A. PENGERTIAN
ITP adalah suatu keadaan perdarahan yang disifatkan oleh timbulnya petekia atau
ekimosis dikulit atau pun pada selaput lendir dan ada kalanya terjadi pada berbagai jaringan
dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang tidak diketahui. Kelainan pada kulit
tersebut tidak disertai eritema, pembekaan atau peradangan. Kelainaan ini dahulu dianggap
merupakan suatu golongan penyakit dan disebut dengan berbagai nama morbus makulosus
Werlhofi, sindrom hemogenik, purpura trombositolitik. Disebut idiopatik ialah untuk
membedakan dengan kelainan yang dapat diketahui penyebabnya dan biasanya disertai
dengan kelainan hematologis lain seperti misalnya anemia, kelainaan leukosit. Pada ITP
biasanya tidak disertai anemia atau kelainan lainnya kecuali bila banyak darah yang hilang
karena pendarahan.
Perjalanan penyakit ITP dapat bersifat akut dan kemudian akan hilang sendiri
(self limited) atau menahun dengan atau tanpa remisi dan kambuh.
Pada penelitian selanjutnya diketahui bahwa ITP merupakan suatu kelompok keadaan
suatu gejala yang sama tetapi berbeda patogenesisnya.
Tanda tanda penyakit ITP
Biasanya pengidap penyakit ITP akan mengalami beberapa tanda yang menunjukkan bahwa
mereka mengidap penyakit ITP. Tanda penyaklit ITP dapat di tunjukkan secatra tiba -
tiba(akut) atau mungkin secara perlahan (kronik) berikut tanda tandanya :
a) Peradangan pada hidung
b) Peradangan pada gigi
c) Mengalami lebam di anggota badan
D. MANIFISTASI KLINIS
E. KOMPLIKASI
a) DM induced steroid
b) Hipertensi
c) Immonocompromised
d) ITP berat dan infeksi
e) Reaksi transfusi
f) Relaps
g) Perdarahan susunan saraf pusat (kurang dari 1% kasus yang terkena)
h) Efek samping dari kortikosteroid
i) Infeksi dari pneumococcal. Infeksi ini biasanya didapat setelah pasien mendapat
terapi splenektomi. Si penderita juga umumnya akan mengalami demam sekitar
38.80C.
F. PENATALAKSANAAN
1. ITP akut
a) tanpa pengobatan, karena dapat sembuh secara spontan.
b) pada keadaan yang berat dapat diberikan kortikosteraid (prednison) peroral
dengan atau tanpa transfusi darah.
c) Bila setelah 2 minggu tanpa pengobata belum terlihat tanda kenaikan jumlah
trombosit, dapat dianjurkan pemberian kortikosteroid karena biasanya perjalanan
penyakit sudah menjurus kepada ITP menahun.
d) pada trombositopenia yang disebabkan oleh DIC, dapat diberikan heparin
intravena.pada pemberian heparin ini sebaiknya selalu disiapkan antidotumnya yaitu
protamin sulfat.
e) bila keadaan sangat gawat (perdarahan otak) hendaknya diberikan tranfusi suspensi
trombosit.
2. ITP menahun
a) kortikosteroid, diberikan selama 6 bulan.
b) obat imunosupresif (misalnya 6-merkaptopurin, azation, siklofosfamid). Pemberian
obat golongan ini didasarkan atas adanya peranan proses imunologis pada ITP
menahun.
c) splenekotomi dianjurkan bila tidak diperoleh hasil dengan penambahan obat
iminosupresif selama 2-3 bulan. Kasus ini seperti dianggap telah resisten terhadap
prednison dan obat imunosupresif, sebagai akibat produks antibodi terhadap trombosit
yang berlebihan oleh limpa. Splenektomi seharusnya dikerjaka dalam waktu 1 tahun
sejak permulaan timbulnya penyakit, karena akan memberikan angka remisi sebesar
60-80%. Spelenektomi yang dilakukan terlambat hanya memberikan angka remisi
sebesar 50%.
Indikasi splenektomi :
a) Resisten setelah pemberian kombinasi kortikosteroid dan obat imunosupresif selama
2-3 bulan.
b) Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian kortikosteroid saja
dengan gambaran klinis sedang sampai berat.
c) Penderita yang menunjukkan respons terhadap kortikosteroid namun memerlukan
dosis yang tinggi untuk mempertahankan keadaan klinis yang baik tanpa adanya
perdarahan.
Indinkasi kontra splenektomi :
Sebaiknya splenektomi dilakukan setelah anak berumur lebih dari 2 tahun, karena
sebelum 2 tahun fungsi limfa terdapat infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh yang
lain ( hati, kelenjar getah bening,tinus). Hal ini hendaknya diperhatikan, terutama dinegeri
yang sedang berkembang karena mortalitas dan morbiditas akibat infeksi masih tinggi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Yang khas ialah trombositopenia. Jumlah trombosit dapat mencapai nol. Anemia
biasanya normositik dan sesuai dengan jumlah darah yang hilang. Bila telah berlangsung
lama maka dapat berjenis mikrositik hipokromik. Bila sebelumnya terdapat pendarahan yang
cukup hebat, dapat terjadi anemia mikrositik. Leukosit biasanya normal, tetapi bila terdapat
perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis ringan dengan pergeseran ke kiri. Pada keadaan
yang lama dapat ditemukan limfositosis relatif atau bahkan leukopenia ringan.
Sumsum tulang biasanya memberikan gambaran yang normal, tetapi jumlah dapat
pula bertambah, banyak dijumpai megakariosit muda berinti metamegalial-uariosit satu,
setoplasma lebar dan granulasi sedikit (megakariosit yang mengandung trombosit) jarang
ditemukan, sehingga terdapat maturation arrest pada stadium megakariosit.
Sistem lain biasanya normal, kecuali bila terdapat perdarahan hebat dapat ditemukan
hiperatif sistem eritropoetik. Beberapa penyelidik beranggapan bahwa ditemukannya
eosinofil dalam jumlah banyak (lebih dari normal) merupakan petunjuk bahwa prognosis
penyakit baik.
Selain kelainan hematologis diatas, mekanisme pembekuaan memberikan kelainan
berupa masa perdarahan memanjang, rumpel-reede umumnya positif,tetapi masa pembekuan
normal, retraksi pembekuan abnormal dan prothrombin consumptian time memendek.
Pemeriksaan lainnya normal.
Dari rincian diatas, maka berikut ini macam pemeriksaannya:
Hitung darah lengkap dan jumlah trombosit menunjukkan penurunan hemoglobin,
hematokrit, trombosit (trombosit di bawah 20 ribu / mm3).
Anemia normositik: bila lama berjenis mikrositik hipokrom.
Leukosit biasanya normal: bila terjadi perdarahan hebat dapat terjadi leukositosis.
Ringan pada keadaan lama: limfositosis relative dan leucopenia ringan.
Sum-sum tulang biasanya normal, tetapi megakariosit muda dapat bertambah
dengan maturation arrest pada stadium megakariosit.
Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan
abnormal, prothrombin consumption memendek, test RL (+).
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000.
b. Tanda-tanda perdarahan.
- Petekie terjadi spontan.
- Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor.
- Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan.
- Hematuria. (seperti kencing darah)
- Perdarahan gastrointestinal.
c. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.
d. Aktivitas / istirahat.
Gejala : – keletihan, kelemahan, malaise umum.
- toleransi terhadap latihan rendah.
Tanda : – takikardia / takipnea (pernapasan yang sangat cepat), dispnea pada beraktivitas /
istirahat.
- kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
e. Sirkulasi.
Gejala : – riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis,
- palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : – TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
f. Integritas ego.
Gejala : keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse
darah.
Tanda : DEPRESI.
g. Eliminasi.
Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi.
Tanda : distensi abdomen.
h. Makanan / cairan.
Gejala : – penurunan masukan diet.
- mual dan muntah.
Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas.
i. Neurosensori.
Gejala : – sakit kepala, pusing.
- kelemahan, penurunan penglihatan.
Tanda : – epistaksis.
- mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).
j. Nyeri / kenyamanan.
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
Tanda : takipnea, dispnea.
k. Pernafasan.
Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, dispnea.
l. Keamanan
Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya.
Tanda : petekie, ekimosis.
2) Riwayat Keperawatan
A. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang pada pasien dengan ITP bervariasi tingkat keparahannya. Gejala
biasanya perlahan – lahan dengan riwayat mudah berdarah dengan trauma maupun tanpa
trauma.
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu mencakup penyakit yang pernah diderita oleh
pasien sebelumnya.
C. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian ini mencakup penyakit keluarga atau penyakit keturunan yang diderita oleh
keluarga pasien.
3) Pemeriksaan Fisik
Jika dokter mencurigai ITP, maka akan dilakukan pemeriksaan kulit pasien yang dicurigai
memar, daerah purpura, atau petechiae. Jika pasien ada riwayat mimisan atau perdarahan dari
mulut atau bagian lain dari tubuh, akan diperiksa penyebab lain dari perdarahan. Pasien
dengan ITP biasanya terlihat dan merasa sehat kecuali apabila terjadi perdarahan. yang
palaing penting diperiksa adalah spleen dan adanya demam. Pasien dengan ITP biasanya
tidak demam, sedangkan pasien dengan lupus atau adanya trombositopenia biasanya demam
4) Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen berhubungan dengan penurunan kapasitas
pembawa oksigen darah.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
5. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi.
6. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit.
7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perdarahan dibawah kulit.
5) Perencanaan Keperawatan
NO Diagnosa Perencanaan keperawatan
keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan Ø Berikan nutrisi Ø mencukupi
pemenuhan nutrisi asuhan keperawatan yang adekuat kebutuhan kalori
dan cairan kurang selama 3x24 jam secara kualitas setiap hari.
dari kebutuhan diharapkan pasiaen maupun kuantitas Ø porsi lebih kecil
tubuh berhubungan dapat Ø Berikan dapat meningkatkan
dengan anoreksia. menghilangkan mual makanan dalam masukan yang
dan muntah dengan porsi keciltapi sesuai dengan
kriteria hasil mual sering. kalori.
dan muntah Ø Pantau Ø anoreksia dan
berkurang pemasukan kelemahan dapat
makanan dan mengakibatkan
timbang berat penurunan berat
badan setiap hari. badan dan
Ø Lakukan malnutrisi yang
konsultasi dengan serius.
ahli diet. Ø sangat
bermanfaat dalam
perhitungan dan
penyesuaian diet
untuk memenuhi
kebutuhan
2 Gangguan perfusi Setelah dilakukan Ø Awasi TTV, Ø memberikan
jaringan asuhan keperawatan kaji pengisian informasi tentang
berhubungan selama 3 x 24 jam kapiler. derajat/
dengan penurunan diharapkan tekanan Ø Tinggikan keadekuatan perfusi
komponen seluler darah pada pasien kepala tempat tidur jaringan dan
yang diperlukan normal dan sesuai toleransi. membantu
untuk pengiriman pengisian kapiler Ø Kaji untuk menentukan
oksigen dan nutrisi baik dengan kriteria respon verbal kebutuhan
ke sel. hasil menunjukkan melambat, mudah intervensi.
perbaikan perfusi terangasang Ø meningkatkan
yang dibuktikan Ø Awasi upaya ekspansi paru dan
dengan TTV stabil. parnafasan, memaksimalkan
auskultasi bunyi oksigenasi untuk
nafas. kebutuhan seluler.
Ø dapat
mengindikasikan
gangguan fungsi
serebral karena
hipoksia.
Ø dispne karena
regangan jantung
lama / peningkatan
kompensasi curah
jantung.
Betz L. Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Barbara C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
http://seila31.blogspot.com/2011/05/gangguan-hemostasis-itp.html
http://dranak.blogspot.com/2006/10/itp-idiopathic-thrombocytopenic.html
http://kesumaangsana.blogspot.com/2012/04/pernah-dengar-penyakit-itp.html
Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga