien tampak tepat selalu menyebut nama tuhanya saat di kaji
1. Data fokus
No Data focus Masalah Etiologic
1. Data subjektif : Gangguan perfusi Peningkatan
 Pasien mengatakan
jaringan serebral tekanan
kepala terasa pusing Intrakranial
 Pasien mengatakan

tengkuk terasa kaku

pada batang leher.

 Pasien mengatakan

tangan terasa kaku saat

di gerakan.

 Pasien mengatakan

sulit untuk tidur


Data objektif :

 Pasien tampak lemas,

mata sulit untuk di buka.

 TTV

TD : 180/80 mmHg

S : 37 ◦C

P: 28 x/menit

N : 100 x/ menit
2. Data subjektif : Nyeri akut Tekanan darah
 klien mengatakan meningkat
sakit kepala,
 klien mengatakan
terasa berat dan
nyeri pada
tengkuk
Data objektif
 klien tampak
meringis
memegang
tengkuknya

 TTV

TD : 180/80 mmHg

S : 37 ◦C

P: 28 x/menit

N : 100 x/ menit
2. diangnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d peningkatan tekanan intracranial
2. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia

B. Intervensi keperawatan
no Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi
keperawatan (NOC) (NIC)
1 Gangguan perfusi Setelah dilakuakan tindakan 1.
jaringan serebral b/d keperawatan selama 3x24 2.
peningkatan tekanan jam tidak terjadi kerusakan selama fase akut
intrakranial organ dengan kriteria hasil : 3.
tekanan darah dalam batas 4.
normal (130/90 mmHg- nonfarmakologi untuk
140/95 mmHg) menghilangkan rasa
sakit misalnya: kompres
dingin pada dahi, pijat
punggung atau leher
5.
meminimalkan aktivitas
yang dapat
menyebabkan pusing
misalnya : mengejang
saat BAB, mengangkat
yang berat
6.
ambulansi sesuai
kebutuhan
2 Nyeri akut b/d 1. Mampu mengontrol nyeri 1. M
peningkatan tekanan (tahu penyebab nyeri dan elakukan pengkajian
vaskuler serebral mampu menggunakan nyeri secara
dan iskemia teknik nonfarmakologi komprehensif termasuk
untuk mengurangi nyeri) lokasi karakteristik
2. Melaporkan nyeri 2. O
berkurang dengan bservasi reaksi non
menggunakan verbal dari
manajemen nyeri ketidaknyamanan
3. Mampu mengenal nyeri 3. G
(skala, intesitas) unakan teknik
4. Menyetakan rasa komuniakasi terapeutik
nyaman setelah nyeri untuk mengetahui
berkurang pengalaman nyeri
pasien.

C. Implementasi dan intervensi


no Tanggal dan Diagnose implementasi Evaluasi
waktu keperawatan
1 29/04/2021 Gangguan 1. S : pasien
Jam 09.00- perfusi pengkajian dan mengatakan kepala
11.00 jaringan menanyakan masih pusing
serebral b/d keluhan pasien
peningkatan 2. O : masih
tekanan pemeriksaan didapatakan tekanan
intrakranial tanda-tanda darah 180/80 mmHg
vital
3. A : sehingga masalah
teknik napas keperawatan teratasi
dalam sebagian dan penulis
4. memodifikasi
tindakan planning yaitu
nonfarmakologi dengan memberikan
s yaitu ruangan dan
memberikan suasana yang tenang
pijatan pada dan nyaman
pundak
5. P : lanjutkan
oral analsik 2x2 intervensi
mg dalam 24
jam
2 29/04/2021 Nyeri akut b/d 1. Mengkaji skala S : pasien
Jam 09.00- peningkatan nyeri mengatakan nyeri
11.00 tekanan 2. Memberikat kepala tidak terasa
vaskuler obat anti nyeri lagi
serebral dan (ibuprofen 400
iskemia ml) O : skala nyeri 1-3
3. Mengajarkan
teknik nafas A: masalah teratasi
dalam
4. Melakukan P : intervensi
pemriksaan dihentikan
tanda-tanda
vital
TD : 160/80
RR : 26x/menit
N : 84x/menit
S : 36°C
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ny. I dengan diagnosa
Hipertensi yang dimulai pada hari Senin, dan kamis tanggal 26 s/d 29 April 2020,
sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan proes Asuhan Keperawatan yang
telah dilaksanakan. Adapun pembahasan yang penulis pergunakan berdasarkan
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

B. Saran
Berdasarkan analisa data kesimpulan penelitian maka dalam sub bab ini penelitiakan
menyampaikan beberapa saran diantaranya :
1. Bagi Pasien
Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang bagaimana
menangani masalah hipertensi dengan tindkan yang benar sehingga masalah
hipertensi teratasi dan kebutuhan kenyamanan pasien terpenuhi
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan yng lebih berkualitas dan professional agar
tercipta perawat yng professional, terampil, inovatif, aktif, dan bermutu yangmampu
memberikan asuhan keperwatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik
keperawatan
3. Manfaat bagi penulis
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengetahuan. Sebagai bahan
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman penulis dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan
Dokter Indonesia.
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Yasmin
Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek Klinis.
Edisi IX. Alih Bahasa: Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Doenges, Maryllin E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih Bahasa:
Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Jennifer,Kowalak,. Welsh, Williams. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih Bahasa Andry
Hartono. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Yasmin
Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Suyono, Slamet. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 3. Jakarta: Balai
Penerbi FKUI
Udjianti, Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Medika.Kowalski, Robert. 2010. Terapi Hipertensi: Program 8 minggu Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi. Alih Bahasa: Rani Ekawati. Bandung: Qanita Mizan Pustaka
Profil Kesehatan Jawa Tengah. 2009. Hipertensi di Jawa Tengah. Diunduh dari
http://www. Profil Kesehatan Jawa Tengah.go.id/dokumen/profil 2009/htn. Diakses pada
22 Mei 2012
Rekam Medik Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Kasus hipertensi dalam
rentang waktu tahun 2011 - 2012. Didapat pada tanggal 9 Mei 2012

Anda mungkin juga menyukai