Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu
mendapatkan penanganan atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan
ancamannyawa korban. Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing)
merupakan pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada
pasien dengan injuri akut atau sakit yang mengancam kehidupan.
Kegiatan Pelayanan Keperawatan keahlian dalam pengkajian pasien,
setting prioritas, intervensi krisis, dan pendidikan kesehatan masyarakat
(Burrel et al, 1997 hal.2060). Sebagai seorang spesialis, perawat gawat
darurat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan untuk menangani
respon pasien pada resusitasi, syok, trauma ketidakstabilan multisystem,
keracunan, dan kegawatan yang mengancam jiwa lainnya.
Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah untuk:
1. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat
hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat.
2. Merujuk pasien gawat darurat melalui system rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
3. Penanggulangan korban bencana.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pencegahan primer, sekunder dan tersier pada gawat darurat ?
1.2.2 Apakah pencegahan primer sekunder dan tersier pada gawat darurat di
berbagai system ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pencegahan primer, sekunder tersier pada gawat
darurat
1.3.2 Untuk mengetahui pencegahan primer sekunder dan tersier pada
gawat darurat di berbagai system

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penceghan Primer, Skunder, Tersier Pada Gawat Darurat


2.1.1 Syok
Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan
darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai; syok biasanya
berhubungan dengan tekanan darah rendah dan kematian sel maupun
jaringan.
a. Pencegahan Primer
1. Menerapkan gaya hidup sehat. Beberapa contoh gaya hidup sehat
seperti berolahraga teratur, mengusahakan berat badan ideal,
mengurangi makanan berlemak dan tinggi koles terol, serta tidak
merokok. Kegiatan fisik dapat mengurangi resiko penyakit
kardiovaskular, dan setiap orang yang beresiko disarankan untuk
melakukan kegiatan fisik setidaknya 150 menit olahraga intensitas
sedang atau 75 menit olahraga intensitas tinggi setiap minggunya.
Mempertahankan berat badan ideal, mengkonsumsi alkohol pada
kadar aman, dan berhenti merokok akan mengurangi resiko penyakit
kardiovaskular. Mengunakan lemak tak jenuh seperti minyak zaitun
atau minyak bijian daripada lemak jenuh juga mampu mengurangi
resiko serangan jantung.
2. Kehilangan plasma merupakan akibat yang umum dari luka bakar,
cedera berat atau inflamasi peritoneal.
3. Kehilangan cairan/dehidrasi dapat disebabkan oleh hilangnya cairan
secara berlebihan melalui jalur gastrointestinal, urinarius atau
kehilangan lainnya tanpa adanya penggantian yang adekuat.
b. Pencegahan sekunder
1. Pemberian oksigen (tergantung kondisi pasien)
 Oksigen nasal 2 lt/menit
 Oksigen masker 5 lt/menit

2
 Oksigen head box 6-10 tl/menit
2. Pemberian cairan resusitasi
c. Pencegahan tersier
1. Airway dan Breathing
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2)
dengan mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 %
dengan cara :
a. Jaga dan pertahankan jalan nafas tetap bebas
b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg
c. Bebaskan jalan napas. Lakukan penghisapan bila ada sekresi.
d. Tengadah kepala-topang dagu, kalau perlu pasang alat bantu
jalan nafas (Gudel/oropharingeal airway).
e. Bila pernapasan/ventilasi tidak adekuat, berikan oksigen dengan
pompa sungkup (Ambu bag) atau ETT.
2. Pertahankan Sirkulasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau
nadi, tekanan darah, warna kulit, isi vena, dan produksi urin.
Pemberian Cairan :
a. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar,
mual-mual, muntah, kejang, akan dioperasi/dibius dan yang
akan mendapat trauma pada perut serta kepala (otak) karena
bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
b. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan
pilihan pertama dalam melakukan resusitasi cairan untuk
mengembalikan volume intravaskuler, volume interstitial, dan
intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk
meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
c. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus
seimbang dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin
diberikan jenis cairan yang sama dengan cairan yang hilang,
darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar. Kehilangan air

3
harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan
berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik.
d. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah
pemberian cairan yang berlebihan.
e. Pada penanggulangan syok kardiogenik harus dicegah
pemberian cairan berlebihan yang akan membebani jantung.
f. Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan
ketat, mengingat pada syok septik biasanya terdapat gangguan
organ majemuk (Multiple Organ Disfunction). Diperlukan
pemantauan alat canggih berupa pemasangan CVP, "Swan
Ganz" kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah Obat-obatan
inetropik untuk mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas
jantung tanpa menambah konsumsi oksigen miocard.
1) Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
2) Epinoprin : Meningkat tekanan perfusi myocard.
3) Novepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
4) Dobtanine : meningkatkan cardiak output.
5) Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas
jantung, menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik.
3. Letakkan pasien dalan “posisi syok” yaitu mengangkat kedua
tungkai lebih tinggi dari jantung
4. Bila pasien syok karena perdarahan, lakukan penghentian sumber
perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di
atas sumber perdarahan

2.1.2 Trauma Dada


Trauma dada adalah trauma tajam atau tumpul thorax yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, pneumothorax, hematothorax, dan
sebagainya. Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan
dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.
Pencegahan trauma dada/thorax yang efektif adalah dengan cara
menghindari faktor penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma

4
yang biasanya banyak dialami pada kasus kecelakaan dan trauma yang
terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari kerusakan pada dinding
thorax ataupun isi dari cavum thorax yang biasanya disebabkan oleh benda
tajam ataupun benda tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax
akut.
a. Pencegahan primer
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi
penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya
masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan
ke penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak –
anak yang masih Balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan
Mengemudikan kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada
pemanjat tebing saat memanjat harus menggunakan pengaman pada
kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat
menaiki bangunan yang tinggi.
b. Pecegahan sekunder
1. Tindakan untuk mengeluarkan cairan yang masif lewat Chest tube
2. Bebaskan jalan napas dengan mengatur posisi mandibula yang
tepat
c. Pencegahan tersier
Pemberian terapi
 Antibiotika
 Analgetika
 Expectorant
 Pemberian oksigen
 Torakotomi
 Pungsi
 WSD (hematotoraks)
 Chest tube/drainase udara (pneumothorax)

5
2.1.3 Trauma Kepala
a. Pencegahan primer
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi
penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya
masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan
ke penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak –
anak yang masih Balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan
Mengemudikan kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada
pemanjat tebing saat memanjat harus menggunakan pengaman pada
kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat
menaiki bangunan yang tinggi.
b. Pencegahan sunder
1) Penanganan segera secara cepat dan tepat pada penderita Multi
Trauma:
Pada cedera Otak :
a) Pertahankan kepala harus berada dalam posisi gais tengah
b) Untuk jaringan yang terkoyak dari wajah, semua jaringan dan
organ yang lepas dikembalikan ke tempat semula.
c) Berikan sedatif untuk mengatasi agitasi, ventilasi mekanis
d) Berikan obat untuk menghentikan kejang : Benzodiazepin.
e) Tindakan untuk menurunkan TIK
2) Pencegahan komplikasi akut dan kronis :
a) cegah perdarahan yang hebat
c. Pencegahan tersier
1) pada cedera kepala ringan : -
a) Klien harus didampingi oleh seseorang selama waktu 24 jam
sesudah cedera.
b) Jangan meminum minuman beralkohol selama 24
jam.beristirahat selama 24 jam berikutnya
c) Jangan mengemudikan kendaraan, mengoperasikan mesin, atau
mengamibil keputusan yang penting.

6
2.1.4 Trauma Abdomen
a. Pencegahan primer
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi
penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya
masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan
ke penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak –
anak yang masih Balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan
Mengemudikan kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada
pemanjat tebing saat memanjat harus menggunakan pengaman pada
kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm saat
menaiki bangunan yang tinggi.
b. Pencegahan skunder : Lakukan pemeriksaan Fisik secara cermat.
c. Pencegahan tersier
1) Pada Trauma Limpa :
 Imunisasi rutin dengan vaksin pneumucocus, dilakukan pada
pasien yang baru menjalani splenektomi yang baru pulanng
dari rumah sakit, untuk mengurangi risiko overwhelming
postsplenectomy infection ( OPSI)
 Pada pasien yang mengalami hematoma Limpa Subkapsular
Menghindarai aktivitas yang berat dan olahraga fisik selama
kurang lebih 3 bulan untuk mencegah terjadinya perdarahan
ulang yang menyebabkan ruptur limpa.
2) Pada pasien yang mengalami cedera colon :
 Pasien yang diduga cedera colon atau rekrum harus diberikan
profillaksis antibiotik parenteral untuk mengatasi kuman –
kuman gram negatif aerob ( se perti Escherichia Coli ), dan
anerob ( seperti Bcateroides fragilis ), sehingga kadar darah
yang adekuat dapat dicapai pada saat laparatomi.
3) Pada cedera vaskular abdomen : tindakan umtuk mencegah
hipotermi
4) Menghangatkan semua cairan infus kristaloid dan darah
5) Menggunakan rangkaian proses pemanasan leawt ventilator

7
6) Memberikan selimut hangat dan memasang lampu Menutup kepala
pasien.

2.1.5 Trauma Muskuloskletal


a. Pencegahan primer
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi
penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya
masyarakat dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan
diarahkan ke penggunaan Helm saat mengemudi kendaraan bermotor,
Anak – anak yang masih Balita selalu diawasi oleh orang tua, jangan
Mengemudikan kendaraan dengan kecepatan yang tinggi, pada
pemanjat tebing saat memanjat harus menggunakan pengaman pada
kepala dan badan, Pada pekerja bangunan agar menggunakan helm
saat menaiki bangunan yang tinggi.
b. Pencegahan skunder
1) Untuk mengendalikan perdarahan lakukan penekanan langsung
( Turniket)
2) Apabila benda yang menancap maka harus distabilkan dengan
metode apa saja, sehingga mencegah trauma lebih lanjut.
3) Imobilisasi fraktur : Pembidaian bagian atas dan bawah fraktur,
meliputi persendian proksimal dan distal.
4) Pada pasien yang fraktur :
a) Pembatasan aktivitas yang sederhana dengan penggunaan mitela
dan kruk
b) Reposisi tertutup diikuti oleh pemasangan gips.
c. Pencegahan tersier
1) Untuk menangani avulsi yaitu :
a) memantau dan mengendalikan perdarahan dengan penekanan
langsung
b) rigasi flap kulit yang dilakukan dengan hati – hati, dan
selanjutnya ditutupi dengan balutan yang tebal, steril serta
basah.

8
2) Imobilisasi fraktur : Pembidaian dengan pemasangan bantalan (pad
) untuk mencegah disrupsi kulit yang lebih lanjut.
3) Untuk mencegah terjadinya fraktur yang lebih lanjut : pasien yang
akan dipulangkan :
a) Perawatan gips harus disampaikan dan dicatat
b) Paien yang menggunkan kruk : harua mengajarkan cara
berjalan yang tepat.

2.1.6 Trauma IMA


Infark miokard akut adalah suatu keadaan dimna terjadi nekrosis otot
jantung akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai oksigen
yang terjadi secara mendadak. Adapun pecegahan pada trauma IMA
meliputi :
a. Pencegahan Primer
1. Memperbanyak konsumsi lemak tak jenuh dan serat
2. Makanan yang baik untuk kesehatan jangtung antara lain adalah
makanan tinggi lemak tak jenuh, seperti ikan, alpukat , atau biji-
bijian dan makanan tinggi serat, seperti nasi merah , gandum utuh
atau sayuran
3. Mengobati diabetes dan hipertensi
Dengan mengendalikan kadar gula darah dan tekanan darah, resiko
penyakit jantung coroner yang menjadi penyebab serangan jantung
juga berkurang
b. Pencegahan Skunder
1. Pasien diatur dalam posisi yang memudahkan pernafasan dan
kenyamanan, biasanya diatur dalam posisi fowler.
2. Serangan Jantung merupakan kejadian yang menakutkan bagi
pasien maupun keluarga, sehingga ruangan harus diatur seterang
mungkin.
c. Pencegahan Tersier
1. Oksigen diberikan untuk mengatasi dispnea dan mencukupi
oksigenasi seluler selama 20 Menit pertama keadaan iskemik kritis.

9
Untuk memberikan pertolongan yang cepat, oksigen diberikan
melalui kanul hidung Dan masker, karena selain mencukupi
kebutuhan oksigen, juga nyaman bagi pasien. Sehingga prosentasi
oksigen juga diberikan, karena pemberian oksigen dapat
menghambat pusat pernapasan.
2. Infus Intavena diberikan sebagai jalan pemasukan obat.ECG.
3. Morphine diberikan untuk mengatasi nyeri dada.

2.1.7 Psikiatrik
a. Pencegahan Primer
Usaha yang lebih progresif lagi dalam usaha pencegahan kesehatan
mental adalah dengan mencegah terjadinya suatu gangguan dalam
masyarakat. Jadi kesehatan mental masyarakat diproteksi sehingga tidak
terjadi suatu gangguan. Hal demikian ini akan lebih baik jika
dibandingkan dengan melakukan penanganan setelah terjadi.
Pencegahan primer merupakan aktivitas yang didesain untuk
mengurangi insidensi gangguan atau kemugkinan terjadi insiden dalam
resiko. Tujuan pencegahan primer ada dua macam:
1) Mengurangi resiko terjadinya gangguan mental
2) Menunda atau mneghindari munculnya gangguan mental.
Menurut cowen (shaw,1984) secara prinsipil pencegahan primer
dibatasi sebagai berikut:
a. Pencegahan harus lebih berorientasi pada kelompok masyarakat
daripada secara individual, meskipun untuk beberapa aktivitas dapat
merupakan kontak individual
b. Pencegahan harus suatu kualitas dari fakta-fakta sebelumnya, yaitu
ditargetkan pada kelompok yang belum mengalami gangguan.
c. Pencegahan primer harus disengaja, yang bersandar pada dasar-dasar
pengetahuan yang mendalam yang termanifestasi ke dalam program-
program yang ditentukan untuk meningkatkan kesehatan
psikologisnya atau mencegah perilaku maladaptive.

10
Terdapat dua cara yang digunakan untuk melakukan program
Pencegahan ini, yaitu memodifikasi lingkungan dan memperkuat
kapasitas individu atau masyarakat dalam menangani situasi.
b. Pencegahan Sekunder
Gangguan mental yang dialami masyarakat sedapat mungkin
secepatnya dicegah, dengan jalan mengurangi durasi suatu gangguan.
Jika suatu gangguan misalnya berlangsung dalam durasi satu bulan,
maka sebaliknya dicegah dan diupayakan diperpendek durasi gangguan
itu. Pencegahan ini disebut dengan pencegahan sekunder.
Pencegahan sekunder berarti upaya pencegahan yang dilakukan untuk
mengurangi durasi kasus gangguan mental. Gangguan mental yang di
alami ini baik karena kegagalan dalam usaha pencegahan primer
maupun tanpa adanya usaha pencegahan primer sebelumnya. Sesuai
dengan pencegahan sekunder ini, maka saran pokoknya adalah
penduduk atau sekelompok populasi yang sudah menderita suatu
gangguan mental. Dengan memperpendek durasi suatu gangguan
mental yang ada di masyarakat, maka dapat membantu mengurangi
angka prevalensi gangguan mental dimasyarakat.
Menurut caplan (1963, 1967), terdapat dua kegiatan utama Pencegahan
sekunder, yaitu diagnosis awal dan penanganan secepatnya dan
seefektif mungkin.
1) Diagnosis awal,maksudnya pemeriksaan yang dilakukan terhadap
penderita gangguan mental, untuk diketahui factor-faktor
penyebabnya, dan kemugkinan cara penanganannya. Diagnosis ini
dapat dilakukan dengan skrining(pemeriksaan dengan alat-alat
tersedia) sebagai bentuk seleksi awal terhadap masyarakat yang
diduga mengalami suatu gangguan. Berdasarkan pemeriksaan awal
ini, selanjutnya masyarakat yang mengalami gangguan mental dapat
direferal kepada pihak-pihak yang kompeten untuk memperoleh
penanganan.
2) Penanganan secepatnya, Maksudnya Penanganan secepatnya dan
secara efektif dilakukan oleh pihak yang dipandang mampu

11
menanganinya. Namun demikian, Pencegahan sekunder tidak selalu
dilakukan dengan hospitalsasi, dan menjadi lebih baik jika dilakukan
dengan non hospitalisasi.
Penanganan kesehatan mental dengan Pencegahan sekunder tetap
mengeluarkan biaya social dan ekonomi yang juga berat. Sekalipun
pencegahan ini diharapkan mampu mengurangi prevalensi gangguan
mental, tetapi tidak dapat mengurangi angka insidensi gangguan mental.
c. Pencegahan Tersier
Orang yang mengalami gangguan, apalagi gangguan itu sampai pada
terganggunya kemampuan fungsional seseorang, maka diperlukan
Pencegahan untuk:
1) Mempertahankan kemampuan yang masih tersisa
2) Mencegah agar gangguannya tidak terus berlangsung, dan
3) Dia segera pulih dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Pencegahan jenis ini yang disebut sebagai Pencegahan tersier Sasaran
dalam Pencegahan tersier ini adalah kelompok masyarakat yang
mengalami gangguan yang bersifat jangka panjang atau orang yang
telah mengalami gangguan mental yang akut dan berakibat penurunan
kapasitasnya dalam kaitannya dengan kerja, hubungan social, maupun
personalnya Pencegahan tersier memiliki pengertian yang sama dengan
rehabilitasi. Namun penekanan kedua hal ini berbeda. Menurut caplan
(1963), rehabilitasi lebih bersifat individual dan mengacu pada
pelayanan medis. Sementara Pencegahan tersier lebih menekankan pada
aspek komunitas, sasarannya adalah masyarakat dan mencakup
perencanaan masyarakat logistic. Tentunya dalam Pencegahan tersier
merupakan intervensi yang anti-hospitalisasi.
Pencegahan tersier ini diberikan pada kepada orang yang sakit dan
terjadi penurunan kemampuan atau fungsi social dan personalnya
Adalah terlalu mahal biaya secara ekonomi, social dan personal jika
penanganan kesehatan mental dilakukan hanya dengan Pencegahan
tersier ini. adalah lebih efisien jika dilakukan sebelum penderita
mengalami penurunan kemampuan itu. Karena itu ada alternative yang

12
lebih baik untuk melakukan pencagahan, yaitu dengan Pencegahan
sekunder.

2.1.8 Obtetrik
a. Pencegahan Primer
Pencegahan Primer adalah usaha-usaha yang dilakukan sebelum sakit
(Prepatogenesis), antara lain :
1. Perbaikan dan peningkatan status gizi untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti infeksi akibat gonorea,
radang panggul. Keadan gizi buruk dan keadaan kesehatan yang
rendah menyebabkan kerentanan terhadap penyakit infeksi pada alat
genitalia sehingga berisiko tinggi untukmenderita kehamilan ektopik
2. Menghindari setiap perilaku yang memperbesar risiko kehamilan
ektopik seperti tidak merokok terutama pada waktu terjadi konsepsi,
menghindari hubungan seksual multipatrtner (seks bebas) atau tidsk
berhubungan selain pasangannya.
3. Memberikan dan menggalakkan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat seperti penyuluhan mengenai kehamilan ektopik.
Pendidikan tentang seks yang bertanggung jawab dan
nasehatperkawinan melalui berbagai media, sekolah-sekolah,
kelompok pengajian dan kerohanian.
4. Penggunaan kontrasepsi yang efektif. Dewasa ini masih terus
dilakuakn kegiatan untuk menemukan suatu cara kontrasepsi
hormonal yang mempumyai efektivitas dan efek samping yamg
sekecil mungkin. Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang
sampai saat ini gianggap paling efektif.
b. Pencegahan Skunder
Pencegahan skunder merupakan upaya untuk menghentikan proses
penyakit lebih lanjut, mencegah terjadinya komplikasi dengan sasaran
bagi mereka yang menderita atau terancam menderita kehamilan
ektopik, meliputi :
1. Program Penyaringan

13
Usaha pencegahan skunder dapat dlakukan melalui program
penyaringan (Screening) bagi wanita yang beresiko terhadap
kejadian PMS sehingga diagnosis dapat ditegakkan sedini mungkin
dan dapat segera memperoleh pengobatan secara radikal untuk
mencegah terjadinya radang panggul yang beresiko menimbulkan
kehamilan ektopok
2. Diagnosa dini
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidng obstetric
memberikan kemungkinankehamilan ektopik dapat ditegakkan
diagnosisnya secara dini yaitu sebelum gejala-gejala klinik muncul
( Sebelum kehamilan ektopik pecah) dalama hal ini pemeriksaan
prenatal dini dalam trimester pertama sangat penting bagi pasien-
pasien yang beresiko tinggi terhadap kejadian kehamilan ektopik.
Mereka yang dianggap beresiko tinggi terhadap kejadian
kehamilan ektopik antara lain adalah wanita yang pernah menjalani
bedah mikro saluran telur. Pernah menderita peradangan dalam
rongga panggul, pernah menderita penyakit pada tuba. Pernah
menderita kehamilan ektopik sebelumnya akseptor AKDR atau pil
bila terjadi kehamilan tidak sengaja dan pada kehamilan yang
terjadi dengan tehnik-tehnik reproduksi. Maka perlu dilakukan :
(1) Anamnesa Terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai
beberapa hari sampai beberapa bulan atau hanya haid yang
tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan hamil muda
dan gejala hamil lainnya. Nyeri perut bagian bawah, nyeri
bahu, dan perdarahan pervaginam terjadi setelah nyeri perut
bagian bawah.
(2) Pemeriksaan umum Pasien tampak kesakitan dan pucat, pada
perdarahan dalam rongga perut dapat ditemukan tanda-tanda
syok.
(3) Pemeriksaan ginekologi Tanda-tanda kehmilan muda mungkin
ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila
uterus dapat diraba maka akan terasa sedikit membesar dan

14
kadang- kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas
yang sukar ditentukan. Cavum douglasi yang menonjol dan
nyeri raba menunjukkan adanya hematoceleretrouterina. Suhu
kadang-kadang bisa naik sehingga menyukarkan perbedaan
dengan infeksi pelvik.
(4) Terapi medikamentosa dan penatalaksanaan bedah Dewasa ini
penanganan kehamilan ektopik yang belum terganggu dapat
dilakukan secara medis ataupun bedah. Secara medis dengan
melakukan injeksi lokal methotrexate (MTX), kalium klorida,
glukosa hiperosmosis, prostaglandin, aktimiosin D dan secara
bedah dilaksanakan melalui : Pembedahan konservatif dimana
integritas tuba dipertahankan. Pembedahan konservatif
mencakup 2 teknik yang kita kenal sebagai salpingostomi dan
salpingotomi. Salpingostomi adalah Pembedahan radikal
Dimana salpingektomi dilakukan, Salpingektomi diindikasikan
pada keadaankeadaan berikut ini: (a) kehamilan ektopik
mengalami ruptur (terganggu), (b) pasien tidak menginginkan
fertilitas pascaoperatif, (c) terjadi kegagalan sterilisasi, (d)
telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya,
(e) pasien meminta dilakukan sterilisasi, (f) perdarahan
berlanjut pascasalpingotomi, (g) kehamilan tuba berulang, (h)
kehamilan heterotopik, dan (i) massa gestasi berdiameter lebih
dari 5 cm
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier meliputi program rehabilitasi (pemulihan
kesehatan) yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari
Kehamilan Ektopik meliputi : rehabilitasi mental dan social yakni
dengan memberikan dukungan moral bagi penderita terutama
penderita yang infertile akibat Kehamilan Ektopik agar tidak berkecil
hati, mempunyai semangat untuk terus bertahan hidup dan tidak putus
asa sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna
2.1.9 Overdosis dan Keracunan Obat

15
1. Pencegahan Primer
Ditujukan kepada individu yang sama sekali belum terpengaruh
penyalagunaan dan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan : Penyuluhan
tatap muka dalam bentuk ceramah dan diskusi, sarasehan, seminar
Pelayanan dan penyebaran informasi yang benar melalui media cetak
(surat kabar, majalah, buletin, leaflet, booklets, dll) dan media elektrolit
(televisi, radio, website dll) Penyuluhan dengan mengintegrasikan
informasi tentang bahaya overdosis dan keracunan obat dalam kegiatan-
kegiatan KB, PKK, Kesehatan, Gizi Keluarga, Pertanian dll Penyuluhan
dengan mengintegrasikan informasi tentang bahaya overdosis dan
keracunan obat.
2. Pencegahan Skunder
1. Menentukan Zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu
tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
2. Tangani syok dengan tepat.
3. Hilangkan atau kurangi absorbs racun
3. Pencegahan Tersier
1. Berikan terapi spesifi.
2. Pantau Keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Monitor klien yang mengakami kejang.

BAB III

16
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu
mendapatkan penanganan atau tindakan dengan segera untuk menghilangkan
ancaman nyawa korban.
Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut
atau sakit yang mengancam kehidupan.
Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah untuk:
1. Mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat, hingga dapat
hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat.
2. Merujuk pasien gawat darurat melalui system rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
3. Penanggulangan korban bencana.

3.2 Saran
Kegawadaruratan merupakan salah satu kompetensi mahasiswa keperawatan
yang perlu diketahui. Sehingga diharapkan mahsiswa mampu menerapkan
dan mengaplikasikan dalam dunia keperawatan.

Daftar Pustaka

17
Krisanty, Paula.,dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat darurat. Jakarta : TIM
Boswick, John. (1998). Perawatan Gawat darurat. Jakarta : EGC
https://www.scribd.com/document/374772164/Upaya-Pencegahan-Primer
Sekunder-Dan-Tersier-Pada-Kegawat-Daruratan diakses 25 Maret 2018
https://www.scribd.com/document/392966933/Makalah-Gadar-Psikiatri diakses
12 november 2018
https://www.scribd.com/doc/262922825/Konsep-Kegawatdaruratan-Pada-Obstetri
diakses April 24 2015

18

Anda mungkin juga menyukai