Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ADVOKASI PADA KASUS KEGAWATDARURATAN

DISUSUN OLEH :
A1STYC15 /KELOMPOK 3
1. DATU WINDI TAMARA WARDANI
2. KARIMA
3. GUSTI AYU PUTU NILA INTAN SUANDARI
4. ELMI HAERUNNISA
5. AGITA SUKMALINDA
6. JELI MARTIN
7. ARIANI
8. ALAMSYAH
9. H. MAKKI SYAMSUDIN
10. IRFAN HADI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019

1
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan........ ............................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Konsep Advokasi Keperawatan Gawat Darurat ...................... 3


2.2 Advokasi pada Kasus Kegawatdaruratan................................. 8
2.3 Hasil Diskusi ........................................................................... 9
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................. 13
3.2 Saran ........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Undang undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat
(3),’Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit’. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian
interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan
pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya. (Undang-
undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (5).
Hubungan Perawat dan pasien (klien) merupakan hubungan yang bersifat
kemanusiaan yang berorientasi kepada kesembuhan dan keselamatan pasien dari
segala hal yang merugikan pasien, oleh sebab itu perawat dalam melaksanakan
asuhan harus keperawatan wajib memberikan perlindungan kepada pasien dari
pelayanan yang tidak bermutu dan tidak profesional, atau dengan kata lain
advokasi pasien merupakan salah satu tanggung jawab perawat. Begitu juga
pada kasus kasus kegawataan daruratan yang menimpa pasien yang pasien yang
terancaman nyawanya atau pasien yang dapat cacat akibat tertimpa suatu
musibah peran perawat sangat penting untuk memberikan tindakan yang cepat
dan tepat serta melindungi pasien dari pelayanan yang tidak profesional atau
tidak bermutu.
Pelayanan Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan gawat darurat
24 jam yang memberikan pertolongan pertama pada pasien gawat darurat
menetapkan diagnosis keperawatan, dan upaya penyelamatan jiwa, mengurangi
kecacatan dan kesakitan pasien sebelum dirujuk atau dilakukan tindakan definitif
di semua level rumah sakit (Standar pelayanan gawat darurat Direktoral Jenderal
Kementrian Kesehatan RI tahun 2011). Di dalam buku kode Etik PPNI (2010)
“Warga perawatan Indonesia menyadari bahwa kebutuhan akan keperawatan
bersifat universal bagi klien, (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat),
oleh karenanya pelayanan yang diberikan oleh perawat selalu berdasarkan pada
cita cita luhur, niat yang murni untuk keselamatan pasien dan kesejahteraan

3
umat tanpa membedakan kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran
politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial”.
Di samping memberikan perlindungan kepada pasien secara umum,
khususnya perawat yang bertugas di Unit Gawat Darurat/Instalasi Gawat Darurat
juga sebagai advokasi pasien, mempunyai tanggung jawab moral tinggi dan
harus peduli pada keselamatan pasien agar keadaan pasien tidak bertambah
buruk keadaan dan nyawa pasien bisa diselamatkan dan kecacatan bisa dicegah,
pasien bisa hidup normal kembali. Perawat profesional yang bertugas di Unit
Gawat Darurat/Instalasi Gawat Darurat harus memahami mutu pelayanan gawat
darurat secara umum baik komptensi petugas, fasilitas yang sesuai standar dan
kebijakan kebijakan harus berorientasi pada keselamatan pasien dari pelayanan
yang tidak bermutu. Ruang lingkup keperawatan gawat darurat meliputi
pelayanan keperawatan yang ditujukan kepada pasien gawat darurat yang tiba
tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya/anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secara cepat dan tepat (Musliha, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dan paparan di latar belakang masalah dapat
disimpulkan rumusan masalah, sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana konsep advokasi keperawatan gawat darurat?
1.2.2 Bagaimana advokasi pada kasus kegawatdaruratan?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep advokasi keperawatan gawat darurat dalam
profesi keperawatan.
1.3.2 Untuk mengetahui advokasi pada kasus kegawatdaruratan.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Advokasi Keperawatan Gawat Darurat


2.1.1 Pengertian Advokasi
Istilah advokasi sering digunakan dalam konteks hukum yang
berkaitan dengan upaya melindungi hak-hak manusia bagi mereka yang
tidak mampu membela diri. Arti advokasi menurut ikatan perawat
amerika/ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat
terhadap pelayanan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak
kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun”.
Advokasi kesehatan masyarakat diideintifikasi sebagai advokasi yang
ditujukan untuk mengurangi kematian atau kecacatan sekelompok orang
(secara umum atau disebabkan penyebab khusus) dan tidak terbatas pada
tatanan klinis (Pratomo, Hadi 2015).
Advokasi adalah suatu tindakan yang digunakan untuk mengubah
kebijakan , posisi, atau program dari berbagai macam insitusi atau
lembaga mengajukan definisi bahwa advokasi adalah bekerja dengan
orang lain untuk membuat perubahan atau perbedaan (Pratomo, Hadi
2015). Advokasi adalah keikutsertaan orang orang dalam pembuatan
keputusan yang dapat mempengaruhi hidup mereka (Pratomo, Hadi
2015).
Advokasi adalah peran profesional perawat untuk melakukan
pembelaan dan perlindungan kepada pasien. Dalam pelaksanaannya
terdapat faktor yang penghambat dan pendukung peran advokat perawat.
Pelaksanaan tindakan peran advokasi meliputi memberi informasi,
menjadi mediator dan melindungi pasien. Faktor yang mempengaruhi
pelaksanaannya terdiri dari faktor penghambat dan faktor pendukung.
Faktor yang menjadi penghambat antara lain: kepemimpinan dokter,
lemahnya dukungan organisasi, kurangnya perhatian terhadap advokasi,
kurangnya jumlah tenaga perawat, kondisi emosional keluarga,
terbatasnya fasilitas kesehatan dan lemahnya kode etik. Sementara itu
faktor yang mendukung meliputi: kondisi pasien, pengetahuan tentang

5
kondisi pasien, pendidikan keperawatan yang semakin tinggi, kewajiban
perawat dan dukungan instansi rumah sakit (Nurul Etty, 2013).
2.1.2 Pengertian Keperawatan
Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat.(Undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (1).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang- undangan.
.(Undang-undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (2).
Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. (Undang-
undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1 Ayat (3). Praktik
Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam
bentuk Asuhan Keperawatan. (Undang-undang No 38/2014 Tentang
Keperawatan, Pasal 1 Ayat (4). Asuhan Keperawatan adalah rangkaian
interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk mencapai
tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat
dirinya. (Undang-undang No 38/2014 Tentang Keperawatan, Pasal 1
Ayat (5).
2.1.3 Pengertian Gawat Darurat
Pelayanan kesehatan kegawat daruratan (dalam kedaan emergency)
sehari hari adalah hak azasi manusia/hak setiap orang, dan merupakan
kewajiban yang dimiliki setiap orang. (Seri PPGD/GELS/SPGDT Dirjen
Buk Depkes RI tahun 2006). Kondisi gawat darurat adalah suatu kedaan
dimana seseorang seseorang secara tiba tiba dalam kedaan gawat atau
atau akan menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan jiwanya
(akan menjadi cacat aau mati) bial tidak mendapat pertolongan segera
(Standar pelayanan keperawatan gawat darurat Dirjen BUK Kemenkes
RI 2011). Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang
membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

6
pencegahan kecacatan lebih lanjut. (UU No 44/2009 Tentang Rumah
Sakit)
Pada awalnya pelayanan usaha keperawatan merupakan tindakan yang
berdasarkan insting dan pengalaman.Seiring dengan kemajuan tekhnologi
dan ilmu pengetahuan, asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawata harus berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Perkembangan
di era penegakkan hukum dan perlindungan HAM dewasa ini, pelayanan
keperawatan mempunyai implikasi terhadap hukum, untuk itu perlu
adanya tanggung jawab dan tanggung gugat dalam melaksanakan
pelayanan keperawatan ( Pratianingsih, Sri 2012).
Seorang Perawat profesional dalam melaksanakan pelayanan asuhan
keperawatan wajib menggunakan metodologi proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan dilandasasi oleh etik dan etika
keperawatan dalam lingkup kewenangannya serta tanggung jawabnya
(Darmawan, Deden 2013), tanggung jawab yang dimaksud adalah dapat
dipertanggungjawabkan dari segi profesi kesehatan maupun segi hukum.
Di samping perawat sebagai profesional di bidang pelayanan
keperawatan gawat darurat, salah tugas yang tidak kalah pentingnya
perawat juga bertindak sebagai advokasi pasien untuk melindungi pasien
dari pelayanan yang tidak bermutu atau kompeten, sehingga dapat
memperparah kondisi pasien.
Perawat baik secara langsung maupun tidak lansung memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien individu, keluarga dan masyarakat.
Dalam menjalankan peran sebagai care giver,perawat menggunakan
metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah
kesehatannya. Perawat bertindak sebagai comforter, protector, advocat,
communicator, serta rehabilitor (Pratianingsih, Sri 2012)
1. Peran Advokasi Perawat di Unit Gawat Darurat Menurut ANA
(1985).
a. ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat
terhadap pelayanan dan keselamatan praktik tidak sah yang
tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa
pun”. Melindungi pasien dari pelayanan yang tidak bermutu,

7
perawat disini harus menjaga keselamatan pasien baik dari
kompentensi petugas yang tidak profesional (petugas tidak ahli
dibidang gawat darurat sebaiknya tidak bertugas di Unit Gawat
Darurat/Instalasi Gawat Darurat).
b. Menjaga pasien dari alat sarana dan parasana yang tidak
standar, sebaik alat harus standar dan mempunyai kelayakan
standar dan dikalibrasi seuai ketentuan yang berlaku.
c. Melindungi pasien dari sistem yang buruk dan bertele tele
(sistem yang merugikan pasien).
2. Peran Advokasi Dalam Praktik Etik Keperawatan.
Dalam Pedoman Etik keperawatan hasil Munas PPNI tahun
2010, secara garis besar merumuskan etik perawat, antara lain,
Hubungan Perawat dan Klien (pasien) :
a. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai
harkat dan martabat manusia, keunikan, klien, dan tidak
terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut,
serta kedudukan sosial.
b. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai nilai
budaya, adat istiadat dan kelagsungan hidup beragama dan klien.
c. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.
d. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali
jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
3. Peran advokasi perawat menurut Undang Undang No 38/2014
Tentang Keperawatan, Pasal 38, tertulis :Perawat dalam melaksanakan
Praktik Keperawatan berkewajiban :
a. Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai
dengan standar pelayanan keperawatan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

8
b. Memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan keperawatan, standar operasional
prosedur, kode etik, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Menghormati hak Klien.
d. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, yang meliputi:
1) Dalam aspek pelayanan/asuhan keperawatan merujuk ke
anggota perawat lain yang lebih tinggi kemampuan atau
pendidikannya; atau
2) Dalam aspek masalah kesehatan lainnya merujuk ke tenaga
kesehatan lain.
e. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien.
f. Mendokumentasikan Asuhan Keperawatan berdasarkan standar
pelayanan keperawatan.
g. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, jelas dan mudah
dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada Klien
dan/atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.
h. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga
kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan
i. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
4. Peran Advokasi Perawat Menurut Undang Undang No 44 Tentang
Rumah Sakit.
Peran perawat dan tenaga kesehatan di dalam penanggulangan
Penderita Gawat Darurat (PPGD) terdapat, “Undang undang
Kesehatan nomor 36 tahun 2009 Pasal 32 Ayat (1) “Dalam keadaan
darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu”. Ayat
(2) “Dalam keadaan darurat Fasilitas pelayanan kesehatan baik
pemerintah dan swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta
uang muka”.

9
Perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit wajib memberikan pertolongan terlebih dahulu, tidak boleh
menolak atau minta uang muka., dalam pasal ini perawat dan tenaga
kesehatan lainnya dilarang menolak pasien dan meminta uang muka
dan perawat yang bertugas di bagian pelayanan gawat darurat wajib
memberikan pertolongan awal. Peran advokasi dari keterangan
tersebut diatas adalah jangan sampai ada penolakan atau permintaan
uang muka sebelum dilakukan tindakan untuk keselamatan pasien,
karena perawat adalah profesi yang profesional bagian dari pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
5. Peran advokasi perawat dalam Undang undang no 36/2009 tentang
kesehatan.
Dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pada pembukaan poin (b) bahwa “setiap kegiatan dalam
upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya dilaksanakan berdasarkan
prinsip prinsip non diskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan
dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia serta
peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan
nasional”. Disini perawat sebagai tenaga keshatan yang profesional
juga bertindak sebagai advokasi pasien di Unit/Instalasi Gawat
Dauratagar tidak ada pelayanan yang bersifat diskriminatif yang dapat
merugikan pasien.
2.2 Advokasi pada Kasus Kegawat daruratan
Seorang laki-laki usia 40 tahun dirujuk ke UGD RSUP NTB, karena
mengalami fraktur terbuka pada bagian tibia dan fibula dextra akibat tertimpa
reruntuhan pada saat gempa yang yang berpusat di lombok Utara pada tanggal 05
Agustus 2018 Setelah dilakukan pengkajian terdapat tulang tibia merobek kulit
dan otot, terdapat perdarahan masif dan juga kuku kaki kanan sianosis, pada saat
dibersihkan luka klien mengeluh nyeri yang dirasakan seperti nyeri tumpul,
skala nyeri 8, saat disentuh pasien terlihat merintih kesakitan, TD:100/80 mmHg,
RR:20x/menit, Nadi: 100x/menit, Suhu: 37 C. Tindakan intervensi yang akan

10
dilakukan kepada pasien yaitu operasi fraktur terbuka yang akan dilakukan
segera mungkin agar tidak terjadi infeksi.
Peran perawat sebagai advokasi pada kasus kegawatdaruratan:
1. Melindungi pasien dari pelayanan yang tidak bermutu, perawat disini harus
menjaga keselamatan pasien baik dari kompentensi petugas yang tidak
profesional (petugas tidak ahli dibidang gawat darurat sebaiknya tidak
bertugas di Unit Gawat Darurat/Instalasi Gawat Darurat). Dalam kasus ini
perawat harus tetap memperhatikan dan memberikan pelayanan yang
profesional meskipun dalam keadaan gawat darurat sehingga tetap menjaga
keselamatan pasien.
2. Menjaga pasien dari alat sarana dan parasana yang tidak standar, sebaik
alat harus standar dan mempunyai kelayakan standar dan dikalibrasi sesuai
ketentuan yang berlaku.
3. Melindungi pasien dari sistem yang buruk dan bertele tele (sistem yang
merugikan pasien).
4. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan, klien, dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik, dan agama yang dianut, serta kedudukan sosial. Dimana
disini perawat pada kasus ini perawat selalu memberikan pelayanan
keperawatan menghargai harkat dan martabat pasien dalam hal ini
menghargai segala keputusan pada pasien namun juga peran perawat
sebagai advokat ini harus memberi penjelasan kepada pasien tentang
pentingnya tindakan yang akan dilakukan kepada pasien yang bertujuan
guna untuk kesembuhan pasien.
5. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai nilai budaya, adat istiadat dan
kelagsungan hidup beragama dan klien. Dimana pada kasus ini perawat
selalu memberikan pelayanan dengan suasana lingkungan yang dapat
membeut pasien nyaman, dan juga selalu menghargai dan menghormaati
nilai budaya, agama yang dianut pasien namun juga harus memberikan
penjelasan kembali dimana selalu bertujuan pada kesembuhan pasien.

11
6. Menghormati hak klien. Dimana pada kasus ini hak klien pada sat
mengambil keputusan untuk dilakukan tindakan operasi yang akan
dilakukan kepada pasien harus dengan persetujuan pasien tersebut dengan
selalu menjunjung tinggi hak klien.
7. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, jelas dan mudah dimengerti
mengenai tindakan keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai
dengan batas kewenangannya. Dimana pada kasus ini perawat sebagai
advokasi harus memberikan penjelasan terkait dengan informasi tindakan
keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan hak dan kewenangan
pasien yang bertujuan pada kesembuhan pasien.
8. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku tentuan
hukum yang berlaku. Dimana pada kasus ini perawat sebagai advokasi ini
akan selalu merahasiakan tentang privasi pasien tersebut.
2.3 Hasil Diskusi
Peran perawat sebagai advokasi merupakan suatu peran sebagai advokat
atau memberikan penjelasan terkait dengan hak dan kewenangan pasien dengan
tetap menghargai keputusan pasien tersebut. Dari kasus diatas tindakan yang
dilakukan oleh perawat saat menangani kasus tersebut yaitu:
1. Hak dan kewenangan pasien tetap diutamakan demi kesembuhan pasien
2. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan dengan cara
memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna
bagi pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternatif
pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap
keputusan,dan menerima semua keputusan pasien.
3. Sebagai mediator/penghubung antara pasien dan orang-orang disekeliling
pasien dengan cara: mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan
pasien dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi antara
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain agar setiap individu memiliki
pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada pasien peran tenaga
kesehatan yang merawatnya.

12
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peran Advokasi perawat gawat darurat sangat penting, agar pasien terlindungi
dari pelayanan yang tidak bermutu, perawat harus memahami peran advokasi
adalah peran yang sangat penting karena asuhan keperawatan yang bersifat bio,
psiko, sosial dan spritual.
1. Perawat harus menjadi advokasi melindungi pasien dari perbuatan tindak
kekerasan, pelecehan seksual.
2. Perawat harus menjadi advokasi pasien dari lingkungan yang memperburuk
kedaan pasien.
3. Perawat harus melindungi pasien dari tindakan perawatan dan pengobatan
yang tidak rasional
3.2 Saran
1. Perawat harus memahami konsep pelayanan gawat darurat terkait
keselamatan pasien, agar keselamatan pasien terjamin.
2. Perawat harus tahu standar sarana dan pra sarana, aturan dan sistem
pelayanan gawat darurat yang ditetapkan peraturan dan undang undang.

13
3. Perawat harus memahami kompetensi semua petugas yang bertugas di
Unit/Instalasi Gawat darurat

DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Deden. 2013. Pengantar Keperawatan Profesional. Gosyen Publishing:
Yogyakarta
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Gosyen Publishing: Yogyakarta
Musliha. 2012 . Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika : Yogyakarta
Nurul, Etty dkk. 2013. Gambaran Pelaksanaan Peran Advokat Perawat di Rumah
Sakit Negeri di Kabupaten Semarang.Volume 1, No. 2, November 2013
Pratianingsih, Sri. 2012. Kedudukan Hukum Perawat dalam upaya pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit. PT Rajagrafindo : Jakarta
Pratomo, Hadi. 2015. Advokasi Konsep Tekhnik dan Apliksi Bidang Kesehatan di
Indonesia. PT Rajagrafindo Persada : Jakarta

14
15

Anda mungkin juga menyukai