Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), terdapat 50.1% responden
laki-laki yang terkena Hipertensi. Hal ini dikarenakan prevalensi merokok di
Indonesia sangat tinggi, terutama pada laki-laki mulai dari anak, remaja dan
dewasa. Data dari Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi perokok 16
kali lebih tinggi pada laki-laki (65.9%) dibandingkan perempuan (4.2%).
Selain dari merokok, hal lain yang memicu tingginya hipertensi disebabkan
oleh kebiasaan memakan makanan yang kadar asupan lemaknya >30%,
aktivitas fisik yang sangat kurang dan mengalami stress. Sedangkan,
prevalensi asma dan kanker di Indonesia cenderung lebih tinggi pada
perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi kanker cenderung lebih
tinggi pada masyarakat kota dibanding pedesaan dan cenderung lebih tinggi
pada orang yang berpendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena gaya hidup
yang tidak sehat, kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji, serta
kurangnya aktivitas fisik (Riskesdas, 2013).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi
prevalensi PTM di Indonesia, namun belum sepenuhnya mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Sebagai seorang perawat, peran kita tidak hanya
sebagai pemberi pengobatan ataupun perawatan di rumah sakit, namun juga
dapat berperan sebagai perawat komunitas yang berperan meliputi pendidik,
pengamat kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan, peran pembaharu, role
model dan fasilitator kesehatan. Peran perawat komunitas dalam mengurangi
PTM yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal
mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, dilakukan melalui
peningkatan kesehatan (Promotif), dan pencegahan penyakit (preventif) di
semua tingkat pencegahan (levels of prevention) tanpa mengabaikan aspek
kuratif dan rehabilitative.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian keperawatan komunitas ?
2. Apa pengertian laki-laki/pria dewasa ?
3. Bagimana bagaimana penjelasan mengenai Penyakit Tidak Menular ?
4. Bagaimana masalah HT mempengaruhi kesehatan Pria?
5. Bagaimana Asuhan Komunitas Pada HT?
1.3 Tujuan Masalah?
1. Untuk Mengetahui proses masalah HT pada Pria
2. Untuk Mengetahui Askep Komunitasnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan Komunitas


2.1.1 Definisi
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling
berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan
ketertarikan yang sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang
tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area
atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
ketertarikan yang sama (Riyadi, 2007). Komunitas adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2009).
Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan
gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit
secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran
serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah
kesehatan yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat terfokus pada
peningkatan kesehatan dalam kelompok masyarakat. Untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dapat dimulai dari individu, kelompok
sampai tingkat RT dan RW. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan sangat
ditentukan oleh perawat komunitas serta masyarakat itu sendiri, juga dukungan
dari lingkungan atau fasilitas yang tersedia di daerah tersebut. Upaya tersebut juga
ditujukan pada kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, misalnya kelompok
bayi, balita, ibu hamil, anak-anak, remaja, lansia, serta kelompok dewasa.
Kelompok-kelompok tersebut terdiri dari laki-laki dan perempuan. Menurut
Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk Indonesia yang berusia 15-64
tahun terdiri dari 82.104.636 penduduk laki-laki dan 81.263.055 penduduk

3
perempuan. Tingginya jumlah tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan hidup
masyarakat mengingat usia tersebut masuk dalam usia produktif terutama laki-laki
yang biasanya merupakan tulang punggung keluarga. Atas latar belakang tersebut,
pada makalah ini akan dibahas mengenai aplikasi asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok laki-laki dewasa.
2.2 Pria Dewasa
2.2.1 Pengertian
Pengertian kedewasaan dalam kata kerja latin disebut dengan istilah adult
atau “adolescene” yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi kata
adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti
telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi
dewasa. 1Dewasa dalam bahasa Belanda adalah “Volwassen” yang artinya Vol
berarti penuh dan Wassen berarti tumbuh, sehingga “volwassen”qberarti sudah
tumbuh dengan penuh atau selesai tumbuh.2 Oleh karena itu, orang dewasa pria
adalah individu berjenis kelamin laki-laki yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama
dengan orang dewasa lainnya. Di Indonesia batas kedewasaan adalah usia 21
tahun. Hal ini berarti bahwa pada usia tersebut seseorang pria sudah dianggap
dewasa dan sudah mempunya tanggung jawab terhadap perbuatannya. Ia juga
akan mendapatkan hak-hak sebagai orang dewasa, misalnya hak untuk memilih
Dewan Perwakilan Rakyat, dapat nikah tanpa wali dan sebagainya. Dengan
adanya beban tanggung jawab atas perbuatannya tadi berarti ia juga sudah dapat
dikenai sangsi-sangsi pidana tertentu apabila ia melanggar peraturan hukum yang
ada. Dewasa awal adalah rentang usia 20-40 tahun dimana tahap perkembangan
seseorang sedang berada pada puncaknya. Dengan kondisi fisik dan intelektual
yang baik. Peningkatan yang terjadi pada masa dewasa ini akan dimanifestasikan
melalui berbagai macam hal, seperti sosialisasi yang luas, penelitian karir,
semangat hidup yang tinggi, perencanaan yang jauh kedepan, dan sebagainya.
Berbagai keputusan yang penting yang berkaitan dengan kesehatan, karir, dan
hubungan antar pribadi juga akan dialami pada masa dewasa awal.

4
2.3 Penyakit Tidak Menular
2.3.1 Pengertian
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah kesehatan
dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia
kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje &
Samodra 2013). Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit
kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki durasi yang panjang
dan pada umumnya berkembang secara lambat (Riskesdas, 2013). Menurut
Bustan (2007), dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak Menular mengatakan
bahwa yang tergolong kedalam PTM antara lain adalah; Penyakit kardiovaskuler
(jantung, atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke),
diabetes mellitus serta kanker.
2.4 Konsep Hiertensi
2.4.1 Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi abnormal dan diukur paling tidak
pada 3 kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Wijaya dan
Putri (2013) hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan
darah yang disebabkan suatu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten (Nurarif dan
Kusuma, 2013).
2.4.2 Etiologi
Menurut Sagala (2009), hipertensi tergantung pada kecepatan denyut
jantung, volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Peningkatan
salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan
hipertensi.
Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan
rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan
dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa

5
secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar,
untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini
disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan
peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama,
maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Hipertrofi
menyebabkan kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga
ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi
kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang
melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan
kontraktilitas dan volume sekuncup (Hayens, 2003).
2.4.3 Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak, dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah (Sagala, 2009).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Sagala, 2009).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I

6
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus
keadaan hipertensi (Sagala, 2009).
2.4.4 Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler,
dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin].
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan strok atau serangan
iskemiktransien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Sagala, 2009).
Menurut Sagala (2009) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis
timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa : nyeri kepala saat
terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan
darah intrakranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,
ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia
karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen
dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang
umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit
kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-
lain (Sagala, 2009).

7
2.4.5 Faktor-faktor Resiko Hipertensi
1. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden
hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan
oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh
darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan
menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Yulianti,
2005).
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana
pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki
dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita
mengalami menopause.
Laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan
11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan
17,4% wanita. Daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9%
pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria
dan 13,7% pada wanita (Gunawan, 2001 dalam Sagala, 2009).
3. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya
hipertensi. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari
orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidupnya memiliki
kemungkinan 25% terkena hipertensi (Sagala, 2009).
4. Garam Dapur
Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi.
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan
garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan
hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi
hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap

8
timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung
dan tekanan darah (Basha, 2004 dalam Sagala, 2009).
Garam mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium
lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan
peningkatan tekanan darah (Sagala, 2009). Garam berhubungan erat dengan
terjadinya tekanan darah tinggi gangguan pembuluh darah ini hampir tidak
ditemui pada suku pedalaman yang asupan garamnya rendah. Jika asupan garam
kurang dari 3 gram sehari prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika
asupan garam 5-15 gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20%
(Wiryowidagdo, 2004).
Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dengan
sendirinya akan menaikan tekanan darah karena garam mempunyai sifat menahan
air. Hindari pemakaian garam yang berlebih atau makanan yang diasinkan. Hal ini
tidak berarti menghentikan pemakaian garam sama sekali dalan makanan.
Sebaliknya jumlah garam yang dikonsumsi batasi (Wijayakusuma, 2000 dalam
Sagala, 2009).
5. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru
dan diedarkan oleh pembulu darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap
nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin
(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.
Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam
darah. Hal ini akan menagakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa
memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam organ dan jaringan
tubuh (Sagala, 2009).
6. Aktivitas/Olahraga
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang yang
kurang aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih

9
tinggi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.
Otot jantung semakin keras dan sering memompa maka makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri (Sagala, 2009).
7. Depresi/Stres

Depresi juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya


hipertensi dimana hubungan antara depresi dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Depresi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan
tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan.
Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh depresi yang dialami kelompok
masyarakat yang tinggal di kota (Dunitz, 2001 dalam Sagala, 2009).

2.4.6 Komplikasi Hipertensi


1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Sagala, 2009). Gejala
terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung,
limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak (Santoso,
2006). Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.Karena
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang

10
menyebabkan infark.Hipertropi ventrikel dapat juga menimbulkan perubahan-
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan (Sagala, 2009).
2. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Rusaknya membran glomerolus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Sagala, 2009).
3. Gagal jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki
dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru – paru menyebabkan
sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering
dikatakan edema (Sagala, 2009).
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf
pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Sagala,
2009).
2.4.7 Tingkatan Hipertensi
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7
Tekanan darah
Tekanan darah sistolik
Klasifikasi diastolic
(mmHg)
(mmHg)
Normal <120 Dan < 80
Prehipertensi 120 -139 Atau 80 – 90
Hipertensi tingkat 1 140 -159 Atau 90 – 99
Hipertensi tingkat 2 >160 Atau > 100
2.4.7 Pengendalian Hipertensi

11
Pengendalian hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga dengan
memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang
menderita hipertensi.Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien
hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk dari pada hipertensi.
Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi
kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup
psikis antara lain mengurangi stress, olahraga, dan istirahat (Sagala, 2009).
1. Berhenti merokok
Merokok sangat besar peranannya meningkatkan tekanan darah, hal ini
disebabkan oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon
adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh
pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah
lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah.Hal ini menyebabkan kerja
jantung semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui
pembuluh darah yang sempit.
Berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan, disamping itu jika
masih merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secara optimal dan
dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Santoso, 2006).
2. Mengurangi kelebihan berat badan
Pengurangan berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit
kardiovaskular, dan kanker. Tubuh yang berat akan semakin tinggi tekanan darah,
jika menerapkan pola makan seimbang maka dapat mengurangi berat badan dan
menurunkan tekanan darah dengan cara yang terkontrol.
3. Menghindari alcohol
Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormon –hormon lain yang
membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan natrium
dan air. Minum-minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat menyebabkan
kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan mengurangi mengkonsumsi
alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.
4. Modifikasi diet

12
Modifikasi diet atau pengaturan diet sangat penting pada klien hipertensi,
tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur tentang makanan
sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan mengurangi penyakit
kardiovaskuler.Ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal
mempertahankan keadaan tekanan darah yakni : diet rendah garam, diet rendah
kolestrol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat
badan (Sagala, 2009).
Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta
hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah dan
untuk mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantung). Adapun yang
disebut rendah garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi
mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena itu yang
sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam adalah
komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat – zat gizi, baik kalori,
protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium (Sagala, 2009).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking
powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium
benzoat (Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly), makanan yang
terbuat dari mentega serta obat yang mengandung natrium (obat sakit kepala).
Penderita hipertensi, biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter
terlebih dahulu (Hayens, 2003).
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Tiga bagian lemak didalam tubuh
yaitu : kolestrol, trigliserid, dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolestrol dari
makanan sehari – hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya
jika dikonsumsi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan
kolestrol dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 %
dari setiap makanan (Sagala, 2009).
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua
jenis yaitu serat kasar (Crude Fiber) dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran
dan buah – buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat

13
yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi
mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat
kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran.
Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar
yang cukup tinggi (Mayo, 2005).
Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan
berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga
dengan orang yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi.Perencanaan diet,
perlu diperhatikan hal – hal berikut : Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari
kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat
badan per minggu.Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat
gizi. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
5. Manajemen stres/depresi
Stres/depresi tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi depresi berat
dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang sangat
tinggi. Apabila periode depresi sering terjadi maka akan mengalami kerusakan
pada pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti yang menetap
(Sagala, 2009).
6. Aktifitas olahraga
Manfaat olah raga yang sering di sebut olah raga isotonik seperti jalan kaki,
jogging, berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi. Pada olah
raga isotonik mampu menyusutkan hormone noradrenalin dan hormon – hormon
lain penyebab naiknya tekanan darah. Hindari olah raga isometrik seperti angkat
beban, karena justru dapat menaikkan tekanan darah (Mayer, 1980 dalam Sagala,
2009).
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam
tubuh, istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Waktu istirahat itu
perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam bekerja sehari – hari.
Istirahat juga bukan berarti melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi yang
dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh
dan mengembalikan keseimbangan hormon dan dalam tubuh (Sagala, 2009).

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Contoh Kasus
Masyarakat Lingkungan A di RW 8 Kelurahan X terdapat sejumlah 525 jiwa
penduduk yang terdiri dari 250 laki-laki dan 275 perempuan. Berdasarkan jumlah
penduduk, sebanyak 42% dari populasi laki-laki di RW tersebut termasuk usia
produktif atau usia dewasa (105 orang). Tn. K (47th) adalah salah satu KK dari
105 penduduk laki-laki dewasa yang tinggal di RW 8. Ia memiliki seorang istri
dan dua orang anak. Rumah Tn. K merupakan milik sendiri dengan tipe
permanen. Lantai rumahnya berupa tegel. Berdasarkan data didapatkan jendela
rumahnya terpasang pada setiap kamar, menandakan bahwa rumah dibentuk agar
sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancar. Istri Tn. K mengatakan jika jendela
selalu dibuka setiap pagi, dan ditutup malam harinya.
Kebanyakan dari warga RW 8 menggunakan sumur sebagai sumber air untuk
mereka MCK, termasuk keluarga Tn. K. Tn. K mengatakan apabila anggota
keluarganya sakit, mereka selalu membawanya ke bidan desa. Mereka
mengurangi konsumsi obat-obatan yang tidak penting. Tn. K menjelaskan jika
sebagian besar laki-laki dewasa di RW 8 bekerja sebagai petani. Kebanyakan dari
petani-petani tersebut tidak menggunakan APD sehingga mempengaruhi fungsi
pernapasan mereka. Beberapa dari laki-laki dewasa di RW 8 mengeluhkan
mengalami sakit-sakit di area tulang dan otot karena aktivitas berat yang mereka
jalani sehari-hari. Terutama merasa pegal, dan kaku otot ketika selesai beraktivitas
di sawah. Tn. K juga mengeluhkan hal itu. Ketika dilakukan pemeriksaan,
diketahui kekuatan otot Tn. K adalah tiga.
3.2 Asuhan Keperawatan
3.2.1 Pengkajian
a. Data demografi
1) Struktur Keluarga
Nama KK : Tn. K
Umur : 47 th
Agama : Islam

15
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Suku/ Bangsa : Madura / Indonesia

16
2) Daftar Anggota Keluarga
N Nama/ Jenis Hub Aga Pend Pekerjaa Kead Fisik Ket
o Umur Kelamin Klg ma n
L P Sehat Sakit
1. Tn. K / v Suami Isla SMP Petani V Merasa sakit
47th / m pada area otot
Ayah setelah
melakukan
aktivitas
2. Ny. K / v Istri / Isla SM Ibu V -
42 th Ibu m A rumah
tangga
3. An. K / V Anak Isla SM Siswa V -
17 th m A
4. An. L / V Anak Isla SD Siswa V -
8t th m

3) Data Ekonomi
a) Penghasilan rata-rata perbulan :
1. <Rp 1.000.000
2. Rp 1.000.000-3.000.000
3. >Rp 3.000.000
b) Apakah keluarga menabung :
1. Ya 2. Tidak
Interpretasi: Keluarga Tn. K berpenghasilan kurang dari satu juta dalam
sebulan. Namun Tn. K mengatakan jika keluarga mereka menabung untuk
persiapan menghadapai masa sulit.
b. Aplikasi
1) Kegiatan yang dilakukan anggota keluarga usia dewasa setelah lulus
sekolah:
a. Bekerja tetap
b. Bekerja tidak tetap
c. Menganggur
2) Apakah anggota keluarga usia dewasa merokok: tidak
3) Bila tidak, apa alasan anggota keluarga usia dewasa tidak merokok
a. Menjaga kesehatan
b. pemborosan

17
4) Apakah anggota keluarga usia dewasa mengonsumsi miras/obat terlarang:
tidak
5) Bila tidak, apa alasan anggota keluarga usia dewasa tidak mengonsumsi
miras/obat terlarang
a. Menjaga kesehatan
b. pemborosan
6) Apa yang dilakukan anggota keluarga usia dewasa jika ada masalah:
a. Diam
b. Bolos kerja
c. Marah
d. Pergi dari rumah
7) Bagaimana kondisi anggota keluarga usia dewasa saat ini
a. Sehat
b. Sakit
8) Apa yang dilakukan untuk anggota keluarga usia dewasa yang sakit:
a. Membawa ke pelayanan kesehatan
b. Diobati dengan obat warung
c. Didiamkan saja
9) Bila anggota keluarga usia dewasa sakit, apa keluhan/diagnose medisnya:
sakit pada daerah punggung, bahu, dan otot-otot aktivitas.
Berkaitan dengan aktivitas fisik
c. Lingkungan Fisik
1) Perumahan
a) Status Kepemilikan :
1. Sewa 2. Numpang 3. Milik sendiri
b) Tipe Rumah
1. Permanen 2. Semi permanent 3. Tidak permanen
c) Lantai
1. Tanah 2. Papan 3. Tegel 4. Semen
d) Ada jendela di setiap kamar
1. Ya 2. Tidak
e) Ada jendela di setiap rumah

18
1. Ya 2. Tidak
f) Jika Ya, apakah dibuka setiap hari
1. Ya 2. Tidak
g) Pencahayaan dalam rumah di siang hari
1. Terang 2. Remang-remang 3. Gelap
h) Jarak rumah dengan tetangga
1. Bersatu 2. Dekat 3. Terpisah
i) Halaman di sekitar rumah
1. Ada 2. Tidak
k) Jika ada, lokasinya
1. Di depan 2. Disamping 3. Di belakang
l) Pemanfaatan pekarangan
1. Kebun 2. Kolam 3. Kandang
m)Berapa luas rumah 20 m2
Interpretasi: Rumah yang ditinggali oleh keluarga Tn. K merupakan rumah
sendiri dengan luas 20 m2 dan bersifat permanen.
2) Sumber Air
a) Sumber air untuk masak dan minum
1. PAM 2. Sumur 3. Air mineral
b) Jika di PAM atau sumur
1. Dimasak 2. Tidak
c) Sumber air mandi/ mencuci
1. PAM 2. Sumur 3. Sungai
4. Lain-lain, sebutkan………..
d) Jarak sumber air dengan septic tank
1. < 10 m 2. > 10 m
e) Tempat penampungan air sementara
1. Bak 2. Gentong 3. Ember
4. Lain- lain, sebutkan…………….
f) Kondisi tempat penampungan air
1. Terbuka 2. Tertutup
g) Kondisi air dalam penampungan

19
1. Berwarna 2. Berbau 3. Berasa
4. Tidak berasa/ berwarna
h) Ada jentik dalam penampungan air
1. Ya 2. Tidak
Interpretasi: Tn. K mengatakan jika keluarganya menggunakan air
dari sumur, kebanyakan dari warga RW 8 menggunakan sumur untuk
kebutuhan MCK mereka. jarak antara sumur dengan septic tank yang
dibawah 10 meter menjadikannya rawan.
3) Pembuangan Sampah
a) Dimana keluarga membuang sampah
1. Sungai 2. Ditimbun 3. Dibakar
4. Sembarang tempat 5. Diambil oleh petugas sampah

b) Penampungan sampah sementara


1. Ada 2. Tidak ada/ berserakan
c) Bila ada, keadaannya
1. Terbuka 2. Tertutup
d) Jarak dengan rumah
1. Dekat (< 5 m) 2. Jauh (> 5 m)
Interpretasi: keluarga Tn. K memiliki sanitasi yang kurang baik.
Pembuangan sampah yang masih belum terfasilitasi dengan baik akan
meningkatkan risiko terkena penyakit menular
4) Pembuangan Limbah
a) Kebiasaan keluarga BAB & BAK
1. Jamban/ WC 2. Sungai 3. Sembarang
b) Jenis jamban yang digunakan
1. Cemplung 2. Plengsengan 3. Leher angsa
c) Pembuangan air limbah
1. Resapan 2. Got 3. Sembarangan
d) Kondisi saluran pembuangan
1. Lancar 2. Tersumbat/ tergenang

20
Interpretasi: Tn. K dan keluarganya mengatakan jika mereka
memiliki jamban di rumahnya. Meskipun pembuangan air limbah di
got, Tn. K mengaku jika kondisi saluran pembuangan di daerahnya
lancar dan cukup baik
d. Kondisi Kesehatan Umum
1) Pelayanan Kesehatan
a) Sarana kesehatan terdekat
1. Rumah sakit 2. Puskesmas 3. dokter/Perawat/Bidan
4. Balai pengobatan5. Lain-lain, sebutkan……….
b) Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit
1. RS 2. Puskesmas 3. Dokter praktik
4. Perawat 5. Bidan 6.Lain-lain,
sebutkan…….
c) Kebiasaan keluarga sebelum ke pelayanan kesehatan
1. Beli obat bebas 2. Jamu
d) Sumber pendanaan kesehatan keluarga
1. ASTEK/ASKES2. Tabungan 3. Dana sehat
4. JPS/ASKES MASKIN 5. Tidak ada
e) Sarana transportasi ke pelayanan kesehatan keluarga
1. Jalan kaki 2. Becak 3. Angkot
4. Kendaraan pribadi
f) Jarak rumah dengan sarana kesehatan
1. < 1 Km 2. 1- 2 Km 3. 2- 5 Km
4. > 5 Km
Interpretasi: Tn. K tampak memiliki persepsi kesehatan yang cukup
baik, keluarga Tn. K mengatakan jika apabila ada yang sakit maka
segera dibawa ke bidan desa. Hal ini menunjukkan mereka telah
memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik.
e. Masalah Kesehatan Khusus
1) Penyakit yang paling sering diderita keluarga dalam 6 bulan terakhir
1. Demam berdarah2. Batuk pilek 3. Asma

21
4. TBC 5. Thypoid 6. Infeksi menular
seksual
7. Lain-lain, sebutkan………..
2) Penilaian Aktivitas Dan Latihan
a) Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Tingkat Kategori
Aktivitas/Aktivitas
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan
orang lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain, dan peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
Interpretasi: Tingkat kemampuan fisik Tn. K adalah 1,
meskipun Tn. K mengaku masih bisa melakukan aktivitas seperti
biasanya, namun ketika kambuh, Tn. K membutuhkan alat untuk
beraktivitas.
3) Derajat kekuatan otot
Skala Persentase Kekuatan Karakteristik
Normal (%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh
Interpretasi: Derajat kekuatan otot dari Tn. K menunjukkan skala 4,
dimana gerakan Tn. K penuh dan normal melawan gravitasi serta melawan
tahanan minimal.
f. Lain-lain

22
1) Kegiatan yang dilakukan anggota keluarga usia dewasa setelah lulus
sekolah:
a. Bekerja tetap
b. Bekerja tidak tetap
c. Menganggur
2) Apakah anggota keluarga usia dewasa merokok:
a. Iya
b.Tidak
3) Apakah anggota keluarga usia dewasa mengonsumsi miras/obat
terlarang:
a. Iya
b. Tidak
4) Bila tidak, apa alasan anggota keluarga usia dewasa tidak
mengonsumsi miras/obat terlarang:
a. Menjaga kesehatan
b. Pemborosan
5) Apa yang dilakukan anggota keluarga usia dewasa jika ada masalah:
a. Diam
b. Bolos kerja
c. Marah
d. Pergi dari rumah
6) Bagaimana kondisi anggota keluarga usia dewasa saat ini:
a. Sehat
b. Sakit
7) Apa yang dilakukan untuk anggota keluarga usia dewasa yang sakit:
a. Membawa ke pelayanan kesehatan
b. Diobati dengan obat warung
c. Didiamkan saja
8) Bila anggota keluarga usia dewasa sakit, apa keluhan/diagnose
medisnya: Nyeri sendi

23
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang aktivitas fisik pada kelompok dewasa laki-laki.

3.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kreteria Hasil Intervensi keperawatan
Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan NIC
berhubungan dengan keperawatan selama 3 kali 1. Monitoring vital sign
kurang pengetahuan kunjungan selama satu sebelum atau sesudah latihan
tentang aktivitas fisik minggu, klien diharapkan dan lihat respon klien saat
pada kelompok dewasa dapat beraktivitas secara latihan.
laki-laki. adekuat dengan kriteria 2. Ajarkan dan berikan
hasil: dorongan pada klien untuk
1. Klien meningkat dalam melakukan program latihan
aktivitas fisik secara rutin.
2. Mengerti tujuan dari 3. Berikan edukasi kepada klien
peningkatan mobilitas kelompok laki-laki dewasa
3. Memverbalisasikan terkait:
perasaan dalam a. teknik ambulasi dan
meningkatkan kekuatan perpindahan yang
dan kemampuan aman bagi klien
berpindah b. teknik mengatur
posisi secara mandiri
dan menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun dalam
aktivitas sehari-hari.
c. Ajarkan pada klien
atau keluarga untuk
memperhatikan postur
tubuh yang benar
untuk menghindari
kelelahan, kram, dan

24
cedera.
4. Kolaborasikan dengan ahli
terapi fisik untuk program
latihan.
5. Beri penguatan positif untuk
berlatih mandiri dalam
batasan yang aman.
6. Kaji kemampuan pasien
dalam pemenuhan mobilisasi.

25
3.2.4 Implementasi
NO Dx KEP HARI/TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF &
NAMA

1. Hambatan Senin, 15 Februari 1. Memonitoring vital RS


mobilitas 2016 sign sebelum atau
fisik 08.00 WIB sesudah latihan dan
berhubungan melihat respon klien
dengan saat latihan.
kurang 2. Mengajarkan dan
pengetahuan memberikan
tentang dorongan pada klien
aktivitas untuk melakukan
fisik pada program latihan
kelompok secara rutin.
laki-laki 3. Mengajarkan pasien
dewasa. tentang teknik
ambulasi dan
perpindahan yang
aman kepada klien
dan keluarga.
4. Memberi penguatan
positif untuk berlatih
mandiri dalam
batasan yang aman.
5. Mengajarkan pada
klien dan keluarga
untuk dapat mengatur
posisi secara mandiri
dan menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun
dalam aktivitas

26
sehari-hari.
6. Mengajarkan pada
klien atau keluarga
untuk memperhatikan
postur tubuh yang
benar untuk
menghindari
kelelahan, kram, dan
cedera.
7. Mengkolaborasikan
dengan ahli terapi
fisik untuk program
latihan.
8. Mengkaji
kemampuan pasien
dalam pemenuhan
mobilisasi.
2. Hambatan Rabu, 17 Februari 1. Memonitoring vital RS
mobilitas 2016 sign sebelum atau
fisik 09.00 WIB sesudah latihan dan
berhubungan melihat respon klien
dengan saat latihan.
kurang 2. Mengajarkan dan
pengetahuan memberikan
tentang dorongan pada klien
aktivitas untuk melakukan
fisik pada program latihan
kelompok secara rutin.
laki-laki 3. Mengajarkan pasien
dewasa. tentang teknik
ambulasi dan
perpindahan yang
aman kepada klien

27
dan keluarga.
4. Memberi penguatan
positif untuk berlatih
mandiri dalam
batasan yang aman.
5. Mengajarkan pada
klien dan keluarga
untuk dapat mengatur
posisi secara mandiri
dan menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun
dalam aktivitas
sehari-hari.
6. Mengajarkan pada
klien atau keluarga
untuk memperhatikan
postur tubuh yang
benar untuk
menghindari
kelelahan, kram, dan
cedera.
7. Mengkolaborasikan
dengan ahli terapi
fisik untuk program
latihan.
8. Mengkaji
kemampuan pasien
dalam pemenuhan
mobilisasi.
3. Hambatan Jumat, 17 1. Memonitoring vital RS
mobilitas Februari 2016 sign sebelum atau
fisik sesudah latihan dan

28
berhubungan 08.00 WIB melihat respon klien
dengan saat latihan.
kurang 2. Mengajarkan dan
pengetahuan memberikan
tentang dorongan pada klien
aktivitas untuk melakukan
fisik pada program latihan
kelompok secara rutin.
laki-laki 3. Mengajarkan pasien
dewasa. tentang teknik
ambulasi dan
perpindahan yang
aman kepada klien
dan keluarga.
4. Memberi penguatan
positif untuk berlatih
mandiri dalam
batasan yang aman.
5. Mengajarkan pada
klien dan keluarga
untuk dapat mengatur
posisi secara mandiri
dan menjaga
keseimbangan selama
latihan ataupun
dalam aktivitas
sehari-hari.
6. Mengajarkan pada
klien atau keluarga
untuk memperhatikan
postur tubuh yang
benar untuk

29
menghindari
kelelahan, kram, dan
cedera.
7. Mengkolaborasikan
dengan ahli terapi
fisik untuk program
latihan.
8. Mengkaji
kemampuan pasien
dalam pemenuhan
mobilisasi.

3.2.5 Evaluasi
NO HARI/TG NO. Dx EVALUASI (SOAP) PARAF
L/ JAM KEP &
NAMA
1. Senin, 22 1 S: Klien mengatakan bahwa sudah RS
Februari
tidak merasakan pegal linu lagi
2016
O: Klien mampu beraktivitas dengan
adekuat, kekuatan otot 5
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

BAB IV
PENUTUP

30
4.1 Kesimpulan
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (2007), terdapat 50.1% responden laki-
laki yang terkena Hipertensi. Hal ini dikarenakan prevalensi merokok di
Indonesia sangat tinggi, terutama pada laki-laki mulai dari anak, remaja dan
dewasa. Data dari Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi perokok 16
kali lebih tinggi pada laki-laki (65.9%) dibandingkan perempuan (4.2%).
Selain dari merokok, hal lain yang memicu tingginya hipertensi disebabkan
oleh kebiasaan memakan makanan yang kadar asupan lemaknya >30%,
aktivitas fisik yang sangat kurang dan mengalami stress.
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi abnormal dan diukur paling tidak pada
3 kesempatan yang berbeda (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Wijaya dan
Putri (2013) hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali
pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan suatu atau beberapa faktor resiko
yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan
darah secara normal.
4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami askep komunitas HT Dengan baik
dan dapat mengaplikasikannya dalam asuhan keperawatan Komunitas

Daftar Pustaka

31
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.

Bulechek, gloria m., dkk.2015 Nursing interventions cassifiction, NIC Edisi VI


Ahli Bahasa: Intrasi Nurjannah, dk. Elesiver; Jakarta

32

Anda mungkin juga menyukai