Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


TRAUMA PELVIS

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
ALFADILA SARI 1914201094
DEA HESTYTRIANA 1914201091
NIA ADELLA PUTRI
RIFULLAH KASOGI
DIKA YOLANDA
WINIE ANJELIA

MAPEL : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DOSEN PENGAMPU : Ns. RIANI,S.Kep,M.Kes
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

BANGKINANG KOTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
karunia,serta taufk dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
tentang Trauma Pelvis ni sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dmlk,dan juga penulis
berterma kasih kepada ibu Ns.RIANI,S.Kep,M.Kes,selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita

Bangkinang,10 maret 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................3
1.3 Tujuan .................................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI

1.1 Definisi..................................................................................................................................4
1.2 Etiologi.................................................................................................................................4
1.3 Manifestasi Klinis................................................................................................................4
1.4 Patofisiologi Dan Pathway..................................................................................................5
1.5 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................8
1.6 Tahan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan............................................................9
1.6.1 Pengkajian.......................................................................................................................9
1.6.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................10
1.6.3 Intervensi.......................................................................................................................10
1.6.4 Implementasi.................................................................................................................11
1.6.5 Evaluasi.........................................................................................................................12

BAB III TINJAUAN KASUS:...................................................................................................

3.1 Seksripsi Kasus......................................................................................................................


3.2 Penkajian Gawat Darurat....................................................................................................
3.3 Analisan Data .......................................................................................................................
3.4 Prioritas Diagnose Keperawatan ........................................................................................
3.5 Rencana Intervensi Keperawatan.......................................................................................
3.6 Implementasi Keperawatan.................................................................................................
3.7 Evaluasi Keperawatan..........................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................
4.2 Saran .....................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fraktur pelvis berkuatan tnggi merupakan cedera yang membahayakan jiwa. perdahan
luas sehubungan dengan fraktur pelvs relatife umumnamun terutama lazim dengan fraktur
berkekuatan tinggi .kira-kira 15-30% pasien dengan cedera pelvis berkuatan tinggi tdak stabil
secara hemodinamik,yang mungkn secara langsung dhubungkan dengan hlangnya darah dari
cedera pelvis.perdarahan merupakan penyebab utama kematan pada pasien fraktur pelvis ,dengan
keseluruhan angka kematian antara 6-35% pada fraktur pelvis berkekuatan tinggi rangkain besar.
Karena trauma multpel biasanya terjadi pada pasien dengan fraktur pelvis,hpotensi yang
terjadi belum tentu berasal dari fraktur pelvis yang terjad .pasien dengan fraktur pelvis
mempunya 4 daerah potensial perdarahan hebat,yaitu permukaan tulang yang fraktur ,trauma
pada arteri di pelvs ,trauma pada plexus venosus pelvis,sumber dari luar pelvis.

1.2. Rumusan Masalah

1. Defnisi Trauma pelvis


2. Apa itu Etiologi Trauma pelvis
3. Bagaimana Manifestasi klinis Trauma pelvis
4. Bagaimana Mekanisme/patofisiologi Trauma pelvis
5. Bagamana pemeriksaan penunjang Trauma pelvis

1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberkan informasi dan menambah pengetahuan kepada
para pembaca khususnya kepada mahasiswa lmu keperawatan mengenai trauma pelvis.Makalah
ini juga dbuat untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada mata kulah gawat
darurat.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1.1. Definisi Trauma Pelvis


Patah tulang panggul adalah gangguan struktur tulang dari pelvis. Disebabkan oleh jatuh,
kecelakaan kendaraan bermotor atau cedera tabrakan. Minimal dua pertiga pasien ini mengalami cedera
berat dan multipel (Syaifuddin, 2010) Fraktur pelvis merupakan terputusnya hubungan tulang pelvis, baik
pubis atau tulang ileum yang disebabkan oleh suatu trauma (Helmi, 2012). Trauma pelvis juga
merupakan 5 % dari seluruh fraktur.2/3 trauma pelvis terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.10%
diantaranya disertai trauma pada alat– alat dalamrongga panggul seperti uretra, buli-buli, rektum
serta pembuluh darah.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa,Trauma pelvis adalah gangguan
struktur tulang dari pelvis akibat kecelakaan lalu lintas dan jatuh sehingga menyebabkan
terputusnya hubungan tulang pelvis baik tulang pubis atau tulang ilium.

1.2. Etiologi
Menurut Muttaqin (2008) umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik
dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Trauma lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor,kecelakaan kerja
industri dan biasanya juga dapat terjadi secara langsung pada panggul karena tekanan yang besar
atau karena jatuh dari ketinggian.

1.3. Manifestasi klinis trauma pelvis


Fraktur panggul sering merupakan bagian dari salah satu trauma multipelyang dapat
mengenai organ-organ lain dalam panggul. Keluhan berupa
gejala pembengkakan, deformitas serta perdarahan subkutan sekitar panggul. Penderita datang
dalam keadaan anemia dan syok karena perdarahan yang hebat. Terdapat Anamnesis:
a. Keadaan dan waktu trauma 
b. Miksi terakhir
c. Waktu dan jumlah makan dan minum yang terakhir
d. Bila penderita wanita apakah sedang hamil atau menstruasie.
Trauma lainnya seperti trauma pada kepala Pemeriksaan klinik :
a. Keadaan umum :
- Denyut nadi, tekanan darah dan respirasi
- Lakukan survei kemungkinan trauma lainnya 
b. Lokal- Pemeriksaan nyeri :
-Tekanan dari samping cincin panggul, Tarikan pada cincin panggul
- Inspeksi perineum untuk mengetahui adanya perdarahan, pembengkakan dan deformitas
- Tentukan derajat ketidakstabilan cincin panggul dengan palpasi pada ramusdan simfisis
pubis
- Pemeriksaan colok dubur

1.4. Mekanisme / patofisiologi trauma pelvis


Trauma biasanya terjadi secara langsung pada panggul karena tekanan
yang besar atau karena jatuh dari ketinggian. Pada orang tua dengan osteoporosis danosteom
alasia dapat terjadi fraktur stress pada ramus pubis.Mekanisme trauma pada cincin panggul
terdiri atas:
2.4.1. Kompresi anteroposterior
Hal ini biasanya akibat tabrakan antara seorang pejalan kaki dengan
kendaraan.Ramus pubis mengalami fraktur, tulang inominata terbelah dan mengalami
rotasieksterna disertai robekan simfisis. Keadaan ini disebut sebagai open book injury
2.4.2. Kompresi lateral
Kompresi dari samping akan menyebabkan cincin mengalami keretakan. Hal
initerjadi apabila ada trauma samping karena kecalakaan lalu lintas atau jatuh
dariketinggian. Pada keadaan ini ramus pubis bagian depan pada kedua sisinyamengalami
fraktur dan bagian belakang terdapat strain dari sendi sakroiliaka ataufraktur ilium atau
dapat pula fraktur ramus pubis pada sisi yang sama.
2.4.3. Trauma vertical
Tulang inominata pada satu sisi mengalami pergerakan secara vertikal disertaifraktur ramus
pubis dan disrupsi sendi sakroiliaka pada sisi yang sama. Hal initerjadi apabila seseorang
jatuh dari ketinggian pada satu tungkai.
2.4.4. Trauma kombinasi Pada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi kelainan
diatas.

1.4.. Phatway
1.5 Pemeriksaan Penunjang :

1. Pemeriksaan radiologis:

 Setiap penderita trauma panggul harus dilakukan pemeriksaanradiologis dengan prioritas


pemeriksaan rongent posisi
 Pemeriksaan rongent posisi lain yaitu oblik, rotasi interna daneksterna bila keadaan
umum memungkinkan."

2. Pemeriksaan urologis dan lainnya:

a.Kateterisasib

b.Ureterogram

c.Sistogram retrograd dan postvoidingd.

d. Pielogram intravenae.

e. Aspirasi diagnostik dengan lavase peritoneal


1.6 Tahan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan
1.6.1 Pengkajian

1. Identitas atau biodata klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan. Tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi dan diagnosa
keperawatan.

1. Keluhan utama
Diisi tentang keluhan yang dirasakan klien pada saat perawat melakukan pengkajian
pada kontak pertama dengan klien.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu


Pennyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Diisi tentang perjalanan penyakit klien, dari pertama kali keluhan yang dirasakan saat di
rumah. Usaha untuk mengurangi keluhan (diobati dengan obat apa, dibawa ke puskesmas atau ke
pelayanan kesehatan lain), sampai dibawa kerumah sakit dan menjalani perawatan.
c. Riwayat kesehatan keluarga Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti
jantung,DM,HT,TBC.

2. Pemeriksaan fisik
1. B1 (Breathing) Perubahan pada sistem pernapasan terutama klien trauma panggul berat disertai
perdarahan banyak dan syok. Klien biasanya akan jatuh pada kondisi ARDS atau gagal nafas
akut.
2. B2 (Blood) Pengkajia pada sistem kardiovaskuler di dapatkan renjatan (syok hipovelemik atau
syok hamoragik) yang sering terjadi pada klien cedera panggul sedang dan berat. Hasil
pemeriksaan dapat ditemukan tekanan darah menurun, nadi bradikardi, berdebar-debar, pusing
saat melakukan perubahan posisi, bradikardi, ekstremitas dingin atau pucat. Kulit kelihatan pucat
menandakan adanya penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Hipotensi menandakan adanya
perubahan perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari suatu renjatan.
3. B3 (Brain) Tingkat kesadaran bisa berubah sesuai komplikasi yang bisa mengganggu organ-organ
vital. Lesi syaraf skiatik (lesi syaraf skiatik dapat terjadi pada saat trauma atau pada saat
operasi).Lesi pleksus lumboskralis (biasanya terjadi pada fraktur sacrum yang bersifat vertikal
disertai pergeseran. Terjadi gangguan fungsi seksual apabila mengenai pusat syaraf).

4. B4 (Bladder) Pada klien dengan trauma panggul anterolateral yang mengenai kandung kemih
akan didapatkan hematuria. Nyeri berkemih, deformomitas pada pubis sampai kelainan pada alat
kelamin sangat mengganggu proses miksi. Pada pemeriksaan keluaran urin kadang tidak
ditemukan, disini perawat harus waspada keluar ke rongga peritorium. Sangat penting bagi
perawat agar jangan melakukan kateter. Pada kondisi ini, karena merupakan kontraindikasi
pemasangan kateter apabila klien mengalami ruptur utera.

5. B5 (Bowel) Pada keadaan trauma panggul kombinasi yang mencederai alat dalam abdomen
sering didapatkan adanya ileus paralitik. Dimana klinis didapatkan hilangnya bowel sound,
kembung dan defekasi tidak ada. Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan intake
nutrsi yang kurang.
6. 2.2.2.6 B6 (Bone) Paralisis motorik ekstrimitas bawah biasanya terjadi apabila trauma panggul
juga mengkompresi sakrum. Keluhan berupa gejala pembengkakan. Terdapat gangguan fungsi
anggota gerak bawah.
7. Look Sering dijumpai klien sangat parah dengan dengan prnurunan kesadaran umum. Pada status
lokalis terlihat adanya memar yang luas pada area panggul. Inspeksi skrotum dan perineum
biasanya di dapatkan adanya perdarahan, pembengkakan, dan deformitas pada panggul, dan alat
kelamin luar.
8. Feel Didapatkan adanya nyeri tekan pada panggul. Terdapat derajat ketidak-stabilan cincin
panggul dengan palpasi pada rumus dengan simpisis pubis.
9. Move Hambatan dalam melakukan aktifitas duduk. Disfungsi motor paling umum adalah
kelemahan dan kelumpuhan pada ektremitas bawah.

a. Penatalaksanaan kegawatdaruratan, ditujukan pada fase awal, meliputi hal-hal sebagai


berikut:
1. Penanganan kestabilan jalan nafas dan ventilasi.
2. Penanganan pendarahan dan sirkulasi.
3. Penanganan uretra dan kandung kemih.
4. Pencegahan open book injuri dan menurunkan nyeri. Menurut Helmi (2012) terapi fraktur pelvis
meliputi :
5. Konserfatif. Penatalaksanaan imobilisasi dengan pemasangan pelvik sling di lakukan untuk
menurunkan nyeri dan mencegah fragmen.
6. Pembedahan dengan ORIF dan OREF. Intervensi bedah ortphopedi dilakukan untuk imobilisasi
dan reduksi fraktur pelvis.

1.6.2 Diagnosa keperawatan Menurut Muttaqin (2008)

Diagnosa keperawatan fraktur pelvis yaitu:


1. Nyeri berhungan dengan pergerakan fragmen tulang punggul, cedera neuromuskular dan reflek
spasme otot sekunder.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik ekstremitas bawah.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular.
4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan penurunan kesadaran, kerusakan mobilitas fisik,
pemasangan fiksasi eksternal.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port the entri dari luka terbuka pada daerah
panggul. Luka pasca bedah, pemasangan fiksasi eksterna.
6. Aktual/resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi, tidak adekuatnya
sirkulasi perifer.
7. Resiko tinggi koping individu tidak efektif berhubungan dengan disfungsi seksual, prognosis
kodisi sakit, program pengobatan, tirah baring lama.
8. Cemas berhubungan dengan krisis situasional; ancaman terhadap konsep diri, perubahan status
kesehatan atau status ekonomi atau fuungsi peran.

1.6.3 intervensi

1.6.4 Implementasi
DIAGNOSE TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI
Nyeri berhungan Dalam waktu 1x24 1. Jelaskan dan bantu 1. Pendekatan
dengan pergerakan jam nyeri berkurang klien dengan tindakan dengan relaksasi
fragmen tulang atau hilang atau pereda nyeri non dan non
punggul, cedera teradaftasi. Kriteria farmakolgi. farmakologi
neuromuskular dan hasil: Secara subjektif lainnya telah
2. Lakukan
reflek spasme otot melaporkan nyeri menunjukan
manajemen nyeri:
sekunde berkurang atau dapat mengurangi nyeri.
Istirahatkan klien.
di adaptasi. Skala
2. Istirahat secara
nyeri 0-1 (0-4). Dapat 3. Atur posisi klien
fisiologis akan
mengidentifikas i dengan pelic seling
menurunkan
aktifitas yang 4. Ajarkan teknik
kebutuhan oksigen
meningkat atau relaksasi pernafasan
yang di perlukan
menurunkan nyeri. pada saat nyeri
Klien tidak gelisah. 3. Traksi flesi fling
muncul
secara berimbang
5. Ajarkan teknik dapat menurunkan
distraksi pada saat kompresi.
nyeri.
4. Meningkatkan
6. Manajemen asopan O2
lingkungan : sehingga akan
lingkungan tenang, menurunkan nyeri.
batasi pengunjung dan
5. Distraksi dapat
istirahatkan klien
menurunkan
7. Kolaborasi dengan stimulus internal.
dokter dengan
6. Lingkungan
pemberian analgetik.
tenang akan
8. Kolaborasi untuk di
menurunkan
lakukan reduksi dan
stimulus nyeri,
fiksasi internal pelvis
pembatasan
atau reduksi fiksasi
eksternal. pengunjung
membantu
meningkatkan
kondisi O2
ruangan.

7. Analgetik
memblok lintasan
nyeri, sehingga
nyeri berkurang.
8. Kolaborasi untuk di
8. Fiksasi internal
lakukan reduksi dan
dan fiksasi
fiksasi internal pelvis
eksternal dapat
atau reduksi fiksasi
menurunkan
eksternal.
pergerakan
fragmen tulang
panggul mencegah
kompresi.

Hambatan Dalam waktu 5x24 1. Observasi 1.Untuk


mobilitas fisik jam hambatan tanda-tandvital mengetahui
berhubungan mobilitas 2. Kaji keadaan umum saat
kemampuan pasien
dengan kerusakan berkurang/hilang atau
pasien dalam 2.Untuk
neuromuskular. teradaptasi. Kriteria mengetahui
mobilisasi
hasil: Klien dan 3. Berikan alat kemampuan pasien
keluarga terlihat bantu jika dalam melakukan
mampu melakukan klien aktivitas.
mobilisasi ekstremitas memerlukan 3.Untuk
bawah secara 4. Anjurkan memudahkan
orang tua pasien dalam
bertahap. Klien dapat
untuk melakukan
mengenal cara aktivitas dan
membantu
melakukan mobilisasi menghindari
aktivitas
dan secara kooperatif pasien terjadinya cidera.
mau melaksanakan 5. Kolaborasi 4.Agar segala
teknik mobilisasi dengan dokter kebutuhan pasien
secaraa bertahap. terapi fisik yang tidak dapat
tentang dilakukan secara
rencana mandiri dapat tetap
ambulasi terpenuhi 5.Untuk
sesuai dengan membantu
kebutuhan mengatasi
mempercpat
kesembuhan.
Defisit perawatan Dalam waktu 2x24 1. Kaji kemampuan 1. Membantu
diri berhubungan jam dapat dalam
dengan kelemahan mmenunjukan dan tingkat penurunan mengantisipasi dan
fisik ekstremitas perubahan gaya hidup dalam skala 0-4 untuk merencanakan
bawah. untuk kebutuhan melakukan ADL pertemuan
merawat diri. Kriteisa 2. Hindari apa yang kebutuhan
hasil: Klien mampu tidak dapat dilakukan individual.
melakukan aktifitas klien dan bantu 2. Klien dalam
perawatan diri sesuai apabila perlu. keadaan cemas dan
dengan tingkat 3. Dekatkan alat dan tergantung hal
kemampuan, sarana yang dilakukan untuk
mengidentifikasi dibutuhkan klien mencegah frustasi
personall yang dapat 4. Menyadarkan dan harga diri kien.
membantu. tingkah laku atau 3. Memudahkan
sugesti tindakan pada klien dan
perlindungan meningkatkan
kelemahan. kemandiria dari
Pertahankan support klien.
pola pikir ijinkan 4. Klien
klien melakukan memerlukan
tugas, beri fet back, empati tetapi perlu
positif untuk mengetahui
usahanya. perawatan yang
5. Identifikasi konsisten dalam
kebiasaa BAB. menangani klien.
Anjurkan minum dan 5. Pertolongan
meningkatka n pertama terhadap
aktifitas. fungsi bowel atau
6. Pemberian BAB.
suppositoria dan 6. Untuk
pelumas feses atau mengembangk an
pencahar. terapi dan
7. Konsultasikan ke meengkapi
dokter terapi okufasi. kebutuhan khusus.

1.6.5 Evaluasi :
Evaluasi pasien disesuaikan dengan tujuan dan kriteia hasil yang diharapkan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H

DENGAN FRAKTUR PELVIS

I. PENGKAJIAN

Tanggal masuk : 9 Oktober 2012

Tanggal pengkajian : 9 Oktober 2012

A. Identitas Pasien

1. Nama : Tn.H

2. Usia : 27 Tahun

3. No. Register : 01154605

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Suku Bangsa : Jawa

6. Pekerjaan : Swasta

7. Agama : Islam

8. Status Perkawinan : Belum menikah

9. Alamat :-

10. Diagnosa Medis : Fraktur Pelvis

B. Pengkajian Primer1

1. Airway

Mulut bersih, tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas.

2. Breathing

RR: 26x/menit, nafas cepat dan dangkal, tidak terdapat nafas cuping

hidung, dipasang nasal kanul dengan O2 sebanyak 3 liter per menit,


3. Circulation

TD tidak dapat dikaji, Nadi: tidak teraba, capilarry refill > 2detik, akral

dingin, turgor kulit elastis, wajah pucat, konjungtiva anemis.

4. Disability

Tingkat kesadaran composmentis, dengan nilai GCS 15 (E4M6V5).

5. Exposure

Terdapat luka gores lebar dengan diameter 8cm pada lutut, dan luka

gores pada ankle

C. Pengkajian Sekunder

1. Keluhan Utama

Pasien datang ke IGD RS.Dr.Moewardi dengan mengeluh nyeri pada

bagian panggul.

P : Nyeri terasa pada saat menggerakkan panggul

Q : Rasanya seperti ditusuk-tusuk.

R : Panggul dan perut

S:6

T : Nyeri berkelanjutan

Pasien terlihat cemas, nilai skala kecemasan HARS: 27 (kecemasan

berat)

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien post kecelakaan lalu lintas ditabrak truk, jatuh dengan posisi

duduk, seketika pasien merasa kesakitan dan tidak mampu saat akan
berdiri

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, ginjal

dan belum pernah dibawa ke IGD rumah sakit.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang

mempunyai riwayat penyakit jantung, DM, maupun asma atau penyakit

bawaan yang lain.

5. Pemeriksaan Fisik

Bagian Keterangan

Kepala

Bentuk mesochepal, rambut hitam, penyebaran

rata, tidak terdapat luka.

Mata Konjungtiva anemis, sklera ikterik, tidak terdapat

perdarahan pada mata, ukuran pupil tidak simetris

ka/ki, 5mm/3mm

Telinga Telinga bersih, tidak terdapat sekret yang keluar,

telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada luka dan

bengkak pada telinga.

Mulut & Gigi Bibir kering pucat, tidak pecah-pecah, tidak

terdapat sariawan, mulut bersih, tidak ada

perdarahan pada gusi.


Leher Tidak ada luka, tidak terdapat pembesaran

kelenjar tiroid.

Jantung I :Ictus cordis tidak nampak

Pa: ictus cordis teraba di SIC V

Pe : Bunyi pekak

A : Tidak terdapat suara jantung tambahan

Paru

I : Pengembangan paru simetris antara kanan dan

kiri, tidak terdapat retraksi dinding dada,

menggunakan otot bantu pernafasan.

Pa: taktil fremitus tidak dikaji.

Pe : terdengar bunyi sonor di seluruh lapang paru

A : ????????//

Abdomen I :datar, tidak ada lesi pada abdomen

A : BU (+) 6x/menit.

Pa: terdapat nyeri tekan pada abdomen region

kanan bawah, tidak terdapat massa

Pe : Bunyi tympani

Ekstremitas

atas

Terdapat luka gores pada siku tangan kanan dan

kiri, kekuatan otot tidak dikaji.


Ekstremitas

bawah

Terdapat luka gores lebar pada lutut dan ankle

kaki kanan dan kiri, kekuatan otot tidak dikaji

Genetalia Tidak dikaji

6. Cairan

Tgl. INPUT OUTPUT

9/10

/12

Belum ada 1. Urin : 300 cc

2. IWL (15 x 75x 12Jam)

24

= 13500

24

= 562,5 CC

Tot :862,5 cc

BC :

In-Out-Iwl: 0-8562,5-562,5

--300cc

(Defisit volume cairan)

7. Eliminasi

Terpasang kateter urin, dengan volume urin bag sebanyak ± 300 cc,
warna urin kuning, terdapat bercak darah pada urin.

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium (proses)

2. Rontgen

Terdapat close fraktur; cross fraktur tulang pelvis region kanan bawah,

curiga perdarahan di dalam.

E. TERAPI MEDIS7

NAMA

OBAT

DOSIS

CARA

PEMBERIAN

INDIKASI

KONTRA

INDIKASI

EFEK SAMPING

Tranexamed Oral : 3x25

mg/kgbb/hari

IV : 3x10

mg/kgbb/hari

Oral dan IV Hematuria yang berasal dari

kandung kemih,uretra,
prostat; hematuria pasca

bedah, perdarahan seusai

ekstrasi gigi ataupun karena

trauma pada penderita

hemofilia.

Gangguan

penglihatan,

perdarahan

subaraknoid

Mual

muntah,hipotensi,

gangguan penglihatan

Ranitidin Dosis standar : 2 x

sehari 150 mg atau

300 mg pada

malam hari

sebalum tidur.

Intravena Menghilangkan gejalagejala ketidakmampuan

mencerna asam dan dan rasa

panas pda ulu hati, ulkus

lambung jinak dan ulkus

duodenum, refluks
esofagitis, sindroma

zollinger-ellison, dispepsia

yang menahun (kronis),

mencegah perdarahan

Tidak dianjurkan

untuk anak berusia

kurang dari 16

tahun

Adakalanya

terjadihepatitis yang

bersifat reversibel

Jarang: agranulosis,

hipersensitifitas, ruma

kulit, leukopenia &

trombositopenia yang

bersifat reversibel,

sakit kepala, pusing.

karena ulserasi akibat sters

atau ulserasi peptikum,

sindroma mendelson, ulkus

peptikum.

Ketorolac Dewasa < 65 tahun,


30 mg sebagai

dosis tunggal atau

30 mg tiap 6 jam

sampai maksimal

120 mg sehari.

Dewasa > 65 tahun

dengan kerusakan

ginjal dan atau

berat bdan <50 kg,

15 mg sebagai

dosis tunggal atau

15 mg tiap 6 jam

sapai maksimal 60

mg sehari.

Intravena Pengobatan jangka pendek

pada nyeri akut pasca

operasi moderat sampai

hebat.

• Alergi (seperti

nasal polyp,

angiodema,

bronchopasm,
asma syndrom

stevens jhonson,

ruam

vesiculobulous)

• Ulkus peptik akut

atau perdarahan

gastrointestinal.

• Kerusakan ginjal

berat

• Kasus obstetrik,

kehamilan,

menyusui

Dyspepsia, sakit

kepala, mengantuk,

nyeri pada tempat

suntikan, nyeri

gastrointestinal, diare,

berkeringat, mual

pusing edema,

konstipasi,melena,

stomatitis, lemah,

depresi, euphoria,
parasthesia, dyspnea,

gangguan penglihatan,

bengkak, ulkus

lambung, muntah,

mialgia, mulut kering,

vertigo, pruritis,

• Anak <16 tahun

• Hipovolemia atau

dehidrasi

• Rute epidural atau

spinal

• Penyakit

cerebrovascular

• Gangguan

koagulasi

• Hemostatis

vasodilatasi, oliguria,

pendarahan colon,

asma, urtikaria, muka

pucat.

Ceftazidime Dewasa dan anak >

12 tahun dan anak


BB >50 kg : 1-2

hram satu kali

sehari. pada infeksi

berat yang

disebabkan

organisme moderat

sensitif, dosis dapat

Intravena Infeksi-infeksi yang

disebabkan oleh patogen

yang sensitif terhadap

ceftriaxone, seperti infeksi

saluran nafas, infeksi THT,

infeksi saluran kemih,

sepsis, meningitis, infeksi

tulang, sendi dan jaringan

lunak, infeksi intra

Hipersensitif terhadap

cephalosporin dan

penicilin (sebagai

reaksi alergi silang)

Kombinasi dengan

aminoglikosid dapat
menghasilkan efek

aditif atau sinergis,

khususnya pada

infeksi berat yang

disebabkan oleh

P.aeruginosa

streptococcus faecalis.

dinaikkan dsampai

4 gram satu kali

sehari.

Bayi 14 hari : 20-

50 mg/ kg BB idak

boleh lebih dari 50

mg/kg BB, satu

kali sehari

Bayi 15 hari- 12

tahun : 20-80

mg/kg BB satu kali

sehari. Dosis

intravena > 50

mg /kg BB harus

diberikan melalui
infus paling sedikit

30 menit

abdominal, infeksi genital

(termasuk gonore),

profilaksis perioperatif, dan

infeksi pada pasien dengan

gangguan pertahanan tubuh.

II. ANALISA DATA

NO. DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS:

Pasien mengatakan lemas

Pasien mengatakan kesemutan pada kaki

Pasien mengatakan tenggorokannya terasa kering

DO:

Wajah dan seluruh tubuh terlihat pucat

Turgor kulit kurang baik.

Suhu 36o C

Nadi tidak teraba

TD tidak terdeteksi

Volume urin di dalam urin bag 300 cc

Capillary refil >2detik

Akral???, ada sianosis tdk??


Ketidakefektifan perfusi jaringan Hipovolemi

2. DS:

Pasien mengatakan perut dan panggulnya terasa sakit

Skala Nyeri :

P : Nyeri terasa pada saat menggerakkan panggul

Q : Rasanya seperti ditusuk-tusuk.

Nyeri Deformitas tulang

R : Panggul dan perut

S:6

T : berkelanjutan

DO:

Nadi tidak teraba

Wajah klien terlihat sedang menahan sakit, RR??

3. DS:

Pasien mengatakan lemas

DO:

Pasien pucat

Konjungtiva anemis

Pernafasan chyne stoke

RR:26x/menit

Tingkat kesadaran composmentis, GCS E4M6V5

Ketidakefektifan pola nafas Ansietas


III. DIAGNOSA KEPERAWATAN 2

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan b.d hipovolemi

2. Nyeri b.d deformitas tulang

3. Ketidakefektifan pola nafas b.d ansietas

IV. PERENCANAAN / INTERVENSI 3,4

TANGGAL

NO.

DX

TUJUAN RENCANA TINDAKAN TTD

9/10/12 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1x24 jam tidak ada gangguan perfusi jaringan

perifer pasien dengan kriteria hasil :

1. Tekanan darah dalam batas normal 110/70

mmHg - 120/80 mmHg

2. Nadi dalam batas normal 60 – 100 kali per

menit

3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi,

Elastisitas turgor kulit baik, membran

mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang

berlebihan.

4. Intake oral dan intravena adekuat

5. Pengisian kapiler < 2 detik


6. Warna kulit tidak pucat

7. Suhu kulit hangat

8. Tidak ada nyeri ekstremitas

1. Pertahankan catatan intake dan output yang

akurat

2. Monitor status hidrasi ( kelembaban

membran mukosa, nadi adekuat)

3. Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer

(nadi perifer, edema, kapilary refill, warna

dan temperatue ekstremitas)

4. Evaluasi nadi perifer dan edema

5. Inspeksi kulit adanya luka

6. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi

cairan (BUN , Ht , osmolalitas urin,

albumin, total protein )

7. Monitor vital sign setiap 15 menit – 1 jam

8. Kolaborasi pemberian cairan IV

9. Monitor status nutrisi

10. Berikan cairan oral

11. Atur kemungkinan tranfusi apa??

12. Persiapan untuk tranfusi

13. Pasang kateter jika perlu


14. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam

9/10/12 2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1x24 jam, nyeri pasien dapat berkurang dengan

kriteria hasil :

1. Wajah tampak rileks

2. TTV normal

3. Kebutuhan tidur pasien tercukupi (7-8

jam/hari)

4. Pasien tidak terbangun di malam hari

Pasien melaporkan nyeri berkurang

1. Pengkajian nyeri PQRST

2. Observasi TTV dan skala nyeri secara

teratur

3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

4. Jelaskan kepada keluarga peran yang dapat

dilakukan jika pasien merasakan nyeri

5. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien

serta keluarganya

Kolaborasi dengan dokter : pemberian

analgetik

9/10/12 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

1x30 menit kebutuhan oksigen pasien dapat


terpenuhi dengan kriteria hasil :

1. Pasien tidak lagi sesak nafas

2. Pasien tidak lagi menggunakan otot bantu

pernafasan untuk bernafas.

3. Tidak lagi terdapat retraksi dada.

1. Pantau irama, kedalaman dan pola nafas

2. Catat pergerakan dada, kaji

kesimetrisannya, penggunaan otot bantu

pernafasan, dan retraksi otot dada

3. Pantau suara nafas tambahan

4. Pantau pola nafas

5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

6. Catat posisi trakea

7. Auskultasi suara nafas

8. Berikan terapi oksigen sesuai dengan

kondisi pasien

9. Bagaimana dg penatalaksanaan

etiologinya?? Apabila disebabkan oleh

ansietas…bagaimana cara penanganan

ansietasnya tersebut.

V. IMPLEMENTASI dan EVALUASI

TANGGAL NO.
DX

WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

9/10/12 1&2

21.00 wib

21.05 wib

21.10 wib

21.10 wib

21.15 wib

1. Memantau TTV 15 menit-1

jam

2. Memantau status hidrasi

( kelembaban membran

mukosa, nadi adekuat)

3. Mengkaji secara komprehensif

sirkulasi perifer (nadi perifer,

edema, kapilary refill, warna

dan temperatue ekstremitas)

4. Menginspeksi adanya luka


pada kulit

5. Monitor hasil lab yang sesuai

dengan retensi cairan (BUN ,

S: -

O:

TD: tidak terdeteksi, N: tidak teraba, RR: ,

Suhu : 36,4O C

S: -

O: membran mukosa lembab & nadi tidak

teraba

S: -

O: kapilary refill >2, warna kulit pucat,

ektremitas dingin, terdapat edema pada

area panggul

S: -

O: Terdapat luka gores lebar dengan

diameter 8 cm pada lutut, dan luka gores

pada ankle

S: -

O: sample darah sudah diambil dan dikirim

1
1

22.00 wib

22.30 wib

21.00 wib

21.15 wib

21.30 wib

Ht , osmolalitas urin, albumin,

total protein )

6. Kolaborasi pemberian cairan

IV apa?? Kecepatannya

berapa??

7. Atur kemungkinan transfusi

8. Mempersiapkan untuk tranfusi

9. Memasang kateter jika perlu

10. Monitor intake dan urin output

setiap 8 jam

ke lab,sedang menunggu hasil

S: -

O: memberikan cairan infus 2 line kanan :

RL, kiri: Nacl.


S: pasien meraasa lemas

O: Hb 9 g/dl, diprogram untuk transfusi

darah PRC

S: -Pasien meraasa lemas

O: -Diprogram untuk transfusi darah PRC

S: -

O: Pasien terpasang kateter, berapa urin

yang keluar?? Warnanya bagaimana???

S: Pasien meraasa lemas

O: pasien mendapat intake cairan dari infus

2 line dan tranfusi darah 250 ml p

9/10/12 2 19.00 wib 1. Pengkajian nyeri PQRST S:

Pasien terlihat menahan rasa sakit

P : Nyeri terasa pada saat menggerakkan

panggul

Q : Rasanya seperti ditusuk-tusuk.

19.10 wib

19.15 wib

19.25 wib

19.35 wib

19.00 wib

2. Observasi TTV dan skala nyeri


secara teratur

3. Ajarkan teknik relaksasi dan

distraksi

4. Jelaskan kepada keluarga

peran yang dapat dilakukan

jika pasien merasakan nyeri

5. Jelaskan sebab dan akibat

nyeri pada klien serta

keluarganya

6. Kolaborasi dengan dokter :

pemberian analgetik

R : Panggul dan perut

S:6

T : Nyeri berkelanjutan

O: Nadi tidak teraba

S: -

O: TD: tidak terdeteksi, N: tidak teraba,

RR: , Suhu : 36,4O C

S: pasien marah-marah

O: teknik tarik nafas dalam sudah

dilakukan,pasien kurang kooperatif.

S: pasien mengatakan akan melakukan


anjuran dari perawat

O: -

S:

O: keluarga memahami penjelasan dari

pearwat

S: -

O: Memberikan injeksi ketorolac melalui

IV dsn drip di infus RL

9/10/12 3 18.00 wib 1. Memantau pernafasan, irama, S: -

18.05 wib

18.10 wib

18.10 wib

18.15 wib

19.00 wib

19.30 wib

kedalaman dan pola nafas

2. Mencatat pergerakan dada,

kaji kesimetrisannya,

penggunaan otot bantu

pernafasan, dan retraksi otot

dada

3. Memantau suara nafas


tambahan

4. Memantau pola nafas

5. Palpasi kesimetrisan ekspansi

paru

6. Mencatat posisi trakea

7. Auskultasi suara nafas

O: RR: 26x/menit, nafas cepat dan

dangkal.

S: -

O: Pergerakan dada simetris, tidak terdapat

retraksi dada, fase inspirasi lebih panjang

dari pada fase ekspirasi

S: -

O: Tidak terdapat suara nafas tambahan

S: -

O: terdengar bunyi sonor di seluruh lapang

paru

S: -

O: Pergerakan dada simetris

S: -

O: posisi trakea berada di tengah, tidak

terjadi pergeseran.
S: -

O: Suara nafas normal, tidak ada bunyi

18.30 wib 8. Memberikan terapi oksigen 3

liter per menit sesuai dengan

kondisi pasien

Setelah anda memberikan

terapi oksigen…monitor

pola nafas klien,

frekuensinya,

kedalamannya dsb

tambahan

S: -

O: dipasang nasal kanul dengan O2

sebanyak 3 liter per menit,

VI. EVALUASI AKHIR/HASIL

TANGGAL/JAM NO. DX EVALUASI TTD

9 Oktober 2012 1 S:

Pasien masih merasa lemas

O:

− Pasien masih tampak pucat

− Konjunctiva anemis

− Ekstremitas bawah dingin


− Kaki pasien masih kesemutan

A:

− Masalah teratasi sebagian

P:

− Pantau tanda-tanda vital

− Pantau terapi cairan yang sedang diberikan,

− pantau transfusi darah yag sedang di berikan

9 Oktober 2012 2 S:

Pasien sedikit lebih tenang

O:

− Pasien masih merasa nyeri

− Injeksi ketorolac sudah di berikan

A:

− Masalah teratasi sebagian

P:

− Pantau terapi oksigen yang sedang diberikan

9 Oktober 2012 3 S: -

O:

− Pasien sudah tidak sesak nafas, berapa RRnya??

− Tidak terpantau retraksi dada

A:

− Masalah teratasi sebagian


P:

− Pantau terapi oksigen yang sedang diberikan

PEMBAHASAN

Tn. H datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi pada pukul 17.50 WIB rujukan

dari RS PKU Karanganyar dengan keluhan nyeri akibat kecelakaan lalu lintas.

Perawat melakukan pengkajian dan ditemukan adanya tanda-tanda fraktur yaitu pain

(nyeri), pallor (pucat), pulse (nadi) tidak teraba, parestesia (terasa panas) dan

paralisis. Setelah ditemukannya tanda-tanda tersebut, dilakukan pemeriksaan rontgen

untuk memastikan kecurigaan adanya fraktur. Hasil pemeriksaan rontgen

menunjukkan adanya close fraktur : cross fraktur tulang pelvis region kanan bawah

curiga perdarahan di dalam. Berdasarkan evidence based practice/referensi, Apa

aspek kegawatan pada klien dengan fraktur pelvis kemudian hal tersebut terjadi pada

pasien ini??

Hasil pemeriksaan rontgen pada Tn. H menyebutkan adanya curiga

perdarahan di dalam. Fraktur pelvis (panggul) seringkali disertai perdarahan yang

berat, oleh karena adanya gaya yang membuka rongga pelvis menyebabkan

kerusakan kompleks ligament dan merobek fleksus vena di pelvis dan kadang

merobek arteri iliaka interna. Bila perdarahan pelvis banyak maka akan terjadi cepat

penurunan tekanan darah ditandai dengan lemas, kehilangan kesadaran secara

perlahan, kadang gelisah. Tn. H terlihat lemas, pucat, nadi tidak teraba, tekanan

darah menurun, konjungtiva anemis dan hasil pemeriksaan laboratorium

menunjukkan Hb 9 g/dl. Maka dari itu dilakukan pemberian transfuse darah PRC 2
kantong. Transfusi darah PRC diberikan pada pasien yang salah satunya mengalami

perdaraha kronis yang ada tanda oksigen need (rasa sesak, mata berkunang, palpitasi,

pusing dan gelisah). PRC diberikan sampai tanda oksigen need hilang. PRC

diberikan biasanya pada Hb 8-10 gr/dl. Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl

diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. 6

Selain itu, diberikan terapi infuse Ringer Laktat dengan diguyur untuk memenuhi

kebutuhan cairan intravaskuler, mengatasi jika terjadi asidosis, mencegah kolaps

vena.

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Pada fraktur dapat mengakibatkan

terputusnya kontinuitas jaringan sendi, tulang bahakan kulit pada fraktur terbuka

sehingga merangsang nociseptor sekitar untuk mengeluarkan histamin, bradikinin

dan prostatglandin yang akan merangsang serabut A-delta untuk menghantarkan

rangsangan nyeri ke sum-sum tulang belakang, kemudian dihantarkan oleh serabutserabut saraf
aferen yang masuk ke spinal melalu “dorsal root” dan sinaps pada

dorsal horn. Impuls-impuls nyeri menyeberangi sum-sum belakang pada

interneuron-interneuron dan bersambung dengan jalur spinal asendens, yaitu

spinothalamic tract (STT) dan spinoreticuler tract (SRT). STT merupakan sistem

yang diskriminatif dan membawa informasi mengenai sifat dan lokasi dari stimulus

kepada thalamus kemudian ke korteks untuk diinterpretasikan sebagai nyeri.5 Nyeri

terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi. Tn. H

diajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan diberikan obat analgesic untuk

mengurangi nyeri. Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan dan membuat


perasaan lebih nyaman. Obat analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga

pasien menjadi lebih nyaman.

Tn. H terlihat cemas berat, skor 27 dengan skala Hars. Adanya kecemasan

berat yang dialami Tn. H menyebabkan ketidakefektifan pola nafas. Frekuensi nafas

Tn. H yaitu 26 kali/per menit, fase inspirasi lebih panjang daripada fase ekspirasi.

Oleh karena itu diberikan tindakan keperawatan pemberian terapi oksigen 3

liter/menit dengan menggunakan nasal kanul. Tujuan dari pemberian terapi oksigen

ini yaitu memberikan aliran gas oksigen lebih dari 20 % pada tekanan satu atmosfir

sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah.

Intervensi yang telah diberikan belum dapat mencapai kriteria hasil yang

sesuai dikarenakan intervensi tersebut harus dilakukan dengan estimasi waktu yang

lebih lama sehingga intervensi yang telah dilakukan perawat harus di laporkan

kepada perawat jaga selanjutnya untuk ditindaklanjuti. Sehingga tindakan

keperawatan yang telah dilakukan dengan waktu implementasi 12 jam belum dapat

mengatasi masalah keperawatan pada Tn. H secara tuntas.

JANGAN LUPA MENCANTUMKAN REFERENSI DI SETIAP

BELAKANG KALIMAT ATAU PERNYATAAN YANG KALIAN CITASI.

PLEASE AVOID PLAGIARISM!!!

KEPUSTAKAAN

1. Jackson, marilynn, lee. (2011).Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis.

Jakarta: Erlangga

2. Herdman, Heather.Ed.2010. Nanda International: Diagnosis keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.Jakarta: EGC

3. Johnson,marion,dll Ed.2000.Nursing outcomes classification (NOC) Second

Edition.USA : Moby Inc

4. Mccloskey, joanne C&Gloria M. Bulechek.200

Anda mungkin juga menyukai