Anda di halaman 1dari 11

Hubungan Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap


RSUD Pasar Rebo

Bara M, Suryati B
Dosen Jurusan Keperawatan Politenik Kesehatan Jakarta I
Bara.mira@yahoo.co.id
suryati_suripto@yahoo.com

Abstrak are less aware of the importance of documentation


of nursing care, it is seen from the documentation
Dokumentasi keperawatan merupakan sistem dan does not include nurses ranging from assessment,
bagian penting dari proses asuhan keperawatan diagnosis, planning, implementation and evaluation
sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat of nursing. Implementation documentation of
perawat. Perawat pelaksana kurang menyadari nursing care can be influenced by the motivation of
pentingnya pendokumentasian asuhan keperawatan, nurses. The purpose of the study to look at the
hal ini terlihat dari pendokumentasian yang tidak relationship between motivation nurses
dilengkapi perawat mulai dari pengkajian, documenting the implementation of nursing care
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi inpatient hospital diruangPasarRebo.This study
keperawatan. Pelaksanaan pendokumentasian used observational analytic design with cross
asuhan keperawatan dapat dipengaruhi oleh sectional approach. The sample was nurses who
motivasi perawat. Tujuan penelitian untuk melihat served diruang inpatient hospital PasarRebo which
hubungan motivasi perawat pelaksana dengan included 4 inpatient unit with 80 nurses as
pelaksanaan pendokumentasian asuhan respondents, with proportional random sampling
keperawatan diruang rawat inap RSUD Pasar Rebo. technique sampling. The data collected through the
Penelitian ini menggunakan desain observasional study of written documentation by the respondent
analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel by way of assessing aspects of assessment,
dalam penelitian adalah perawat pelaksana yang diagnosis, planning, action, evaluation, and nursing
bertugas diruang rawat inap RSUD Pasar Rebo notes. The test results of bivariate chi-square
yang meliputi 4 ruang rawat inap dengan 80 statistic indicates that there is significant
perawat pelaksana sebagai responden, dengan correlation between motivation and documentation
tekhnik pengambilan sampel proportional random (p = 0.004). The results of this study recommend to
sampling. Data dikumpulkan melalui studi the Governing PasarRebo Hospital nurses to
dokumentasi yang ditulis oleh responden dengan increase motivation by providing opportunities for
cara menilai aspek pengkajian, diagnosa, continuing education kejenjang Bachelor, as well
perencanaan, tindakan, evaluasi, dan catatan asuhan as consider granting rewards or incentives for the
keperawatan. Hasil uji statistik bivariat chi-square implementation of additional documentation.
menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna Keywords: Nursing Care, Motivation, and
antara motivasi dengan pendokumentasian Documentation.
(p=0.004). Hasil penelitian ini merekomendasikan
kepada Pimpinan RSUD Pasar Rebo untuk Pendahuluan
meningkatkan motivasi perawat pelaksana dengan
memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan Perawat merupakan sumber daya
kejenjang Sarjana, serta mempertimbangkan manusia di rumah sakit karena jumlahnya
pemberian reward atau insentif tambahan untuk
dominan (55 - 65%) serta merupakan profesi
pelaksanaan pendokumentasian.
Kata kunci : AsuhanKeperawatan, Motivasi, yang memberikan pelayanan terus menerus
danPendokumentasian. selama 24 jam kepada pasien. Pelayanan
keperawatan bagian integral dari pelayanan
Abstract kesehatan mempunyai kontribusi
menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit.
Nursing documentation is an important part of the Setiap upaya untuk meningkatkan kualitas
system and the process of nursing care as evidence pelayanan rumah sakit harus disertai upaya
of responsibility and accountability nurses. Nurses untuk meningkatkan kualitas pelayanan

9
Bara M, Hubungan Motivasi Perawat 10

keperawatan (Yani, 2007)1. Keberadaan melakukan pelayanan rawat jalan maupun


perawat dalam memberikan pelayanan sangat rawat inap wajib membuat rekam medis.
dibutuhkan, diperlukan tenaga perawat yang Pembuatan rekam medis sebagaimana
mempunyai kemampuan, keterampilan, dan disebutkan pasal 3 dibuat oleh dokter atau
sikap profesional termasuk kemampuan tenaga kesehatan lainnya yang memberi
perawat melakukan pendokumentasian asuhan pelayanan langsung kepada pasien. Mengacu
keperawatan. Permenkes R.I. Nomor 269 tahun 2008 maka
Pendokumentasian suatu kegiatan tenaga perawat berkewajiban
pencatatan kejadian serta aktivitas yang mendokumentasikan setiap asuhan
dilakukan dalam bentuk pemberian pelayanan keperawatan yang diberikan di sarana
yang dianggap sangat berharga dan penting pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan
(Tungpalan,1983 dalam Dalami, 2011)2. kesehatan.
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan Penelitian yang dilakukan Pribadi di
keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang ruang rawat inap RSUD Kelet Jepara tahun
dikerjakan perawat setelah memberikan 2009 tentang analisis hubungan faktor
asuhan keperawatan. Pencatatan memuat pengetahuan, motivasi dan persepsi perawat
informasi yang dibutuhkan untuk menentukan tentang supervisi kepala ruangan dengan
pengkajian, diagnosis, menyusun rencana, pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan,
melaksanakan dan mengevaluasi tindakan didapatkan ada hubungan motivasi perawat
keperawatan, yang disusun secara sistematis, dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan
valid dan dapat dipertanggung jawabkan keperawatan (p value = 0,0001), rata-rata
secara moral dan hukum (Hidayat, 2007)7. pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan
Pendokumentasian sebagai langkah masih rendah 58,9%. Jadi salah satu faktor
akhir dari peran seorang manajer dalam fungsi yang mempengaruhi pendokumentasian adalah
atau proses manajemennya, yaitu motivasi,.
melaksanakan fungsi pengendalian (Marquis, Pendokumentasian asuhan
2010)12. Hal ini dapat di ukur dari kualitas keperawatan dibutuhkan motivasi perawat
pelayanan dan asuhan keperawatan dengan yang muncul dari hati, untuk menimbulkan
indikatornya nilai dokumentasi keperawatan, motivasi yang baik perawat perlu menyadari
setiap tindakan yang dilakukan kepada pasien kebutuhan dan kepentingan pendokumentasian
harus terhindar dari kesalahan-kesalahan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000)23.
dengan cara menggunakan pendekatan proses Motivasi selalu ada, diperlukan cara untuk
keperawatan dan pendokumentasian yang menciptakan iklim kerja, dengan cara
akurat dan benar sesuai dengan standar yang mengidentifikasi sumber stress, berupa jumlah
berlaku (Nursalam, 2003)15. Semua catatan pasien yang berlebihan, kondisi pasien yang
informasi merupakan dokumentasi resmi dan berat dan serius, staf perawatan yang kurang,
mempunyai nilai hukum. Jika bermasalah dan konflik diantara perawat dan dokter.
berhubungan profesi keperawatan, perawat Tindakan yang dilakukan untuk mencegah
sebagai pemberi jasa pelayanan dan pasien atau mengurangi stress antara lain tidak terlalu
sebagai penerima jasa pelayanan, maka sering melakukan perubahan selalu
dokumentasi menjadi sangat penting sebagai mengadakan pelatihan, menciptakan suasana
bukti otentik sewaktu-waktu diperlukan. kerja akrab dan terbuka, komunikasi efektif,
Dokumentasi memuat semua catatan hasil mengurangi kontrol yang berlebihan dan
pemeriksaan, tindakan maupun pengobatan memberikan reinforcement hasil kerja dan
yang diberikan kepada pasien merupakan peningkatan kesejahteraan (Swanburg,
unsur yang penting terkait dengan mutu 2000)23. Motivasi salah satu faktor
pelayanan di rumah sakit. menentukan hasil kerja, seseorang termotivasi
PERMENKESNo.269/MENKES/PER/ dalam bekerja berusaha sekuat tenaga untuk
11/2008 tentang Rekam Medis (Medical mewujudkan dan menyelesaikan tugasnya.
Records) menyebutkan rekam medis adalah Motivasi dipastikan mempengaruhi kinerja
berkas berisikan catatan, dokumen tentang walaupun bukan satu-satunya faktor yang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, membentuk kinerja (Robert & Angelo, 2001
tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien dalam Wibowo, 2010)32. Salah satu faktor
pada sarana pelayanan kesehatan. Pasal 2 memotivasi pekerja mencapai kinerja tingkat
disebutkan setiap sarana pelayanan kesehatan tinggi adalah memberikan penghargaan.
11 Jurnal Health Quality Vol. 5 No. 1 November 2014, Hal. 1-66

Tujuan pemberian penghargaan untuk dokumentasi keperawatan, supervisi masih


menarik orang cakap bergabung dalam belum terorganisir dengan jelas mulai dari
organisasi dan menjaga pekerja untuk bekerja, jadwal supervisi kapan harus dilakukannya
menurut Gibson, Ivancevich & Donnelly, supervisi, pemberian arahan dan bimbingan
2000 (dalam Wibowo, 2010). jarang dilakukan, untuk mendorong perawat
Penelitian Rugaya (2006)22 lebih giat dalam bekerja menjadi alasan bagi
menunjukkan terdapat hubungan signifikan perawat untuk tidak melengkapi
antara variabel tingkat pendidikan, sikap, pendokumentasian asuhan keperawatan
motivasi, imbalan, dan supervisi dengan (Nursalam, 2003)15, ini akan berdampak bagi
kinerja perawat pelaksana. Namun faktor lama pasien yang akhirnya akan menurunkan
kerja dan prasarana tidak berhubungan dengan kepercayaan masyarakat pada pelayanan
kinerja perawat pelaksana dalam kesehatan.
pendokumentasian. Kesimpulannya tingkat Fenomena motivasi kerja perawat
pendidikan dan sikap merupakan determinan masih rendah, dimana perawat belum mampu
kinerja perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
pendokumentasian asuhan keperawatan di terbaik, ini terlihat masih banyaknya keluhan
ruang rawat inap RSUD Dr. H. Chasan ketidakpuasan pasien dan keluarga atas sikap
Boesoirie Ternate. Hasil menunjukkan dan perilaku kerja pegawai, terutama tenaga
mayoritas (81,4%) perawat pelaksana keperawatan di ruang rawat inap, ini di dukung
mempunyai kinerja kurang baik dalam oleh penelitian Rohayati (2003), yang
pendokumentasian. menyimpulkan bahwa motivasi kerja tenaga
RSUD Pasar Rebo merupakan RS milik paramedis di rumah sakit umum Dr.Pringadi
Pemda Propinsi DKI Jakarta di Jakarta Timur, Medan masih dikategorikan rendah terlihat
merupakan rumah sakit pendidikan. dari rendahnya gairah kerja, disiplin, loyalitas,
Wawancara dilakukan tahun 2012 dengan staf tanggung jawab, dan semangat kerja yang
bidang keperawatan menyatakan perawat dimiliki. Berdasarkan hal ini perlu dikaji
pelaksana sudah melaksanakan hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan, tapi pendokumentasian asuhan keperawatan di
baru 50 % dari ruang rawat inap yang ruang rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta
melakukan pendokumentasian asuhan Timur. Tujuan Penelitian mengidentifikasi
keperawatan. Staf bidang keperawatan hubungan motivasi perawat dan pelaksanaan
menjelaskan bahwa pengetahuan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan di
pendokumentasian asuhan keperawatan, ruang rawat inap RSUD Pasar Rebo Jakarta
perawat pelaksana di RSUD Pasar Rebo sudah Timur.
mendapatkan pelatihan tentang
pendokumentasian asuhan keperawatan yang Metode
diberikan oleh mahasiswa keperawatan baik S-
1 maupun S-2 yang sedang praktik. Desain penelitian korelasi analitikal,
Menurut Hidayat (2007)7, kurang dengan cross sectional. Populasi semua
kesadaran perawat pentingnya dokumentasi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
keperawatan menyebabkan pencatatan Pasar Rebo, yaitu ruang Melati, ruang Dahlia,
terkadang tidak lengkap. Dokumentasi ruang Cempaka, ruang Anggrek, dan ruang
keperawatan dianggap beban bagi perawat, Teratai berjumlah 100 orang, 20 orang
karena banyaknya lembar format yang harus di diambil untuk uji coba dan sampel 80 orang.
isi untuk mencatat dan intervensi Pengumpulan data dilakukan mengisi
keperawatan, sementara tidak berpengaruh kuesioner yang pengisiannya dilakukan
pada penghasilan dan reward yang mereka sendiri oleh perawat, melakukan observasi
terima. Keterbatasan tenaga perawat pada asuhan keperawatan sesuai instrumen
menjadikan perawat bekerja hanya berorientasi penilaian pelaksanaan pendokumentasian
pada tindakan saja, sehingga tidak cukup asuhan keperawatan. Analisis data dengan
waktu untuk menuliskan setiap tindakan yang analisis univariat, analisis bivariat.
telah diberikan pada lembar format
Bara M, Hubungan Motivasi Perawat 12

Hasil
Tabel 1. Hasil Analisis Univariat Hubungan Motivasi (faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik Perawat dengan
Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. N = 80
Variabel Kategori Frekuensi (n) Prosentase (%)
Intrinsik Baik 38 47,5
Tidak baik 42 52.5
Ekstrinsik Baik 41 51,25
Kurang baik 39 48.75
Umur < 30 tahun 40 50
30 tahun 40 50
Jenis Kelamin Laki-laki 7 8.75
Perempuan 73 91.25
Tingkat Pendidikan D III Keperawatan 73 91.25
S-1 Keperawatan 7 8.75
Lama Kerja < 3 tahun 20 25
3 10 tahun 43 53.75
10 tahun 17 21.25
Status Kepegawaian PNS 3 3.75
Non PNS 77 96.25
Pendokumentasian Baik 41 51.25
Kurang Baik 39 48.75

Motivasi dari faktor intrinsik (kepuasan) baik sebesar 50%. Jenis kelamin terbanyak
sebesar 47.5%, faktor ekstrinsik perempuan 91.25%. Pendidikan D3
(ketidakpuasan) baik sebesar 51.25%. Keperawatan 91.25%, Lama kerja 310 tahun
Variabel Konfonder dilihat dari umur, jenis 53.75%. Responden berstatus Non PNS
kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, dan 96.25%, berstatus PNS 3.75%. responden
status kepegawaian. Usia responden berusia < sudah baik dalam membuat pendokumentasian
30 tahun dan >= 30 tahun sama banyak sebesar 51,25%.

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Motivasi (faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik) Perawat dengan
Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. N = 80
Pendokumentasian Hasil
Variabel Kurang Baik Baik p OR
f % f %
Intrinsik
- Kurang Baik 25 59.5 17 40.5 0.043 2.521
- Baik 14 36.8 24 63.2
Ekstrinsik
- Kurang Baik 25 64.1 14 35.9 0.007 3.444
- Baik 14 34.1 27 65.9
Umur
- < 30 tahun 22 55.0 18 45 0.263 -
- 30 tahun 17 42.5 23 57.5
Jenis Kelamin
- Laki-laki 2 28.6 5 71.4 0.264 -
- Perempuan 37 50.7 36 49.3
Tingkat Pendidikan -
- D-III Kep 36 49.3 37 50.7
- S-1 Kep 3 42.9 4 57.1 0.744
Lama Kerja -
- <3 tahun 12 60.0 8 40.0
- 3 10 tahun 22 51.2 21 48.8 0.161
- 10 tahun 5 29.4 12 70.6
Status Kepegawaian -
- PNS 1 33.3 2 66.7 0.586
- Non PNS 38 49.4 39 50.6
13 Jurnal Health Quality Vol. 5 No. 1 November 2014, Hal. 1-66

Hasil analisis bivariat melihat tidak ada hubungan status kepegawaian


hubungan antara variabel intrinsik, ekstrinsik, dengan kegiatan pendokumentasian.
dan variabel konfonder dengan
pendokumentasian perawat pelaksana. Faktor Pembahasan
Intrinsik 63.2% sudah melakukan
pendokumentasian dengan baik, nilai p = Gambaran Karakteristik Demografi
0.043 < 0.05, artinya ada hubungan faktor umur, didapatkan perawat dengan usia <30
intrinsik dengan pendokumentasian. Faktor tahun sama dengan perawat yang berusia 30
Ekstrinsik 65.9% sudah melakukan tahun, artinya perawat pelaksana diruang rawat
pendokumentasian dengan baik, nilai p = inap RSUD Pasar Rebo jumlahnya sama
0.007< 0.05, artinya ada hubungan faktor antara perawat yang muda dan perawat yang
ekstrinsik dengan pendokumentasian. Umur usia lebih tua. Jenis Kelamin perawat
dengan pendokumentasian asuhan pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap
keperawatan berusia < 30 tahun 45%, RSUD Pasar Rebo menunjukkan perawat
diantaranya sudah melakukan pelaksana berjenis kelamin perempuan 91.25%
pendokumentasian dengan baik dan 22 laki-laki 8.75%. Tingkat pendidikan D-III
responden (55%) masih kurang baik, berusia keperawatan lebih banyak 91.25%,
30 tahun, 23 responden (57.5%) sudah dibandingkan pendidikan Sarjana
melakukan pendokumentasian dengan baik keperawatan 8.75% . Lama kerja perawat
dan 17 responden (42.5%) masih kurang baik, pelaksana 25% dengan lama kerja < 3
nilai p = 0.263 > 0.05, artinya tidak ada tahun, 53.75% dengan lama kerja 3-10 tahun
hubungan umur responden dengan serta 21.25 % >10 tahun. Status Kepegawaian
pendokumentasian.Hubungan jenis kelamin PNS 3.75%, dan non PNS 96.25%. Sebagian
dengan pendokumentasian asuhan besar perawat pelaksana status
keperawatan oleh perawat pelaksana dari 73 kepegawaiannya adalah non PNS (walaupun
responden Perempuan, 36 responden (49.3%) bukan PNS) penghasilan (honor) mereka
diantaranya sudah melakukan cukup memadai, pengakuan beberapa
pendokumentasian dengan baik dan 37 perawat pelaksana non PNS yang bekerja >
responden (50.7%) masih kurang baik, nilai p 3 tahun), dan hanya 3 orang perawat
= 0.264> 0.05, artinya tidak ada hubungan pelaksana yang berstatus kepegawaian PNS.
jenis kelamin dengan kegiatan Gambaran motivasi perawat
pendokumentasian. Tingkat Pendidikan pelaksana dalam melaksanakan asuhan
lulusan Sarjana Keperawatan 57.1% sudah keperawatan membutuhkan dorongan dan
melakukan pendokumentasian dengan baik , dukungan baik secara internal maupun
Sedangkan 73 responden lulusan D3 eksternal, termasuk atasannya yaitu kepala
Keperawatan, 50.7% sudah melakukan ruangan. Hasil penelitian yang dilakukan
pendokumentasian dengan baik, nilai p terhadap 80 perawat pelaksana menunjukan
sebesar 0.744 > 0.05, artinya tidak ada bahwa motivasi intrinsik (kepuasan =
hubungan tingkat pendidikan dengan satisfiers) perawat pelaksana tidak baik
kegiatan pendokumentasian. Lama Kerja sebesar 52.5.2%, dan faktor ekstrinsik
kurang dari 3 tahun 40% sudah melakukan (ketidakpuasan = dissatisfiers) perawat kurang
pendokumentasian dengan baik, bekerja baik 48.75 %.Kurang baiknya motivasi
antara 3 sampai 10 tahun 48.8% sudah perawat pelaksana dapat dilihat 60.0%
melakukan pendokumentasian dengan baik, perawat pelaksana mengatakan tidak pernah
sudah bekerja lebih dari 10 tahun 70.6% menerima insentif tambahan untuk
sudah melakukan pendokumentasian dengan pelaksanaan pendokumentasian, 46.0%
baik dan nilai p sebesar 0.161 > 0.05, artinya perawat mengatakan tidak pernah menerima
tidak ada hubungan lama kerja dengan insentif untuk pengisian pendokumentasian
kegiatan pendokumentasian. Status diberikan dengan adil, 49.0% perawat
Kepegawaian yang berstatus PNS 66.7% mengatakan kadang-kadang gaji yang
sudah melakukan pendokumentasian dengan diterima tidak sesuai dengan pekerjaan dan
baik dan yang berstatus Non PNS 50.6% dokumentasi yang dilakukan, 68.0% perawat
sudah melakukan pendokumentasian dengan mengatakan jarang mendapatkan kesempatan
baik, nilai p sebesar 0.586 > 0.05, artinya untuk meningkatkan kemampuan dalam
Bara M, Hubungan Motivasi Perawat 14

pendokumentasian. Hasil penelitian ini sejalan motivasi kuat bagi seorang pekerja, sehingga
dengan penelitian yang dilakukan Apriyanti menghasilkan kinerja tinggi, tidak akan ada
(2008), tentang hubungan motivasi kerja dan motivasi, jika tidak dirasakan rangsangan-
supervisi dengan penerapan konfrensi, ronde rangsangan terhadap yang akan
keperawatan pada perawat pelaksana di RSUD menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang
A.Yani Metro lampung, hasil penelitian telah tumbuh menjadikan dorongan mencapai
menunjukan bahwa motivasi kerja perawat tujuan pemenuhan kebutuhan.
pelaksana masih kurang, dilihat pada aspek Gambaran Pelaksanaan
motivasi, harapan, dan insentif. Pendokumentasian hampir separuh
Menurut Simamora (2004)31 faktor pelaksanaan pendokumentasian asuhan
meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan keperawatan yang dilakukan perawat
kepuasan kerja dengan pemberian pelaksana di ruang rawat inap RSUD Pasar
kompensasi, berupa kompensasi finansial dan Rebo kurang baik 48.755%, banyak aspek
non finansial. Kompensasi berdasarkan penyebab tidak baiknya pendokumentasian ,
prestasi meningkatkan kinerja individu yaitu hasil studi dokumentasi peneliti yang
dengan sistem pembayaran karyawan lakukan di ruang rawat inap RSUD Pasar
berdasarkan prestasi kerja. Hal yang sama Rebo terhadap pendokumentasian
diungkapkan Kopelman (1981 dalam Ilyas, didapatkan sebagai berikut, untuk aspek
2002)9 bahwa kompensasi berpengaruh pengkajian data tidak dikaji sejak pasien
meningkatkan motivasi kerja, yang pada masuk sampai pulang (38.75%), masalah
akhirnya langsung akan meningkatkan kinerja tidak dirumuskan berdasarkan kesenjangan
individu. antara status kesehatan dengan pola fungsi
Menurut peneliti pemberian insentif, hidup (51.25%), aspek diagnosa
gaji, peningkatkan karir, keadilan bagian keperawatan, perumusan diagnosa
dari motivasi, dapat meningkatkan kinerja keperawatan aktual dan risiko tidak sesuai
individu.Insentif dan gaji diberikan dengan dengan pengkajian (48.75% dan 35.0%),
tepat dan adil maka individu memperoleh aspek perencanaan rumusan tujuan tidak
motivasi dan kepuasan kerja mencapai tujuan, sesuai dengan standar (65.1%), rencana
sebaliknya jika insentif atau imbalan diberikan tindakan tidak mengacu pada tujuan yang
tidak memadai atau kurang tepat maka jelas (98.75%), rencana tindakan tidak
motivasi dan kepuasan kerja menurun, sesuai menggambarkan keterlibatan pasien dan
dengan pernyataan Riza (2000) bahwa salah keluarga (63.75%), dari aspek tindakan, tidak
satu hal yang menyebabkan motivasi kerja ada revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi
perawat berkurang adalah reward yang yang dilakukan (43.75%), dari aspek evaluasi,
kurang. evaluasi tidak mengacu pada tujuan (90.0%),
Gambaran kurang baiknya motivasi dan aspek catatan asuhan keperawatan,
perawat menunjukan ketidakpuasan kerja pencatatan yang tidak mencantumkan paraf,
bersumber faktor ekstrinsik seperti nama jelas, tanggal dan jam dilakukan
pelaksanaan kebijaksanan yang telah tindakan (18.75%). Banyaknya aspek yang
ditetapkan, gaji , supervisi oleh atasan, tidak di dokumentasikan oleh perawat
hubungan interpersonal dan kondisi kerja, pelaksana menunjukkan pendokumentasian
yang mana faktor-faktor ekstrinsik tidak asuhan keperawatan yang di tulis oleh perawat
memberikan kepuasan kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Pasar
pelaksana, sesuai dengan hasil penelitian Rebo belum memenuhi ketentuan yang
Herzberg dalam Siagian (2004)30 apabila berlaku atau tidak sesuai dengan standar yang
pekerja merasa puas dengan pekerjaan, diharapkan, menurut standar asuhan
kepuasan didasarkan pada faktor-faktor keperawatan Depkes RI (2001)3 dan Kron
sifatnya intrinsik demikian sebaliknya. (1987), menyatakan dokumentasi asuhan
Kondisi lain dimana satisfiers atau keperawatan yang bernilai baik 80%. Hasil
kepuasan terpenuhi dapat dilihat kondisi penelitian sejalan yang dilakukan Safrudin
dimana kebutuhan peningkatan prestasi dan (2003)26 tentang hubungan karakteristik dan
pengakuan dipenuhi akan memberikan manajemen waktu perawat pelaksana dengan
stimulasi, tantangan dan kesempatan bagi dokumentasi asuhan keperawatan di ruang
individu untuk maju, kepuasan kerja dicapai rawat inap RS Husada Jakarta, dimana 43.5%
dalam pekerjaan maka akan menggerakkan
15 Jurnal Health Quality Vol. 5 No. 1 November 2014, Hal. 1-66

dokumentasi asuhan keperawatan yang keperawatan aktual karena perawat pelaksana


dilakukan perawat pelaksana kurang baik. belum mampu menganalisa data dan
Menurut Iyer (2005)10, dokumentasi mengidentifikasi masalah pasien berdasarkan
asuhan keperawatan merupakan mekanisme respon pasien yang seharusnya dapat dilihat
untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan pada pengkajian yang telah dilakukan.
yang diberikan, melalui pendokumentasian Diagnosa keperawatan merupakan
yang baik maka informasi mengenai keadaan kesimpulan masalah kesehatan yang dialami
kesehatan pasien dapat diketahui secara pasien. Carpernito (1985 dalam Dinarti,
berkesinambungan. Pendapat lain, Kozier 2009)4 diagnosa keperawatan adalah masalah
(1995) mengemukakan dokumentasi asuhan yang nyata (aktual) ataupun masalah potensial
keperawatan merupakan sarana komunikasi yang mungkin dialami pasien. Menurut PPNI
antar tim kesehatan dan sebagai aspek legal. (2010)20 komponen diagnosis keperawatan
Oleh karena itu pendokumentasian asuhan terdiri dari masalah (P), gejala/tanda (S) atau
keperawatan yang tidak ditulis sesuai dengan terdiri dari masalah dengan penyebab (PE).
standar akan muncul masalah kerjasama Aspek kurang baiknya
dengan perawat yang lain dalam memberikan pendokumentasian ini dinilai dari
asuhan keperawatan. Selain itu jika ada perencanaan, dilihat dari lima pernyataan
masalah terkait dengan hukum, bukti tertulis berkaitan dengan perencanaan persentasi
tidak ada, maka akan menyulitkan perawat tertinggi ada pada pernyataan rencana
sendiri. tindakan tidak menggambarkan keterlibatan
Menurut peneliti kurang baiknya pasien dan keluarga 63.75%. Menurut
pendokumentasian asuhan keperawatan peneliti dokumentasi yang ditulis perawat
mencakup semua aspek yang harus ada dalam pada rencana tindakan, yang tidak
standar asuhan keperawatan mulai menggambarkan keterlibatan pasien dan
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, keluarga, disebabkan perawat masih kurang
evaluasi, hingga catatan asuhan keperawatan, menggali masalah-masalah pada pasien dan
tidak dilengkapi oleh perawat. Aspek mencari masukan dari pasien ataupun
pengkajian dinilai dengan empat pernyataan, keluarganya, untuk penentuan tujuan akhir
dimana persentasi cukup tinggi ada pada yang dapat dicapai secara rasional. Hal ini
pernyataan masalah tidak dirumuskan sejalan dengan Dinarti (2009)4 yang
berdasarkan kesenjangan antara status menyatakan bahwa bagian lain dalam
kesehatan dengan pola fungsi hidup (51.25%), perencanaan keperawatan adalah menentukan
hal ini tidak lakukan oleh perawat menurut intervensi yang digunakan perawat dengan
peneliti karena kurangnya pemahaman melibatkan pasien dan keluarga untuk
perawat tentang pengkajian, terutama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
merumuskan masalah yang harus dikaji Aspek tindakan dan evaluasi juga
berdasarkan kesenjangan status kesehatan menjadi penyebab kurang baiknya
dengan pola fungsi hidup. Satu aspek pendokumentasian. Jika dilihat dari aspek
pengkajian yang tidak didokumentasikan oleh tindakan bahwa 43.75% perawat tidak
perawat akan menyebabkan kesinambungan merevisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi,
dalam pemberian asuhan keperawatan dan 90.0% perawat dokumentasi evaluasi
menjadi terputus dan pelayanan keperawatan tidak mengacu pada tujuan. Menurut analisis
menjadi terhambat. Dokumentasi pengkajian peneliti perawat melakukan evaluasi berfokus
keperawatan sangat penting untuk diisi oleh terhadap respon pasien yang segera muncul
perawat, karena diagnosa keperawatan tidak setelah tindakan keperawatan , sementara
mungkin dapat ditegakkan jika pengkajian evaluasi respon pasien jangka panjang,
keperawatan tidak diisi dengan lengkap, Potter terhadap perkembangan kemajuan kearah
dan Perry (2009). tujuan yang diinginkan belum dilakukan.
Kurang baiknya dilihat dari aspek Dalami, dkk (2011)2 menyatakan
diagnosa yang dinilai dengan tiga pernyataan, pernyataan evaluasi perlu didokumentasikan
dilihat dari 3 pernyataan terkait diagnosa dalam catatan kemajuan, dan direvisi dalam
keperawatan, persentasi cukup tinggi ada pada rencana perawatan. Penelitian ini sejalan
perawat pelaksana tidak merumuskan diagnosa dengan penelitian yang dilakukan Trisnawati
keperawatan aktual (48.75%). Menurut (2008) tentang kinerja perawat berdasarkan
peneliti tidak dirumuskannya diagnosa penerapan dokumentasi asuhan keperawatan,
Bara M, Hubungan Motivasi Perawat 16

yang menunjukkan 81.7% perawat sering seseorang, kedewasaan dan psikologisnya


tidak mengisi format dokumentasi evaluasi. semakin meningkat.
Menurut peneliti aspek catatan asuhan Melakukan pendokumentasian tidak
keperawatan juga memberikan kontribusi dibedakan antara perawat laki-laki dengan
terhadap tidak baiknya pendokumentasian perempuan, artinya perawat laki-laki
asuhan keperawatan. Dari lima pernyataan mempunyai kewajiban sama dengan
tentang catatan asuhan keperawatan, perawat perempuan, namun hal ini berbeda
persentasi tertinggi pada setiap melakukan dengan yang dikemukakan oleh (Ilyas, 2002)9
tindakan/ kegiatan perawat tidak mengacu menjelaskan jenis kelamin akan memberikan
pada tujuan (90.0%). Hal ini tidak dorongan yang berbeda dalam melakukan
dilakukan karena perawat kurang memahami pekerjaan. Laki-laki memiliki dorongan
bahwa pentingnya pendokumentasian sebagai lebih tinggi jika dibandingkan dengan
bukti tanggungjawab dan tanggung gugat perempuan karena memiliki tanggung jawab
perawat jika terjadi sesuatu yang tidak yang lebih besar jika dibandingkan dengan
diinginkan berkaitan dengan aspek legal. perempuan.
Sehingga semua tindakan harus sesuai dengan Tingkat Pendidikan perawat
tujuan yang telah direncanakan dan dicatat mempunyai latar belakang tingkat pendidikan
secara benar apa yang dilakukan. (Dalami dkk, D-III keperawatan, yang merupakan perawat
2011)2 vokasional lebih berfokus pada keterampilan
Penyebab lain pendokumentasian di ruang prosedur tindakan keperawatan, sehingga
rawat inap RSUD Pasar Rebo kurang baik, kurang memberikan perhatian pada
ditinjau tingkat pendidikan perawat lebih pendokumentasian asuhan keperawatan, jika
banyak berpendidikan DIII yang merupakan dibandingkan dengan tingkat pendidikan
perawat vokasional lebih berfokus pada Sarjana. Banyak teori menyatakan bahwa
keterampilan prosedur tindakan keperawatan, seseorang yang memiliki tingkat pendidikan
sehingga sulit untuk membuat dokumentasi formal lebih tinggi biasanya memiliki
dengan pendekatan proses keperawatan pemahaman kerja lebih baik. Pendapat yang
karena dituntut untuk berfikir yang sama dikemukakan Simanjuntak (1985), yang
sistematis, logis dan analitik (Depkes, 1993) menyatakan semakin tinggi pendidikan
Analisis hubungan antara variabel seseorang akan semakin tinggi produktivitas
konfonder (karakteristik: umur, jenis kelamin, kerjanya. Hal ini didukung oleh (Green, 1980)
tingkat pendidikan, lama kerja, dan status yang menyatakan pendidikan merupakan
kepegawaian) dengan pelaksanaan faktor penentu terhadap perilaku kerja
pendokumentasian asuhan keperawatan . seseorang.
Umur terdapat jumlah yang sama antara Lama Kerja perawat dengan lama
perawat yang muda dan perawat yang usia kerja 3-10 tahun, terlihat dari adanya
lebih tua. Umur akan mempengaruhi kebijakan dari manajemen RSUD Pasar Rebo
kondisi fisik seseorang, semangat, beban dan yang menerima tenaga perawat non PNS.
tanggung jawab baik dalam pekerjaan maupun Perawat non PNS bertahan dengan harapan
dalam kehidupan sehari-hari. Perawat yang akan menjadi PNS, kebijakan ini menjadikan
berumur kurang dari 30 tahun, meskipun perawat pelaksana lebih berpengalaman.
memiliki kondisi fisik yang cukup baik, Menurut (Anderson, 1994) makin lama
untuk menjalankan kegiatan fisik namun pengalaman kerja maka semakin terampil
pada umumnya mereka memiliki rasa petugas , mudah memahami tugas dan
tanggung jawab yang relatif kurang tanggungjawabnya, sehingga memberi
dibandingkan dengan yang berusia 30 tahun peluang untuk berprestasi, hal ini berbeda
(Martoyo, 1998). Aspek kedewasaan juga dengan pendapat (Mc Danier dkk, dalam
belum mampu menunjukan kematangan Robbins, 1996) menyatakan tidak dapat
jiwa, bijaksana dan berfikir secara rasional, dipastikan orang yang telah lama berada pada
yang memang dibutuhkan seorang perawat suatu pekerjaan akan lebih produktif
dalam melaksanakan tugasnya, terutama dibandingkan karyawan dengan masa kerja
dalam melakukan pendokumentasian asuhan yang lebih sedikit. Orang lama kerja kurang
keperawatan, ini senada pendapat (Siagian, 3 tahun maupun lebih 10 tahun tidak
1995)30 menyatakan semakin meningkat usia menambah pengetahuan dan pengalaman
seseorang dalam melaksanakan pekerjaan
17 Jurnal Health Quality Vol. 5 No. 1 November 2014, Hal. 1-66

dengan tepat, efisien dan efektif. Status dimensi pekerjaan, yaitu satisfiers dan
Kepegawaian, sebagian besar perawat dissatisfiers. Dimana kedua faktor dapat
pelaksana status kepegawaiannya non dipenuhi untuk melaksanakan tugas dan
PNS, walaupun bukan PNS penghasilan mengembangkan kemampuan. Faktor gaji,
(honor) mereka cukup memadai, ini kondisi kerja, kepastian pekerjaan, dan
pengakuan dari beberapa perawat pelaksana supervisi yang menyenangkan harus mendapat
non PNS yang bekerja > 3 tahun), dan perhatian dari pimpinan, agar kepuasan dan
hanya 3 orang perawat pelaksana berstatus gairah kerja bawahan dapat ditingkatkan.
pegawai PNS. Herzberg faktor-faktor tersebut dikenal
Robbins (2003)25, menyatakan dengan maintenance factors yang merupakan
keamanan dan perlindungan tentang masa faktor ekternal apabila tidak terpenuhi maka
depan tempat kerja akan menjadi dorongan seseorang merasa tidak ada ketidakpuasan
kuat bagi staf dalam bekerja. Kondisi ini sehingga akan mendorong motivasi dalam
sesuai perawat yang bekerja di ruang rawat bekerja, hal ini merupakan keharusan yang
inap RSUD Pasar Rebo yang beranggapan diberikan oleh pimpinan, untuk mencapai
bahwa status kepegawaian PNS dan Non kepuasan kerja. Sedangkan motivation factors
PNS mempunyai kewajiban yang sama dalam merupakan faktor internal apabila terpenuhi
melaksanakan dokumentasi asuhan maka akan meningkatkan kepuasannya
keperawatan. Hal ini juga menjadi dorongan sehingga mendorong untuk meningkatkan
bagi pegawai Non PNS untuk memperkaya motivasinya. Faktor satisfiers adalah prestasi
pengetahuan, pengalaman dalam melakukan dan pengembangan potensi individu.
pendokumentasian yang tepat, efisien dan Kebutuhan prestasi akan mendorong untuk
efektif, sehingga perawat non PNS dapat mengembangkan kreatifitas dengan
terus melanjutkan kontrak pada tahun mengarahkan semua kemampuannya
berikutnya sesuai dengan kebijakan yang mencapai prestasi kerja yang optimal.
dibuat oleh manajemen RSUD Pasar Rebo. Seseorang akan berprestasi tinggi jika
Hubungan motivasi perawat pelaksana memungkinkan untuk diberi kesempatan
dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan (Simamora, 2004). Demikian dengan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pasar pengembangan potensi yang berhubungan
Rebo, menunjukkan perawat pelaksana langsung dengan tugas yang harus
mempunyai motivasi intrinsik kurang baik dilaksanakan oleh staf melalui pelatihan dan
(59.5%) dan motivasi ekstrinsik kurang baik pendidikan berkelanjutan baik secara formal
(61.4%) menghasilkan pendokumentasian maupun non formal, sehingga peningkatan
kurang baik. Hal ini bermakna secara statistik kemampuan staf akan mendorong bagi
untuk motivasi intrinsik dengan nilai p 0.043, individu dalam bekerja.
dan motivasi ekstrinsik dengan nilai p 0.007, Berdasarkan hasil penelitian
artinya ada hubungan bermakna antara didapatkan motivasi perawat pelaksana
motivasi dengan pelaksanaan ditinjau aspek satisfiers dilihat dari prestasi,
pendokumentasian asuhan keperawatan. 49.0% perawat sering menggunakan
Penelitian yang sama dilakukan Pribadi kemampuan keperawatan yang dimiliki
(2009)19 tentang pengaruh faktor pengetahuan, dalam mendokumentasikan asuhan
motivasi dan persepsi perawat tentang keperawatan, 60.0% sering menyelesaikan
supervisi kepala ruangan terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan yang
dokumentasi asuhan keperawatan di RSUD diberikan dengan tepat waktu. Jika dilihat dari
Kelat Jepara, didapatkan ada hubungan faktor jawaban perawat untuk pernyataan prestasi
motivasi perawat terhadap pelaksanaan dimana perawat telah menggunakan
dokumentasi asuhan keperawatan. Hal ini kemampuannya dan menyelesaikan
sejalan dengan Malayu (2010) yang pendokumentasian dengan tepat waktu, hal ini
mendefinisikan motivasi sebagai daya seharusnya menunjukkan perawat telah
penggerak menciptakan kegairahan kerja mencapai hasil yang baik dan berkualitas, pada
seseorang agar mau bekerja sama, bekerja pengembangan potensi diri, 63.0% perawat
efektif dan terintegrasi dengan segala upaya menjawab kadang-kadang atasan memberikan
untuk mencapai kepuasan. kesempatan untuk mengikuti pelatihan, dan
Frederick Herzberg (1950 dalam 68.0% perawat menjawab kadang-kadang
Malayu 2010) teori motivasi dua faktor manajemen R.S memberikan kesempatan
Bara M, Hubungan Motivasi Perawat 18

untuk meningkatkan kemampuan supervisi, perawat bukan sebagai pelaksana


pendokumentasian. Hal ini menunjukan yang pasif, namun sebagai partner kerja yang
bahwa kurangnya kesempatan perawat untuk memiliki pendapat dan pengalaman yang perlu
mengikuti pelatihan berpengaruh terhadap didengar, dihargai, dan diikut sertakan
buruknya motivasi perawat dalam melakukan untuk perbaikan dalam pelayanan
pendokumentasian. Pernyataan ini didukung keperawatan, ini sejalan penelitian Hotmaida
penelitian yang dilakukan Saefulloh (2009) (2002) mengatakan ada pengaruh antara
menyatakan bahwa pelatihan asuhan supervisi kepala ruang rawat inap terhadap
keperawatan bermakna meningkatkan kinerja perawat pelaksana.
motivasi kerja perawat pelaksana diruang Berdasarkan aspek gaji 60.0%
rawat inap RSUD Indramayu. perawat mengatakan tidak pernah menerima
Pemberian kesempatan menggunakan insentif tambahan untuk pelaksanaan
keterampilan dan kemampuan dapat pendokumentasian asuhan keperawatan.
mendorong seseorang untuk meningkatkan Insentif merupakan indikator dalam
potensi individu agar dapat melaksanakan memotivasi kerja seseorang, sesuai dengan
tugas secara optimal terutama dalam pendapat Kopelman (1986 dalam Ilyas,
melaksanakan pendokumentasian asuhan 1999) menyatakan imbalan akan
keperawatan. Robbins (2008)25 menyatakan mempengaruhi untuk meningkatkan motivasi
karyawan lebih menyukai pekerjaan yang kerjanya secara langsung meningkatkan
memberi kesempatan untuk menggunakan kinerjanya. Pernyataan Musni Riza (2000)
kemampuan mereka dan menawarkan beragam menyatakan bahwa salah faktor
tugas menyebabkan motivasi kerja perawat
Herzberg faktor dissatisfiers berkurang adalah reward yang tidak ada.
individu dalam bekerja dilihat dari gaji serta Besarnya gaji PNS yang diterima
kualitas supervisi. Hasil penelitian 45.0% perawat sudah ditetapkan Badan
perawat pelaksana mengatakan kepala Kepegawaian DKI, untuk PNS dan perawat
ruangan kadang-kadang memberikan arahan honor yang sudah bekerja > 3 tahun
dalam pengisian dokumentasi asuhan mendapatkan tunjangan kesejahteraan dari
keperawatan, dan 54% perawat mengatakan pemerintah Daerah Khusus DKI. Adanya
atasan kadang-kadang memberikan umpan tunjangan kesejahteraan perawat yang bekerja
balik dalam pelaksanaan pendokumentasian di RSUD Pasar Rebo merasa dihargai dan
asuhan keperawatan. Kurangnya arahan dari merasa betah untuk bekerja walaupun bukan
kepala ruangan menjadi penyebab buruknya PNS. Lama kerja akan meningkatkan
motivasi perawat dalam pendokumentasian kemampuan perawat pelaksana untuk
yang dilakukan. melakukan pendokumentasian asuhan
Robbins (2003) supervisi yang keperawatan di ruang rawat inap. Upaya lain
dilakukan atasan akan sangat membantu yang dilakukan pimpinan atau manajer
staf, karena seorang supervisor akan untuk meningkatkan motivasi perawat dalam
memberikan dukungan terhadap sumber- pendokumentasian asuhan keperawatan adalah
sumber yang dibutuhkan oleh staf dalam dengan menjadikan proses pendokumentasian
menyelesaikan pekerjaannya. Mc.Farland, dimasukkan dalam credit point, yang nantinya
Leonard and Marris (1984 dalam Arwani, berguna untuk proses kenaikan pangkat PNS.
2003) mengatakan supervisi dalam konteks
keperawatan suatu proses kegiatan pemberian Kesimpulan
dukungan sumber-sumber (resources) yang
dibutuhkan perawat untuk mengevaluasi Berdasarkan tujuan penelitian,
tugas terhadap pencapaian tujuan yang telah rumusan hipotesis, hasil penelitian dan
ditetapkan. pembahasan, maka penelitian ini dapat
Kegiatan supervisi mengawasi dan disimpulkan:
mengamati staf keperawatan dalam 1. Karakteristik perawat pelaksana diruang
menjalankan tugasnya dan melakukan rawat inap RSUD Pasar Rebo sebagian
pendokumentasian asuhan keperawatan secara besar berusia < 30 tahun, jenis kelamin
lengkap sesuai dengan format yang telah perempuan, pendidikan DIII/DIV, lama
disiapkan dan dapat memperbaiki kerja < 5 tahun, dan status kepegawaian
pelaksanaan pendokumentasian . Jadi kegiatan PNS.
19 Jurnal Health Quality Vol. 5 No. 1 November 2014, Hal. 1-66

2. Lebih dari separuh motivasi perawat 15. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
pelaksana diruang rawat inap RSUD Pasar Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Rebo baik. Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
3. Lebih dari separuh perawat pelaksana 16. ________. 2008. Konsep dan Penerapan
diruang rawat inap RSUD Pasar Rebo Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
melaksanakan pendokumentasian asuhan Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
keperawatan kurang baik. 17. ________. 2009. Proses dan Dokumentasi
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara Keperawatan Konsep dan Praktik . Jakarta:
motivasi intrinsik perawat pelaksana Salemba Medika.
dengan pelaksanaan pendokumentasian 18. ________. 2011. Manajemen Keperawatan:
asuhan keperawatan diruang rawat inap Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: Salemba Medika.
RSUD Pasar Rebo dengan nilai p = 0.043, 19. Pribadi, Agung 2009. Analisis hubungan faktor
dan terdapat hubungan yang bermakna pengetahuan, motivasi dan persepsi perawat
antara motivasi ekstrinsik perawat tentang supervisi kepala ruangan terhadap
pelaksana dengan pelaksanaan pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di
di ruang rawat inap RSUD Kelet Jepara
pendokumentasian asuhan keperawatan http://eprints.undip.ac.id/16228/1/Agung_Pribadi.pd
diruang rawat inap RSUD Pasar Rebo f diperoleh Maret 2013
dengan nilai p = 0.007. 20. PPNI.2010. Standar Profesi dan Kode Etik Perawat
Indonesia. Jakarta : PPNI
21. Rohayati. 2003. Hubungan motivasi dengan kinerja
Daftar Pustaka
tenaga paramedis di rumah sakit umum
Dr.Pringadi Medan. (tesis, tidak dipublikasikan)
1. Achir, Yani. 2007. Asuhan Keperawatan Bermutu 22. Rugaya. 2006. Hubungan variabel tingkat
di Rumah Sakit Pusat Data dan Informasi PERSI pendidikan, sikap, motivasi, imbalan, dan supervisi
(persi.co.id) dengan kinerja perawat pelaksana dalam
2. Dalami, Rochimah, dkk. 2011. Dokumentasi pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang
Keperawatan dengan Kurikulum Berbasis rawat inap RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate
Kompetensi. Jakarta: CV. Trans Info Media. (tesis, tidak dipublikasikan)
3. Depkes, RI. 2001. Instrumen Evaluasi Penerapan 23. Swanburg, Russel C. 2000. Pengantar
Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk
Jakarta: Departemen Kesehatan. Perawat Klinis. Jakarta: EGC.
4. Dinarti, Aryani,R., Nurhaeni,H., Chairani,R. 2009. 24. Robbins, Stephen P. 2010 Manajemen. Jakarta:
Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: CV Trans Info Erlangga.
Media. 25. Robbins, Stephen P., Judge,Timothy A. 2008.
5. http://eprints.undip.ac.id/15951/1/Yahyo_Diyanto.p Prilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
df diperoleh Maret 2012 26. Safrudin. 2003. Hubungan Karakteristik Perawat
6. Hamzah, H. 2008. Teori Motivasi dan dan Manajemen Waktu perawat pelaksana dengan
Pengukurannya: Analisis di bidang pendidikan. dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat
Jakarta: PT Bumi Aksara. inap Rumah Sakit Husada Jakarta. Tesis
7. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Pascasarjana Universitas Indonesia.
Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: 27. Samsudin, Sadili, Wijaya, E. 2005. Manajemen
Salemba Medika. Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka
8. http://eprints.undip.ac.id/17297/1/F_A_R_I_D_A_H Setia.
.pdf diperoleh Februari 2012 28. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
9. Ilyas, Yaslis. 2002. Kinerja, Teori, Penilaian, dan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Penelitian. Depok: FKM UI. 29. ______. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi
10. Iyer, Patricia W. 2005. Dokumentasi Keperawatan: Asuhan Keperawatan: Teori dan Praktik. 30.
Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: Yogyakarta: Graha Ilmu.
EGC. 30. Siagian, Sondang, P. 2004. Teori Motivasi dan
11. Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. 31. Simamora. 2004. Manajemen Sumber Daya
12. Marquis, Bessie L. 2010. Kepemimpinan dan Manusia. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen Keperawatan: Teori dan Aplikasi,Ed.4. Ekonomi YKPN.
Jakarta: EGC 32. Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT
13. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Raja Grafindo Persada
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 33. Zainun, Buchari. 2004. Manajemen dan Motivasi.
14. __________________. (2009). Pengembangan Jakarta: Balai Aksara.
Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai