Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. S


DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANG SARAH RS BAPTIS KEDIRI

REVIEW STUDI KASUS

Disusun Oleh:

ELISABETH PANJAITAN

NIM. 01.3.21.00481

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

T.A 2021/2022
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

NAMA : ELISABETH PANJAITAN


NIM : 01.3.21.00481
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN REPRODUKSI
PADA NY. S DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANG
SARAH RS BAPTIS KEDIRI

Pembimbing Kediri, 26 Nopember 2021

Mahasiswa

Rimawati, S. Kep., Ns., M. Kes Elisabeth Panajaitan

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep


LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA OVARIUM

1.1 Definisi
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik
maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346).
Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,
normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium)
(Nugroho, 2010: 101)
Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi
cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).
Kistaindung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas
sampaimenopause, juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012).
Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di
dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena
terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17)

Gambar : Rahim normal dan kiata ovarium


Sumber : http://kistaovarium.org/
1.2 Klasfikasi
Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :
1. Tipe Kista Normal
Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling
banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum,
terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.
Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan pecah pada masa
subur, untuk melepaskan sel telur yang pada waktunya siap dibuahi
oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan menjadi kista
folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri
dari: kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak
mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang
sendiri dalam waktu 6 – 8 minggu.

Gambar : kista ovarium fungsional


Sumber : http://kistamioma.com/tag/kista-ovarium-fungsional

2. Tipe Kista Abnormal


a. Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung
telur. Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat
menimbulkan nyeri.
b. Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut
kista coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat
kehitaman.
c. Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh
seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat
ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran
kecil dan tidak menimbulkan gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium
yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan
dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga
menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan
infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan
sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista
lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum
haematoma.

Gambar : kista corpus luteum


Sumber : http://www.ladycarehealth.com/causes-of-
different-ovarian-cysts/
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah
dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap
bulan. Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini.
Kista polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus
dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak
menimbulkan gangguan dan rasa sakit.
Gambar : kista polikistik ovarium
Sumber : http://pcos-disease.blogspot.com/2010/11/polycystic-
ovarian-syndrome_06.html

1.3 Etiologi
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat
hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau
mereabsorbsi cairan. Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus
luteum indung telur yang fungsional dan dapat membesar bukan karena
tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya bersifay
bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti jerami. Penyebab lain
adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya
pertumbuah abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.
1.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104),
kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala
sampai periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini
:
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.
1.5 Patofisiologis
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut
gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk
secara tidak sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk kista di
dalam ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa
kista kecil yang disebut Folikel de Graff. Pertengahan siklus, folikel
dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit
mature. Folikel yang ruptur akan menjadi korpus luteum, yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah- tengah. Bila
tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan
mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi
normal disebut kista fungsional dan selalu jinak (Nugroho, 2010).
Patway

Etiologi :
 Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
 Pertumbuhan folikel tidak seimbang
 Degenerasi ovarium
 Infeksi ovarium

Gangguan reproduksi

Komplikasi :
Tanda dan gejala : Diagnosa :
 Pembenjolan perut
 Tanpa gejala  Anamnesa
 Pola haid berubah
 Nyeri saat menstruasi  Pemeriksaan fisik
 Perdarahan
 Nyeri di perut bagian bawah  Pemeriksaan
penunjang  Torsio (putaran
 Nyeri saat berhubungan
tangkai)
seksual
 Infeksi
 Nyeri saat berkemih atau BAB
Kista ovarium  Dinding kista robek
 Siklus menstruasi tidak teratur
 Perubahan keganasan

Kista fungsional Kista non fungsional

Konservatif :
 Observasi 1-2 bulan
Laparatomi Laparoskopi

Keluhan tetap :
 Aktivitas hormon Ovarian Salpingo-
 Discomfort cystectomy oophorectomy

Perawatan post operasi : Penyulit post operasi :


 Obat analgetik  Nyeri
 Mobilisasi  Perdarahan
 Personal hygiene
 Infeksi

Bagan 2.1 Pathway Kista Ovarium (Taufan Nugroho, 2010)


1.6 Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi pada
kista ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor
mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi,
sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut
kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat
juga mengakibatkan edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumah yang banyak akan terjadi distensi
yang cepat dari kista yang menimbukan nyeri di perut
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan
diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau
ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini
dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi
biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA,
massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium
normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia
reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di
kuadran abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam
dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa
dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang,
setiap kista dibuang dan dievaluasi secara histologis.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering
pada saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang
timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus
ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus
menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasannya.
Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa kista ovarium
berkembang setelah masa menopause sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor
inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat diperolehkepastian
sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan
analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat
membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang
dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta,
2012 :1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor
berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat
tumor itu.
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor
kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
Gambar : USG kista ovarium
Sumber : http://forum.detik.com/niwana-sod-mampu-menyembuhkan-
penyakit-kronis-seperti-kanker-kista-dll-t137091.html
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks.Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat
dilihat adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.
Perludiperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.
1.8 Penatalaksanaan
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan
sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika
tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
2. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan
operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22 gejala
akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
seksama.
Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya
memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang
memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk
meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 50-70
tahun memiliki resiko cukup besar terkena kenker jenis ini. Bila hanya
kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy.
Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium termasuk tuba fallopi,
maka disebut salpingo oophorectomy.
Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan, antara lain
tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak,
kondisi ovarium dan jenis kista.
Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit
(twisted) dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan
tindakan darurat pembedahan (emergency surgery) untuk
mengembalikan posisi ovarium menurut Yatim, (2005: 23)
Prinsip pengobatan kista dengan pembedahan (operasi) menurut Yatim,
(2005: 23) yaitu:
a. Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada
pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan
cara ini, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul 23
dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan
searah dengan garis rambut kemaluan.
b. Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan
dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah
mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam
proses keganasan, operasi sekalian mengangkat ovarium dan
saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe.
2.1 Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Langkah I (pertama) :
Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien. Perawat mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien
mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam 30
manajemen kolaborasi perawat akan melakukan konsultasi. Pengkajian
atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. (Muslihatun, dkk. 2009:
115).
a. Data subyektif
1) Identitas pasien
a) Nama : Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar
tidak keliru dengan pasien-pasien lain.
b) Umur : Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam
masa reproduksi.
c) Agama : Untuk mengetahui pandangan agama klien
mengenai gangguan reproduksi.
d) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya sehingga bidan dapat memberikan konseling
sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa : Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari pasien.
f) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya.
g) Alamat : Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan.
2) Alasan Kunjungan Alasan apa yang mendasari ibu datang.
Tuliskan sesuai uangkapan.
a) Keluhan Utama
Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk
mengetahui permasalahan utama yang dihadapi ibu mengenai
kesehatan reproduksi.
b) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah
diderita yang dapat mempengaruhi dan memperparah
penyakit yang saat ini diderita.
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan
dengan gangguan reproduksi terutama kista ovarium.
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gaangguan
kesehatan pasien.
c) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah,
syah atau tidak, umur berapa menikah dan lama pernikahan.
d) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus,
lama menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan warna darah,
disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji
untuk mengetahui ada tidaknya kelainan system reproduksi
sehubungan dengan menstruasi.
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka
bidan harus menggali lebih spesifik untuk memastikan bahwa
apa yang terjadi pada ibu adalah normal atau patologis.
f) Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan
saat ini digunakan ibu yang kemungkinan menjadi penyebab
atau berpengaruh pada penyakit yang diderita saat ini.
g) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka
memakan makanan yang masih mentah dan apakah ibu
suka minum minuman beralkohol karena dapat
merangsang pertumbuhan tumor dalam tubuh.
(2) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau serta kebiasaan air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah.
(3) Hubungan seksul
Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut
apakah menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau
sebaliknya.
(4) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang
cukup atau tidak.
(5) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.
(6) Aktivitas
Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien sehari
hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya.
b. Data Objektif
Seorang perawat harus mengumpulkan data untuk memastikan
bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam
komponen-komponen pengkajian data obyektif ini adalah:
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya, meliputi : Tekanan darah,
temperatur/ suhu, nadi serta pernafasan
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung
kaki.
a) Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan
rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.
b) Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem
atau tidak, pucat atau tidak.
c) Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera
ikterik atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.
d) Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung
simetris atau tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.
e) Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada
penumpukan sekret atau tidak.
f) Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-
pecah atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau
tidak.
g) Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada
pembesaran kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.
h) Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada
pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
i) Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau
tidak, ada benjolan atau tidak.
j) Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan
pembesaran perut.
k) Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor
baik atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.
l) Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan
turgor baik atau tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak,
reflek patella positif atau tidak.
m) Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses
ataupun pengeluaran yang tidak normal.
n) Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada
hemorrhoid atau tidak.
3) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat
keadaan muka, payudara, abdomen dan genetalia.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau
tangan, digunakan untuk memeriksa payudara dan abdomen.
4) Pemeriksaan Penunjang
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan
dan penyakit.
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis
( D.0077)
Nyeri Akut ( D.0077)
Devinisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan akutual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan
Penyebab :
1. Agens pencedera fisiologis ( mis: inflanmasi, iskemia, neoplasma )
2. Agens pencedera kimiawi ( mis : terbakar, bahan kimia iritan )
3. Agens Pencedera fisik ( mis : abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan )
Gejala dan tanda mayor Obyektif :
Subyektif : 1. Tampak meringis
Mengeluh nyeri 2. Bersikap protektif ( mis :
waspada, menghindari )
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor Obyektif :
Subyektif : 1. Tekanan darah meningkat
(tidak tersedia) 2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Prose berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. diaforesis
kondisi klinis terkait :
1. kondisi pembedahan
2. cedera traumatis
3. infeksi
4. sinrom coroner akut
5. glaucoma

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)


Tingkat Nyeri (L. 08066)
Tingkat Nyeri (L. 08066)
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan
Ekspetasi Menurun
Kriteria Hasil
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5

Meringis
Sikap protektif 1 2 3 4 5

Gelisah 1 2 3 4 5

Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada 1 2 3 4 5
diri sendiri
Diafroresis 1 2 3 4 5

Perasaan 1 2 3 4 5
depresi
(tertekan)
Perasaan takut 1 2 3 4 5
mengalami
cedera
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5

Perineum
terasa tertekan
Uterus terasa 1 2 3 4 5
membulat
Ketegangan 1 2 3 4 5
otot
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5

Muntah 1 2 3 4 5

Mual 1 2 3 4 5

Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik


Mmeburuk Membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5

Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas
Tekanan darah 1 2 3 4 5

Proses berfikir 1 2 3 4 5

Fokus 1 2 3 4 5

Fungsi 1 2 3 4 5
berkemih
Perilaku 1 2 3 4 5

Nafsu makan 1 2 3 4 5

Pola tidur 1 2 3 4 5

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)


Manajemen Nyeri (L.08238)
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan

Tindakan

Observasi

1. Identifikasi lokasi , Kareteristik, durasi,frekuensi, kualitas, intensitas


nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon nyeri non verbal

4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8. Monitor keberhasilan terapi komplementar yang sudah diberikan

9. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( mis.


TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, tehnik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)

2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. Suhu ruangan,


Pencahayaan, kebisingan )

3. Fasilitas istirahat dan tidur

4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi


meredakan nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.

2. Jelaskan strategi meredakan nyeri.

3. Anjurkan Memonitor nyeri secara mandiri

4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

2. Ansietas berhubungan dengan Kekhawtiran mengalami kegagalan

Ansietas D.0080
Definisi :
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab :
a. Krisis situasional
b. Kebutuhan tidak terpenuhi
c. Krisis maturasional
d. Ancaman terhadap konsep diri
e. Ancaman terhadap kematian
f. Kekhawatiran mengalami kegagalan
g. Disfungsi sistem
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
a. Merasa bingung a. Tampak gelisah
b. Merasa khawatir dengan akibat b. Tampak tegang
dari kondisi yang dihadapi c. Sukit tidur
c. Sulit berkonsentrasi

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif
a. Mengeluh pusing a. Frekuensi nafas meningkat
b. Anoreksia b. Frekuensi nadi meningkat
c. Palpitasi c. Tekanan darah meningkat
d. Merasa tidak berdaya d. Diaforesis
e. Tremor
f. Muka tampak pucat
g. Suara bergetar
h. Kontak mata buruk
i. Sering berkemih
j. Berorientasi pada masa lalu
Kondisi klinis terkait
a. Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)
b. Penyakit akut
c. penyakit neurologis
d. Hospitalisasi
e. Rencana operasi
Reduksi Ansietas I.09314
Definisi
meminimalkankondisi individu dan pengalaman subjektif terhadap obyek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Tindakan
Observasi
a) Idenifikasi saat ansietas berubah (mis, kondisi, wakt, stresor)
b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
c) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
c) Pahami situasi yang membuat ansietas
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
f) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
g) Diskusikan perencanaan realitis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
a) Jelaskan peosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan
prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika memungkinkan
d) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
e) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
f) Latih teknik relaksasi
Kolaboorasi
- Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu

Terapi relaksasi I.09326


Definisi
menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda dan gejala
ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot, atau kecemasan.
Tindakan
Observasi
a) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efekif digunakan
b) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
c) Monitor terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
a) Ciptakan lingkugan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika perlu
b) Berikan informasi tertilis persiapan dan prosedur teknik relaksasi
c) Gunakan pakaian longgar
d) Gunakan suaralembut dengan irama lambat dan berirama
Edukasi
a) Jelaskan tujuan, batsan, manfaat, an jenis relaksasi tang tersedia (mis,
musik, meditasi,, nafas dalam, relaksasi otot progresif)
b) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
c) Anjurkan mengambil posisi nyaman
d) Anjurkan rileks dan merasakan sensadi relaksasi
e) Anjurkan sering mengulangiatau melatih teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis, nafas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing).

Konseling I.10334
Definisi
membreikan bimbingan untuk meningktakan atau mendukung penanganan,
pemecahan masalah dan hubungan intrapersonal.
Tindakan
Observasi
a) Identifikasi kemampuan dan beri penguatan
b) Identifikasiperilaku keluarga yang mempengaruhi pasien
Terapeutik
a) Bina hubungan terapeutik berdasarkan rasa percaya dan penghargaan
b) Berikan empati, kehangatan, dan kejujuran
c) Tetapkan tujuan dan lama hubungan konseling
d) Berikan privasi dan pertahankan kerahasiaan
e) Fasilitasi mengidentifikasi masalah
Edukasi
a) Anjurkan mengekpresikan perasaan
b) Anjurkan membuat daftar alternatif penyelesaian maslah
c) Anjurkan pengembangan keterampilan baru, jika perlu
d) Anjurkan mengganti meladaptif dengan adaptif

Tingkat Ansietas
L.090933
Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
Ekspetasi menurun
Kriteria hasil
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Verbalisai
1 2 3 4 5
kebingungan
Verbalisai khawatir
akibat kondisi yang 1 2 3 4 5
dihadapi
Perilaku gelisah 1 2 3 4 5
Perilaku tegang 1 2 3 4 5
Keluhan pusing 1 2 3 4 5
Anoreksia 1 2 3 4 5
Palpitasi 1 2 3 4 5
Frekuensi
1 2 3 4 5
pernapasan
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Diaforesis 1 2 3 4 5
Tremor 1 2 3 4 5
Pucat 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
memburuk sedang membaik
memburuk membaik
Konsentrasi 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
Perasaan
1 2 3 4 5
keberdayaan
Kontak mata 1 2 3 4 5
Pola berkemih 1 2 3 4 5
Orientasi 1 2 3 4 5

Dukungan Sosial
L.13113
Definisi
Ketersediaan sokongan dari orang lain untuk memenuhi kebutuhan individu yang
menjalani perawatan..
Ekspetasi Meningkat
Kriteria hasil
Cukup Cukup
meningkat sedang menurun
meningkat menurun
Kemampuan
meminta bantuan 1 2 3 4 5
pada orang lain
Bantuan yang
ditawarkan oleh 1 2 3 4 5
orang lain
Dukungan emosi
yang disediakan 1 2 3 4 5
oleh orang lain
Jaringan sosial yang
1 2 3 4 5
membantu

Kontrol Diri L.09076


Definisi
kemampuan untuk mengendalikan atau mengatur emosi, pikiran, dan perilaku
dalam menghadapi masalah.
Ekspetasi Meningkat
Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun Menurun
Sedang Meningkat
Meningkat
Verbalisai ancaman
1 2 3 4 5
orang lain
Verbalisai umpatan 1 2 3 4 5
Perilaku
1 2 3 4 5
menyerang
Perilaku melukai
diri sendiri/orang 1 2 3 4 5
lain
Perilaku merusak
1 2 3 4 5
lingkungan sekitar
Perilaku
1 2 3 4 5
agresif/amuk
Suara keras 1 2 3 4 5
Bicara ketus 1 2 3 4 5
Verbalisasi
keinginan bunuh 1 2 3 4 5
diri
Verbalisasi isyarat
1 2 3 4 5
bunuh diri
Verbalisasi
1 2 3 4 5
ancaman bunuh diri
Verbalisasi rencana
1 2 3 4 5
bunuh diri
Verbalisasi
kehilangan
1 2 3 4 5
hubungan yang
penting
Perilaku
merencanakan 1 2 3 4 5
bunuh diri
Euforia 1 2 3 4 5
Alam perasaan
1 2 3 4 5
depresi

2.3 Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas,


alih bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta:
EGC.

Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan
Ginekologi.Jakarta: EGC

Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC

Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.

Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi


Edisi II. Jakarta : EMS, Erlangga Medical Series.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Muslihatun, Nur Wafi. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Yogyakarta:


Fitramaya

Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.


Yogyakarta : Nuha Medika

Purwandari Atik. 2008. Konsep Keperawatan. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta


: EGC

Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka Sarwomo Prawirohardjo

Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur,


Kanker Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta:
Pustaka Populer Obor

Anda mungkin juga menyukai