Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

KRITIS PADA PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA

DISUSUN OLEH:

ASSYANI NURSAFITRI (C.0105.19.002)


HARIS NURYANA (C.0105.19.010)
NURLAELA (C.0105.19.017)
SITI MAESYAROH K. (C.0105.19022)
SITI RUWINDA (C.0105.19.023)
VICKY FEBRIAN (C.0105.19.026)

PRODI PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karuni-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Kritis Pada
Pasien Dengan Trauma Kepala.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan Trauma
Kepala. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Cimahi, Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Medis Cedera Kepala...........................................................................3
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Cedera Kepala..................12
BAB III.....................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................19
3.1 Simpulan....................................................................................................................19
3.2 Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecatatan utama pada
kelompok produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Diperkirakan
100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 700.000 mengalami cedera
cukup berat yang memerlukan perawatn di rumah sakit, dua pertiga berusia di bawah 30
tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah wanita, lebih dari
setengah pasien cedera kepala mempunyai signifikasi terhadap cedera bagian tubuh
lainnya.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada pengguna
kendaraan bermotor karena tingginya tingkat mobilitas dan kurangnya kesadaran untuk
menjaga keselamatan di jalan raya. Di samping penerangan di lokasi kejadian dan selama
transportasi ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat
menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya.Lebih dari 50% kematian
disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan bermotor. Setiap tahun, lebih
dari 2 juta orang mengalami cedera kepala, 75.000 diantaranya meninggal dunia dan
lebih dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas.
Kasus trauma terbanyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, disamping
kecelakaan industri, kecelakaan olahraga, jatuh dari ketinggian maupun akibat
kekerasan.Trauma kepala didefinisikan sebagai trauma non degeneratif-non konginetal
yang terjadi akibat ruda paksa mekanis eksteral yang menyebabkan kepala mengalami
gangguan kognitif, fisik dan psikososial baik sementara atau permanen. Trauma kepala
dapat menyebabkan kematian/ kelumpuhan pada usia dini.
 Menurut penelitian nasional Amerika, di bagian keperawaratan kritis menunjukkan
bahwa penyebab primer cedera kepala karena trauma pada anak-anak adalah karena
jatuh, dan penyebab sekunder adalah terbentur oleh benda keras.Penyebab cedera kepala
pada remaja dan dewasa muda adalah kecelakaan kendaraan bermotor dan terbentur,
selain karena kekerasan. Insidensi cedera kepala karena trauma kemudian menurun pada
usia dewasa; kecelakaan kendaraan bermotor dan kekerasan yang sebelumnya merupakan
etiologi cedera utama, digantikan oleh jatuh pada usia >45 tahun.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah konsep dasar medis dari cedera kepala?
b. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan kritis pada cedera kepala?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui konsep dasar medis dari cedera kepala.
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan kritis pada cedera.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR MEDIS CEDERA KEPALA


1. PENGERTIAN
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas (Mansjoer, 2007: 3).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun
tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)
Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik.

2. ETIOLOGI
Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas (Mansjoer, 2000:3). Penyebab cidera kepala antara lain: kecelakaan lalu lintas,
perkelahian, terjatuh, dan cidera olah raga. Cidera kepala terbuka sering disebabkan
oleh peluru atau pisau (Corkrin, 2001:175).
a. Cedera Kepala Primer yaitu cedera yang terjadi akibat langsung dari trauma:
1) Kulit       :  Vulnus, laserasi, hematoma subkutan, hematoma subdural.
2) Tulang     :  Fraktur lineal, fraktur bersih kranial, fraktur infresi (tertutup &
terbuka).
3) Otak        :  Cedera kepala primer, robekan dural, contusio (ringan, sedang,
berat), difusi laserasi.

3
b. Cedera Kepala Sekunder yaitu cedera yang disebabkan karena komplikasi :
1) Oedema otak
2) Hipoksia otak
3) Kelainan metabolic
4) Kelainan saluran nafas
5) Syok

3. MANIFESTASI KLINIK
a. Berdasarkan anatomis
1) Gegar otak (comutio selebri)
a) Disfungsi neurologis sementara dapat pulih dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran
b) Pingsan kurang dari 10 menit atau mungkin hanya beberapa
detik/menit
c) Sakit kepala, tidak mampu konsentrasi, vertigo, mungkin muntah
d) Kadang amnesia retrogard
2) Edema Cerebri
a) Pingsan lebih dari 10 menit
b) Tidak ada kerusakan jaringan otak
c) Nyeri kepala, vertigo, muntah
3) Memar Otak (kontusio Cerebri)
a) Pecahnya pembuluh darah kapiler, tanda dan gejalanya bervariasi
tergantung lokasi dan derajad
b) Ptechie dan rusaknya jaringan saraf disertai perdarahan
c) Peningkatan tekanan intracranial (TIK)
d) Penekanan batang otak
e) Penurunan kesadaran
f) Edema jaringan otak
g) Defisit neurologis
h) Herniasi
4) Laserasi
a) Hematoma Epidural

4
Talk dan die” tanda klasik: penurunan kesadaran ringan saat benturan,
merupakan periode lucid (pikiran jernih), beberapa menit s.d beberapa
jam, menyebabkan penurunan kesadaran dan defisit neurologis (tanda
hernia):
 kacau mental → koma
 gerakan bertujuan → tubuh dekortikasi atau deseverbrasi
 pupil isokhor → anisokhor
b) Hematoma subdural
 Akumulasi darah di bawah lapisan duramater diatas arachnoid,
biasanya karena aselerasi, deselerasi, pada lansia, alkoholik.
 Perdarahan besar menimbulkan gejala-gejala seperti perdarahan
epidural
 Defisit neurologis dapat timbul berminggu-minggu sampai dengan
berbulan-bulan
 Gejala biasanya 24-48 jam post trauma (akut)
 perluasan massa lesi
 peningkatan TIK
 sakit kepala, lethargi, kacau mental, kejang
 disfasia
c) Perdarahan Subarachnoid
 Nyeri kepala hebat
 Kaku kuduk
b. Berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
1) Cidera kepala Ringan (CKR)
a) GCS 13-15
b) Kehilangan kesadaran/amnesia <30 menit
c) Tidak ada fraktur tengkorak
d) Tidak ada kontusio celebral, hematoma
2) Cidera Kepala Sedang (CKS)
a) GCS 9-12
b) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia >30 menit tetapi kurang dari
24 jam
c) Dapat mengalami fraktur tengkorak

5
3) Cidera Kepala Berat (CKB)
a) GCS 3-8
b) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia > 24 jam
c) Juga meliputi kontusio celebral, laserasi, atau hematoma intracranial

4. PATOFISIOLOGI
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang
membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut (yang membuat kita
seperti adanya) akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Cedera
memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya
konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala.. Lesi pada kepala dapat terjadi
pada jaringan luar dan dalam rongga kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit
kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak
maupun otak itu sendiri.
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan, yaitu :
a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak,
b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam dan,
c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain
dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala
diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak,
pergeseran otak dan rotasi otak.
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa contre coup dan
coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat terjadi kapan saja pada orang-
orang yang mengalami percepatan pergerakan kepala. Cedera kepala pada coup
disebabkan hantaman pada otak bagian dalam pada sisi yang terkena sedangkan
contre coup terjadi pada sisi yang berlawanan dengan daerah benturan. Kejadian
coup dan contre coup dapat terjadi pada keadaan.;Keadaan ini terjadi ketika
pengereman mendadak pada mobil/motor. Otak pertama kali akan menghantam
bagian depan dari tulang kepala meskipun kepala pada awalnya bergerak ke
belakang. Sehingga trauma terjadi pada otak bagian depan.Karena pergerakan ke
belakang yang cepat dari kepala, sehingga pergerakan otak terlambat dari tulang
tengkorak, dan bagian depan otak menabrak tulang tengkorak bagian depan. Pada
keadaan ini, terdapat daerah yang secara mendadak terjadi penurunan tekanan

6
sehingga membuat ruang antara otak dan tulang tengkorak bagian belakang dan
terbentuk gelembung udara. Pada saat otak bergerak ke belakang maka ruangan yang
tadinya bertekanan rendah menjadi tekanan tinggi dan menekan gelembung udara
tersebut. Terbentuknya dan kolapsnya gelembung yang mendadak sangat berbahaya
bagi pembuluh darah otak karena terjadi penekanan, sehingga daerah yang
memperoleh suplai darah dari pembuluh tersebut dapat terjadi kematian sel-sel otak.
Begitu juga bila terjadi pergerakan kepala ke depan.

7
5. PATHWAY
Kecelakaan, terjatuh, trauma
Terkena
6. peluru Trauma tajam Trauma Kepala Trauma tumpul persalinan, penyalahgunaan
Benda tajam
obat/alkohol

Ekstra Kranial Tulang Kranial Intra Kranial


/ kulit kepala / Jaringan otak

Breath Blood Brain Bowel Bladder Bone

Perdarahan, P Perdarahan
P Perdarahan Robeknya Penumpukan Gg. Saraf Fraktur
hematoma, kesadaran
kesadaran arteri darah di otak motorik tulang
kerusakan & P TIK
Kompensasi meningen P Sirkulasi tengkorak
jaringan
Bed rest tubuh yaitu: P volume
lama vasodilatasi Hematoma kesadaran P darah ke P Gangguan Terputusnya
& bradikardi epidural sensori nafsu makan, ginjal kesadaran koordinasi kontinuitas
Penekanan Anemia mual, muntah, gerak tulang
saraf P
disfagia ekstremitas
system kemampuan Aliran darah Perubahan P P Gangguan
Hipoksia batuk produksi
pernapasan ke otak sirkulasi kemampuan keseimbangan
CSS P urine Hemiparase Nyeri
mengenali
Gangguan Akumulasi intake / hemiplegi akut
Perubahan Hipoksia stimulus
pertukaran makanan dan Resiko
mukus jaringan PK: P TIK Oligouria
pola nafas cairan cedera
gas
Kesalahan Gangguan Resiko
RR , Batuk tdk Gg. perfusi interpretasi mobilitas infeksi
Perubahan
hiperpneu, efektif, jaringan Resiko pola fisik
hiperventil- ronchi, serebral Gangguan defisit eliminasi
asi RR persepsi volume urine
sensori cairan
Pola nafas Bersihan 8
tdk efektif jalan Resiko nutrisi kurang
nafas tdk dari kebutuhan
efektif
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus, tetapi untuk memonitoring kadar O2
dan CO2 dalam tubuh di lakukan pemeriksaan AGD adalah salah satu test
diagnostic untuk menentukan status respirasi..
b) CT-scan : mengidentifikasi adanya hemoragik dan menentukan pergeseran
jaringan otak.
c) Foto Rontgen : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur) perubahan struktur
garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
d) MRI : sama dengan CT-scan dengan/ tanpa kontras.
e) Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral, perdarahan.
f) Pemeriksaan pungsi lumbal: mengetahui kemungkinan perdarahan subarahnoid.

8. PENATALAKSAN MEDIS
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah
sebagai berikut:
a) Observasi 24 jam
b) Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
c) Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
d) Anak diistirahatkan atau tirah baring.
e) Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
f) Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
g) Pemberian obat-obat analgetik.
h) Pembedahan bila ada indikasi.
Penatalaksanaan pada pasien cedera kepala juga dapat dilakukan dengan cara :
a) Obliteri sisterna Pada semua pasien dengan cedera kepala / leher, lakukan foto
tulang belakang servikal kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa
seluruh tulang servikal c1-c7 normal
b) Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang berat, lakukan prosedur berikut
: pasang infuse dengan larutan normal salin (nacl 0,9 %)/ larutan ringer rl dan
larutan ini tidak menambah edema cerebri

9
c) Lakukan ct scan, pasien dengan cedera kepala ringan, sedang dan berat harus
dievaluasi adanya:
d) Hematoma epidural
e) Darah dalam subraknoid dan infra ventrikel
f) Kontusio dan perdarahan jaringan otak
g) Edema serebri
h) perimesensefalik
i) Pada pasien yang koma
j) Elevasi kepala 30o
k) Hiperventilasi : intubasi dan berikan ventilasi mandotorik intermitten dengan
kecepatan 16-20 kali /menit dengan volume tidal 10-12 ml/kg
l) Berikan manitol 20 % 19/kg intravena dalam 20-30 menit
m) Pasang kateter foley
n) Konsul bedah syaraf bila terdapat indikasi operasi

Pengkajian dan penanganan awal pasien cedera kepala dimulai segera


setelah cedera, yang seorang dilakukan oleh tenaga kesehatan pra-rumah sakit.
Specific Prehospital Guldelines for Prehospital Management of Traumatic Brain
Injury disusun dan diterbitkan oleh brain Trauma Foundation pada tahun 2002.
Penanganan berfokus pada pengkajian system secara cepat dan penatalaksanaan
jalan napas definitive, intervensi yang berdampak positif terhadap hasil akhir
pasien karena koreksi dini hipoksia dsn hiperkapnia yang telah terbukti
menyebabkan dan memperburuk cedera otak sekunder. Penatalaksanaan jalan
napas adalah langkah awal yang sangat penting dalam merawat pasien cedera
kepala karena hipoventilasi biasa terjadi pada kondisi penurunan kesadaran dan
hipoksia serta hiperkapnia sangat memperburuk kondisi pasien pada tahap awal
cedera. Strategi ventilasi mekanis awal bertujuan mempertahankan ventilasi
normal atau tekanan parsial karbon di oksida (PaCO2) dalam batas normal (35-
45 mm). Penatalaksanaan sirkulasi pada pasien cedera kepala bertujuan
meningkatkan perfusi serebral yang adekuat melalui resusitasi cairan dan
penggunaan vasopressor, jika perlu. Penatalaksanaan perfusi serebral
merupakan proses dua-lipat (twofold) yaitu dilakukan secara bersamaan dengan
penatalaksanaan TIK tahanan.

10
9. KOMPLIKASI
a. Hemorhagie

b. Infeksi

c. Edema

d. Herniasi

Menurut Elizabeth J Corwin, komplikasi yang dapat terjadi adalah :

a. Perdarahan didalam otak, yang disebut hematoma intraserebral, dapat menyertai


cedera kepala tertutup yang berat, atau lebih sering cedera kepala terbuka. Pada
perdarahan diotak, tekanan intracranial meningkat, dan sel neuron dan vascular
tertekan. Ini adalah jenis cedera otak sekunder. Pada hematoma, kesadaran dapat
menurun dengan segera, atau dapat menurun setelahnya ketiak hematoma
meluas dan edema interstisial memburuk.
b. Perubahan perilaku yang tidak Nampak dan deficit kognitif dapat terjadi dan
tetap ada.
c. Perdarahan didalam otak, yang disebut hematoma intraserebral, dapat menyertai
cedera kepala tertutup yang berat, atau lebih sering cedera kepala terbuka. Pada
perdarahan diotak, tekanan intracranial meningkat, dan sel neuron dan vascular
tertekan. Ini adalah jenis cedera otak sekunder. Pada hematoma, kesadaran dapat
menurun dengan segera, atau dapat menurun setelahnya ketiak hematoma
meluas dan edema interstisial memburuk.
d. Perubahan perilaku yang tidak Nampak dan deficit kognitif dapat terjadi dan
tetap ada. (Elizabeth J Corwin)

11
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN TRAUMA
KEPALA
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Pada identitas pasien yang perlu di kaji yaitu nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, alasan masuk dan diagnose medis .
b. Riwayat Kesehatan
o Riwayat Kesehatan Dahulu
Menanyakan apakah pasien pernah mengalami trauma kepala
sebelumnya atau tidak , dan riwayat pengobatan.
o Riwayat Kesehatan Sekarang
Menanyakan keluhaan pasien saat ini, dan penyebab terjadinya
trauma.
o Riwayat Kesehatan Keluarga
Menanyakan apakah pasien punya riwayat penyakit keturunan seperti
DM, Hipertensi, Asma.
c. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
Meliputi pemeriksaan inspeksi, auskultasi palpasi dan perkusi
(a) Kulit kepala : Seluruh kepala diperiksa, cukup sering terjadi
bahwa penderita yang tampaknya cidera ringan, tiba-tiba ada
darah di lantai yang berasal dari tetesan luka belakang
kepala.
(b) Wajah : Apabila ada cedera di sekitar mata jangan lupa
untuk memeriksa mata, karena pembengkakan dimata akan
menyebabkan pemeriksaan mata selanjutnya sulit.
 Mata     :  pemeriksaan kornea ada cidera atau tidak,
pupil mengenai isokor serta refleks cahaya, acies virus
dan acies campus
 Hidung : apabila ada pembengkakan, lakukan palpasi
akan kemungkinan krepitasi dari suatu fraktur
 Zygoma : apabila ada pembengkakan jangan lupa
mencari krepitasi akan terjadinya fraktur zygoma

12
 Telinga : periksa dengan senter mengenai keutuhan
membran timpani atau ketidakmampuan
 Rahang atas : periksa stabilitas rahang atas
 Rahang bawah : periksa akan adanya fraktur,
perhatikan adanya tanda fraktur basis
 Crania   : hasil hematom atau raccoon eyes (mata
panda), blody rinorhea(peradangan hidung), bloody
otorhe (pendarahan telinga) dan battle sig(lebam di
belakang telinga)
(c) Leher
Pada pemeriksaan leher, kolar terpaksa dilepas. Jangan
seseorang untuk melakukan fiksi pada kepala. Untuk leher
daerah belakang, jika akan dilakukan inspeksi, penderita
harus dimiringkan dengan “log roll”. Inspeksi-palpasi
deformitas (perubahan bentuk), contusio (memar), abrasi
(babras), penetrasi (tusukan), burn (luka bakar), laserasi
(robek), swelling (bengkak), tendernes, instability (tidak
stabil) tidak boleh ditekan,crepitasi, juguler, vena, distensi
(d) Thoraks
Pemeriksaan dilakukan dengan  inspeksi-palpasi untuk
menemukan deforitas, contusio, abrasi, penetrasi,
paradoksal, burn, laserasi, swelling
(e) Abdomen
Inspeksi deformitas, contusio, abrasio, penetrasi, burn,
laserasi, swelling. Palpasi pada 4 kuadran : Apabila perut
seperti papan, tanda adanya pendarahan internal
(f) Pelvis
Inspeksi-palpasi untuk menemukan deforitas, contusio,
abrasi, penetrasi, paradoksal, burn, laserasi, swelling,
tenderness, instability (tidak stabil) ditekan pada dua sias,
dan crepitasi. Jika pada primary survey sudah ditemukan
nyeri pada pelvis maka TIC tidak diperiksa lagi
(g) Genetalia

13
Inspeksi pada daerah meatus uretra atau paling luar, adanya
pendarahan, pembengkakan dan memar
(h) Ekstermitas
Pemeriksaan dilakukan pada ekstremitas bawah, inspeksi-
palpasi untuk menemukan deforitas, contusio, abrasi,
penetrasi, paradoksal, burn, laserasi, swelling, tenderness,
instability, crepitasi, pulse, motorik, sensorik, dan
ROM     : rangge off motion.
Ekstermitas atas, pemeriksaan dimulai dari garis tengah
tubuh (klavikula-bahu-lengan-tangan). Inspeksi-palpasi
untuk menemukan deforitas, contusio, abrasi, penetrasi,
paradoksal, burn, laserasi, swelling, tenderness, instability,
crepitasi, pulse, motorik, sensorik, dan ROM     : rangge off
motion.
(i) Bagian punggung
Pemeriksaan punggung dilakukan dengan log
roll (memeringkan penderita dengan tetap menjaga
kesegarisan). Pada saat ini dapat dilakukan pemeriksaan
punggung dengan inspeksi-palpasi.
2. Analisa Data
No Data Senjang Etiologi Masalah
1 Factor resiko : cedera kepala Perdarahan Resiko perfusi
serebral tidak efektif
Kompensasi tubuh yaitu:
vasodilatasi & bradikardi

Aliran darah ke otak menurun

Hipoksia jaringan

Resiko perfusi jaringan


serebral

2 Data Mayor : Fraktur tulang tengkorak Nyeri akut


DS : Mengeluh nyeri
DO : Terputusnya kontinuitas
1. Tampak meringis tulang
Nyeri akut
2. Bersikap protektif (mis.

14
Waspada, posisi
menghindari nyeri)

3. Gelisah

4. frekuensi nadi
meningkat

5. sulit tidur

Data Minor
DS : -
DO :
1. Tekanan darah
meningkat
2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir
terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri
sendiri
7. Diaforesis
3 Data Mayor Perdarahan, hematoma, Pola Nafas Tidak
DS : Dispnea kerusakan jaringan Efektif
DO :
1. Penggunaan oto bantu Penekanan saraf system
pernapasan
pernafasan
2. Fase ekspirasi Perubahan pola nafas
memanjang
RR meningkat , hiperpneu,
3. Pola napas abnormal hiperventilasi
(takipnea, bradipnea,
Pola nafas tidak efektif
hiperventilasi,kussmaul,
cheyne-stokes)

Data Minor

15
DS : Ortopnea
DO :
1. Pernapasan pursed-lip
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks
anterior-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Tekanan vital menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada berubah

3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan cedera kepala,
aterosklerosis aorta, hipertensi, embolisme.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik di tandai dengan pasien
mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah.
c. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya Nafas
ditandai dengan Penggunaan Otot Bantu Pernafasan, pola nafas abnormal,
pernafasan cuping hidung.

16
4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


SDKI SLKI SIKI
1. Resiko perfusi serebral tidak Setelah diberikan asuhan Manajemen Peningkatan
efektif dibuktikan dengan keperawatan selama 3x24 jam Tekanan Intrakranial :
cedera kepala, aterosklerosis diharapkan resiko perfusi Observasi
aorta, hipertensi, embolisme. serebrak tidak efektif dapat  Identifikasi penyebab
Berhubungan dengan faktor teratasi dengan kriteria hasil: peningkatan TIK
resiko (yg benar) Perfusi serebral : ( misalnya lesi, gangguan
 Tidak terjadi peningkatan metabolism , edema
TIK serebral )
 Sakit kepala pasien  Monitor tanda / gejala
berkurang peningkatan TIK
 Tanda – tanda vital pasien (misalnya tekanan darah
normal meningkat, tekanan nadi
 Pasien tidak gelisah melebar, bradikardi, pola
 Tidak terjadi penurunan nafas ireguler, kesadaran
tingkat kesadaran menurun)
 Monitor MAP (Mean
Arterial Pressure)
 Monitor status pernapasan
Terapeutik
 Berikan posisi semifowler
 Atur ventilator agar PaCO
2 optimal
 Pertahankan suhu tubuh
normal

2. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan Manajemen nyeri :


dengan agen pencedera fisik keperawatan selama 3x24 jam Observasi
di tandai dengan pasien diharapkan nyeri dapat  Identifikasi loksi,
mengeluh nyeri, tampak teratasi dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,

17
meringis, gelisah. Tingkat Nyeri : frekuensi, kualitas,
 Keluhan nyeri berkurang intensitas nyeri
 Pasien tidak meringis  Identifikasi skala nyeri
 Pasien tidak gelisah  Identifikasi factor yang
 Tanda – tanda vital pasien memperberat dan
normal memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
Terapeutik :
 Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat tidur
Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu

3. Pola Nafas Tidak Efektif Setelah diberikan asuhan Manajemen jalan napas :
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Observasi :

18
Hambatan Upaya Nafas diharapkan pola nafas tidak  Monitor pola napas
ditandai dengan Penggunaan efektif dapat teratasi dengan (frekuensi , kedalaman,
Otot Bantu Pernafasan, pola kriteria hasil: usaha napas)
nafas abnormal, pernafasan Pola Napas:  Monitor bunyi napas
cuping hidung  Pasien tidak dyspnea tambahan
 Tidak terdapat penggunaan Trapeutik :
otot bantu napas  Posisikan semi fowler
 Tidak terdapat pernapasan atau fowler
cuping hidung  Berikan oksigen, jika
 Frekuensi napas normal perlu
(16 -20 RR)  Berikan minum hangat
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekpektor ,
mukolitik,mukolitik

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhur dalam proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama
pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas.
Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Otak
di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang membungkusnya.
Pemeriksaan diagnostic memonitoring kadar O2 dan CO2 dalam tubuh di lakukan
pemeriksaan AGD adalah salah satu test diagnostic untuk menentukan status respirasi,
CT-Scan, Foto Rontgen, MRI, Angiografi Serebral, dan Pemeriksaan Fungsi Lumbal.
Dengan diagnose keperawatan kegawatdaruratan cedera kepala yaitu resiko
perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan cedera kepala, aterosklerosis aorta,
hipertensi, embolisme. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik di tandai

20
dengan pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah. Pola Nafas Tidak Efektif
berhubungan dengan Hambatan Upaya Nafas ditandai dengan Penggunaan Otot Bantu
Pernafasan, pola nafas abnormal, pernafasan cuping hidung.

3.2 Saran
Untuk pembaca diharapkan dalam membaca makalah ini dapat lebih
mengetahui dan memahami tentang pentingnya Laporan Pendahuluan dan Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan Kegawatdarurtan Trauma Kepala sehingga pemahaman
itu dapat diinformasikan kepada orang banyak dan dapat diaplikasikan untuk diri
sendiri serta dilingkungan. Selain itu kami mengharapkan saran membangun yang
dapat menjadi motivasi dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya sehingga
pembuatan makalah berikutnya lebih teliti dan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa: Brahm U.


Pendit. Editor: Endah P. Jakarta : EGC

PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Edisi 1.Jakarta.

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Edisi 1 Cetakan II. Jakarta.

PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Edisi 1 Cetakan II.


Suriadi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam.
Edisi 1. Jakarta : Agung Setia

21
22

Anda mungkin juga menyukai