Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP BERAT BADAN


INTERDIALISIS PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
DI RS SITI KHODIJAH PALEMBANG

Oleh :
NAMA : ARIF HIDAYAT
NIM : PO.71.20.4.14.006

POKITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG
2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah karya sendiri, dan semua sumber baik yang di kutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Arif Hidayat


NIM : PO.71.20.4.14.006
Tanggal :

Yang Menyatakan,
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Arif Hidayat
NIM : PO.71.20.4.14.006
Program Studi : Diploma IV Keparawatan
Jurusan : Keperawatan
Judul Tugas Akhir : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Berat Badan Interdialsis
Pasien Gagal Ginjal Kronik DI RS Siti Khodijah Palembang
Tanggal Ujian :

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebgai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Keperawatan Pada
Program Studi Diploma IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Ns. Rumentalia Sulistini, S.Kep, M.Kep Tanda Tangan ..................
Pembimbing II : Eva Susantie, S.Kep, M.Kep Tanda Tangan ..................
Penguji I : Tanda Tangan ..................
Penguji II : Tanda Tangan ..................
Penguji III : Tanda Tangan ..................

Ditetapkan di : Palembang
Tanggal : 2018
Ketua Program Studi

Ismar Agustin, S.Kp, M.Kes


NIP. 196108231982012001
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulisan Skripsi ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salh satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan keperawatan pada
Program Studi Diploma IV Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Palembang. Skripsi ini dapat saya selesaikan atas Bimbingan Ibu
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Palembang, saya yang bertanda tangan
dibawah ini
Nama : Arif Hidayat
NIM : PO.71.20.4.14.006
Program Studi : Diploma IV Keperawatan
Jurusan : Keperrawatan
Demi pengembangan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Poltekkes
Kemenkes Palembang Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exklusive Royalty – Free
Right) atas Skripsi saya yang berjudul :
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Berat Badan Interdialsis Pasien Gagal Ginjal
Kronik DI RS Siti Khodijah Palembang”.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Poltekkes Kemenkes Palembang berhak menyimpan, mengalih media/ format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan dat (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di : Palembang
Pada tanggal :
Yang menyatakan

(Arif Hidayat)
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak
dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum.
Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa
disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa, transplantasi ginjal, dialisis
peritoneal, hemodialisis dan rawat jalan dalam jangka waktu yang lama (Black, 2014).

Gagal ginjal kronik menjadi masalah besar dunia karena sulit disembuhkan. Di dunia
prevalensi gagal ginjal kronis menurut ESRD Patients (End-Stage Renal Disease) pada
tahun 2011 sebanyak 2,786,000 orang, tahun 2012 sebanyak 3.018.860 orang dan tahun
2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari data tersebut disimpulkan adanya peningkatan
angka kesakitan pasien gagal ginjal kronis tiap tahunnya sebesar sebesar 6 (Fresenius
Medical Care AG & Co., 2013).

Menurut Ismail, Hasanuddin & Bahar (2014) Jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia

sekitar 150 ribu orang dan yang menjalani hemodialisis 10 ribu orang. Gagal ginjal kronik

berkaitan dengan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible (Neliya,

2012 ).

Gagal ginjal kronik membutuhkan terapi pengganti ginjal permanen berupa

dialisis (Hemodialisa dan Peritoneal Dialisis) atau transplanstasi ginjal (Utami,

2011).Salah satu terapi pengganti gagal ginjal kronik adalah Hemodialisis (HD) yang

bertujuan menggantikan fungsi ginjal sehingga dapat memperpanjang kelangsungan

hidup dan memperbaiki kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik.Tindakan ini

dapat membantu atau mengambil alih fungsi normal ginjal. Berdasarkan data dari
Indonesia Renal Registry, suatu kegiatan registrasi dari Perhimpunan Nefrologi

Indonesia, dikatakan bahwa terjadi peningkatan klien HD sebesar 5,2 %, dari 2148

orang pada tahun 2007 menjadi 2260 orang pada tahun 2008 ( Soelaiman, 2009).

Kesuksesan hemodialisa tergantung pada kepatuhan pasien. Berbagai riset

mengenai kepatuhan pasien gagal ginjal kronik yang mendapat terapi hemodialisis

didapatkan hasil yang sangat bervariasi.Secara umum ketidakpatuhan pasien dialisi

meliputi 4 (empat) aspek yaitu ketidakpatuhan mengikuti program hemodialisis (0%

- 32,3%), ketidakpatuhan dalam program pengobatan (1,2% - 81%), ketidakpatuhan

terhadap restriksi cairan (3,4% - 74%) dan ketidakpatuhan mengikuti program diet

(1,2% – 82,4%) (Syamsiah, 2011). Dilaporkan lebih dari 50% pasien yang menjalani

terapi hemodialisis tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan (Kartika, 2009).

Pembatasan cairan seringkali sulit dilakukan oleh pasien, terutama jika

mereka mengkonsumsi obat-obatan yang membuat membran mukosa kering seperti

diuretik, sehingga menyebabkan rasa haus dan pasien berusaha untuk minum. Hal

ini karena dalam kondisi normal manusia tidak dapat bertahan lebih lama tanpa

asupan cairan dibandingkan dengan makanan (Potter & Perry, 2008 dalam Kartika,

2009).

Pada pasien gagal ginjal kronik apabila tidak melakukan pembatasan asupan

cairan maka cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema

di sekitar tubuh seperti tangan, kaki dan muka. Penumpukan cairan dapat terjadi di

rongga perut disebut ascites. Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat

dan memperberat kerja jantung (YGDI, 2008).

Selain itu, penumpukan cairan juga akan masuk ke paru – paru sehingga

membuat pasien mengalami sesak nafas. Secara tidak langsung berat badan pasien
juga akan mengalami peningkatan berat badan yang cukup tajam, mencapai lebih

dari berat badan normal (0,5 kg /24 jam) yang dianjurkan bagi pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Oleh karena itulah pasien gagal ginjal

kronik harus mengontrol dan membatasi jumlah asupan cairan yang masuk dalam

tubuh (YGDI, 2008).

Penambahan berat badan interdialisis merupakan peningkatan volume cairan yang

dimanifestasikan dengan peningkatan berat badan sebagai dasar untuk mengetahui

jumlah cairan yang masuk selama periode interdialisis (Arnold, 2008). Menurut Pace

(2007), peningkatan berat badan interdialisis melebihi 4.8% akan meningkatkan

mortalitas meskipun tidak dinyatakan besarannya.

Penambahan berat badan interdialisis yang terlalu tinggi dapat menimbulkan efek

negatif terhadap keadaan pasien, diantaranya hipotensi, kram otot, hipertensi, sesak

nafas, mual dan muntah, dan banyak gejala lainnya (Smeltzer & Bare, 2008)

Gangguan fisik yang bisa ditimbulkan akibat penambahan berat badan yang

terlalu tinggi pada saat intra-dialisis adalah besarnya volume cairan pada saat ultrafikasi,

hipotensi, sakit kepala, sedangkan pada saat interdialisis menyebabkan hipertensi,

hipertropi ventrikel kiri, dan edema paru (Veerapan, Arvind & Ilayabharthi, 2012).

Penambahan berat badan interdialisis dapat menyebabkan komplikasi ke semua

organ tubuh, kelebihan cairan yang dialami oleh pasien sangat erat kaitannya dengan

morbiditas dan kematian (Linberg, Magnus, Karl, Wikstrom, 2009).

Penambahan berat badan interdialisis juga merupakan salah satu indikator kualitas

hidup bagi pasien hemodialisa yang perlu dikaji sehingga dapat digunakan untuk

meningkatkan perawatan berkelanjutan dalam pengaturan hemodialisis pasien, dan

meningkatkan kepatuhan terhadap pembatasan cairan (Linberg et al., 2009).


Peran perawat adalah memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan kepada

pasien dan keluarga (Kallenbach, et, al., 2003).

Perawat sebagai edukator dapat menggunakan berbagai metode dan media yang

dibutuhkan agar pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien menimbulkan hasil

yang baik yaitu perubahan perilaku hidup sehat. Berbagai media dapat dipakai untuk

memberikan pendidikan kesehatan seperti metode diskusi, ceramah, audio visual

maupun dengan media pamlet.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Hartati (2016) Pengaruh pendidikan kesehatan
menggunakan media audiovisual terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada pasien
hemodialisa, Kepatuhan pada kelompok eksperimen setelah pendidikan kesehatan pada
observasi 1 yang paling banyak adalah patuh sebanyak 11 orang (55%), pada observasi
2 yang paling banyak adalah tidak patuh sebanyak 11 orang (55%) dan pada observasi 3
yang paling banyak adalah patuh sebanyak 12 orang (60%) dari 20 sampel
Informasi akan disimpan dalam memory 20% jika disampaikan dengan
menggunakan media visual, 50% jika menggunakan media audiovisual dan 70% jika
dilakukan dalam praktek nyata. Pertimbangan pengaruh budaya dalam proses belajar
diketahui bahwa intruksi akan lebih efektif apabila disampaikan dalam bentuk video
yang menampilkan pesan menyerupai benda asli (Notoatmodjo, 2007).
Penelitian Hare, Carter, & Forshaw (2013) membuktikan bahwa metode terapi

kognitif dapat menurunkan adanya oedema setelah 6 minggu intervensi sebagai indikasi

peningkatan terhadap kepatuhan pembatasan asupan cairan.

Penelitian Parvan et, al (2015) menemukan hasil bahwa penggunaan metode

pamflet dan tatap muka dalam memberikan pendidikan kesehatan meningkatkan nilai

pengetahuan dan juga kepatuhan terhadap terapi dan diet.

Berdasarkan data di atas, peneliti mencoba untuk meneliti pengaruh pendidikan

keseh Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas peneliti menyimpulkan

bahwa, angka kejadian pasien yang menderita penyakit gagal ginjal kronik terus
mengalami peningkatan. Begitu pula dengan angka kejadian pasien yang menjalani

terapi hemodialisis yang juga mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis perlu

melakukan pembatasan asupan cairan untuk mencegah terjadinya penumpukan

cairan. Sehingga diperlukannya suatu cara untuk meningkatkan kepatuhan tersebut.

Pendidikan Kesehatan adalah suatu upaya menggugah kesadaran dan meningkatkan

pengetahuan.

Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti tentang Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Terhadap Berat Badan Interdialisis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di RS.
Siti Khodijah Palembang Tahun 2018

B. Rumusan Masalah

Belum diketahuinya Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Berat Badan

Interdialisis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di RS. Siti Khodijah Palembang Tahun

2018.
C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan masalah tersebut penelitian memiliki tujuan sebagai berikut

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Berat Badan Interdialisis


Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di RS. Siti Khodijah Palembang Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Memperoleh informasi mengenai gambaran karakteristik responden yang


meliputi: usia,jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.
b. Memperoleh informasi mengenai penambahan berat badan diantara dua
waktu dialisis yang terjadi pada pasien hemodialisis di RS Siti Khodijah
Palembang.
c. Mengidentifikasi mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Berat Badan Interdialisis Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik di RS. Siti Khodijah.

D. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap Berat Badan Interdialisis Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik di RS. Siti Khodijah. Yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah pasien
yang menderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RS Siti Khodijah
pada bulan Maret tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian quassy eksperimental
dengan one group pretest posttest design, dimana penelitian ini tidak menggunakan
kelompok pembanding.
E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Profesi Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
bagi profesi keperawatan dalam memberikan intervensi keperawatan
khususnya tentang pembatasan asupan nutrisi dan cairan pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan
pelayanan keperawatan pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa dalam
pembatasan asupan cairan.
3. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi D.IV Keperawatan
Sumbang saran dari penilitian dan karya mahasiswa untuk
pengembangan keilmuan di bidang (Keperawatan Medikal Bedah).
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan mengenai
penanganan pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa dalam
mengontrol berat badan dan dapat dijadikan dasar untuk pengembangan
penelitian selanjutnya.
Penelitian Terkait
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Definisi

Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah
kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari tiga bulan, berdasarkan kelainan
patologis pada tahun 2002. Diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai
laju filtrasi glomerolus kurang dari 60 ml/menit/1,73 m² jika tidak ada tanda
kerusakan ginjal. Kriteria bukan CKD adalah pada keadaan tidak terdapat kerusakan
ginjal lebih dari tiga bulan, dan LFG sama atau lebih dari 60 ml/menit/1,73 m²
(Konsensus Hemodialisa Pernefri, 2013).
Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu
keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada
suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialysis
atau transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang
terjadi pada semua ginjal, akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal
kronik.

Chronic Kidney Disease( CKD ) atau End Stage Renal Disease (ESRD) adalah
kerusakan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana
tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan
cairan dan elektrolit berakibat peningkatan ureum (azotemia) (Smeltzer, et al.
2008).

2. Klasifikasi CKD
CKD dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat penurunan fungsi ginjal. Fungsi
ginjal dapat dilihat berdasarkan nilai Laju Filtrasi Glomerolus (LFG)/ Glomerular
Filtration Rate (GFR), yang dihitung dengan menggunakan rumus Kockcroft-Gault.
Derajat glomurular filtration rate (GFR) normal adalah : 125 mL/min/1,73 m²
(Smeltzer,et.al., 2008).

Tabel 2.1. Klasifikasi Chronic Kidney Disease

Deraj Penjelasan LFG


at (ml/mnt/1,73m²)
1 Kerusakan ginjal dengan ≥ 90
LFG
normal atau ↑
2 Kerusakan ginjal dengan 60 – 89
LFG ↓
Ringan
3 Kerusakan ginjal dengan 30 – 59
LFG ↓
Sedang
4 Kerusakan ginjal dengan 15 – 29
LFG ↓
Berat
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
(Konsensus Hemodialisa, Pernfri, 2013)

3. Etiologi
Etiologi terjadinya gagal ginjal kronik sangat bevariasi antar satu negara dengan
negara lain. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) pada tahun 2000 mencatat
penyebab gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Indonesia, seperti pada
Tabel 4.
.

Tabel 4. Penyebab Gagal Ginjal yang menjalani Hemodialisa di Indonesia


Th. 2000
Penyebab Insidensi
Glomerulonefritis 46.39%
Diabetes Mellitus 18.65%
Obstruksi dan Infeksi 12.85%
Hipertensi 8.46%
Sebab lain 18.65%
4. Patofisiologi

Patofisiologi dari penyakit ginjal kronik tergantung dari etiologinya namun


dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan
massa ginjal mengakibatkan hipertrofi structural dan fungsional nefron yang tersisa
sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai moleku vasoaktif seperti sitokin dan
growth factor. Hal ini menyebabkan hiperfiltrasi, yang diikutioleh penekanan tekanan
kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya
diikuati oleh proses maladaptasi berupa sclerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini
akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun peyakit
yang endasarinya tidak ada lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-
angiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan iku memberikan kontribusi
terhadap terjadinya hiperinfiltrasi, sclerosis, dan progresifitas tersebut. Aktivitaas
jangka panjang aksis renin-angiotensin-aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth
factor seperti transforming growth factr β ( TGF-β). Beberapa hal ini juga dianggap
berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit ginjal kronik adalah albuminuria,
hipertensi, hiperglikemia, dyslipidemia. Terdapat variabilitas interindividual untuk
terjadinya sclerosis dan fibrinosis glomerulus maupun tubulointestinal.

Patofisiologi awalnya tergantung dari penyakit yang mendasari dan pada


perkembangan lebih lanjut proses yang terjadi hampir sama (Black & Hawks, 2005).
Adanya pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan
fungsional nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai
oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factor sehingga menyebabkan
terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah
glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, yang diikuti proses maladaptasi
berupa sklerosis nefron yang masih tersisa dan pada akhirnya akan terjadi penurunan
fungsi nefron secara progresif.
Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron intrarenal
yang dipengaruhi oleh growth factor Transforming Growth Factor β (TGF-β)
menyebabkan hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas. Progresifitas penyakit ginjal
kronik juga dipengaruhi oleh albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia
(Price & Wilson, 2005). Stadium awal penyakit ginjal kronik mengalami kehilangan
daya cadangan ginjal (renal reverse) dimana basal laju filtrasi glomerulus (LFG)
masih normal atau malah meningkat dan dengan perlahan akan terjadi penurunan
fungsi nefron yang progresif ditandai adanya peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum (Suwitra, 2006).
Perubahan fisiologis yang dapat terjadi sebagai dampak CKD adalah:
a. Ketidakseimbangan Cairan
Mula-mula ginjal kehilangan fungsinya sehingga tidak mampu memekatkan
urine (hipothenuria) dan kehilangan cairan yang berlebihan (poliuria).
Hipothenuria tidak disebabkan atau berhubungan dengan penurunan jumlah
nefron, tetapi oleh peningkatan beban zat tiap nefron. Hal ini terjadi karena
keutuhan nefron yang membawa zat tersebut dan kelebihan air untuk nefron-
nefron tersebut tidak dapat berfungsi lama. Terjadi osmotik diuretik, menyebabkan
seseorang menjadi dehidrasi (Brunner & Sudarth, 2012).
Ginjal tidak mampu menyaring urine (isothenuria), jika jumlah nefron yang
tidak berfungsi meningkat. Tahap ini, glomerulus menjadi kaku dan plasma tidak
dapat difilter dengan mudah melalui tubulus, maka akan terjadi kelebihan cairan
dengan retensi air dan natrium (Brunner & Sudarth, 2012).

b. Ketidak seimbangan natrium


Ketidakseimbangan natrium merupakan masalah yang serius dimana ginjal
dapat mengeluarkan sedikitnya 20-30 mEq natrium setiap hari atau dapat
meningkat sampai 200 mEq perhari. Variasi kehilangan natrium berhubungan
dengan “intact nephron theory”. Nefron menerima kelebihan natrium sehingga
menyebabkan GFR menurun dan dehidrasi. Kehilangan natrium lebih meningkat
pada gangguan gastrointestinal, terutama muntah dan diare. Keadaan ini
memperburuk hiponatremia dan dehidrasi (Brunner & Sudarth, 2012).

CKD yang berat keseimbangan natrium dapat dipertahankan meskipun terjadi


kehilangan yang fleksibel nilai natrium. Orang sehat dapat pula meningkat di atas
500 mEq/hari. GFR menurun di bawah 25-30 ml/menit, maka ekskresi natrium
kurang lebih 25 mEq/hari, maksimal ekskresinya 150-200 mEq/hari. Natrium
dalam diet dibatasi 1-1,5 gram/hari pada kondisi ini (Suwitra, 2006).

c. Ketidakseimbangan Kalium
Hiperkalemia jarang terjadi sebelum stadium 4, jika keseimbangan cairan dan
asidosis metabolik terkontrol.
Keseimbangan kalium berhubungan dengan sekresi aldosteron. Selama
output urine dipertahankan kadar kalium biasanya terpelihara. Hiperkalemia terjadi
karena pemasukan kalium yang berlebihan, dampak pengobatan, hiperkatabolik
(infeksi), atau hiponatremia. Hiperkalemia juga merupakan karakteristik dari tahap
uremia.
Hipokalemia terjadi pada keadaan muntah atau diare berat. Pada penyakit
tubuler ginjal, nefron ginjal meresorbsi kalium sehingga ekskresi kalium
meningkat. GFR menurun dan produksi NH3 meningkat jika hipokalemia
persisten. HCO3 menurun dan natrium bertahan (Brunner & Sudarth, 2012).

d. Ketidakseimbangan Asam Basa


Asidosis metabolik terjadi karena ginjal tidak mampu mengekskresikan ion
Hidrogen untuk menjaga pH darah normal. Disfungsi renal tubuler mengakibatkan
ketidakmampuan pengeluaran ioh H. Pada umumnya penurunan ekskresi H
sebanding dengan penurunan GFR. Asam yang secara terus-menerus dibentuk oleh
metabolisme dalam tubuh tidak difiltrasi secara efektif melewati glomerolus, NH3
menurun dan sel tubuler tidak berfungsi. Kegagalan pembentukan bikarbonat
memperberat ketidakseimbangan. Sebagian kelebihan hidrogen dibuffer oleh
mineral tulang. Akibatnya asidosis metabolik memungkinkan terjadinya
osteodistrophy (Brunner & Sudarth, 2012).

e. Ketidakseimbangan magnesium
Magnesium pada tahap awal CKD adalah normal, tetapi menurun secara
progresif dalam ekskresi urine menyebabkan akumulasi. Kombinasi penurunan
ekskresi dan intake yang berlebihan mengakibatkan henti napas dan jantung (Brunner
& Sudarth, 2012).
f. Ketidakseimbangan Calsium dan Fosfor
Secara normal calsium dan pospor dipertahankan oleh parathyroid hormon
yang menyebabkan ginjal mereabsorbsi kalsium, mobilisasi calsium dari tulang dan
depresi resorbsi tubuler dari pospor. Hiperpospatemia dan hipocalsemia terjadi
sehingga timbul hiperparathyroidisme sekunder bila fungsi ginjal menurun 20-25 %
dari normal. Metabolisme vitamin D terganggu. Osteorenaldystrophy dapat terjadi
bila hiperparathyroidisme berlangsung dalam waktu lama (Brunner & Sudarth, 2012).

g. Gangguan Fungsi Hematologi


Ginjal merupakan tempat produksi hormon eritropoetin yang mengontrol
produksi sel darah merah. Produksi eritropoetin mengalami gangguan sehingga
merangsang pembentukan sel darah merah oleh bone marrow pada gagal ginjal.
Akumulasi racun uremia akan menekan produksi sel darah merah dalam bone marrow
dan menyebabkan masa hidup sel darah merah menjadi lebih pendek.
Manifestasi klinis anemia diantaranya adalah pucat, takikardia, penurunan
toleransi terhadap aktivitas, gangguan perdarahan dapat terjadi epistaksis, perdarahan
gastrointestinal, kemerahan pada kulit dan jaringan subkutan. Meskipun produksi
trombosit masih normal akan tetapi mengalami penurunan dalam fungsinya sehingga
menyebabkan terjadinya perdarahan. Peningkatan kehilangan sel darah merah dapat
terjadi akibat pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium dan selama
dialisis. Gagal ginjal juga dapat menurunkan hematokrit (Brunner & Sudarth, 2012).

h. Retensi Ureum Kreatinin


Urea yang merupakan hasil metabolik protein meningkat (terakumulasi).
Kadar BUN bukan indikator yang tepat dari penyakit ginjal sebab peningkatan BUN
dapat terjadi pada penurunan GFR dan peningkatan intake protein. Kreatinin serum
adalah indikator yang lebih baik pada gagal ginjal sebab kreatinin diekskresikan
sama dengan jumlah yang diproduksi tubuh secara konstan (Suwitra, 2006).
B. Kerangka Teori

Pendidikan Berat Badan


Kesehatan Interdialisis
Penderita Gagal
Ginjal Kronik

1. Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Asupan Cairan
Dengan Media
Audiovisual
(Sri Hartati, 2016)
2. Pengaruh Metode
Pendidikan Kesehtan
Individual (Hirmawaty,
T. 2014)
3. Edukasi Dalam
Meningkatkan Kepatuhan
Intake Cairan (Desak Putu
Kuniawati, 2015)
4. Efektifitas Konseling Diet
Cairan (B.A. Tanujiarso,
2014)

Pendidikan Kesehatan Dengan


Media Booklet

Gambar 1
C. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Pendidikan kesehatan
Berat badan interdialisis
Dengan media booklet

Gambar 2

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian yaitu jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil

untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian (Arikunto, 2009).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap berat badan interdialisis pada

pasien gagal ginjal kronik.

Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap berat badan interdialisis

pada pasien gagal ginjal kronik.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Quasi


Experiment dengan pendekatan pre-test post-test one control group design untuk
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap berat badan interdialisis pada pasien gagal
ginjal kronik.

Rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :


Pre test Perlakuan Post test

Kelompok Perlakuan 01 X1 02

Tabel
Keterangan :

O1 : Berat badan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

X1 : Pendidikan kesehatan dengan media booklet


O2 : Berat badan setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua responden yeng menderita nyeri rematik
di Puskesmas Padang Selasa Kecamatan Ilir Barat I Palembang. Pengembilan sample
menggunakan Purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2013:218-219) purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.Pemilihan
sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


sederhana yang menggunakan kelompok perlakuan dengan menggunakan pre-test
post test with controlgroup design. Jumlah anggota sampel antara 10 sampai dengan
20 sampel (Sugiyono, 2009)
Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dalam penelitian ini:

a. Kriteria inklusi

a) Responden Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang MenjalaninTerpi Hemodialisa

b) Umur > 40 tahun

c) Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent

b. Kriteria eksklusi

a) Pasien yang mengalami gangguan jiwa

b) Pasien yang mengalami gangguan pendengaran dan pengelihatan.


C. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari penyusunan proposal sampai dengan

presentasi hasil penelitian (sidang skripsi) yaitu mulai minggu kedua Januari 2018

sampai minggu keempat Juli 2018. Penelitian ini dapat terlaksana sesuai dengan jadual

yang telah direncanakan.

Penelitian ini dilaksankan di Ruang Hemodialisa RS Siti Khodijah Palembang.

D. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Dan Cara Hasil Ukur Skala


Oprasional
Variabel Independent

Pendidkan Media
kesehatan pendidikan
tentang kesehatan yang - - -
asupan menyajikan
informasi dalam
bentuk booklet

Variabel Dependent
T
Berat badan Mengukur BB Timbangan dan Kilogram Rasio
sebelum dan diukur melalui
sesudah dilakukan timbangan berat
Pendidikan badan
kesehatan

Tabel
E. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjukkan
suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat
dilakukan penggunaannya melalui : angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi dan lainnya (Ridwan, 2005). Ada beberapa tahap yang dilakukan
peneliti dalam pengambilan data, yaitu :
1. Perijinan
Peneliti mengajukan surat ijin penelitian ke Ketua Program Studi D-IV
Keperawatan Poltekkes Palembang yang berikutnya diproses di RS Siti Khodijah
Palembang. Langkah selanjutnya yaitu melakukan koordinasi dengan Ketua Diklat
RS Siti Khodijah Palembang untuk mengidentifikasi pasien yang sesuai dengan
kriteria inklusi untuk langsung menjadi responden penelitian.

2. Penentuan Responden

Responden penilitian ini adalah pasien yang sedang menjalani hemodialisa di RS


Siti Khodijah Palembang. Responden iberi penjelasan tujuan dan manfaat dari
penelitian ini, setelah bersedia menjadi responden, dimohon untuk menandatangani
surat berpartisipasi dalam penelitian.

3. Prosedur pengambilan data


Responden di ukur terlebih dahulu berat badannya pada saat pradialisis, lalu
diberikan perlakuan berupa pendidikan kesehatan dengan media booklet dalam
membatasi asupan cairan pada saat interdialisis, setelah itu berat badan responden
diukur kembali pada saat responden menjalani hemodialisa yang selanjutnya dan
selanjutnya data akan diolah dengan benar dan dikoreksi kelengkapannya oleh
peneliti.

F. Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan peneliti, menurut


Hastono (2007), yaitu :
1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian kuesioner dan
lembar observasi apakah jawaban yang ada sudah lengkap, jelas, relevan dan
konsisten. Data yang terkumpul terkait data demografi responden, kuesioner
pengetahuan dan kuesioner perilaku dilakukan pengecekan kelengkapan isinya.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka/bilangan (memberi kode). Kegiatan ini bertujuan untuk
mempermudah dalam pengolahan data menggunakan komputer.
3. Processing
Setelah lembar observasi dan semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta
sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data
agar data yang sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan
cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer yaitu program
SPSS.

4. Cleanning
Cleanning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak, yaitu dengan cara
mengetahui data yang hilang, variasi data, dan konsistensi data. Memastikan
pengecekan data di komputer terhadap dat-data yang diperoleh, memastikan tidak
ada data yang missing.

G. Analisa Data

Jenis uji statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Keseatan
Terhadap Berat Badan Interdialisis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik adalah:

1. Uji Univariat
Uji univariat adalah uji untuk mendiskripsikan mengenai distribusi frekuensi
dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel bebas maupun
variabel terikat. Dalam penelitian ini menjelaskan distribusi frekuensi dan presentase
mengenai pendidikan kesehatan.

2. Uji Bivariat
Uji bivariat digunakan setelah uji univariat, uji bivariat ini digunakan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolasi. Variabel dalam penelitian ini
adalah masyarakat yang menderita penyakit rematik. Uji yang digunakan pada Before
– after setiap kelompok ( dalam kelompok) menggunakan Uji paired test.

H. Etika Penelitian

Etika membahas penentuan tindakan yang baik bagi individu, kelompok, dan
masyarakat. Tindakan etik menggambarkan komitmen pada standar-standar yang
dipenuhi individu, profesi, dan Masyarakat (Potter, 2009). Etika dalam penelitian
keperawatan merupakan aspek yang sangat penting karena berhubungan dengan
manusia dan manusia memiliki Hak Asasi dalam pelaksanaan penelitianEtika dalam
penelitian meliputi:
1. Informed Concent
Informed concent merupakan lembar persetujuan yang diberikan kepada
respondenyang akan diteliti oleh peneliti yang sudah memenuhi kriteria inklusi
dengan judul penelitiandan manfaat yang dilakukannya penelitian, bila responden
menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa responden dan tetap
menghormati keputusan responden.

2. Anonimity (Tanpa nama)


Etika ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan peneliti yang tidak akan
mencantumkan nama subjek yang menjadi responden, tetapi lembar tersebut
diberikan inisial atau kode.
3. Confidentiality (kerahasian)
Informasi dari subjek yang menjadi responden dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti khususnya data yang berkaitan dengan data personal responden yang bersifat
rahasia dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. A. A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Salemba
Medika. Jakarta
Hirmawaty, T. (2014). Pengaruh Metode Pendidikan Kesehtan Individual Terhadap
Kepatuhan Dalam Pembatasan Asupan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik di RSUD Tarakan. Skripsi. Universitas Esa Unggulan, Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2009). Metodologi penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, S.
(2009). Pengembangan sumber daya manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Perilaku kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka. Parvan, K.,
Hasankhani, H., Seyyedrasoolli, A., Riahi, S.M., & Ghorbani, M.(2015).
The effect of tho educational methods on knowledge and adherence to treatment in
hemodialysis patients: Clinical trial. Journal of Caring Sciences. 4(1), 83-93.
https://flex.flinders.edu.au/file/cc236284-a66e-4171-a119-a8f1adc11ec0/1/Thesis-Bennett-
2009.pdf

Anda mungkin juga menyukai