Disusun Oleh
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan Hidayah- Nyalah
sehingga, tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti. Tanpa
pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang disajikan
berdasarkan referensi dari berbagai sumber.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah
membimbing dan memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga penyusun
dapatnmenyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga penyusun ucapkan terima kasih kepada
semuapihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah
ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempuma, untuk itu penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun teman-teman
atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.
Sekarang Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoinya dan
akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir
semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan
bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap
yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka
alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan
juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan
tindakan pembiusan.
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan
baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang
tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat
keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling
ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan
perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tidakan pembedahan
adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal
yang paling mengerikan yang pemah mereka alami. Mengingat hal terebut diatas, maka
sangatlah pentig untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah langkah perioperatif.
Tindakan perawatan perioperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat
berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.
4
1.2 Tujuan Penulisan
1. . Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis dalam makalah ini adalah : Untuk mengetahui
bagaimana keperawatan perioperatif
5
BAB II
PEMBAHASAN
Hal ini didasarkan pada pemahaman perawat tentang prinsip-prinsip penting, termasuk hal-
hal berikut :
1. Pelayanan yang berkualitas tinggi dan perawatan yang berfokus pada keselamatan klien
3. Komunikasi terapeutik yang efektif dan kolaborasi dengan klien, keluarga klien, dan tim
bedah.
4. Pengkajian dan intervensi dalamsemua tahap operasi dengan efektif dan efisien.
6
Tahap-tahap di dalam keperawatan perioperatif:
Fase pra operasi dimulai ketika dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien
berada di meja operasi sebelum pembedahan dilakukan. Lingkup aktivitas keperawatan
selam waktu tersebut dapat mencangkup pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun
rumah, wawancara praoperasi dan menyiapakan pasien untuk anestesi yang diberikan dan
pembedahan.
Fase intar operasi dimulai ketika asien masuk atau dipindahkan ke instalasi bedah
(meja operasi) dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruangan pemulihan (recovery room)
atau istilah lainnya adalah post anestesi care unit (PACU). Pada fase ini ruangna lingkup
aktivitas keperawatan mencangkup pemasangan intarvena kateter, pemberian medifikasi
intarvena, melakukan pemantaun kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedah dan menjaga keselametan pasien. Perawatan anestesi dimulai sejak pasien
berada di meja operasi sampai dengan pasien dipindahkan ke ruangan pulih sadar.
7
Tujuan :
Mengupayaan fungsi vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi optimal agar
pembedah dapat berjalan lancar dengan baik.
Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruangan pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindakan lanjut pada tatanan klinik atau ruang perawatan bedah atau
dirumah. Ringkup ativitas keperawatan melipti rentang aktivitas yang luas selama periode
ini. Pada fase ini focus pengkajian efek agen atau obat anestesi dan memantau fungsi vital
serta mencegah komplikasi. Aktivitas perawat berfokus pada peningkatan penyembuhan
dan rehabilitasi dan pemulangna pasien.
c. Menilai kesadaran fungsi vital tubuh pasien untuk menentukan saat pemindahan /
pemulangan pasien.
8
d. Memastika kelengkapan pemeriksaan pra-operatif
c. Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal mungkin akan terjadi
3. Ruang operasi
c. Mengidentifikasi pasien
2. Kuratif, misalnya infeksi tumor atau mengangkat afendiks yang mengalami inflamasi
9
5. Paliatif, misalnya menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah, seperti pemasangan
selang gastrostomi yang dipasang untuk mengkonpensasi terhadap ketidakmampuan
menelan makanan.
10
BAB III
Askep Perioperatif
Fase perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga sampai ke
meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi pembedahan. Keahlian
seorang perawat perioperatif dibentuk dari pengetahuan keperawatan professional dan
keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan ke dalam tindakan keperawatan
yang harmonis. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien yang sifatnya risiko atau
actual pada setiap fase perioperatif yang didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman
keperawatan perioperatif akan membantu penyusunan rencana intervensi keperawatan. Staf
keperawatan yang merawat pasien bertanggung jawab untuk mengelola aspek-aspek
penting perawatan pasien dengan cara mengimplementasikan rencana perawatan yang
berdasarakan pada tujuan yang diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim perioperatif,
dan melibatkan tindakan mandiri dan kolaboratif.
Pengkajian pasien pada fase praoperatif secara umum dilakukan untuk menggali
permasalahan pada pasien, sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai
dengan kondisi pasien. Pengkajian praoperatif pada kondisi klinik terbagi atas dua bagian,
yaitu :
11
1) Pengkajian komprehensif yang dilakukan perawat pada bagian rawat inap, poliklinik,
bagian bedah sehari, atau unit gawat darurat.
Walaupun dokter akan melakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh sebelum
menentukan jadwal pembedahan, tetapi pengkajian praoperatif sering kali menunjukkan
adanya ketidaknormalan. Hal ini akan mengakibatkan penundaan atau pembatalan jadwal
pembedahan yang telah dibuat. Perawat harus tetap waspada terhadap kemungkinan
terjadinya komplikasi pascaoperatif karena biasanya hasil pemeriksaan memperlihatkan
hasil yang normal-normal saja. Pengkajian praoperatif secara umum meliputi:
1. Pengkajian umum
2. Riwayat kesehatan
3. Pengkajian psikososiospiritual
4. Pemeriksaan fisik
5. Pengkajian diagnostic
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap. Poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit
gawat darurat dilakukan secara komprehensif dimana seluruh hal yang berhubungan dengan
pembedahan pasien perlu dilakukan secara seksama.
12
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diidentifikasi pada saat melakukan pengkajian
umum. Identitas pasien Pengkajian ini perlu dilakukan agar tidak terjadi duplikasi nama
pasien. Umur pasien sangat penting untuk diketahui guna melihat kondisi pada berbagai
jenis pembedahan. Selain itu juga diperlukan untuk memperkuat identitas pasien.
Perawat peripoperatif harus mengetahui bahwa faktor usia, baik anak-anak dan lansia,
dapat meningkatkan resiko pembedahan. Pengetahuan tersebut akan membantu perawat
perioperatif untuk menentukan tindakan pencegahan mana yang penting untuk dimasukkan
ke dalam rencan asuhan keperawatan. Bayi dan anak-anak. bayi dan anak-anak
berhubungan dengan status fisiologis yang masih imatur atau mengalami penurunan. Pada
bayi yang menjalani pembedahan, kemampuan pertahanan suhunya masih belum optimal.
Refleks menggigil pada bayi belum berkembang dan sering terjadi berbagai variasi suhu.
Anestesi menambah resiko bagi bayi karena agen anetesi dapat menyebabkan
vasodilatasi dan kehilangan panas, bayi juga mengalami kesulitan untuk mempertahankan
volume sirkulasi darah normal. Volume total darah bayi dianggap kurang dari anak-anak
atau orang dewasa. Kehilangan darah walaupun dalam jumlah kecil dapat menjadi hal yang
serius. Penurunan volume sirkulasi menyebabkan bayisulit berespons terhadap kebutuhan
untuk meningkatkan oksigen selama pembedahan. Dengan demikian, bayi menjadi sangat
rentan mengalami dehidrasi.
Namun, jika darah atau cairan diganti terlalu cepat, maka akan menimbulkan
overdehidrasi. Aspek penting lainnya pada perawatan bedah anak meliputi manajemen
jalan nafas, mempertahankan keseimbangan cairan, mengatasi kejang. mengatasi perubahan
suhu, mengidentifikasi dan mengatasi penurunan kesadaran yang tiba-tiba dan kegawatan
anestesi yang tertunda, mengatasi nyeri dan agitasi, serta terjadinya peralatan dan obat-
obatan.
lansia, seiring meningkatnya usia, kapasitas fisik pasien lansia untuk beradaptasi dengan
stress pembedahan menjadi terhambat karena mundurnya beberapa fungsi tubuh tertentu.
Individu lansia yang menghadapi operasi bisa mempunyai suatu kombinasi penyakit kronik
dan masalah kesehatan selain masalah kesehatan yang mengindikasikan pembedahan.
13
secara umum, lansia dianggap memiliki resiko pembedahan yang lebih buruk dibandingkan
pasien yang lebih muda.
Cadangan jantung menurun, fungsi ginjal dan hepar menurun, dan aktifitas
gastrointestinal tampaknya berkurang. Dehidrasi, konstipasi, dan malnutrisi juga mungkin
terjadi. Keterbatasan sensori seperti gangguan penglihatan dan pendengaran, serta
penurunan sensitivitas terhadap sentuhan sering kali menjadi alas an terjadinya kecelakaan,
cedera, dan luka bakar. Keadaan mulut juga penting untuk dikaji sebab sering kali
ditemukan adanya karies gigi atau gigi palsu. Temuan ini penting bagi ahli anestesi.
Penurunan produksi keringat mengarah pada kulit yang kering dan gatal- gatal. Kulit yang
rapuh tersebut mudah mengalami abrasi, sehingga tindakan kewaspadaan yang lebih tinggi
harus ditetapkan ketika memindahkan pasien lansia.
Penurunan lemak subkutan membuat individu lansia lebih rentan terhadap perubahan
suhu tubuh. Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan Pengkajian jenis pekerjaan dan asuransi
kesehatan diperlukan sebagai persiapan umum. Pengkajian seperti persiapan financial
sangat bergantung pada kemampuan pasien dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan
menjalani proses pembedahan. beberapa jenis pembedahan membutuhkan biaya yang lebih
mahal misalnya pembedahan jantung dan vascular, bedah saraf, serta bedah ortopedi. Hal
itu disebabkan karena proses pembedahan tersebut memerlukan alat tambahan karena
waktu yang dibutuhkan lebih lama sehingga berpengaruh pada biaya obat anestesi yang
digunakan.
Sebelum dilakukan operasi sebaiknya pasien dan keluarga sudah mendapat penjelasan
dan informasi terkait masalah financial, mulai dari biaya operasi hingga pemakaian alat
tambahan. hal ini diperlukan agar setelah operasi nanti tidak ada complain atau
ketidakpuasan pasein dan keluarga.
14
consent. Persiapan alat dan obat yang akan digunakan selama pembedahan harus dilakukan
secara optimal sesuai dengan kebijakan institusi. Beberapa rumah sakit memberlakukan
kebijakan bahwa persiapan alat dan obat harus dilakukan sebelum pasien memasuki kamar
operasi. Beberapa rumah sakit lainnya mensyaratkan penyediaan darah untuk persiapan
transfuse harus dilakukan oleh pihak keluarga.
Pengkajian ulang pada ketepatan transfuse darah antara donor dengan resipien dapat
menurunkan resiko kesalahan pemberian transfusi. Persiapan lainnya yang bersifat umum
seperti pencalonan pasien yang akan dilakukan pembedahan dari ruang rawat inap, unit
gawat darurat, atau unit perawatan intensif ke kamar unit dimana pasien akan dilakukan
pembedahan.
Bagi perawat di kamar operasi, pengkajian praoperatif adalah suatu keterampilan yang
biasanya difokuskan pada area intervensi bedah dan harus dilakukan dalam waktu yang
amat singkat. Pengetahuan mengenai anatomi, fisiologi, serta patofisiologi sangat penting
dimiliki oleh seorang perawat praoperatif untuk menyintesis temuan pengkajian dan
menggunaknnya untuk menentukan tujuan perawatan pasien. Pasien yang baru diterima di
kamar operasi akan diklarifikasi secara ringkas dan disesusaikan dengan intervensi bedah
yang akan dilakukan.
Dalam melakukan pengkajian yang ringkas dan optimal, perawat kamar operasi hanya
melakukan klarifikasi secara cepat dengan menggunakan system checklist. Formulis
checklist .pada beberapa institusi, penggunaan formulir praoperatif di kamar operasi
bertujuan untuk mendokumentasikan prosedur yang secara rutin dilakukan pada
pembedahan. dengan adanya formulir ini, akan terjalin komunikasi yang cepat antara
perawat ruangan dengan perawat di kamar operasi. Yangdiharapkan dari pembuatan
formulir ini adalah perawat perioperatif dapat secara ringkas memvalidasi persiapan
praoperatif yang telah dilakukan perawat ruangan.
Pada kondisi yang lebih baik, beberapa institusi rumah sakit memberlakukan lembar
pengenal yang dipasang pada lengan bawah pasien agar memudahkan pengenalan lebih
15
lanjut tentang identitas pasien. Tujuan pemasangan tanda pengenal ini adalah untuk
mencegah kekeliruan atau kesalahan intervensi yang dilakukan.
Riwayat kesehatan pasien adalah sumber yang sangat baik. Sumber berharga lainnya
adalah rekam medis dari riwayat perawatan sebelumnya. Penyakit yang diderita pasien
akan mempengaruhi kemampuan pasien dalam menoleransi pembedahan dan mencapai
pemulihan yang menyeluruh. pasien yang akan menjalani bedah sehari (one day care) harus
diperiksa secara teliti dan menyeluruh untuk menentukan kondisi kesehatan yang mungkin
akan meningkatkan resiko komplikasi selama atau setelah pembedahan. Pengalaman bedah
sebelumnya dapat mempengaruhi respons fisik dan psikologis pasien terhadap prosedur
pembedahan. jenis pembedahan sebelumnya, tingkat rasa, ketidaknyamanan, besamya
ketidakmampuan yang ditimbulkan, dan seluruh tingkat perawatan yang pernah diberikan
adalah faktor-faktor yang mungkin akan diingat oleh pasien.
Perawat mengkaji semua komplikasi yang pernah dialami pasien informasi ini akan
membantu perawat dalam mengantisipasi kebutuhan pasien selama pra dan pascaoperatif.
Pembedahan sebelumnya juga dapat mempengaruhi tingkat perawatan fisik yang
dibutuhkan pasien setelah menjalani prosedur pembedahan. misalnya, pasien yang pernah
menjalani torakotomi untuk reseksi lobus paru mempunyai resiko komplikasi paru-paru
yang lebih besar daripada pasien dengan paru-paru yang masih utuh dan normal.
Jika pasien menggunakan obat yang telah diresepkan atau obat yang dibeli di luar
apotik secara teratur, maka dokter bedah atau ahli anestesi mungkin akan menghentikan
pemberian obat tersebut untuk sementara sebelum pembedahan atau mereka akan
16
menyesuaikan dosisnya. Beberapa jenis obat mempunyai implikasi khusus bagi pasien
bedah. Obat ynag diminum sebelum pembedahan secara otomatis akan dihentikan saat
pasien selesai menjalani operasi kecuali dokter meminta pasien untuk menggunakannya
kembali.
Di unit bedah sehari, riwayat yang perlu dikaji biasanya lebih singkat daripada riwayat
yang seharusnya dikumpulkan. Pengkajian hanya dilakukan pada saat pasien dirawat di
rumah sakit dan sore hari sebelum pembedahan dilakukan, karena terbatasnya waktu.
Apabila pasien tidak mampu memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan maka perawat
dapat bertanya pada anggota keluarga.
Pada pasien gawat darurat yang memerlukan pembedahan cito, pengkajian riwayat
kesehatan dilakukan secara ringkas terkait faktor-faktor yang mempengaruhi pembedahan
dan anestesi umum. Pasien dikaji tentang adanya riwayat hipertensi,diabetes mellitus,
tuberklusis paru, dan berbagai penyakit kronis yang akanberdampak pada peningkatan
resiko komplikasi intraoperatif.
Riwayat alergi
Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat yang mungkin.
diberikan selama fase intraoperatif. Apabila pasien mempunyai riwayat alergi satu atau
lebih, maka pasien perlu mendapat pita identifikasi alergi yang dipakai pada pergelangan
tangan sebelum menjalani pembedahan atau penulisan symbol alergi yang tertulis jelas
pada status rekam medis sesuai dengan kebijakan institusi perawat juga harus memastikan
bagian depan lembar pencatatan pasien berisi daftar alergi yang dideritanya .
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
Asuhan keperawatan perioperative adalah perawatan yang diberikan sebelum
(praoperasi), selama (intraoperasi), dan setelah operasi (pascaoperasi). Ini terjadi di rumah
Sakit, di pusat-pusat bedah yang ada di rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang berdiri
sendiri, atau di kantor-kantor penyedia layanan kesehatan.
B. Saran
Bagi para pembaca dan khususnya tenaga kesehatan dengan adanya makalah ini semoga
dapat menambah wawasannya mengenai perioperatif care pada pediatric sendiri, dan saat
kita memberikan asuhan keperawatan agar bisa memberikan asuhan yang optimal kepada
anak / pasien.jangan lupa untuk dibaca dan di mengerti karena ini menyangkut pembedahan
pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Delaune & Ladner. (2006). Fundamental of Nursing Standart & Practice Third
Edition. Thomsom Delmar Learning. Clifton Park. New York.
18
[2]. http://nersrezasyahbandi.blogspot.com/2013/11/askep-perioperatif.html diakses pada
01- 09-2020
19