DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
ALFADILA SARI 1914201094
DEA HESTYTRIANA 1914201091
NIA ADELLA PUTRI
RIFULLAH KASOGI
DIKA YOLANDA
WINIE ANJELIA
BANGKINANG KOTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
karunia,serta taufk dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
tentang Trauma Pelvis ni sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dmlk,dan juga penulis
berterma kasih kepada ibu Ns.RIANI,S.Kep,M.Kes,selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Definisi..................................................................................................................................4
1.2 Etiologi.................................................................................................................................4
1.3 Manifestasi Klinis................................................................................................................4
1.4 Patofisiologi Dan Pathway..................................................................................................5
1.5 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................8
1.6 Tahan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan............................................................9
1.6.1 Pengkajian.......................................................................................................................9
1.6.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................10
1.6.3 Intervensi.......................................................................................................................10
1.6.4 Implementasi.................................................................................................................11
1.6.5 Evaluasi.........................................................................................................................12
Fraktur pelvis berkuatan tnggi merupakan cedera yang membahayakan jiwa. perdahan
luas sehubungan dengan fraktur pelvs relatife umumnamun terutama lazim dengan fraktur
berkekuatan tinggi .kira-kira 15-30% pasien dengan cedera pelvis berkuatan tinggi tdak stabil
secara hemodinamik,yang mungkn secara langsung dhubungkan dengan hlangnya darah dari
cedera pelvis.perdarahan merupakan penyebab utama kematan pada pasien fraktur pelvis ,dengan
keseluruhan angka kematian antara 6-35% pada fraktur pelvis berkekuatan tinggi rangkain besar.
Karena trauma multpel biasanya terjadi pada pasien dengan fraktur pelvis,hpotensi yang
terjadi belum tentu berasal dari fraktur pelvis yang terjad .pasien dengan fraktur pelvis
mempunya 4 daerah potensial perdarahan hebat,yaitu permukaan tulang yang fraktur ,trauma
pada arteri di pelvs ,trauma pada plexus venosus pelvis,sumber dari luar pelvis.
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberkan informasi dan menambah pengetahuan kepada
para pembaca khususnya kepada mahasiswa lmu keperawatan mengenai trauma pelvis.Makalah
ini juga dbuat untuk memenuhi syarat dalam proses pembelajaran pada mata kulah gawat
darurat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.2. Etiologi
Menurut Muttaqin (2008) umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik
dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Trauma lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor,kecelakaan kerja
industri dan biasanya juga dapat terjadi secara langsung pada panggul karena tekanan yang besar
atau karena jatuh dari ketinggian.
1.4.. Phatway
1.5 Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan radiologis:
a.Kateterisasib
b.Ureterogram
d. Pielogram intravenae.
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan. Tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi dan diagnosa
keperawatan.
1. Keluhan utama
Diisi tentang keluhan yang dirasakan klien pada saat perawat melakukan pengkajian
pada kontak pertama dengan klien.
3. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik
1. B1 (Breathing) Perubahan pada sistem pernapasan terutama klien trauma panggul berat disertai
perdarahan banyak dan syok. Klien biasanya akan jatuh pada kondisi ARDS atau gagal nafas
akut.
2. B2 (Blood) Pengkajia pada sistem kardiovaskuler di dapatkan renjatan (syok hipovelemik atau
syok hamoragik) yang sering terjadi pada klien cedera panggul sedang dan berat. Hasil
pemeriksaan dapat ditemukan tekanan darah menurun, nadi bradikardi, berdebar-debar, pusing
saat melakukan perubahan posisi, bradikardi, ekstremitas dingin atau pucat. Kulit kelihatan pucat
menandakan adanya penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Hipotensi menandakan adanya
perubahan perfusi jaringan dan tanda-tanda awal dari suatu renjatan.
3. B3 (Brain) Tingkat kesadaran bisa berubah sesuai komplikasi yang bisa mengganggu organ-organ
vital. Lesi syaraf skiatik (lesi syaraf skiatik dapat terjadi pada saat trauma atau pada saat
operasi).Lesi pleksus lumboskralis (biasanya terjadi pada fraktur sacrum yang bersifat vertikal
disertai pergeseran. Terjadi gangguan fungsi seksual apabila mengenai pusat syaraf).
4. B4 (Bladder) Pada klien dengan trauma panggul anterolateral yang mengenai kandung kemih
akan didapatkan hematuria. Nyeri berkemih, deformomitas pada pubis sampai kelainan pada alat
kelamin sangat mengganggu proses miksi. Pada pemeriksaan keluaran urin kadang tidak
ditemukan, disini perawat harus waspada keluar ke rongga peritorium. Sangat penting bagi
perawat agar jangan melakukan kateter. Pada kondisi ini, karena merupakan kontraindikasi
pemasangan kateter apabila klien mengalami ruptur utera.
5. B5 (Bowel) Pada keadaan trauma panggul kombinasi yang mencederai alat dalam abdomen
sering didapatkan adanya ileus paralitik. Dimana klinis didapatkan hilangnya bowel sound,
kembung dan defekasi tidak ada. Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan intake
nutrsi yang kurang.
6. 2.2.2.6 B6 (Bone) Paralisis motorik ekstrimitas bawah biasanya terjadi apabila trauma panggul
juga mengkompresi sakrum. Keluhan berupa gejala pembengkakan. Terdapat gangguan fungsi
anggota gerak bawah.
7. Look Sering dijumpai klien sangat parah dengan dengan prnurunan kesadaran umum. Pada status
lokalis terlihat adanya memar yang luas pada area panggul. Inspeksi skrotum dan perineum
biasanya di dapatkan adanya perdarahan, pembengkakan, dan deformitas pada panggul, dan alat
kelamin luar.
8. Feel Didapatkan adanya nyeri tekan pada panggul. Terdapat derajat ketidak-stabilan cincin
panggul dengan palpasi pada rumus dengan simpisis pubis.
9. Move Hambatan dalam melakukan aktifitas duduk. Disfungsi motor paling umum adalah
kelemahan dan kelumpuhan pada ektremitas bawah.
1.6.3 intervensi
1.6.4 Implementasi
DIAGNOSE TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI
Nyeri berhungan Dalam waktu 1x24 1. Jelaskan dan bantu 1. Pendekatan
dengan pergerakan jam nyeri berkurang klien dengan tindakan dengan relaksasi
fragmen tulang atau hilang atau pereda nyeri non dan non
punggul, cedera teradaftasi. Kriteria farmakolgi. farmakologi
neuromuskular dan hasil: Secara subjektif lainnya telah
2. Lakukan
reflek spasme otot melaporkan nyeri menunjukan
manajemen nyeri:
sekunde berkurang atau dapat mengurangi nyeri.
Istirahatkan klien.
di adaptasi. Skala
2. Istirahat secara
nyeri 0-1 (0-4). Dapat 3. Atur posisi klien
fisiologis akan
mengidentifikas i dengan pelic seling
menurunkan
aktifitas yang 4. Ajarkan teknik
kebutuhan oksigen
meningkat atau relaksasi pernafasan
yang di perlukan
menurunkan nyeri. pada saat nyeri
Klien tidak gelisah. 3. Traksi flesi fling
muncul
secara berimbang
5. Ajarkan teknik dapat menurunkan
distraksi pada saat kompresi.
nyeri.
4. Meningkatkan
6. Manajemen asopan O2
lingkungan : sehingga akan
lingkungan tenang, menurunkan nyeri.
batasi pengunjung dan
5. Distraksi dapat
istirahatkan klien
menurunkan
7. Kolaborasi dengan stimulus internal.
dokter dengan
6. Lingkungan
pemberian analgetik.
tenang akan
8. Kolaborasi untuk di
menurunkan
lakukan reduksi dan
stimulus nyeri,
fiksasi internal pelvis
pembatasan
atau reduksi fiksasi
eksternal. pengunjung
membantu
meningkatkan
kondisi O2
ruangan.
7. Analgetik
memblok lintasan
nyeri, sehingga
nyeri berkurang.
8. Kolaborasi untuk di
8. Fiksasi internal
lakukan reduksi dan
dan fiksasi
fiksasi internal pelvis
eksternal dapat
atau reduksi fiksasi
menurunkan
eksternal.
pergerakan
fragmen tulang
panggul mencegah
kompresi.
1.6.5 Evaluasi :
Evaluasi pasien disesuaikan dengan tujuan dan kriteia hasil yang diharapkan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. H
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn.H
2. Usia : 27 Tahun
6. Pekerjaan : Swasta
7. Agama : Islam
9. Alamat :-
B. Pengkajian Primer1
1. Airway
2. Breathing
RR: 26x/menit, nafas cepat dan dangkal, tidak terdapat nafas cuping
TD tidak dapat dikaji, Nadi: tidak teraba, capilarry refill > 2detik, akral
4. Disability
5. Exposure
Terdapat luka gores lebar dengan diameter 8cm pada lutut, dan luka
C. Pengkajian Sekunder
1. Keluhan Utama
bagian panggul.
S:6
T : Nyeri berkelanjutan
berat)
Pasien post kecelakaan lalu lintas ditabrak truk, jatuh dengan posisi
duduk, seketika pasien merasa kesakitan dan tidak mampu saat akan
berdiri
5. Pemeriksaan Fisik
Bagian Keterangan
Kepala
ka/ki, 5mm/3mm
kelenjar tiroid.
Pe : Bunyi pekak
Paru
A : ????????//
A : BU (+) 6x/menit.
Pe : Bunyi tympani
Ekstremitas
atas
bawah
6. Cairan
9/10
/12
24
= 13500
24
= 562,5 CC
Tot :862,5 cc
BC :
In-Out-Iwl: 0-8562,5-562,5
--300cc
7. Eliminasi
Terpasang kateter urin, dengan volume urin bag sebanyak ± 300 cc,
warna urin kuning, terdapat bercak darah pada urin.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (proses)
2. Rontgen
Terdapat close fraktur; cross fraktur tulang pelvis region kanan bawah,
E. TERAPI MEDIS7
NAMA
OBAT
DOSIS
CARA
PEMBERIAN
INDIKASI
KONTRA
INDIKASI
EFEK SAMPING
mg/kgbb/hari
IV : 3x10
mg/kgbb/hari
kandung kemih,uretra,
prostat; hematuria pasca
hemofilia.
Gangguan
penglihatan,
perdarahan
subaraknoid
Mual
muntah,hipotensi,
gangguan penglihatan
300 mg pada
malam hari
sebalum tidur.
duodenum, refluks
esofagitis, sindroma
zollinger-ellison, dispepsia
mencegah perdarahan
Tidak dianjurkan
kurang dari 16
tahun
Adakalanya
terjadihepatitis yang
bersifat reversibel
Jarang: agranulosis,
hipersensitifitas, ruma
trombositopenia yang
bersifat reversibel,
peptikum.
30 mg tiap 6 jam
sampai maksimal
120 mg sehari.
dengan kerusakan
15 mg sebagai
15 mg tiap 6 jam
sapai maksimal 60
mg sehari.
hebat.
• Alergi (seperti
nasal polyp,
angiodema,
bronchopasm,
asma syndrom
stevens jhonson,
ruam
vesiculobulous)
atau perdarahan
gastrointestinal.
• Kerusakan ginjal
berat
• Kasus obstetrik,
kehamilan,
menyusui
Dyspepsia, sakit
kepala, mengantuk,
suntikan, nyeri
gastrointestinal, diare,
berkeringat, mual
pusing edema,
konstipasi,melena,
stomatitis, lemah,
depresi, euphoria,
parasthesia, dyspnea,
gangguan penglihatan,
bengkak, ulkus
lambung, muntah,
vertigo, pruritis,
• Hipovolemia atau
dehidrasi
spinal
• Penyakit
cerebrovascular
• Gangguan
koagulasi
• Hemostatis
vasodilatasi, oliguria,
pendarahan colon,
pucat.
berat yang
disebabkan
organisme moderat
Hipersensitif terhadap
cephalosporin dan
penicilin (sebagai
Kombinasi dengan
aminoglikosid dapat
menghasilkan efek
khususnya pada
disebabkan oleh
P.aeruginosa
streptococcus faecalis.
dinaikkan dsampai
sehari.
50 mg/ kg BB idak
kali sehari
Bayi 15 hari- 12
tahun : 20-80
sehari. Dosis
intravena > 50
mg /kg BB harus
diberikan melalui
infus paling sedikit
30 menit
(termasuk gonore),
1. DS:
DO:
Suhu 36o C
TD tidak terdeteksi
2. DS:
Skala Nyeri :
S:6
T : berkelanjutan
DO:
3. DS:
DO:
Pasien pucat
Konjungtiva anemis
RR:26x/menit
TANGGAL
NO.
DX
menit
berlebihan.
akurat
kriteria hasil :
2. TTV normal
jam/hari)
teratur
serta keluarganya
analgetik
kondisi pasien
9. Bagaimana dg penatalaksanaan
ansietasnya tersebut.
TANGGAL NO.
DX
9/10/12 1&2
21.00 wib
21.05 wib
21.10 wib
21.10 wib
21.15 wib
jam
( kelembaban membran
S: -
O:
Suhu : 36,4O C
S: -
teraba
S: -
area panggul
S: -
pada ankle
S: -
1
1
22.00 wib
22.30 wib
21.00 wib
21.15 wib
21.30 wib
total protein )
IV apa?? Kecepatannya
berapa??
setiap 8 jam
S: -
darah PRC
S: -
panggul
19.10 wib
19.15 wib
19.25 wib
19.35 wib
19.00 wib
distraksi
keluarganya
pemberian analgetik
S:6
T : Nyeri berkelanjutan
S: -
S: pasien marah-marah
O: -
S:
pearwat
S: -
18.05 wib
18.10 wib
18.10 wib
18.15 wib
19.00 wib
19.30 wib
kaji kesimetrisannya,
dada
paru
dangkal.
S: -
S: -
S: -
paru
S: -
S: -
terjadi pergeseran.
S: -
kondisi pasien
terapi oksigen…monitor
frekuensinya,
kedalamannya dsb
tambahan
S: -
9 Oktober 2012 1 S:
O:
− Konjunctiva anemis
A:
P:
9 Oktober 2012 2 S:
O:
A:
P:
9 Oktober 2012 3 S: -
O:
A:
PEMBAHASAN
Tn. H datang ke IGD RSUD Dr. Moewardi pada pukul 17.50 WIB rujukan
dari RS PKU Karanganyar dengan keluhan nyeri akibat kecelakaan lalu lintas.
Perawat melakukan pengkajian dan ditemukan adanya tanda-tanda fraktur yaitu pain
(nyeri), pallor (pucat), pulse (nadi) tidak teraba, parestesia (terasa panas) dan
menunjukkan adanya close fraktur : cross fraktur tulang pelvis region kanan bawah
aspek kegawatan pada klien dengan fraktur pelvis kemudian hal tersebut terjadi pada
pasien ini??
berat, oleh karena adanya gaya yang membuka rongga pelvis menyebabkan
kerusakan kompleks ligament dan merobek fleksus vena di pelvis dan kadang
merobek arteri iliaka interna. Bila perdarahan pelvis banyak maka akan terjadi cepat
perlahan, kadang gelisah. Tn. H terlihat lemas, pucat, nadi tidak teraba, tekanan
menunjukkan Hb 9 g/dl. Maka dari itu dilakukan pemberian transfuse darah PRC 2
kantong. Transfusi darah PRC diberikan pada pasien yang salah satunya mengalami
perdaraha kronis yang ada tanda oksigen need (rasa sesak, mata berkunang, palpitasi,
pusing dan gelisah). PRC diberikan sampai tanda oksigen need hilang. PRC
diberikan biasanya pada Hb 8-10 gr/dl. Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl
diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. 6
Selain itu, diberikan terapi infuse Ringer Laktat dengan diguyur untuk memenuhi
vena.
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Pada fraktur dapat mengakibatkan
terputusnya kontinuitas jaringan sendi, tulang bahakan kulit pada fraktur terbuka
rangsangan nyeri ke sum-sum tulang belakang, kemudian dihantarkan oleh serabutserabut saraf
aferen yang masuk ke spinal melalu “dorsal root” dan sinaps pada
spinothalamic tract (STT) dan spinoreticuler tract (SRT). STT merupakan sistem
yang diskriminatif dan membawa informasi mengenai sifat dan lokasi dari stimulus
terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi. Tn. H
diajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan diberikan obat analgesic untuk
Tn. H terlihat cemas berat, skor 27 dengan skala Hars. Adanya kecemasan
berat yang dialami Tn. H menyebabkan ketidakefektifan pola nafas. Frekuensi nafas
Tn. H yaitu 26 kali/per menit, fase inspirasi lebih panjang daripada fase ekspirasi.
liter/menit dengan menggunakan nasal kanul. Tujuan dari pemberian terapi oksigen
ini yaitu memberikan aliran gas oksigen lebih dari 20 % pada tekanan satu atmosfir
Intervensi yang telah diberikan belum dapat mencapai kriteria hasil yang
sesuai dikarenakan intervensi tersebut harus dilakukan dengan estimasi waktu yang
lebih lama sehingga intervensi yang telah dilakukan perawat harus di laporkan
keperawatan yang telah dilakukan dengan waktu implementasi 12 jam belum dapat
KEPUSTAKAAN
Jakarta: Erlangga