Oleh :
HANAZ RONA AYATILLAH QATRUN NADA
NIM. 161.0040
Oleh :
HANAZ RONA AYATILLAH QATRUN NADA
NIM. 161.0040
i
2020
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 161.0040
Menyatakan bahwa Skripsi ini yang berjudul Analisa Faktor Yang Berhubungan
saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya agar dapat
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 161.0040
Surabaya.
Menyetujui skripsi ini untuk diajukan dalam sidang sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Ditetapkan di : Surabaya
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal dari :
Nama : Hanaz Rona Ayatillah Qatrun Nada
NIM : 161.0040
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Analisa Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Surabaya.
Mengetahui,
STIKES HANG TUAH SURABAYA
KAPRODI S-1 KEPERAWATAN
Ditetapkan di : Surabaya
Tanggal : 21 Juli 2020
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
The design of this research was observational analytic study used cross-
sectional approach. The research sample was taken using the Simple Random
Sampling technique obtained as many as 36 elderly in Panti Werdha Hargodedali
Surabaya. The independent variables in this study were age, education, and length
of stay at the orphanage, history of disease, and family support. The dependent
variable is anxiety. The instrument used demographic data questionnaire and
Gerriatric Anxiety Scale (GAS) questionnaire. Data were analyzed using the
Regression Logistic Ordinal test with a significance level of p <0.05.
The results showed that anxiety in the elderly was influenced by age (p =
0.018), education (p = 0.003), history of disease (p = 0.005), family support
(0.018), and there was no relationship between length of stay at the home (p =
0.532) regarding incidence of anxiety in Panti Werdha Hargodedali Surabaya. The
most dominant factor was age factor with regression coefficient value of 1.909.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Esa, atas limpah karunia dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyusun skripsi
pada Lansia di Panti Werdha Hargodedali Surabaya” dapat selesai sesuai waktu
study S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.
banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis menyadari tentang
dibuat dengan sangat sederhana baik dari segi sistematika maupun isinya jauh
dari sempurna.
Hang Tuah Surabaya atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
2. Puket 1, Puket 2 dan Puket 3 Stikes Hang Tuah Surabaya yang telah memberi
S-1 Keperawatan.
vii
4. Ibu Dini Mei W.,S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku penguji I terima kasih atas segala
7. Ibu Nadia Okhtiary, A.md. Selaku kepala Pepustakaan di Stikes Hang Tuah
penelitian ini.
8. Ibu Dra. Endang Sinar Gijanti. Selaku ketua yayasan Panti Werdha
10. Kepada yang terhormat Ibu dan Ayah yang selalu mendo’akan, memotivasi,
11. Seluruh dosen, staf dan karyawan Stikes Hang Tuah Surabaya yang telah
13. Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu atas dukungan
viii
Semoga budi baik yang telah diberikan kapada peneliti mendapatkan berkat
dan rahmat melimpah dari Allah Yang Maha Esa. Akhirnya peneliti berharap
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
ABSTRACT...........................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xvii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................5
1.4.1 Manfaat Teoritis.............................................................................................5
1.4.2 Manfaat Praktis...............................................................................................5
x
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS..........................................20
3.1 Kerangka Konsep.........................................................................................20
3.2 Hipotesis.......................................................................................................21
BAB 6 PENUTUP.................................................................................................64
6.1 Kesimpulan...................................................................................................64
6.2 Saran.............................................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................66
LAMPIRAN..........................................................................................................69
xi
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 5.13 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit
Kronis Pendengaran Di Panti pada Lansia di Panti Werdha
Hargodedali Surabaya pada 12 Mei –04 Juni 2020.......................43
Tabel 5.14 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit
Kronis Di Panti pada Lansia di Panti Werdha Hargodedali
Surabaya pada 12 Mei –04 Juni 2020............................................43
Tabel 5.15 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Kecemasan Di Panti pada Lansia di Panti Werdha Hargodedali
Surabaya pada 12 Mei –04 Juni 2020............................................44
Tabel 5.16 Tabel silang antara distribusi responden yang menyangkut
hubungan usia dengan kecemasan pada lansia di Panti Werdha
Hargodedali Surabaya pada 12 Mei –04 Juni 2020.......................44
Tabel 5.17 Tabel silang antara distribusi responden yang menyangkut
hubungan pendidikan dengan kecemasan pada lansia di Panti
Werdha Hargodedali Surabaya pada 12 Mei –04 Juni 2020.........45
Tabel 5.18 Tabel silang antara distribusi responden yang menyangkut
hubungan lama perawatan dengan kecemasan pada lansia di Panti
Werdha Hargodedali Surabaya pada 12 Mei –04 Juni 2020.........46
Tabel 5.19 Tabel silang antara distribusi responden yang menyangkut
hubungan riwayat penyakit dengan kecemasan pada lansia di Panti
Werdha Hargodedali Surabaya pada 12 Mei –04 Juni 2020.........47
Tabel 5.20 Tabel silang antara distribusi responden yang menyangkut
hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pada lansia di
Panti Werdha Hargodedali Surabaya pada 12 Mei –04 Juni
2020...............................................................................................48
Tabel 5.21 Hasil uji hipotesis analisis faktor yang mempengaruhi kejadian
kecemasan pada lansia di Panti Werdha Hargodedali Surabaya
pada 12 Mei - 04 Juni 2020...........................................................49
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
penurunan fungsi pada fisik dan kondisi psikologis. Jadi menua dikatakan sebagai
suatu kondisi yang dapat menyebabkan lansia memiliki masalah pada kesehatan
jiwa, seperti kecemasan, depresi, demensia, dan insomnia (Khamida & Muhith,
2018). Pada lansia permasalahan psikologis muncul bila lansia tidak mampu
menyelesaikan masalah yang timbul sebagai akibat dari proses menua, salah
satunya adalah perasaan cemas. Cemas merupakan keadaan emosi pada diri
mereka tinggal di panti dengan teman-teman usia yang sama tapi mereka masih
selalu memikirkan anak cucu mereka yang berada di rumah. Lansia mengatakan
pasrah untuk tinggal dipanti dan terkadang menangis sendiri karena mengingat
masa lalu. Lansia merasa gembira jika ada kunjungan meskipun bukan dari
keluarga mereka. Tingkah laku yang muncul pada lansia yang berada di panti
masalah psikososial yang sering terjadi pada lansia. Menurut data National
1
2
Institute Of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang yang
mengalami gangguan kecemasan, mulai dari umur 18 tahun hingga lanjut usia.
17% - 27% yang dilaporkan dari tempat pelayanan kesehatan umum. Sebagaian
besar masyarakat Indonesia masih banyak yang menganggap kecemasan itu suatu
hal yang normal dan bukan sesuatu yang harus ditangani (Farmacia, 2007). Pada
gangguan masalah kognitif dan perilaku, gangguan kebingungan akut, dan sulit
tidur (Maryam, 2011). Serta kebanyakan lansia penghuni panti wreda mengalami
gangguan mental hingga 75% (Pranata, 2016). Penelitian Wahyu (2010) tentang
menunjukan bahwa tingkat kecemasan pada lansia merata dari ringan sampai
(36%), kategori sedang dan berat masing-masing 15 lansia (32%), dan tidak
15 lansia secara acak untuk diwawancarai. Ternyata dari lima lansia merasa cemas
karena usia yang semakin tua, enam lansia mengatakan khawatir terhadap kondisi
tinggal bersama dengan anggota keluarga, tapi karena tidak ingin membebani
otak, fisik dan psikologi. Penurunan kemampuan otak dan tubuh membuat tubuh
mudah sakit, cemas, stress, mudah marah, insomnia, dan sulit berkonsentrasi.
keadaan psikis, dan lingkungan (Ghufron, 2014). Kecemasan berawal dari resiko
pemenuhan kebutuhan dasar seperti makan, minum, seks, dan ancaman akan
pengakuan diri dari orang lain, dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan (Izzati & Kurniawati, 2018). Dari berbagai faktor tersebut dapat
menimbulkan rasa kesepian, hidup terasa hampa, sedih, keputusasaan, dan merasa
tersisih. Hal tersebut dapat mempengaruhi mobilitas dan kontak sosial, bila tidak
segera ditangani akan mengakibatkan masalah yang lebih serius yaitu mengalami
Dampak dari kecemasan apabila tidak dapat teratasi dampak berdampak pada
satu kali setiap hari Jumat di Panti Werdha Hargodedali Surabaya. Sebaiknya bagi
Yayasan Panti Werdha untuk menciptakan lingkungan yang nyaman agar lansia
merasa lebih rileks. Untuk perawatan pada lansia harus dilakukan dengan teliti,
4
sabar, penuh cinta, dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan lansia. Untuk
sebagai konselor untuk memberikan dukungan pada lansia agar dapat menurunkan
meneliti tentang analisa faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada
Faktor apa sajakah yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada lansia
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
berhubungan dengan tingkat kecemasan pada lansia, yang mana nantinya dapat
lansia.
1. Bagi Lansia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan atau sumber data
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan beberapa konsep dasar yang mendasari
proses alamiah dan dialami oleh setiap individu. Bisanya proses menua ditandai
Sedangkan Menurut UU No.13 tahun 1998 dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia (Lanjut Usia)
Menua merupakan proses hidup yang tidak bisa dicegah oleh siapapun.
Karena proses menua berlangsung secara terus-menerus dan akan dialami oleh
sel dalam tubuh akan berkurang dan mengakibatkan tubuh mengalami penurunan
fungsi. Inilah yang disebut sebagai proses penuaan. Jadi proses penuaan
6
7
Ada beberapa teori yang menunjukkan batasan usia pada lansia. Pada
program psikogeriatri (kesehatan jiwa usia lanjut) batasan usia lansia adalah umur
74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old)
adalah lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Selanjutnya adalah
lansia risiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun lebih atau seseorang
lansia potensial yaitu seseorang yang masih aktif dalam kegiatan, dan lansia tidak
potensial merupakan seorang lansia yang hidupnya bergantung pada orang lain
(Depkes RI 2003).
Beberapa perubahan fungsi yang terjadi pada lansia antara lain seperti,
dalam pekerjaan), sadar akan kematian, dan perubahan dalam cara hidup
(Hidayatus, 2018).
pada fungsi tubuh dan akan terjadi perubahan pada mental dan psikologis.
Lansia mengalami perubahan fisik. Perubahan fisik pada lansia terjadi pada
beberapa sistem tubuh seperti nutrisi, kulit, rambut, mata dan penglihatan, telinga
Perubahan mental juga terjadi pada lansia. Perubahan mental pada lansia
meliputi adanya sikap yang mudah curiga, emosi, egois. Selain itu lansia mucul
keinginan untuk memiliki umur yang panjang, ingin dihormati orang lain, dan
pada lansia seperti masalah yang sering muncul pada lansia yaitu, kecemasan,
muncul bila lansia tidak mampu menyelesaikan masalah yang timbul sebagai
akibat dari proses menua, salah satunya adalah perasaan cemas (Lestari,
psikososial yang sering terjadi pada lansia pada lansia seperti, pensiun, pindah
9
tempat tinggal, menjanda atau menduda, sadar akan kematian teman dan keluarga,
Permasalahan umum yang dialami oleh lansia seperti, semakin besar jumlah lansia
setiap orang punya ciri dan kemampuan yang diturunkan oleh percampuran sifat
kedua orgtuanya, asupan makanan (nutrisis) jika asupan makanan berlebihan atau
pada penyakit yang selama ini dikaitkan dengan proses penuaan, pengalaman
lingkungan pada proses menua secara biologik berlangsung secara alami da tidak
dapat dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertahankan dalam status sehat,
pekerjaan, ataupun masyarakat yang tercemin dalam bentuk gaya hidup akan
oleh rasa khawatir akan ancaman yang tidak teduga. Jadi kecemasan merupakan
kondisi emosi yang negatif ditandai dengan perasaan khawatir, tremor, tegang,
kesehatan antara lain, Maryam (Junaidi & Noor, 2010) mengumgkapkan bahwa
kecemasan merupakan rasa khawatir yang tidak spesifik dan membuat perasaan
psikologi yang dihadapi oleh lansia dalam pengalaman terhadap hidupnya. Lansia
kehilangan dan kecemasan (Lestari et al., 2013). Kecemasan pada lansia memliki
gejala seperti, perasaan khawatir atau takut, mudah tersinggung, kecewa, gelisah,
dan rasa panik pada hal yang ringan, konflik-konflik yang ditekan dan berbagai
dan ketakutan akan sesuatu yang buruk akan terjadi. Seperti suatu respons yang
11
diberikan kepada seseorang terhadap suatu objek yang belum jelas penyebabnya
ditandai dengan perasaan takut akan terjadi ancaman pada dirinya, orang lain, dan
lingkungannya.
dan menyebabkan ketakutan. Ada beberapa aspek pada kecemasan. Menurut Gail
dan afektif. Aspek perilaku yang biasanya terjadi seperti gelisah, tegang, tremor,
takut kematian, mimpi buruk, dan hambatan berfikir. Sikap afektif yang sering
tersebut meliputi aspek fisik, aspek emosional, dan aspek mental atau kognitif.
Keluhan pada aspek fisik seperti pusing, tangan berkeringat, menimbulkan rasa
mual pada perut, mulut kering, dan gugup. Respon emosi yang sering terjadi
seperti panik dan ketakutan merupakan keluhan pada aspek emosional. Adanya
dibagi dalam tiga jenis, yaitu kecemasan neurosis, kecemasan moral, dan
12
bahaya yang tidak diketahui. Perasaan yang muncul dari dorongan insting pada
ego. Kecemasan moral muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa
yang mereka yakini benar secara moral. Kecemasan realistik adalah perasaan yang
tidak jelas dan tidak nyaman yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.
trait anxiety dan state anxiety. Trait anxiety merupakan adanya perasaan khawatir
dan ancaman pada diri seseorang terhadap situasi yang sebenarnya tidak
berbahaya. State anxiety adalah keadaan emosi sementara pada diri sesorang
Kecemasan pada lansia merupakan kondisi yang tidak nyaman yang akan
mengakibatkan adanya rasa ketakutan yang tidak jelas. Hal ini terjadi karena
diantaranya, memandang masa depan dengan rasa was-was, tidak percaya diri dan
gugup, sering menyalahkan orang lain, tidak mau mengalah, merasa serba salah
dan gelisah, sering mengeluh dan khawatir yang berlebihan terhadap penyakit,
mudah tersinggung dan dramatis, dan dalam mengambil keputusan sering diliputi
yang sama, dan jika sedang emosi sering kali bertindak heboh (Ifdil, 2017).
memiliki focus terhadap suatu hal lain yang akan dihadapi. Kecemasan berat
spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu pengalaman negatif pada
masa lalu dan pikiran yang tidak rasional. Pengalaman negatif pada masa lalu
terulang lagi pada masa mendatang, apabila sesorang menghadapi situasi yang
pernah gagal dalam mengikuti tes. Sedangkan pikiran yang tidak rasional terbagi
tidak tepat.
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal seperti penurunan
disabilitas, lingkungan, dan situasi. Faktor internal seperti usia, jenis kelamin,
kematangan seseorang walupun tidak seutuhnya. Usia menjadi salah satu patokan
masalah.
Menurut Ghufron (2014) tingkat kecemasan pada wanita lebih tinggi daripada
laki-laki. Karena wanita lebih sensitif terhadap emosi. Wanita cenderung melihat
peristiwa yang dialaminya dari segi perasaan dan terperinci, sedangkan laki-laki
menjadi stres, jadi riwayat penyakit yang diderita lansia dapat mempengaruhi
penyakit yang kronis dikarenakan penurunan fungsi tubuh. Faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko yaitu perilaku keseharian yang kurang baik, seperti merokok,
meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota
perhatian dari keluarganya maka lansia akan merasa kesepian dan dapat menimbulkan
perasaan cemas.
Sesorang yang melihat suatu peristiwa secara terperinci akan lebih mudah
mengalami kecemasan. Karena informasi yang dimiliki lebih banyak dan bisa
dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
lansia, antara lain dengan mengajarkan teknik napas dalam, melakukan pijatan
agar dapat rileks, dan memberikan dukungan. Selain itu dengan memciptakan
penyuluhan mengenai olahraga, diet seimbang, dan cukup tidur (Kozier, 2010).
Menurut Davies (2009) kecemasan dapat diatasi dengan cara terapi obat dan terapi
Pada lansia alat ukur yang diyakini bisa untuk mendeteksi adanya
kecemasan pada lansia dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang
pertanyaan yang di rancang khusus untuk melihat adanya kecemasan pada lansia,
yang telah dikemukakan oleh Daniel L. Segal, 2010 dalam Journal of Anxiety
Disorder. Masing-masing item pertanyaan diberi score 0-3, yang artinya adalah: 0
= tidak pernah, 1 = pernah, 2 = jarang, 3 = sering. Setiap item hanya boleh diisi
17
dengan satu nilai. Setelah masing-masing item pertanyaan diberi nilai, selanjutnya
semua item dijumlahkan untuk menentukan skor minimal 0 dan maksimal 75.
Skor 0-18 = level teringan dari kecemasan, skor 19-37 = kecemasan ringan, skor
38-55 = kecemasan sedang, skore 56-75 = kecemasan berat. Berdasarkan hasil uji
reliabilitas pada kuisioner GAS didapatkan hasil skor α Cronbach’s 0,91%. Dari
hasil tersebut dapat disimpulkan jika GAS merupakan kuisioner yang efektif
(Gerolimatos, 2013).
Pada teori Dorothy Johnson berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu
internalisasi prestasi, mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secara sosial
dan budaya, mengeluarkan sampah tubuh dengan cara yang diterima secara sosial
dan budaya, perilaku seksual dan identitas, perilaku melindungi diri sendiri
perilaku diatas, yang disebut subsistem perilaku. Dalam kondisi normal klien
mengganggu adaptasi normal, perilaku klien menjadi tidak dapat diduga dan tidak
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah psikososial yang
paling banyak terjadi pada lansia seperti, kesepian, perasaan sedih, depresi dan
kecemasan (Ifdil, 2017). Gejala kecemasan yang muncul pada lansia dapat berupa
gelisah, mudah emosi, kelelahan, sulit tidur dan sulit berkonsentrasi (Sukmawati,
Pebriani, & Setiawan, 2018). Terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan
kecemasan, yaitu pengalaman negatif pada masa lalu dan pikiran yang tidak
rasional. Pengalaman negatif pada masa lalu seperti timbulnya rasa tidak
beradaptasi. Menurut Hidayatus (2018) pada teori Dorothy Johnson berfokus pada
klien bisa beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan bagaimana stress potensial
Lansia
Proses
Kecemasan Output
Keterangan :
: Diteliti : Berpengaruh
: Tidak diteliti
20
21
3.2 Hipotesis
1. Ada hubungan usia dengan tingkat kecemasan pada lansia di Panti Werdha
Hargodedali Surabaya.
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini metode penelitian ini metode penelitian diuraikan sebagai
Etika Penelitian.
jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran data variabel hanya satu kali
22
23
Sampling
Probability Sampling : Simple Random Sampling
Sampel
Dari populasi yang dipilih secara acak sebanyak 36 lansia
Pengambilan Data
Menggunakan kuesioner melalui media Googleform
Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Entry Data, Tabulating
Analisa Data
Menganalisis hubungan variabel dengan Uji Regresi Logistic
4.4.1 Populasi
Populasi di dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berada di Panti
4.4.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah lansia yang mengalami kecemasan dan stres di
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
N
n=
1+ N ( d 2 )
Keterangan :
N : Jumlah sampel
n : Jumlah populasi
d : Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)
N
n=
1+ N ( d 2 )
38
¿
1+30 ( 0,052 )
¿36
Sampling dengan metode Simple Random Sampling pada lansia yang menderita
berikut :
merupakan
golongan
penyakit tidak
menular,
kronik dan
degeneratif.
6. Variabel Dukungan Adanya keluarga Kuisioner Nominal 1. Ya
independen: oleh anggota yang Data
Dukungan keluarga untuk mengunjungi Demograf 2. Tidak
Keluarga memberikan lansia di panti. i
support pada
lansia.
7. Variabel Pengukuran 1. Gejala Kuisioner Ordinal Kriteria skor:
dependen: kecemasan somatik GAS 1. 0-18 = Level
Tingkat yang 2. Gejala teringan dari
Kecemasan didasarkan kognitif kecemasan.
pada 3. Gejala afektif 2. 19-37 =
munculnya Kecemasan
gejala ringan.
kecemasan 3. 38-55 =
yang dirasakan Kecemasan
oleh lansia. sedang
4. 56-75 =
Kecemasan
berat
Pembagian skor:
1. Tidak pernah
sama sekali
2. Pernah (1x
mengalami)
3. Jarang
(mengalami
lebih dari 1x)
4. Sering
(mengalami
hampir setiap
hari)
1. Instrumen penelitian
penelitian ini menggunakan kuisioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan untuk
keluarga.
b. Instrumen kecemasan
Scale (GAS). Geriatric Anxiety Scale (GAS) adalah alat pengukuran kecemasan
yang dirancang untuk digunakan pada populasi dewasa yang lebih tua, yang
kategori yaitu: Tidak pernah = skor 0, Pernah = skor 1, Jarang = skor 2, dan
pada setiap item kategori dan didapatkan skor minimal 0 dan maksimal 75.
Kriteria skor 0-18 = level teringan dari kecemasan, skor 19-37 = kecemasan
ringan, skor 38-55 = kecemasan sedang, dan skor 56-75 = kecemasan berat.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada kuisioner GAS didapatkan hasil skor α
Cronbach’s 0,91%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan jika GAS merupakan
29
Tabel 4.8 Kategori kecemasan yang terdapat dalam Geriatric Anxiety Scale
a. Mendapatkan surat izin dan persetujuan dari Stikes Hang Tuah Surabaya
surat perijinan tersebut yang isinya menjawab setuju bahwa Panti Werdha
responden.
c. Peneliti melakukan uji etik ke tim etik Stikes Hang Tuah Surabaya. Setelah
werdha, dan perawat panti werdha akan memilih lansia yang bersedia
tautan (link). Kemudian tautan (link) tersebut peneliti bagikan ke salah satu
Geriatric Anxiety Scale (GAS) yang dibantu mengisi langsung oleh perawat
1. Pengolahan Data
data terkumpul, maka data dilanjutkan dengan editing, coding, scoring, dan entry
data.
a. Editing
masih belum diisi atau pengisian yang tidak sesuai dengan petunjuk yang
responden tersebut maka, akan dicari responden lain yang sesuai dengan
kriteria inklusi.
b. Coding
Setelah kuesioner lengkap maka diberi kode responden dan data dalam
c. Scoring
Nilai dari setiap item pertanyaan dari data demografi dan Geriatric Anxiety
kriteria.
d. Entry Data
Entry data merupakan proses memasukkan data yaitu jawaban dari masing-
e. Tabulating
2. Analisis Statistik
a. Analisis Univariat
meringkas data secara ilmiah dalam bentuk table atau grafik. Data-data yang
33
(simpangan baku, variansi, rentang, dan kuartil) (Nursalam, 2015). Data yang
dapat dianalisis dengan deskriptif pada penelitian ini adalah data demografi pasien
b. Analisis Bivariat
variabel dependen adalah 1 variabel dan variabel independen >1 variabel. Analisis
regresi digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih, jenis
regresi yang digunakan adalah regresi logistik ordinal. Jika terbukti ada hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen maka akan diteliti lebih
dependen.
penelitian meliputi :
hak responden.
data yang diisi oleh responden untuk menjaga kerahasiaan identitas responden.
Lembar tersebut akan diberi kode tertentu yang hanya diketahui oleh peneliti.
oleh peneliti. Kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
BAB 5
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari
Juni 2020 dan didapatkan 36 responden. Pada bagian hasil diuraikan data tentang
gambaran umum tempat penelitian, data umum, dan data khusus. Data umum
pada penelitin ini meliputi jenis kelamin, pekerjaan, alasan dirawat di panti,
35
36
Adapun Motto, Visi dan Misi Panti Werdha Hargodedali Surabaya yakni
sebagai berikut:
1) Visi
“Tercapainya pola hidup dan prilaku sehat baik jasmani dan rohani agar
sesamanya.”
2) Misi
potensial.
3) Tujuan
“Meningkatkan taraf hidup lansia, baik jasmani maupun rohani, sehingga di sisa
perjalanan hidupnya mereka tetap dalam suasana kehidupan sejahtera lahir dan
batin.”
kamar mandi, tempat ibadah, aula pertemuan, ruang kesehatan, tempat olahraga,
dan kantor. Adapun bentuk kegiatan yang terdapat pada Panti Werdha
a. Pengajian, yaitu berupa kajian keagamaan, yasin dan tahlil, sholawatan, hafalan
perguruan tinggi.
c. Senam, yaitu kegiatan olahraga rutin yang dilakukan setiap minggu dengan tujuan
d. Kesenian, yaitu kegiatan pemberdayaan para lansia dengan membuat karya seni
e. Kunjungan sosial, yaitu kegiatan yang melibatkan para donatur panti guna
Data demografi diperoleh melalui kuisioner pada lansia, yang dibantu mengisi
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 36 responden yang berusia 60-74 tahun
sebanyak 18 lansia (50%) dan yang berusia 75-90 tahun berjumlah 18 lansia
(50%).
(33,3%) dan yang paling sedikit adalah lansia yang tidak sekolah yaitu 1 lansia
(2,8%).
dirawat di Panti karena lansia tidak ada yang merawat berjumlah 23 lansia
(36,1%).
40
sudah tinggal di panti selama ≤ 5 Tahun, dan sebanyak 6 lansia (16,7%) sudah
gangguan tidur berjumlah 30 lansia (83,3%) dan yang tidak mengalami gangguan
gangguan memori berjumlah 17 lansia (47,2%) dan yang tidak memiliki gangguan
riwayat penyakit kronis berjumlah 28 lansia (80,6%) dan yang tidak memiliki
memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus ada 5 lansia (13,9%), lansia yang
memiliki riwayat penyakit inkontensia urin ada 4 lansia (11,1%), dan lansia yang
(16,7%) dan yang adanya dukungan keluarga seperti tidak ada kunjungan keluarga
berjumlah 1 lansia (2,8%), lansia yang dikunjungi oleh keluarga ke panti dengan
keluarga ke panti dengan frekuensi 4x/bulan berjumlah 1 lansia (2,8%), dan lansia
berat.
Tabel 5.16 diketahui bahwa dari 36 responden (lansia) yaitu ada 5 lansia
(13,9%) yang mengalami level teringan cemas mayoritas memiliki usia 60-70
tahun yaitu sebanyak 4 lansia (11,1%). Pada kecemasan ringan ada 11 lansia
Kecemasan sedang ada 10 lansia (27,8%) dengan mayoritas usia 60-74 tahun
sebanyak 5 lansia (13,9%) dan usia 75-90 tahun sebanyak 5 lansia (13,9%).
Kecemasan berat ada 10 lansia (27,8%) dengan mayoritas usia 75-90 tahun
sebanyak 9 lansia (25%) dan pada usia 60-74 tahun ada 1 lansia (2,8%).
0,005 dimana H1 diterima jika p = 0,018 < 0,05 maka dapat diartikan Ada
Hargodedali Surabaya.
Tabel 5.17 diketahui bahwa dari 36 responden (lansia) yaitu lansia yang
0,011 dimana H1 diterima jika p = 0,003 < 0,05 maka dapat diartikan Ada
Tabel 5.18 diketahui bahwa dari 36 responden (lansia) yaitu lansia yang
mengalami level teringan cemas mayoritas lansia dengan lama perawaatan dipanti
lansia (22,2%).
0,283 dimana H1 diterimavjika p = 0,532 > 0,05 maka dapat diartikan Tidak ada
Werdha Hargodedali Surabaya.
Tabel 5.19 diketahui bahwa dari 36 responden (lansia) yaitu lansia yang
berjumlah 10 lansia (27,8%) dan yang tidak memiliki riwayat penyakit mengalami
0,044 dimana H1 diterima jika p = 0,005 < 0,05 maka dapat diartikan Ada
48
Tabel 5.20 diketahui bahwa dari 36 responden (lansia) yaitu lansia yang
mayoritas tidak ada dukungan dari keluarga seperti kunjungan ke panti mengalami
0,044 dimana H1 diterima jika p = 0,018 < 0,05 maka dapat diartikan Ada
Bagian ini akan menyajikan hasil analisis dari variabel independen yaitu
menggunakan uji regresi logistik ordinal dan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.21 Hasil uji hipotesis analisis faktor yang berhubungan dengan tingkat
kecemasan pada lansia di Panti Werdha Hargodedali Surabaya
pada 12 Mei - 04 Juni 2020.
Tabel 5.21 hasil uji hipotesis analisis faktor yang berhubungan dengan
1. Pada vaiabel Usia (X1) diketahui nilai p = 0,018 < 0,05 maka dapat diartikan
Ada hubungan usia dengan tingkat kecemasan pada lansia di Panti Werdha
2. Pada vaiabel Pendidikan (X2) diketahui nilai p = 0,003 < 0,05 maka dapat
3. Pada vaiabel Lama Perawatan (X3) diketahui nilai p = 0,532 > 0,05 maka
diterima.
4. Pada vaiabel Pendidikan (X4) diketahui nilai p = 0,005 < 0,05 maka dapat
5. Pada vaiabel Pendidikan (X5) diketahui nilai p = 0,018 < 0,05 maka dapat
6. Diketahui nilai koefisien logit terbesar terdapat pada variabel usia yaitu
sebesar 1,909 yang artinya setiap kenaikan 1 tahun usia maka akan
5.2 Pembahasan
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka akan dibahas hal-hal sebagai berikut :
dengan tingkat kecemasan yang dialami oleh lansia di Panti Werdha Hargodedali
Surabaya. Dalam penelitian ditemukan bahwa sebagian besar lansia berusia 75-90
tahun (Lanjut usia tua) mengalami cemas berat. Hal tersebut menujukkan bahwa
51
usia yang semakin meningkat akan meningkatkan tingkat kecemasan yang dialami
oleh lansia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION
Nga19 \l 1033 ] bahwa semakin bertambahnya usia lansia maka akan semakin
dan kognitif lansia yang berdampak pada kecemasan lansia. Kecemasan akan
timbul ketika telah menginjak usia usia lebih dari 60 tahun. Adanya kondisi fisik
yang tidak nyaman seperti nyeri pinggang, lutut, dan penyakit yang timbul akibat
usia lanjut. Semakin bertambah usia maka lansia akan lebih rentan terhadap
berbagai keluhan fisik baik karena penurunan daya tahan fisik atau karena
yang berada pada rentang usia akhir memiliki kecemasan akan kematian yang
yang sudah memasuki lansia usia tua sering mencemaskan tentang kematiannya,
bertanya-tanya tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah
kelak hidupnya berlanjut hal itu yang menyebabkan lansia menjadi cemas. Pada
rentang usia ini lansia mulai berpikir lebih jauh mengenai berapa banyak waktu
yang tersisa dalam hidupnya. Lansia yang berusia di atas 65 tahun sangat rentan
terhadap sejumlah penyakit fisik dan psikologis yang berkaitan dengan usia dan
Penelitian ini berbeda dengan hasil [ CITATION Fir17 \l 1033 ] yang menyebutkan
bahwa semakin bertambahnya usia seseorang, maka semakin siap pula dalam
lansia merasa senang (Baiq, 2017). Kecemasan ringan dapat dilihat dari gejala
seperti yang tertera pada kuisioner yaitu seperti merasa malu, mudah tersinggung,
mudah terkejut, dan merasa kurang tertarik dalam melakukan sesuatu. Hasil
dikarenakan peran paran perawat panti yang secara aktif memberikan informasi
74 tahun) dan lanjut usia tua (75-90 tahun) dengan skor 38-55. Kecemasan sedang
dapat dilihat dari gejala yang timbul yaitu seperti sering marah, merasa seperti
kedatangan keluarganya, dan sedih karena memikirkan anak cucu yang berada di
rumah.
bertambahnya gangguan fisik pada lansia maka juga akan mempengaruhi kondisi
53
terdekat dari lansia sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kondisi yang
didapatkan lansia yang mengalami kecemasan berat. Hal ini menunjukkan bahwa
penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang
berguna dalam mengubah pola pikir, pola bertingkah laku serta pola pengambilan
menyebutkan bahwa pendidikan yang tinggi akan memiliki akses yang lebih baik
terhadap informasi tentang kesehatan, lansia akan lebih aktif menentukan sikap,
dan lebih mandiri mengambil tindakan perawatan, selain itu juga akan mudah
pengalaman yang dilaluinya sehingga lebih siap dalam menghadapi masalah dan
kecemasan lansia dilihat dari respon kognitif akibat kecenderungan pada diri
seseorang seperti merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak
berbahaya, memandang diri tidak berdaya, serta sering lupa, dan sulit
kondisi kesehatannya, sering memikirkan sesuatu hal yang sudah terjadi di masa
lalu maupun yang akan terjadi. Jadi seiring bertambahnya usia dan respon kognitif
yang dialami oleh lansia, lansia mulai terfikirkan dengan adanya dunia akhirat
yang dapat menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan tersendiri bagi lansia untuk
kesehatanya, dapat dibuktikan bahwa stres fisik dan psikososial akut maupun
juga terdapat banyak lansia yang mengalami gangguan tidur dikarenakan stress,
55
banyak memikirkan kondisi keluarganya, badan terasa letih, otot terasa tegang,
dan nyeri. Jadi sebagaian besar lansia mengalami penurunan kondisi fisik dapat
untuk ingin tahu terhadap sesuatu yang baru, dapat dilihat dari lansia banyak
fasilitas panti dengan baik sehingga lansia memiliki akses informasi yang baik
dari berbagai media seperti TV, radio, dan koran, maka hal tersebut dapat
sadar, dan bahkan parno (rasa takut yang berlebihan) terhadap perkembangan dan
membuat lansia menjadi lebih cemas akan perubahan yang terjadi apabila tidak
dapat beradaptasi dengan perubahan. Selain itu lansia yang memiliki pengetahuan
yang lebih tinggi juga akan merasa dirinya lebih baik dari orang-orang di
sekitarnya sehingga lansia akan merasa tidak nyaman dengan lingkungan yang
yang lebih rendah dari dirinya. Responden dengan tingkat Pendidikan yang
rendah (tidak sekolah) memiliki tingkat kecemasan yang ringan. Hal ini
sedikit dan cenderung tidak peduli dengan perubahan yang dimiliki dan bertindak
kecemasan yang meningkat, bukan berarti lansia yang berpendidikan rendah pasti
diperoleh pada pendidikan formal tetapi juga bisa diperoleh dari sumber informasi
kecemasan berat.
Penelitian [ CITATION Mon15 \l 1033 ] sejalan dengan hasil penelitian ini yang
yang berbeda-beda. Selain itu lansia di panti mengatakan sudah merasa cukup
nyaman dengan kondisi di panti karena dapat menjalin ikatan persaudaraan yang
erat antara lansia terutama bagi lansia yang tinggal satu wisma [ CITATION Wib14 \l
1033 ]. Lansia yang tinggal di panti werdha pada umumnya adalah lansia yang
terlantar yang jauh dari anak dan cucu, akan cenderung merasa kesepian atau
≥10 Tahun mengalami kecemasan berat. Dengan hasil penelitian ini bertolak
57
belakang dengan Penelitian Ade (2017) menyatakan bahwa faktor eksternal dapat
panti karena lansia tidak ada yang merawat sehingga keluarga menitipkannya di
panti. Sebagaian besar lansia yang tinggal di Panti Werdha Hargodedali Surabaya,
masih memiliki keluarga. Menurut Melati (2013) Keluarga sebagai pranata utama
bagi lansia untuk bercerita dan menunjukkan perhatian sebagai bentuk kasih
sayang oleh anggota keluarga. Jadi minimnya dukungan yang diberikan oleh
karena merasa telah diasingkan oleh keluarga. Sehingga bentuk perhatian oleh
keluarga sangat membantu lansia dalam proses adaptasi karena lansia merasa
didukung oleh keluarga, yang akan memberikan perasaan tenang pada lansia.
panti lebih lama cenderung dapat beradaptasi dengan situasi lingkungan panti,
dibandingkan dengan lansia yang baru tinggal di panti. Berdasarkan hasil survey
beberapa lansia mengatakan saat tinggal di panti lansia merasa adanya perbedaan
karakter dan terkadang sering berselisih paham sesama lansia, dan lansia juga
menyebabkan nafsu makan menurun, saat masih tinggal di rumah lansia bisa
makan sesuai apa yang diinginkan sehingga nafsu makan yang dimiliki lebih
stabil. Jadi Hambatan yang dialami lansia untuk beradaptasi tinggal di panti
werdha diakibatkan oleh berbagai hal seperti ketidak cocokan dengan sesama
58
lansia, faktor makanan yang tidak sesuai keinginan sehingga menurunkan nafsu
Pada level teringan cemas sebanyak 4 responden yang tinggal dipanti ≥10
Tahun dan kecemasan ringan sebanyak 6 responden dengan mayoritas lansia yang
pengungkapan diri atau self disclosure yang tepat. Pada hasil penelitian yang
mengalami kecemasan ringan. Hal ini terjadi karena dukungan sosial yang baik di
dalam panti. Berdasarkan hasil survey beberapa lansia yang tinggal di panti
memiliki kerekatan emosional yang cukup tinggi antar sesama lansia seperti
Selain itu lansia yang tinggal di Panti Werdha Hargodedali Surabaya juga
lansia di panti. Terdapat berbagai faktor yang dapat membuat lansia menjadi
senang dan nyaman berada di panti. Selain itu bisa dilihat dari beberapa kegiatan
yang ada di panti Werdha Hargodedali Surabaya seprti senam bersama, membuat
kesenian seperti gelang, kalung, serta adanya kunjungan sosial dari mahasiswa
59
yang praktik, dan orang-orang yang melakukan bakti sosial. Sehingga membuat
lansia merasa tidak kesepian, merasa senang, dan nyaman tinggal di panti.
riwayat penyakit dengan tingkat kecemasan yang dialami oleh lansia di Panti
besar lansia yang memiliki riwayat penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes
lansia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Baiq,
2017) bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara kecemasan dengan
disebabkan oleh penurunan fungsi tubuh akibat proses penuaan. Proses penuaan
fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pada perubahan fisiologis terjadi penurunan
sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi gangguan dari dalam maupun luar
tubuh. Salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh lansia
kecemasan dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah dan metabolisme insulin
melalui peningkatan kortisol. Lansia yang mengalami cemas, akan kesulitan untuk
menurunkan kadar gula darahnya, karena mereka tahu bahwa penyakit ini adalah
60
penyakit menahun dan tidak bisa disembuhkan sama sekali, namun dengan
mengubah pola hidup sehat dengan pengawasan diet yang ketat dan mengurangi
rasa cemas lansia dengan diabetes melitus terhindar dari komplikasi (Litae, 2019).
Penelitian Ajeng (2014) menyatakan bahwa faktor keadaan fisik atau perubahan
fisik, dan perubahan kesehatan, dalam hal ini adanya penyakit kronis (Rheumatoid
bila dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dapat berdampak pada aktivitas fisik,
memiliki kualitas tidur yang tidak baik. Peneliti berpendapat menurut data hasil
menderita inkontensia urin. Hal ini menyababkan lansia menjadi gelisah dengan
lansia.
mayoritas pada tingkat kecemasan berat. Hal tersebut membuat lansia terbebani
dengan status kesehatannya sehingga lansia terlalu memikirkan hal yang membuat
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan yang dialami oleh lansia di Panti
61
pertolongan dan bantuan jika di perlukan (Friedman, 2010). Peneliti Yeni (2014)
bantuan atau sokongan dari keluarga dalam bentuk perhatian, penghargaan, dan
cinta dalam suatu keluarga. Peneliti berpendapat bahwa hal ini tidak sesuai
dengan hasil penelitian, dimana keluarga lansia jarang dan bahkan banyak yang
tidak peduli terhadap lansia yang tinggal di panti sehingga membuat lansia merasa
untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat. Seperti halnya lansia
masalah psikologi berupa kehilangan dan kecemasan, maka peran keluarga sangat
sudah menginjak umur 60 tahun keatas. Kondisi fisik yang tidak nyaman seperti
nyeri pinggang, atau kondisi fisiknya yang mulai melemah. Semakin bertambah
penurunan fungsi di setiap organ, sehingga berdampak pada fungsi dari masing-
masing organ yang dapat menimbulkan kemunduran fungsi fisik dan kognitif
bertambahnya usia dan mengalami ketakutan pada kematian. Hal tersebutlah yang
yang dominan berpengaruh terhadap tingkat kecemasan lansia yaitu faktor usia.
63
5.3 Keterbatasan
2. Penelitian ini disusun dengan waktu yang sangat terbatas. Pengambilan data
PENUTUP
Pada bab ini berisi simpulan dan saran berdasarkan dari hasil pembahasan
penelitian.
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
64
65
2. Bagi Lansia
Perlu adanya tindakan khusus untuk mengelola kecemasan pada lansia yang
DAFTAR PUSTAKA
Ade, F. 2017. Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia di Panti Werdha Griya Asih
Lawang dan Kelurahan Tlogomas Malang. Nursing News. Vol 2. No 2.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Menyongsong Lanjut Usia Tetap Sehat dan
Berguna. Jakarta.
Dona, F. 2017. Kondisi Kecemasan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai
Nan Aluih (PSTW) Sicincin. Jurnal Fokus Konseling. Vol 3. No 1. ISSN
2356-2102.
Firman, A., Haryanto, T., & Widiani, E. 2017. Perbedaan Tingkat Kecemasan
Lansia di Panti Werdha Asih lawang dan di Keluaragan Tlogomas Malang.
Nursing News.
Ifdil, D. F. A. &. 2017. Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia (Lansia).
Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00
67
Lestari, R., Wihastuti, T., & Rahayu, B. 2013. Hubungan Tingkat Kecemasan
Dengan Tingkat Kemandirian Activities of Daily Living (Adl) Pada Lanjut
Usia Di Panti Werdha. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1(2), pp.128-134.
Melati, I. 2013. Perbedaan Antara Konsep Diri Lansia yan Tinggal di Panti
Sosial Tresna Werdha Dengan Lansia yang Tinggal di Tengah Keluarga.
Universitas Riau.
Silviliyana, M., Maylasari, I., Agustina, R., Annisa, L., & Sulistyowati, R. 2018.
Statistik Penduduk Lanjut Usia. In D. Susilo & R. Sinang (Eds.), Badan
Pusat Statistik.
Spielberger. 2003. Stress & Anxiety. Vol 11. Washington: Hemisphere Publishing,
Corp.
Stuart, Gail. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi ke-5. Jakarta : EGC.
Wibowo, I. S., & Rachma, N. 2014. Studi Komparatif : Tingkat Kesepian Pada
Lansia Di Unit Rehabilitasi Sosial Panti Wening Wardoyo Ungaran Dan
Lansia Yang Tinggal Di Komunitas. Jurnal Keperawatan Komunitas Vol 2,
76-80.
69
Lampiran 1
CURICULUM VITAE
Riwayat Pendidikan
Lampiran 2
MOTTO
Yakin adalah kunci jawaban dari segala permasalahan. Dengan bermodal yakin
PERSEMBAHAN
skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini saya persembahkan untuk:
2. Umiku tercinta Hj. Siti Nazilah yang selalu memberikan motivasi, dukungan
5. Sahabat saya (Tutik, Intania, Ruci, dan Ika) serta teman sekelompok saya
(Putri, Ailya, Esty, Galuh, Agung dan Widya), Ning Elma dan teman-teman
memberi support.
7. Seluruh pihak yang turut serta mambatu dan melancarkan saya berproses
Terima kasih untuk semua orang yang ada di sekelilingku, yang membantu
saya dalam setiap perjalanan hidupku, dan mendoakan saya selalu. Semoga Allah
Lampiran 3
Surat Pernyataan Laik Etik Penelitian Kesehatan STIKES Hang Tuah Surabaya
73
Lampiran 4
Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Dari Stikes Hang Tuah Surabaya
74
Lampiran 5
Surat Balasan Dari Panti Werdha Hargodedali Bahwa Telah Di Izinkan Untuk
Melakukan Pengambilan Data
75
Lampiran 6
INFORMED CONCENT
(LEMBAR PERSETUJUAN)
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i
Calon Responden Penelitian
Di Panti Werdha Hargodedali
Surabaya
Lampiran 7
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia untuk ikut berpartisipasi
sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi S-1
Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya atas nama:
Oleh karena itu saya secara sukarela menyatakan ikut berperan serta dalam
penelitian ini.
Peneliti Responden
........................................... ...........................................
Lampiran 8
LEMBAR KUESIONER
No Kode Responden :
Tanggal pengisian :
Petunjuk pengisian
1. Lembar diisi oleh responden
2. Berilah tanda chek list ( √ ) pada jawaban ya atau tidak pada lembaran
observasi
3. Apabila kurang jelas saudara berhak bertanya kepada peneliti
4. Mohon diteliti ulang agar tidak ada pertanyaan yang terlewatkan
1. Usia
: 45 – 59 tahun
: 60 – 74 tahun
: 75 – 90 tahun
: ≥ 90 tahun
: Banyak teman
4. Jenis kelamin:
: Laki-laki
: Perempuan
5. Pendidikan terakhir :
: Tidak sekolah
: SD/sederajat
: SMP/sederajat
: SMA/sederajat
: Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan sebelumnya:
: Tidak bekerja
: Swasta/wiraswasta
: Pegawai negri
: Tidak
: Ya
: Tidak
c. Menggunakan alat bantu pendengaran
: Ya
: Tidak
8. Riwayat psikologis:
a. Gangguan tidur
: Ya
: Tidak
b. Gangguan memori
: Ya
: Tidak
Lampiran 9
LEMBAR KUESIONER
No Kode Responden :
Tanggal pengisian :
Petunjuk pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat lima pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
1 : Tidak Pernah (Tidak pernah mengalami)
2 : Pernah (1x mengalami)
3 : Jarang (Mengalami lebih dari 1x)
4 : Sering (Mengalami setiap hari)
Berilah tanda chek list ( √ ) pada salah satu kolom yang paling sesuai
dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara. Apabila kurang jelas saudara berhak
bertanya kepada peneliti. Mohon diteliti ulang agar tidak ada pertanyaan yang
terlewatkan.
No. Pertanyaan Nilai
0 1 2 3
1 Apakah anda merasa jantung
anda berdebar kencang dan
kuat?
2 Apakah nafas anda pendek?
3 Apakah anda mengalami
gangguan pencernaan?
4 Apakah anda merasa seperti hal
yang tidak nyata atau diluar diri
anda sendiri?
5 Apakah anda merasa seperti
kehilangan kontrol?
6 Apakah anda takut dihakimi oleh
orang lain?
7 Apakah anda malu atau takut
dipermalukan?
8 Apakah anda sulit untuk tidur?
9 Apakah tidur anda tidak
nyenyak?
10 Apakah anda mudah
tersinggung?
81
Lampiran 10
No Data Umum
Jenis Pekerj Alasan Insomni Demen Ganggu Alat Riway Kunj
Kela aan Diraw a sia an Bantu at unga
min at Penden Pende Penya n
garan ngaran kit Kelu
Kronis arga
1 2 2 2 1 2 2 2 1 5
2 2 2 2 1 2 2 2 1 5
3 2 1 2 1 2 2 2 1 5
4 2 1 2 1 2 2 2 2 5
5 2 3 2 1 2 2 2 4 5
6 2 1 2 1 1 2 2 1 5
7 2 2 2 1 2 2 2 4 5
8 2 3 2 1 2 2 2 4 5
9 2 2 2 1 1 2 2 1 5
10 2 1 2 1 1 2 2 2 5
11 2 1 2 1 1 2 2 2 5
12 2 2 2 1 1 2 2 4 4
13 2 1 2 1 1 2 2 5 5
14 2 1 2 1 1 2 2 1 5
15 2 1 2 1 1 2 2 1 5
16 2 1 2 1 1 2 2 1 5
17 2 3 2 1 1 2 2 1 5
18 2 1 2 1 1 2 2 1 1
19 2 2 2 1 2 2 2 5 5
20 2 3 2 1 2 2 2 5 5
21 2 2 2 1 2 2 2 5 5
22 2 2 2 2 1 2 2 5 5
23 2 2 2 1 2 2 2 5 2
24 2 2 2 2 1 2 2 3 5
25 2 1 2 2 2 2 2 3 5
26 2 2 2 2 1 2 2 3 5
27 2 2 2 2 2 2 2 1 1
28 2 2 2 2 1 2 2 3 5
29 2 2 2 1 2 2 2 2 3
30 2 1 2 1 1 2 2 1 5
31 2 2 2 1 1 2 2 3 1
32 2 2 2 1 2 2 2 5 5
33 2 1 2 1 2 2 2 3 5
34 2 2 2 1 2 2 2 1 5
35 2 3 2 1 2 2 2 5 5
36 2 3 2 1 2 2 2 2 5
Keterangan :
Jenis Kelamin :
1. Laki-laki
2. Perempuan
83
1. Ya 1. Ya 1. Ya
2. Tidak 2. Tidak 2. Tidak
1. Ya 1. Hipertensi
2. Tidak 2. Diabetes Melitus
3. Osteoarthritis
4. Inkontensia Urin
Kunjungan Keluarga :
1. 1x / bulan
2. 2x / bulan
3. 3x / bulan
4. 4x / bulan
5. Tidak ada
84
Lampiran 11
Data Khusus
Lama Riwayat Dukunga
No
Usia Pendidikan Perawatan di Penyakit n Kecemasan
.
Panti Keluarga
1 2 2 1 1 2 2
2 2 4 3 1 2 4
3 2 3 2 1 2 3
4 1 2 3 1 2 2
5 1 3 1 1 2 3
6 2 4 3 1 2 4
7 2 4 3 1 2 4
8 1 3 1 1 2 3
9 1 3 1 1 2 3
10 1 3 1 1 2 3
11 1 3 1 1 2 3
12 1 2 3 1 1 2
13 1 1 3 2 2 2
14 2 3 3 1 2 4
15 2 3 3 1 2 3
16 2 3 3 1 2 3
17 2 5 1 1 2 4
18 2 4 2 1 1 3
19 2 3 3 2 2 2
20 2 3 3 2 2 1
21 2 5 1 2 2 4
22 1 4 3 2 2 1
23 1 4 3 2 1 1
24 1 4 1 1 2 1
25 2 2 3 1 2 2
26 1 5 3 1 2 4
27 1 2 3 1 1 1
28 1 4 3 1 2 2
29 1 2 2 1 1 2
30 2 2 2 1 2 3
31 1 3 1 1 1 2
32 1 4 2 2 2 2
33 1 2 2 1 2 2
34 2 4 3 1 2 4
35 2 4 3 2 2 4
36 2 5 3 1 2 4
85
Keterangan :
Usia : Pendidikan :
Kecemasan :
Lama perawatan :
1. Level teringan
1. ≤ 5 tahun
cemas
2. 5 – 10 tahun
2. Kecemasan ringan
3. ≥ 10 tahun
3. Kecemasan sedang
4. Kecemasan berat
86
87
29 2 2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 31 2
30 3 2 2 3 3 3 1 2 2 3 2 2 3 0 3 2 0 3 3 3 3 3 3 2 1 57 3
31 3 3 3 2 2 2 1 1 3 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 46 2
32 2 2 1 0 1 0 0 1 2 0 0 1 1 2 1 0 0 0 1 1 0 1 2 0 0 19 2
33 2 2 2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 1 3 3 2 0 0 19 2
34 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 2 1 0 1 13 4
35 1 0 0 0 0 0 0 3 3 0 0 0 0 2 1 1 0 1 1 1 3 3 3 0 1 24 4
36 1 0 3 0 0 2 1 3 3 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 1 3 3 3 0 0 28 4
Keterangan :
Total skor :
Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid perempuan 36 100.0 100.0 100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak bekerja 13 36.1 36.1 36.1
Alasan_Dirawat_Di_Panti
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada yang merawat 23 63.9 63.9 63.9
Banyak teman 13 36.1 36.1 100.0
Total 36 100.0 100.0
Insomnia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 30 83.3 83.3 83.3
Demensia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 17 47.2 47.2 47.2
Gangguan_Pendengaran
88
89
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 36 100.0 100.0 100.0
Alat_Bantu_Pendengaran
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 36 100.0 100.0 100.0
Penyakit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
HT 13 36.1 36.1 36.1
DM 5 13.9 13.9 50.0
OSTEOARTHRITIS 6 16.7 16.7 66.7
Valid
INKONTENSIA URIN 4 11.1 11.1 77.8
TIDAK ADA 8 22.2 22.2 100.0
Total 36 100.0 100.0
Kunjungan Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
3 8.3 8.3 8.3
1x / bulan
36 100.0 100.0
Total
90
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
18 50.0 50.0 50.0
60-74
36 100.0 100.0
Total
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Sekolah 1 2.8 2.8 2.8
SD 8 22.2 22.2 25.0
SMP 12 33.3 33.3 58.3
Valid
SMA 11 30.6 30.6 88.9
Perguruan Tinggi 4 11.1 11.1 100.0
Total 36 100.0 100.0
Lama Perawatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
10 27.8 27.8 27.8
< 5 tahun
36 100.0 100.0
Total
Riwayat Penyakit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
28 77.8 77.8 77.8
Ada
36 100.0 100.0
Total
Dukungan Keluarga
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 6 16.7 16.7 16.7
Ada
36 100.0 100.0
Total
92
Lampiran 14
HASIL CROSSTABULATION
kecemasan Total
Count 1 6 1 0 8
Count 1 2 8 1 12
Count 3 2 1 5 11
Count 0 0 0 4 4
Count 1 2 5 2 10
% within lama 10.0% 20.0% 50.0% 20.0% 100.0%
<5 perawatan
tahun % within 20.0% 18.2% 50.0% 20.0% 27.8%
kecemasan
% of Total 2.8% 5.6% 13.9% 5.6% 27.8%
Count 0 3 3 0 6
% within lama 0.0% 50.0% 50.0% 0.0% 100.0%
lama 5-10 perawatan
perawatan tahun % within 0.0% 27.3% 30.0% 0.0% 16.7%
kecemasan
% of Total 0.0% 8.3% 8.3% 0.0% 16.7%
Count 4 6 2 8 20
% within lama 20.0% 30.0% 10.0% 40.0% 100.0%
> 10 perawatan
tahun % within 80.0% 54.5% 20.0% 80.0% 55.6%
kecemasan
% of Total 11.1% 16.7% 5.6% 22.2% 55.6%
Count 5 11 10 10 36
% within lama 13.9% 30.6% 27.8% 27.8% 100.0%
perawatan
Total
% within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
kecemasan
% of Total 13.9% 30.6% 27.8% 27.8% 100.0%
95
Count 2 3 1 0 6
% within dukungan 33.3% 50.0% 16.7% 0.0% 100.0
keluarga %
Ada
% within 40.0% 27.3% 10.0% 0.0% 16.7%
kecemasan
% of Total 5.6% 8.3% 2.8% 0.0% 16.7%
dukungan
keluarga Count 3 8 9 10 30
% within dukungan 10.0% 26.7% 30.0% 33.3% 100.0
Tida keluarga %
k % within 60.0% 72.7% 90.0% 100.0% 83.3%
kecemasan
% of Total 8.3% 22.2% 25.0% 27.8% 83.3%
Count 5 11 10 10 36
% within dukungan 13.9% 30.6% 27.8% 27.8% 100.0
keluarga %
Total % within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0
kecemasan %
13.9% 30.6% 27.8% 27.8% 100.0
% of Total
%
96
Count 2 8 8 10 28
% within riwayat 7.1% 28.6% 28.6% 35.7% 100.0
penyakit %
Ada
% within 40.0% 72.7% 80.0% 100.0% 77.8%
kecemasan
% of Total 5.6% 22.2% 22.2% 27.8% 77.8%
riwayat
penyakit Count 3 3 2 0 8
% within riwayat 37.5% 37.5% 25.0% 0.0% 100.0
Tida penyakit %
k % within 60.0% 27.3% 20.0% 0.0% 22.2%
kecemasan
% of Total 8.3% 8.3% 5.6% 0.0% 22.2%
Count 5 11 10 10 36
% within riwayat 13.9% 30.6% 27.8% 27.8% 100.0
penyakit %
Total % within 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0
kecemasan %
13.9% 30.6% 27.8% 27.8% 100.0
% of Total
%
97
Lampiran 15
11 30.6%
cemas ringan
kecemasan
10 27.8%
cemas berat
10 27.8%
cemas berat
36 100.0%
Valid
0
Missing
36
Total
Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
158.978 67 .000
Pearson
58.077 67 .773
Deviance
Pseudo R-Square
.561
Cox and Snell
.601
Nagelkerke
98
.305
McFadden
Parameter Estimates
The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients)
are the same across response categories.