Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan
persepsi. Bentuk halusinasi berupa suara-suara yang bising atau mendengung,
tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat
yang agak sempurna. Halusinasi ini kadang-kadang menyenagkan misalnya;
bersifat ketiduran, ancaman dan lain-lain.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus
eksternal, juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang di
interpretasikan oleh stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan yang
berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi
mengachu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga
melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan.
Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat
ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti : skizofrenia,depresi, delirium,
dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi
lingkungan.

1.2 TUJUAN
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Jiwa
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami Konsep Teori Keperawatan Jiwa
“ Halusinasi Pendengaran".
 Pengertian Halusinasi Pendengaran
 Rentang Respon Halusinasi
 Penyebab Halusinasi

1
 Jenis-jenis Halusinasi
 Fase-fase Halusinasi
 Tanda dan Gejala Halusinasi
 Pohon Masalah Halusinasi

b. Mahasiswa dapat memahami Konsep Asuhan Keperawatan


Jiwa “Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran”.
 Diagnosa Keperawatan
 Rencana Keperawatan
 SPTK

2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

2.1 KONSEP DASAR TEORI


2.1.1 Pengertian Halusinasi
 Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada
panca indra seseorang pasien yang terjadi dalam keadaan
sadar/bangun, dasarnya mungkin organic psikotik ataupun histerik
(Maramis,1994).
 Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
 Halusinasi adalah suatu penghayatan yang dialami seperti suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulasi eksterna persepsi palsu
(Lubis,1993).

2.1.2 Rentang Respon


Rentang respon neurobiologik

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikiran


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional Kesukaran proses
dengan pengalaman berlebihan atau kurang emosi
Perilaku sesuai Perilaku yang tidak bisa Perilaku disorganisasi
Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

3
2.1.3 Penyebab
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
 Gangguan perkembangan dan fungsi otak/susunan saraf pusat.
 Gejala yang mungkin muncul adalah : hambatan dalam belajar,
berbicara, daya ingat dan mungkin perilaku kekerasan.
b. Psikologis
 Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan
 Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien
 Pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak adekuat misalnya
: tidak ada kasih sayang, diwarnai kekerasan dalam keluarga.
c. Sosial budaya
 Kemiskinan,konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan keamanan)
 Kehidupan yang terisolir disertai sters yang menumpuk
2. Faktor presipitasi
a. Kurangnya sumber daya atau dukungan sosial yang dimiliki
b. Respon koping yang maladaptif
c. Komunikasi dalam keluarga kurang atau juga kemampuan
finansial keluarga.

2.1.4 Jenis-jenis Halusinasi


Jenis Persentase Karekteristik
halusinasi
Pendengaran 70% Mendengar suara-suara/kebisingan, paling sering suara
(Auditorik) orang, suara berbentukkebisingan yang kurang jelas
sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien
bahkan sampai kepercakapan lengkap antara 2 orang
atau lebih tentang orang yang mengalami halusinasi.

4
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin, atau
(qustatori) seperti feses.
Penglihatan 20% Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
(Visual) geometris,gambar kartun, bayangan yang
rumit/komplek bayangan bisa menyenangkan /
menakutkan seperti melihat monster.
Penglihatan 20% Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
(Visual) geometris,gambar kartun, bayangan yang
rumit/komplek bayangan bisa menyenangkan /
menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin
(olfaktori) atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan.
Perabaan Mengalami nyeri ketidaknyamanan tanpa stimulus
(tactile) yang jelas, rasa tersetrum listrik yang dating dari
tanah, benda mati atau orang lain.
Pengrasa Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena
(kinestetik) atau arteri, pencernaan makan / pembentukan urin,
merasakan pergerakan.

2.1.5 Fase-fase Halusinasi


1. Fase pertama ( Comforting)
Pada fase ini individu mengalami kecemasan,stress perasaan
bersalah,klien mungkin melawan / membebaskan pikiran padahal
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan, klien masih
dapat mengontrol halusinasinya.
2. Fase kedua ( Condemning )
Pengalaman sensori bersifat menjijikan / menakutkan orang
berhalusinasi melalui merasa malu karena pengalaman sensosinya
dan menarik diri.

5
3. Fase ketiga ( Controlling )
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan halusinasinya
yang mengusai dirinya. Isi halusinasinya dapat berupa permohonan
individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori
berakhir.
4. Fase keempat ( Coniquering )
Pasien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari
control halusinasinya menjadi mengancam, menerima, dan
memarahinya. Klien dapat berhubungan dengan orang lain.

2.1.6 Identifikasi adanya perilaku halusinasi


1. Isi halusinasi
 Rasa suara siapa yang didengar
 Apa bentuk bayangan yang dilihat
 Bau apa yang dicium
 Rasa apa yang dikecap
 Merasakan apa di permukaan tubuh
2. Waktu dan frekuensi halusinasi
 Kapan pengalaman halusinasi itu muncul
 Bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persis waktu
terjadinya halusinasi tersebut
3. Situasi pencetus halusinasi
 Menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami
sebelum halusinasi muncul
 Mengobserfasi apa yang dialami klien menjelang munculnya
halusinasi
4. Respon klien
 Apa yang dilakukaan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi.

6
 Apakah masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah
tidak berdaya lagi terhadap halusinasi.

2.1.7 Tanda dan gejala


 Bicara dan senyum sendiri
 Mendengar suar-suara
 Marah-marah, gelisah
 Merusak/menyerang
 Menarik diri dan menghindar dari orang lain
 Suka menyendiri
 Tidak bisa membedakan nyata dan tidak nyata
 Tidak dapat memusatkan perhatian/kosentrasi
 Bermusuhan
 Ekspresi muka tegang dan mudah tersingung

2.1.8 Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan (Akibat)

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi (Masalah Utama)

Isolasi sosial (Penyebab)

7
2.2 MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PELU DI KAJI
1. Resiko perilaku kekerasan
DS : “suara-suara itu menyuruh saya untuk marah-marah”
DO :
 Klien gelisah
 Klien marah-marah ingin memukul
 Bermusuhan, merusak/menyerang .
2. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
DS : “ Saya juga mendengar suara-suara”
DO :
 Klien bicara dan tertawa sendir
 Klien tiba-tiba marah
 Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
3. Isolasi Sosial
DS : “Suara-suara itu datang saat saya sedang sendiri dikamar”
DO :
 Klien menyendiri dikamar
 Menghindar dari pergaulan orang lain
 Tidak mampu memusatkan perhatian
 Selalu menunduk saat diajak bicara

2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
2. Isolasi social

2.4 RENCANA KEPERAWATAN


Dx. 1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
a. Tujuan Umum (TUM)
Klien dapat mengontrol perilaku halusinasi yang dialaminya

8
b. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1.1.Bina hubungan saling percaya
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f. Berikan perhatian pada klien, perhatikan kebutuhan dasar klien
1.2.Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
2.1.Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2.Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya; bicara dan
tertawa tanpa stimulus, memandang kekiri, kekanan, kedepan,
kebelakang seolah-olah ada teman bicara
2.3.Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Jika menemukan klien sedang halusinasi, tanyakan apakah ada
suara yang didengar
b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan
c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu,
namun perawat sendiri tidak mendengarnya
d. Katakan bahwa ada klien lain juga mengalami hal yang sama
sepertinya
e. Katakan bahwa perawat bersedia membantu klien
2.4.Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu, frekuensi terjadinya halisinasi (pagi, siang, sore, dan
malam atau jika sendiri atau sedih)

9
2.5.Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah,senang,sedih,takut) beri kesempatan mengungkapkan
perasaan
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
3.1.Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri, dll)
3.2.Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat
beri pujian
3.3.Diskusikan cara baru untuk memutus atau mengontrol timbulnya
halusinasi :
a. Katakan “saya tidak mau dengar kamu” (apada saat halusinasi
sedang terjadi)
b. Temui oarng lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk
bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta perawat atau teman menyapa klien jika melihat klien
berbicara sendiri.
3.4.Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara
bertahap
3.5.Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih . Evalusi
hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.6.Anjurkan klien mengikuti TAK, Orientasi Realita, dan Stimulus
Persepsi
4. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
4.1. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami
halusinasi
4.2.Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung) :
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi

10
c. Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
dirumah; beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
berpergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat
bantuan halusinasi tidak terkontrol dan resiko mencederai
oaring lain
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik untuk mengontrol
halusinasinya
5.1.Diskusikan dengan keluarga dank lien tentang jenis, dosis,
frekuensi, dan manfaat obat
5.2.Anjurkan klien minta sendiri oabat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
5.3.Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang manfaat dan
efek samping obat yang dirasakan
5.4.Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
5.5.Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. P.A DENGAN DIAGNOSA
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Tanggal dirawat :
Tanggal pengkajian :
Ruang : Mawar

3.1. PENGUMPULAN DATA


3.1.1. IDENTITAS KLIEN
Nama / Inisial : Ny. P. A.
Umur :
Alamat :
Agama : Islam
Pekerjaan :
Pendidikan :
Jenis Kelamin : Perempuan
No RM :
Informan : Pasien dan Status Pasien
Dx. Medis :

3.1.2. ALASAN KLIEN MASUK


a. Data primer :

b. Data sekunder :
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian :

12
3.1.3. FAKTOR PRESIPITASI
Sejak kurang lebih 4 hari (20 september 2013) sebelum masuk rumah
sakit, pasien kambuh dengan gejala mondar-mandir, mandi tidak
teratur, marah-marah, mudah tersinggung, bicara tak terarah,memukul,
tertawa sendiri, merusak barang-barang, mendengar suara bisikan yang
tidak ada wujudnya penyebabnya karena pasien tidak rutin minum obat.
kemudian klien dibawah oleh keluarganya kerumah sakit jiwa Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang-Malang.

3.1.4. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Iya, pasien mengatakan ia pernah mengalami hal yang sama
sebelumnya dan pulang dari rumah sakit karena sudah sembuh.
Menurut status, sebelumnya klien pernah opname dirumah sakit Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang dengan gejala yang sama yaitu
marah-marah, mudah tersinggung dan merusak barang-barang.
2. Pengobatan sebelumnya
Pasien mengatakan pengobatan sebelumnya berahasil dan pulang
dari RSJ Lawang dengan keadaan sembuh, tetapi karena tidak rutin
kontrol dan tidak rutin minum obat sehingga pasien kambuh
kembali.
3. a. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh
kembang)
Tidak, pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit fisik
termasuk gangguan tumbuh kembang.

b. Pernah ada riwayat NAPZA?


Iya, pasien mengatakan pernah menggunakan obat-obatan
terlarang (narkoba)
c. Riwayat trauma

13
pasien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik-seksual,
penolakan, kekerasan dalam rumah tangga baik sebagai pelaku,
korban, dan saksi. Ketika dirumah pasien marah-marah,
mengamuk, memukul dan merusak barang-barang dikamar karena
jengkel mendengar suara-suara.
Diagnosa keperawatan : - Resiko Perilaku Kekerasan
- Penatalaksanaan Regiment
Terapeutik Inefektif
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakan selama bekerja sebagai tukang parkir, ia dibayar
gaji secara dicicil, sehingga ia menjadi bingung, marah-marah,dan
merusak barang-barang.
Diagnosa keperawatan : Respon Paska Trauma
5. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada

3.1.5. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : baik
2. Tingkat kesadaran secara kualitatif = composmentis
3. Tanda – Tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : x/90menit
S : 37°C
RR : 20 x/ menit

4. Ukuran badan
TB : 170 cm
BB : 52 kg
5. Keluhan fisik :

14
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
6. Pemeriksaan fisik
 Kepala : Rambut pendek, warna rambut hitam, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan, dan tidak ada lesi.
 Mata : Bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera
putih, tidak ada gangguan penglihatan.
 Telinga : Bersih, bentuk simetris, tidak ada nyeri.
 Abdomen : Simetris, tidak ada nyeri tekan.
 Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
 Dada : Bentuk simetris, tidak ada retraksi dada
 Genetalia : Tidak dikaji
 Ekstremitas : kekuatan otot 5 5
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
5 5

3.1.6. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL


1. Genogram

X X

15
28

16
Keterangan:

X X : Laki-Laki/ Perempuan = meninggal

: Laki-Laki

: Perempuan

: Menunjukan klien
: Garis pernikahan
: Garis Keturunan
: Orang yang terdekat dengan pasien
-------- : Tinggal serumah
28 : Umur pasien
Penjelasan genogram :
1) Pola komunikasi
Pasien mengatakan komunikasi dengan keluarganya baik.
2) Pola asuh
Pasien mengatakan anak tunggal. Pasien mengatakan sejak kecil ia
di asuh oleh orang tuanya dengan sangat sabar. Klien tinggal
serumah dengan kedua orang tuanya.
3) Pola pengambilan keputusan
Pada pengambilan keputusan dalam rumahnya, pasien mengatakan
yang paling dominan adalah ayah pasien sendiri.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
2. Konsep Diri
a. Citra diri
Pasien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya dan
mengatakan tidak kekurangan pada seluruh tubuhnya dan
bersyukur atas apa yang telah diberikan Allah SWT.

17
b. Identitas diri
Klien mengatakan namanya Tn. T.A, umur 28 tahun pendidikan
terakhir SMA, dan selama ini dia puas menjadi seorang laki-laki.
c. Peran
 Saat dirumah :
Pasien mengatakan dirumah ia bekerja sebagai tukang parkir
 Saat di RSJ :
Pasien membantu membersihkan ruangan seperti menyapu,
nyuci piring, mengepel.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat pulang dan sembuh dan pulang
kemudian melanjutkan istirahatnyaa dirumah.
e. Harga diri
Pasien mengatakan merasa malu dengan kondisi sekarang karena
di rawat di rumah sakit jiwa Lawang, dan tidak bisa bekerja
membantu orang tuanya.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang terdekat dengan pasien
- Dirumah :
Pasien mengatakan orang yang terdekat dengan klien adalah
ibunya.
- Di RSJ :
Pasien mengatakan tidak mempunyai teman dekat.
b. Peran serta klien dalam kelompok/ masyarakat
Pasien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok
dalam masyarakat.
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain
- Pasien mengatakan jarang bercakap-cakap dengan orang lain
dan lebih suka menyendiri.

18
- Pasien lebih sering menyendiri, jarang bercakap-cakap dengan
orang lain.
Diagnosa keperawatan: Isolasi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Pasien mengatakan bahwa agamanya islam dank lien percaya dan
yakin kepada Allah SWT.
b. Kegiatan ibadah
- Dirumah : pasien mengatakan saat dirumah jarang sholat.
- Di RSJ : pasien mengatakan ia sholat tapi tidak rutin
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada

3.1.7. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Penampilan cukup rapi, menggunakan baju dari RS, cara
penggunaan sesuai, rambut pendek, berjanggut, badan tampak
bersih, dan kuku pendek dan bersih.
Diagnosa keperawatan : Tidak ada
2. Pembicaraan
Nada bicara sedang, kalimat bisa dipahami, jawaban pasien sesuai
dengan pertayaan perawat, klien menggunakan bahsa Indonesia.
Diagnosa keperawatan : Tidak ada
3. Aktivitas motorik
Pasien terlihat lesu, kurang bersemangat, sering menyendiri, sering
mondar – mandir, dan kadang melamun.
Diagnosa keperawatan : Resiko Cedera

19
4. Alam perasaan (emosi)
 Afek
Ketika diajak bicara yang menyenagkan ekspresi wajah pasien
tampak senang, ketika diajak bicarayang menyedihkan ekspresi
wajah pasien tampak sedih.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
 Emosi
Pasien mengatakan ia sedih dan ingin pulang bertemu orang tua dan
keluarganya.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
5. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, kontak mata focus, mau menatap lawan bicara,
mau menjawab pertayaan yang diajukanoleh perawat.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
6. Persepsi sensori
- Pasien mengatakan mendengar suara laki-laki dan perempuan tanpa
wujud, yang menyuruhnya untuk marah-marah dan merusak
barang-barang.
- Pasien mengatakan suara-suara itu muncul saat sendiri, kemudian
pasien merasa terganggu, dan jengkel.
- Pasien mengatakan pada saat dirumah ketika bisikan-bisikan itu
muncul pasien mengikuti atau menuruti bisikan-bisikan tersebut
yaitu marah-marah dan merusak barang-barang.
- Pasien sering berbicara sendiri dan mondar-mandir
Diagnosa keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran.
7. Proses pikir
a. Arus pikir
Koheren, pembicaraan pasien lancar dan dapat di pahami,
jawaban sesuai pertayaan perawat.

20
b. Isi pikir
- Pikiran rendah diri :
Pasien mengatakan malu dengan keadaannya sekarang ini
karena dirawat di RSJ lawang.
- Pikiran isolasi sosial :
Pasien mengatakan malas bergaul dengan orang lain dan lebih
suka menyendiri.
c. Bentuk pikir
Non realistik, apa yang dikatakan pasien tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada, dibuktikan dengan pasien mengatakan
mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya yang
mengatakan menyuruhnya untuk marah-marah dan merusak
barang-barang.
Diagnosa keperawatan : Gangguan Proses Pikir
8. Tingkat kesadaran
 Secara kuantitatif
Composmentsis, GCS 4,5,6
 Secara kualitatif
Kesadaran berubah, pasien tidak mampu mengadakan hubungan
(relasi ) dan pembatasan dengan lingkungan (limitasi) dan
dirinya sendiri pada taraf yang tidak sesuai dengan kenyataan, di
buktikan dengan pasien mengalami halusinasi, pasien mendengar
suara-suara yang menyuruhnya untuk marah-marah dan merusak
barang-barang, klien sering melamun, sering mondar-mandir
tanpa ada tujuan, menyendiri dan kadang-kadang bicara sendiri.
Diagnosa keperawatan : Gangguan Proses Pikir
9. Orientasi
- Waktu
Baik, dibuktikan pasien mampu menyebutkan waktu dengan
benar, pasien mengatakan sekarang siang hari jam 11.00 WIB

21
- Tempat
Baik, dibuktikan psien mempu menyebutkan bahwa sekarang
berada diruang Cucak Rowo di RSJ-Lawang
- Orang
Baik, dibuktikan pasien mampu membedakan antara perawat
dengan pasien. Pasien mengatakan yang memakai baju putih-
putih adalah perawat.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
10. Memori
1. Daya ingat jangka panjang
Pasien mengatakan umurnya sekarang 28 tahun,ia lahir di
Singosari, 24-03-1984.
2. Daya ingat jangka pendek
Pasien mengatakan 2 hari yang lalu main bola volly bersama
perawat.
3. Daya ingat saat ini
Pasien mengatakan tadi pagi sarapan bubur kacang hijau.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mampu berkonsentrasi, saat ditanya pasien dapat lansung
menjawab pasien menjawab pertayaan berhitung, seperti: 4+15=19,
20-5=15
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada
12. Kemampuan penilaian
Pasien tidak mengalami gangguan penilaian saat ditanya jika lantai
kotor di pel dulu atau di sapu dulu, pasien menjawab di sapu dulu
supaya kotorannya tidak menempel di kain pel.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada

22
13. Daya Tilik Diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya sedang mengalami sakit jiwa,
oleh karena itu dirawat di RSJ-Lawang.
Diagnosa keperawatan : Tidak Ada

3.1.8. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan.
a. Makan
Pasien mampu makan sendiri tanpa bantuan. Makan 3x sehari
b. BAB/ BAK
- Pasien mampu BAB/BAK secara mandiri tanpa bantuan,
menggunakan kamar mandi dan WC ketika BAB/BAK
- Pasien mampu bersihkan diri setelah BAB/BAK
c. Mandi
Pasien mampu mandi sendiri tanpa bantuan , pasien mandi 2x
sehari dan memakai sabu, dibilas dengan air, menyikat gigi ketika
mandi.
d. Pakaian
Pasien mampu memakai pakaian sendiri tanpa bantuan
e. Istirahat dan tidur
Tidur pagi : -
Tidur siang : 13.00 – 14.00 WIB
Tidur malam : 01.00 – 04.00 WIB
f. Penanggung obat
Pasien mampu minum obat secara mendiri sesuai jadwal namun
cara menggunakan obat dibantu oleh perawat sesuai dengan 5B
(benar, obat, pasien, dosis, cara dan waktu)
g. Pemeliharaan
Pasien membutuhkan perawatan lanjut dan sistem pendukung dari
keluarga selama dirumah.

23
h. Aktivitas dalam ruangan
Pasien kadang-kadang membantu membersihkan ruangan, tapi
pasien setelah selesai mondar – mandir dan melamun.
i. Aktivitas luar ruangan
Pasien jarang bergaul dengan pasien lain, pasien lebih suka
menyendiri.
Diagnosa keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri

3.1.9. MEKANISME KOPING


Mekanisme koping maladaptive
- Pasien mengatakan bila ada masalah tidak membicarakan kepada
orang lain
- Dirumah pasien marah-marah, dan merusak barang-barang.
Diagnosa keperawatan : Koping Individu Inefektif

3.1.10. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok
Dirumah : Ada masalah, dibuktikan dengan klien mengatakan
merasa malu kerena tidak di terima oleh tetangga dan teman-
temannya karena klien mengalami gangguan jiwa.
Di RSJ : Ada masalah, dibkuktikan kalau pasien lebih banyak
melamun dan menyendiri.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Pasien mengatakan lebih sering menyendirri di dalam kamarnya.
3. Masalah berhubungan dengan pendidikan
Pasien mengatakan kalau ia tidak punya masalah dengan
pendidikan. Pasien tamatan SMA.
4. Masalah berhubungan dengan pekerjaan
Pasien sebelumnya bekerja sebagai tukang parkir untuk
membantu menafkahi kebutuhan keluarganya. Tetapi setiap bulan
gajinya di bayar dengan cicil dan kadang tidak di bayar.

24
5. Masalah berhubungan dengan perumahan
Pasien mengatakan tinggal bersama dengan kedua orang tuanya.
6. Masalah berhubungan dengan ekonomi
Pasien mengatakan ekonomi dalam keluarganya rendah.
7. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan sudah yang ke 2x ia masuk di RSJ lawang
ini.
Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah

3.1.11. ASPEK PENGETAHUAN


Pengetahuan kurang tentang pengobatan :
Pasien mengatakan tidak mengetahui akibat berhenti minum obat
dan tanpa konsultasi dokter.
Diagnosa keperawatan : Kurang Pengetahuan Tentang
Pengobatan

3.1.12. ASPEK MEDIS


Diagnos medis :
Axis 1 : Skizofrenia hibefrenik episode berulang
Axis II : Kurang Bergaul
Axis III : Tidak ditemukan
Axis IV : Masalah psikososial (kebutuhan ekonomi)
Axis V : GAF 13-21
Terapi medis :
- Tablet Halloperidol 5mg 1-0-1
- Clorpromazine 100 mg 1-0-0

25
3.1.13. ANALISA DATA
Nama : Tn. T.A Dx medis : F.20.13
Ruangan : CUCAK ROWO No. RM : 085198
Data subjektif/ Data objektif Diagnosa keperawatan
1. DS : Gangguan persepsi sensori :
- Pasien mengatakan mendengar suara laki- Halusinasi pendengaran
laki dan perempuan tanpa wujud, yang
menyuruhnya untuk marah-marah dan
merusak barang-barang.
- Pasien mengatakan suara-suara itu muncul
saat pasien sendiri, kemudian pasien
merasa terganggu, dan jengkel.
- Pasien mengatakan pada saat dirumah
ketika bisikan-bisikan itu muncul pasien
mengikuti atau menuruti bisikan-bisikan
tersebut yaitu marah-marah dan merusak
barang-barang.
DO :
- Pasien kadang berbicara sendiri
- Sering mondar-mandir
2. DS : Resiko perilaku kekerasan
Pasien mengatakan dibawa kerumah sakit
karena mendengar bisikan-bisikan,
kemudian marah-marah dan merusak
barang-barang.
DO :
Menurut status : dirumah pasien sering
marah-marah, memukul dan merusak
barang-barang disekitarnya.

26
3. DS : Isolasi sosial : Menarik diri
- Pasien mengatakan jarang bercakap-cakap
dengan orang lain dan lebih suka
menyendiri.
DO :
- Pasien lebih sering sendiri
- Pasien jarang bercakap-cakap dengan orang
lain.
4. DS : Harga Diri Rendah
Pasien mengatakan merasa malu dengan
kondisi sekarang karena di rawat di rumah
sakit jiwa Lawang, dan tidak bisa bekerja
membantu orang tuanya.

DO :
- Pasien sering menyendiri dan melamun.
5. DS : Respon paskatrauma
Klien mengatakan selama bekerja sebagai
tukang parkir, ia dibayar gaji secara dicicil,
sehingga ia bingung, marah-marah,dan
meerusak barang-barang

DO : -
6. DS : Gangguan Proses Pikir
Pasien mendengar suara-suara yang
menyuruhnya untuk marah-marah dan
merusak barang-barang, klien sering
melamun, sering mondar-mandir tanpa ada
tujuan, menyendiri dan kadang-kadang
bicara sendiri.

27
DO :
- kesadara pasien secara kualitatif berubah.
- Pasien tidak mampu mengadakan hubungan
( relasi ) dan pembatasan dengan lingkungan
( limitasi ) dan dirinya sendiri : pasien sering
berbicara sendiri,sering menyendiri, jarang
bercakap-cakap dengan orang lain.

7. DS : Koping individu inefektif


- Pasien mengatakan bila ada masalah tidak
membicarakan kepada orang lain

DO :
- Dirumah pasien marah-marah, dan merusak
barang-barang.
8. DS: Penatalaksanaan regiment
Pasien mengatakan pengobatan sebelumnya terapeutik inefektif
berhasil dan pulang dari RSJ Lawang dengan
keadaan sembuh, tetapi karena tidak rutin
kontrol dan tidak rutin minum obat sehingga
pasien kambuh kembali.

DO : -
9. DS : Kurang pengetahuan tentang
Pasien mengatakan tidak mengetahui akibat pengobatan
berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.
DO : -

28
10 DS: - Resiko cedera
DO:
Pasien terlihat lesu, kurang bersemangat,
sering menyendiri, sering mondar – mandir.

3.1.14. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial : menarik diri
4. Harga diri rendah
5. Respon Paska Trauma
6. Gangguan proses pikir
7. Koping individu in efektif
8. Penatalaksanaan regiment terapeutik in efektif
9. Kurang pengetahuan tentang pengobatan
10. Resiko Cedera

29
3.1.15. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan / menciderai diri sendiri,orang lain,


dan lingkungan ( efek )

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran


Resiko cedera
( core problem)

Gangguan proses
Isolasi sosial
pikir ( cause )
Penatalaksanaan regimen
Respon paska terapiutik in efektif
Harga Diri Rendah
trauma

Koping individu Kurang pengetahuan


inefektif tentang pengobatan

3.1.16. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Isolasi sosial : Menarik Diri

30
3.1.17. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.T.A Ruangan : Cucak Rowo
No. Register : 085198 Dx. Medis : ( Skizofrenia Hiberfrenik episodik berulang)

No Diagnosa Perencanaan Rasional


keperawatan Tujuan Kriteriahasil Intervensi
1 Gangguan TUM : 1.1 Setelah keperawatan 1.1 BHSP dengan menggunakan prinsip 1.1 Klien sudah percaya
sensori Pasien dapat pasien menunjukkan komunikasi terapeutik kepada perawat akan
persepsi: mengontrol tanda-tanda percaya a. Sapa klien dengan ramah baik verbal membuat
halusinasi halusinasi yang kepada perawat : maupun non verbal mempermudah
pendengaran dialami a. Ekspresi wajah b. Perkenalkan nama, nama panggilan, kerjasama sehingga
bersahabat tujuan perawat berkenalan klien lebih kooperatif
TUK1 : b. Menunjukkan rasa c. Tanyakan nama lengkap dan nama
Pasien dapat BHSP tenang panggilan yang disukai klien
c. Ada kontak mata d. Buatlah kontrak yang jelas
d. Mau berjabat tangan e. Tunjukkan sikap jujur dan menepati
e. Mau menyebut nama janji setia kau berinteraksi
f. Mau menjawab salam f. Tunjukkan sikap empati dan menerima
g. Mau berdampingan apa adanya
dengan perawat g. Beri perhatian pada klien dan
h. Mau mengutarakan perhatikan kebutuhan dasar
masalahnya 1.2 Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya

31
1.3 Dengarkan ungkapan klien dengan penuh
perhatiaan ekspresi perasaan klien
TUK 2 : 2.1 Setelah interaksi pasien 2.1 Adakah kontak sering singkat secara 2.1 Mengurangi waktu
Pasien dapat menyebutkan : bertahap kosong bagi pasien
mengenal halusinasi a. Isi sehingga pasien dapat
b. Waktu mengurangi frekuensi
c. Jenis halusinasinya.
d. Frekuensi 2.2 Observasi tingkah laku klien terkait 2.2 Memfasilitasi pasien
e. Situasi dan kondisi dengan halusinasinya, jika menemukan untuk mengungkapkan
yang menimbulkan klien yang sedang halusinasi persepsi secara terbuka.
halusinasi a. Jika menemukan klien yang sedang Mengidentifikasi
2.2 Setelah dilakukan halusinasinya tanyakan apakah ada perasaan halusinasi
intervensi keperawatan bisikan yang didengar atau melihat yang diakui pasien
pasien mengatakan bayangan yang tanpa wujud / sebagai dasar untuk
perasaan dan respon merasakan sesuatu yang tidak ada intervensi
saat mengalami wujudnya.
halusinasi b. Jika ada klien menjawab ada, lanjutkan
a. Marah apa yang dialami
b. Takut c. Katakan bahwa perawat percaya klien
c. Sedih mengalami hal tersebut namun perawat
d. Senang sendiri tidak mengalami halusinasi.

32
d. Katakan bahwa klien juga ada yang
seperti klien.
e. Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya 2.3 Mengetahui tingkat
a. Jika menemukan klien sedang halusinasi yang dialami
halusinasi, tanyakan apakah ada pasien
bisikan yang didengar/apakah melihat
bayangan yang tanpa wujud atau
merasakan sesuatu yang tidak ada
wujudnya.
b. jika klien menjawab ada, lanjutkan
apa yang dialaminya.
c. Katakn bahwa perawat percaya klien
mengalami hal tersebut, namun
perawat sendiri yidak mengalamimnya
d. Katakan bahwa klien lain juga ada
yang seperti klien
e. Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
2.4 Jika pasien tidak senag halusinasi, 2.4 Untuk memutus
klasifikasikan tentang adanya pengalaman halusinasi yang

33
halusinasi. dilakukan pasien
a. Isi : waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
b. Situasi dan kondisi yang tidak
menimbulkan halusinasi
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang 2.5 Mencegah
dirasakan klien jika terjadi halusinasi halusinasinya berlanjut
(marah, takut, sedih, senag, bingung)beri
kesempatan mengungkapkan perasaanya.
2.6 Diskusikan dengan klien apa yang
dilakukan untuk mengatasi persaan
tersebut.
2.7 Diskusikan tentang dampak yang akan
dialaminya bila klien menikmati
halusinasinya.
TUK 3 : 3.1 Setelah dilakukan 3.1 Identifikasi bersama klien cara yang 3.1 Dengan mengontrol
Pasien dapat interaksi pasien dilakukan. halusinasinya dengan
mengontrol menyebutkan tindakan beberapa cara
halusinasinya yang biasa dilakukan halusinasinya klien
untuk mengendalikan dapat berkurang sedikit
halusinasinya. demi sedikit.

34
3.2 Setelah dilakukan 3.2 Diskusikan cara yang digunakan klien. 3.2 Dengan mengontrol
interaksi pasien a. Jika cara yang digunakan adaptif beri halusinasinya dengan
menyebutkan cara baru pujian. beberapa halusinasinya
untuk mengontrol b. Jika cara yang digunakan maladaptive dengan beberapa cara
halusinasinya. diskusikan kerugian cara tersebut. halusinasi klien data
3.3 Setelah dilakukan 3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/ berkurang sedikit demi
interaksi pasien dapat mengontrol timbulnya halusinasinya. sedikit.
memilih dan a. Menghardik halusinasi katakan pada
memperagakan cara diri sendiri bahwa ini tidak nyata.
mengatasi b. Menemui orang lain (perawat/
halusinasinya. teman/keluarga) untuk menceritakan
3.4 Setelah interaksi klien halusinasinya/bercakap-cakap.
melaksanakan cara yang c. Membuat dan melaksanakan jadwal
telah dipilih untuk kegiatan sehari-hari yang telah
mengendalikan disusun.
halusinasinya. d. Memberikan kesehatan penggunaan
3.5 Setelah interaksi klien obat dan mengendalikan halusinasi.
mengikuti terapi 3.4 Bantu klien memilih cara yang sudah
aktifitas kelompok. dianjurkan dan latih mencobanya.
3.5 Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan
dilatih jika berhasil beri pujian.

35
3.6 Anjurkan dan ikutsertakan klien mengikuti
TAK stimulasi persepsi.
TUK 4: 4.1 Setelah pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk 4.1 Melibatkan klien dalam
klien dapat keluarga, keluarga pertemuan (waktu,tempat dam topik) interaksi sosial akan
dukungan dari menyatakan setuju 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat mendorong klien untuk
keluarga dalam untuk mengikuti pertemuan keluarga/kunjungan rumah) melihat dan merasakan
mengontrol pertemuan dengan a. pengertian halusinasi secara langsung
halusinasinya perawat. b. tanda dan gejala halusinasi manfaat dari
4.2 Setelah interaksi c. proses terjadinya halusinasi berhubungan sosial,
keluarga menyebutkan d. cara yang dapat dilakukan klien dan serta meningkatkan
pengertian,tanda dan keluarga untuk memutus halusinasi konsep diri.
gejala, proses e. obat-obatan halusinasi
terjadinya halusinasi f. cara merawat anggota keluarga yang
dan tindakan untuk halusinasi di rumah (beri kegiatan,
mengendalikan jangan biarkan sendiri, makan
halusinasi. bersama, bepergian bersama,
memantau lobat-obatan dan cara
pemberian untuk mengatasi halusinasi)
g. Beri informasi waktu kontrol ke
rumah sakit dan bagaimana cara
mencari bantuan jika halusinasi tidak
dapat diatasi dirumah.

36
TUK 5: 5.1 Setelah dilakukan 5.1 Diskusikan dengan pasien tentang 5.1 Meningkatkan
Pasien dapat interaksi pasien : manfaat dan kerugian tidak minum obat kesadaran pasien akan
memanfaatkan obat a. Manfaat minum nama, warna, dosis, cara efek dan efek pentingnya minum
dengan baik. obat samping penggunaan obat. obat.
b. Kerugian tidak 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat 5.2 Mencegah pasien
minum obat membuang obat yang
c. Nama, warna, seharusnya diminum.
dosis, efek 5.3 Anjurkan klien minta sendiri obat pada 5.3 Berikan motivasi
samping obat. perawat agar dapat merasakan kepada pasien untuk
5.2 Setelah dilakukan manfaatnya. minum obat sesuai
interaksi pasien aturan.
mendemonstrasikan 5.4 Beri pujian jika pasien menggunakan 5.4 Menggambarkan
penggunaan obat yang obat dengan benar. beberapa pentingnya
benar. penggunaan obat
5.3 Setelah dilakukan sesuai aturan kepada
interaksi pasien pasien.
menyebutkan akibat 5.5 Diskusikan akibat berhenti minum obat
berhenti minuum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
tanpa konsultasi
dokter

37
3.1.18. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Pasien : Tn.T.A Ruangan : Cucak Rowo


No. Register : 085198 Dx Medis : F.20.13 (Skiofrenia hiberfenik episodik berulang)

No. Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


1. 01-10- 2013 SP1 : S : Klien mengatakan :
1. Membina hubungan saling percaya  Pagi juga Mas
2. Mengidentifikasi jenis halusinasinya  Nama saya Tn. T.A
3. Mengidentifikasi isi halusinasinya  Nama panggilan Mas T.
4. Mengidentifikasi waktu halusinasinya  Saya mendengar suara-suara yang mengatakan untuk marah-
5. Mengidentifikasi frekuensi halusinasinya marah dan merusak barang-barang.
6. Mengidentifikasi situasi yang  Pasien mengatakan suara-suara itu muncul saat pasien
menimbulkan halusinasi menyendiri, kemudian pasien merasa terganggu, dan jengkel.
7. Mengidentifikasi respon pasien terhadap  Pasien mengatakan pada saat dirumah ketika bisikan-bisikan
halusinasi. itu muncul pasien mengikuti atau menuruti bisikan-bisikan
8. Mengajarkan pasien menghardik tersebut sehingga pasien marah-marah dan merusak barang-
halusinasi barang.
9. Menganjurkan pasien cara menghardik  Suara-suara itu muncul pada waktu saya lagi menyendiri

38
halusinasi dalam jadwal kegiatan. atau melamun dan kadang pada saat tidur.
 Suara-suara itu seperti suara laki-laki dan perempuan yang
menyuruh saya untuk marah-marah dan merusak barang-
barang.
 Iya, saya mau diajari cara mengusir suara-suara itu
O:
 Pasien mau menyebutkan nama, berjabat tangan dan
menjawab salam
 Kontak mata fokus
 Pasien mau menjawab pertanyaan
 Pasien memperagakan cara menghardik halusinasinya
A:
 Pasien mampu membina hubungan saling percaya
 Pasien mampu mengidentifikasi jenis, waktu, isi, frekuensi,
situasi dan respon terhadap halusinasinya.
 Pasien mampu memperagakan bagaimana cara menghardik
halusinasi.
 Pasien mampu memasukan latihan mnghardik halusinasi

39
kedalam kegiatan harian
P : Untuk pasien
 Anjurkan pasien untuk mengobrol halusinasi dengan cara
menghardik bila halusinasi muncul.
 Anjurkan pasien latihan mengontrol halusinasi dan
memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
Untuk perawat :
 Lanjut SP 2
2. 02-10-2013 SP 2 : S : Klien mengatakan
1. mengevaluasi jadwal kegiatan harian  Pagi juga
pasien  Baik Mas
2. melatih mengendalikan halusinasi  Masih Mas, masih mendengar suara-suara itu
dengan bercakap-cakap dengan orang  Disini saja Mas
lain.  Iya, bercakap-cakap dengan orang lain
3. Menganjurkan pasien memasulkan  Ada 2 cara untuk mengontrol halusinasi yaitu dengan
kegiatan bercakap-cakap dengan orang menghardik dan bercakap-cakap.
lain dalam jadwal kegiatan harian.  Iya, dimasukkan dalam jadwal harian

40
O:
 Pasien bercakap-cakap dengan pasien lain
 Pasien masukan latihan bercakap-cakap kedalam jadwal
kegiatan harian
A:
 Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan pasien lain.
 Pasien mampu memasukkan latihan mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain ke dalam
jadwal harian.
P:
1. Untuk pasien :
 Ya, anjurkan pasien menggunakan cara menghardik dan
bercakap-cakap saat suara itu muncul.
 Anjurkan pasien latihan cara menghardik dan bercakap-
cakap dan memasukkan dalam jadwal harian
2. Untuk perawat :
Lanjut SP 3

41
3. 03-10-2013 SP 3: S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien  “Siang:
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi  “Masih”
dengan melakukan kegiatan  “Sudah’
3. Menganjurkan pasien memasukkan  “Lumayan Mas, jarang muncul dari pada duduk di tempat
kejadwal kegiatan harian. tidur Mas”
 “Bisa Mas,saya sudah melakukan”
 “Kalau pagi kadang membantu menyapu”
 “iya”
 “Lumayan enak Mas”
 “Menghardik, mengobrol sama teman, yang ketiga
melakukan aktivitas terjadwal”
 “iya, sampai jumpa”
O:
 Pasien mau membantu membersihkan ruangan seperti
menyapu

42
A:
 Pasien mampu membantu mengendalikan halusinasi dengan
cara melakukan aktivitas terjadwal
P:
 Pasien: Anjurkan sering aktivitas di ruangan
 Perawat: Lanjutkan SP 4
4. 04-10-2013 SP 4: S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian  “siang Mas”
pasien  “agak berkurang”
2. Memberikan pendidikan kesehatan  “Sudah kok Mas”
mengenai penggunaan obat secara  “Sudah Mas”
teratur.  “iya Mas”
3. Menganjurkan pasien memasukkan  “suaranya agak berkurang Mas setelah minum obat”
penggunaan obat secara teratur kedalam  “saya mengerti Mas kalau obatnya harus rutin di minum”
jadwal kegiatanharian
 “obatnya diminum 2X sehari, obatnya ada 2 macam”
O:
 “Pasienmemintaobatpadaperawatatasinisiatifnyasendiri”
 “Pasien meminum obat yang sudahdiberikan”

43
 “pasien memasukkan penggunaan obat secara teratur
kedalam jadwal kegiatan harian”
A:
 “Pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik”
 “pasien mampu memasukkan penggunaan obat secara
teratur kedalam jadwal kegiatan harian
P:
 Untukpasien:
Anjurkan pasien untuk meminum obat sesuai jadwal minum
obat secara teratur dan rutin
 Untuk perawat : Pertahankan SP 4, melatih pasien minum
obat secara teratur dan anjurkan untuk mengikuti TAK.

44
3.1.19. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Selasa,01 Oktober 2013


Pertemuan :I
Ruang : Cucak Rowo
Nama pasien : Tn.T.A

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
DS :
- Pasien mengatakan bahwa sering menyendiri .
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara.
- Klien mengatakan tidak tahu cara mengusir suara itu.
DO :
- Pasien mondar-mandir
- Pasien sering menyendiri
2. Diagnosa keperawatan :
Gangguan persepsi sensori :halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus :
 TUK 1 :Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
 TUK 2 : Pasien dapat mengontrol halusinasinya
 TUK 3 : Pasien dapat mengenali halusinasinya
4. Tindakan keperawatan untuk pasien :
SP 1 :
1. Mengidentifikasi jenis halusinasinya
2. Mengidentifikasi waktu halusinasinya
3. Mengidentifikasi isi halusinasinya
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasinya
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan munculnya halusinasinya
6. Mengidentifikasi respon saat halusinasinya muncul

45
7. Mengajarkan cara menghardik halusinasinya
8. Menganjurkan memasukan cara menghardik dalam jadwal kegiatan
harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


SP 1 :
FASE ORIENTASI :
“ Selamat pagi Mas, saya mahasiswa AKPER UNIPA-MAUMERE yang akan
merawat Mas, nama saya Mas Joan Leonardo senang dipanggil Mas Yoan ,
nama Mas siapa? Mas senang dipanggil siapa?”
“Bagaimana perasaan Mas hari ini ? Apa keluhan Mas saat ini.”
“ Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
Mas dengar tetapi tak tampak wujudnya? Dimana kita duduk? Diruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit”
FASE KERJA :
“Apakah Mas mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan
suara itu? Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang
paling sering di dengar suara itu? Berapa kali sehari Mas alami? Pada keadaan
apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
“Apakah yang Mas rasakan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk
mencegah suara-suara itu muncul, pertama dengan menghardik suara tersebut,
kedua dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, ketiga melakukan
kegiatan yang sesuai jadwal, dan yang keempat, minum obat dengan teratur.”
“ Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu menghardik? Caranya
sebagai berikut :saat suara-suara itu muncul, langsung Mas bilang “PERGI”
saya tidak mau dengar … saya tidak mau dengar kamu suara palsu, begitu
diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi, coba Mas peragakan ! Nah
begitu,… bagus…!!! Coba lagi, ya bagus mas sudah bisa”

46
FASE TERMINASI :
 Evaluasi subyektif :
“ Bagaimana perasaan Mas setelah peragakan latihan tadi”
 Evaluasi obyektif :
Kalau suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut.
 Rencana tindak/ lanjut :
“Bagaimana kalau kita buat jadwal latihanya, mau jam berapa latihannya?
(Mas masukan kegiatan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
pasien).
 Kontrak :
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang ke-2? Jam berapa?
Bagaimana kalau besok pagi kita akan latihan? Dimana
temannya?”Baiklah sampai jumpa.

47
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Rabu, 02 Oktober 2013


Pertemuan : II
Ruang : Cucak Rowo
Nama pasien : Tn.T.A
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
DS :
- Klien mengatakan bahwa klien sering menyendiri.
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak ada
wujudnya.
- Klien mengatakan tidak tahu cara mengusir suara itu.
DO :
- Pasien mondar-mandir
- Pasien sering menyendiri dan diam
- Pasien dapat menjawab saat ditanya ulang cara menghardik yang telah
diajarkan
2. Diagnosa keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus :
Pasien dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan keperawatan untuk pasien :
SP 1 :
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
- Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
- Menganjurkan pasien memasukan kegiatan bercakap-cakap dengan
orang lain dalam jadual harian.

48
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP II :
FASE ORIENTASI :
“Selamat pagi Mas bagaimana perasaan Mas hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang kita coba kemarin? Apakah
berkurang suara-suaranya. Bagus ! sesuai janji kita kemarin pagi, kita akan
latihan cara yang ke-2 untuk mengontrol halusinasinya dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 10 menit saja,mau dimana?
Disini saja?”

FASE KERJA :
“ Cara ke-2 untuk mencegah / mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Mas mulai mendengar suara-
suara, langsung saja Mas cari teman untuk diajak ngobrol, minta teman untuk
ngobrol dengan Mas contohnya begini: tolong saya mulai mendengar suara-
suara, ayo ngobrol dengan saya ! begitu coba Mas lakukan seperti saya tadi
lakukan. Ya, begitu bagus ! coba sekali lagi ! Nah, dicoba ya Mas cara yang
ke-2 ini.
FASE TERMINASI:
 Evaluasi subyektif :
“ Bagaimana perasaan Mas setelah latihan cara yang ke-2 tadi? Jadi sudah
ada berapa cara yang Mas pelajari untuk mencegah suara-suara itu
muncul?
 Evaluasi obyektif :
Bagus, coba kedua cara ini jika Mas mendengar suara-suara itu lagi ya
Mas?
 Rencana tindak lanjut :
“ Bagaimana kalau kita buat jadual latihanya kegiatan harian Mas? mau
jam berapa latihan bercakap-cakap? Lakukan secara teratur bila sewaktu-
waktu suara itu muncul.
Kontrak :

49
“ besok pagi saya akan kesini lagi, bagaimana kita lakukan cara yang saya
sudah ajarkan mulai kemarin? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam
10.00? mau dimana/ disini lagi? Sampai besok ya Mas !

50
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Kamis, 03 Oktober 2013


Pertemuan : III
Ruang : Cucak Rowo
Nama pasien : Tn.T.A
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
 Klien mengatakan klien sering menyendiri
 Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak ada
wujudnya
 Klien mengatakan sudah tahu bagaimana cara mengusir suara-suara
itu.
DO :
 Pasien diam dan menyendiri
 Pasien mondar-mandir
 Pasien bicara melantur
 Pasien dapat menjawab saat ditanya ulang cara menghardik yang
diajarkan.
2. Diagnose Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mengontrol halusinasinya dengan cara aktivitas terjadwal
4. Tindakan keperawatan pasien
SP 3 :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan
2) Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
3) Menganjurkan pasien melakukan jadwal kegiatan harian.

51
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 3 :
FASE ORIENTASI :
“selamat pagi Mas, bagaimana perasaan Mas hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul? Apakah sudah dipakai dua cara yang kita latih? Bagaimana
hasilnya? Bagus! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga
untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan aktivitas terjadwal. Mau dimana
kita bicara? Baik kita duduk diruang tamu. Berapa lama kita bicara?
Bagaimana kalau 20 menit? Baiklah.

FASE KERJA :
“ Apa saja yang bisa Mas lakukan? Pagi-pagi apa saja kegiatannya? Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita lakukan dua kegiatan hari ini. Bagus
sekali Mas bisa lakukan. Kegiatan ini dapat Mas lakukan untuk mencegah
suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan latih lagi agar dari pagi
sampai malam ada kegiatan.

FASE TERMINASI :
 Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Mas setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga
untuk mencegah suara-suara?”.
 Evaluasi Obyektif
“Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara. Bagus sekali.
 Rencana tindak lanjut
Mari kita masukan dalam kegiatan harian Mas coba lakukan sesuai jadwal
ya!
 Kontrak
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara
minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau
jam 11.30 WIB? Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

52
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Jumad, 04 Oktober 2013


Petemuan : IV
SP/DX : 4 halusinasi pendengaran
Ruang :Cucak Rowo
Nama pasien : Tn.T.A

A. PROSES KEPERATAN
1. Kondisi Klien
DS :
 Pasien mengatakan bahwa klien sering menyendiri
 Pasien mengatakan suara itu muncul saat sendiri, dan saat tidur
 Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak ada
wujudnya
 Pasien mengatakan sudah tahu bagaimana cara mengusir suara-suara
itu.
DO :
 Pasien diam
 Pasien mondar-mandir
 Pasien mampu bercakap-cakap
 Pasien dapat menjawab saat ditanya ulang cara menghardik yang
anjurkan
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
3. Tindakan keperawatan untuk pasien
SP 4 :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan sehari-hari
2) Memberikan pendidikan kesehatan mengenai obat secara teratur dalam
jadwal kegiatan harian

53
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
SP 4 :
FASE ORIENTASI :
“selamat pagi Mas, bagaimana perasaan Mas hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai 3 cara yang sudah kita
latih? Apakah jadwal kegiatan sudah dilaksanakan? Apakah pagi ini
sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-
obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil
menunggu makan siang. Disini saja ya Mas?”.

FASE KERJA :
“Mas, adakah bedanya setelah minum obat secara obat teratur. Apakah
suara-suara itu berkurang/hilang? Minum obat sangat penting supaya
suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul
lagi. Berapa macam obat yang bapak minum? (perawat sambil
menyiapkan obat pasien) ini yang berwarna orange (CPZ) 1X sehari jam
11.30 siang gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Sedangkan yang
putih (Haldol) 2X sehari gunnanya untuk kecemasan yang parah,
gangguan tingkah laku yang parah, gangguan emosional dan mental.
Kalau suara-suara sudah hilang obatbya tidak boleh diberhentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, Mas akan kambuh
dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis, Mas
bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Mas juga harus teliti
saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya Mas
harus memastikan bahwa itu obat benar-benar punya Mas. Jangan sampai
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya, pastikan obat
diminum tepat waktunya,dengan cara yang benar, yaitu diminum setelah
makan dan tepat jamnya, Mas juga harus perhatikan berapa jumlah obat
sekali minum, dan harus cukup minum 8 gelas perhari.

54
FASE TERMINASI :
 Evaluasi subyektif
“Bagaimana setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa
cara yang kita lakukan untuk mencegah suara-suara?
 Evaluasi obyektif
“Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar)
 Rencana tindak lanjut
“mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan
bapak. Jangan lupa pada waktu minum obat pada perawat atau pada
keluarga kalau dirumah”
 Kontrak
Nah, makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat
manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam
berapa? Bagai mana kalau jam 10.00 WIB?,sampai jumpa

55
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Saat memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan


Halusinasi ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu
melakukan pendekatan secara terus-menerus, membina hubungan saling
percaya yang menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan Asuhan
Keperawatan yang diberikan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien khususnya
dengan halusinasi,pasien dapat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai
sistem pendukung yyang mengerti keadaan dan permasalahan dirinya.
Disamping itu perawat/petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran
keluarga dalam memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama
dalam memberi perawatan pada pasien.

4.2 SARAN

 Dalam memberikan Asuhan Keperawatan hendaknya perawat


mengikuti langkah-langkah proses keperawatan dan
melaksanakannya secara sistematis dan tertulis agar tindakan
berhasil dengan optimal.
 Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukan
pendekatan secara bertahap dan terus-menerus untuk membina
hubungan saling percaya antara perawat dan klien sehingga tercipta
suasana terapiutik dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang di
berikan.
 Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah
sakit, sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi
klien dan dapat membantu perawat bekerjasama dalam pemberian
Asuhan Keperawatan bagi klien.

56
DAFTAR PUSTAKA

Maramis,W.F. 1994. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga Univversity Pres.


Surabaya

Wilkinson, M.Judith dan Ahern, Nancy R.2011. Buku Saku Diangnosis


Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama

Linda Juall Carpenito-Moyet, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10.
Jakarta. EGC

57
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberihkan rahmatnya pada penulis, sehingga Asuhan Keperawatan Jiwa
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.T.A dengan Diagnosa Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Di Ruang Cucak Rowo RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang” ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya.

Ucapan terimakasih tak lupa penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Indri Astutik, SST selaku pembimbing di Ruang Cucak Rowo


yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di ruang ini.
2. Para perawat dan klien yang berada di Ruang Cucak Rowo atas
partisipasinya dan bersedia memberikan kami kesempatan untuk
menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini.
3. Teman-teman Prodi D-III Keperawatan Universitas Nusa Nipa-
Maumere yang senantiasa memberikan bantuan, semangat dan
dukungannya.

Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan Asuhan
Keperawatan Jiwa ini yang namanya tak mungkin kami cantumkan satu
persatu. Demikian Asuhan Keperawatan Jiwa ini dibuat semoga dapat
bermanfaat bagi kami khususnya, pembaca pada umumnya.

Lawang, 09 Oktober 2013

Penulis

ii
58
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. T.A DENGAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG
CUCAK ROWO RSJ.Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II

1. FERDINANDUS NDEWI
2. FLORENTINA LERE
3. FRANSISKA GLEKO
4. HYASINTA Y. RATNASARI
5. IRMINA TUKU
6. JOAN JOHANES LEONARDO

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2013

59
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Lembaran Pengesahan ................................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................................... ii
Daftar isi ....................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................... 1
BAB II : TINJAUAN TEORI .................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Teori ................................................................ 3
2.1.1 Pengertian .................................................................. 3
2.1.2 Rentang respon ........................................................... 3
2.1.3 Penyebab .................................................................... 4
2.1.4 Jenis-jenis .................................................................. 4
2.1.5 Fase-fase .................................................................... 5
2.1.6 Identifikasi perilaku halusinasi ................................... 6
2.1.7 Tanda dan Gejala ........................................................ 7
2.1.8 Pohon Masalah ........................................................... 7
2.2 Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji ............. 8
2.3 Diagnosa Keperawatan .......................................................... 8
2.4 Rencana Tindakan Keperawatan ........................................... 8
BAB III: TINJAUAN KASUS NYATA .................................................... 12
3.1 Pengumpulan Data.................................................................. 12
3.1.1 Identitas Klien ............................................................ 12
3.1.2 Alasan Masuk ............................................................ 12
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang ........................................ 13
3.1.4 Faktor Predisposisi ..................................................... 13
3.1.5 Pemeriksaan Fisik ...................................................... 14
3.1.6 Pengkajian Psikososial .............................................. 16

60iii
3.1.7 Status Mental ............................................................. 19
3.1.8 Kebutuhan Persiapan Pulang ..................................... 23
3.1.9 Mekanisme Koping .................................................... 24
3.1.10 Masalah Psikososial dan Lingkungan ........................ 24
3.1.11 Pengetahuan kurang Tentang ..................................... 25
3.1.12 Aspek Medis .............................................................. 25
3.1.13 Analisa Data ............................................................... 26
3.1.14 Daftar diagnose Keperawatan .................................... 29
3.1.15 Pohon Masalah ........................................................... 30
3.1.16 Prioritas Diagnosa Keperawatan ................................ 30
3.1.17 Rencana Tindakan dan Keperawataan ........................ 31
3.1.18 Implementasi dan evaluasi ......................................... 38
3.1.19 Stategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ............. 45
BAB VI: PENUTUP .................................................................................... 56
4.1 Kesimpulan ............................................................................ 56
4.2 Saran ...................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

61 iv
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. T.A dengan Diagnosa Gangguan
Persepi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Di Ruang Cucak Rowo RSJ.Dr. Radjiman Wediodiningrat
Lawang-Malang

Disusun Oleh

Kelompok : II

Telah Disahkan Pada


Hari/Tanggal : Selasa, 08-10-2013

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

KLARA MEO, S.SiT INDRI ASTUTIK, SST


NIDN : 0815056002 NIP : 19720707 1992032

Kepala Ruangan

KASIYANTO,S.KEP.,NERS
NIP : 19620613 198111 1 001

62i

Anda mungkin juga menyukai