Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TREN DAN ISSUE DALAM KEPERAWATAN

PALIATIF CARE

MAKALAH

TREN DAN ISSUE DALAM KEPERAWATAN

 PALIATIF CARE
 

Disusun Oleh :

Dosen Pembimbing :

Ners Maimun Tharida, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul TREND DAN ISSUE DALAM PALIATIF
CARE terima kasih kami ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok kami, Pembahasan di dalamnya kami
dapatkan dari kuliah browsing internet, diskusi anggota dll. Kami sadari makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi kesempurnaanya.

Demikian   yang   dapat   kami   smpaikan,   semoga   makalah   ini   dapat bermanfaat
khusunya bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi
teman-teman dan kami khususnya.

Banda Aceh,  November 2021

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang ............................................................................................ 1
B.    Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C.    Tujuan .......................................................................................................... 2
 

BAB II PEMBAHSAN.......................................................................................... 3
A.    Definisi Palliative Care ................................................................................ 3
B.    Tujuan Palliative Care ................................................................................. 5
C.    Trend dan issu keperawatan paliatif............................................................. 5
D.    Sejarah Perkembangan Palliative Care....................................................... 10
E.     Karakteristik Palliative Care ...................................................................... 11
F.     Klasifikasi Palliative Care ......................................................................... 12
G.    Tim Interdisipliner Palliative Care ............................................................. 14
H.    Trend dalam keperawatan paliatif di Indonesia ........................................ 15
I.       Issue Dalam Keperawatan Paliatif Di Indonesia....................................... 17
 

BAB   PENUTUP................................................................................................ 20
A.    Kesimpulan ................................................................................................ 20
B.    Saran........................................................................................................... 20
 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 21

 
BAB I

PENDAHULUAN

 
A.      Latar Belakang
Palliative Care adalah suatu perawatan kesehatan terpadu yang menyeluruh dengan
pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, dan juga
memberikan support kepada keluarganya. Dari definisi tersebut didapatkan bahwasannya
salah satu tujuan dasar dari palliative care adalah mengurangi penderitaan pasien yang
termasuk didalamnya adalah menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien tersebut.
Perawat paliatif pendekatan yang bertujuan  meningkatkan   kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak anak )dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam
jiwa,dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini,pengkajian
yang sempurna ,dan penata laksanaan nyeri serta masalah lainya baik fisik,psikologis
,sosial atau spiritual
Terdapat banyak alasan mengapa pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak
mendapatkan perawatan yang memadai, namun semua alasan itu pada akhirnya berakar
pada konsep terapi yang eksklusif dalam menyembuhkan penyakit daripada
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan. Itulah mengapa, seringkali
keputusan untuk mengambil tindakan paliatif baru dilakukan setelah segala usaha
penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif. Padahal seharusnya, palliative care
dilakukan secara integral dengan perawatan kuratif dan rehabilitasi baik pada fase dini
maupun lanjut.
Seiring dengan berkembangnya bidang ilmu ini, ruang lingkup dari palliative care
yang dulunya hanya terfokus pada memberikan kenyamanan bagi penderita, sekarang
telah meluas menjadi perawatan holistik yang mencakup aspek fisik, sosial, psikologis,
dan spiritual. Perubahan perspektif ini dikarenakan semakin hari semakin banyak pasien
yang menderita penyakit kronis sehingga tuntutan untuk suatu perkembangan adalah
mutlak adanya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis membuat makalah tentang
Palliative Care untuk mengulas materi tersebut lebih dalam.
 
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah ini adalah:
“Apakah palliative care?”

 
C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum :
a.       Untuk mengetahui tentang palliative care.
b.      mengidentifikasi dan mengetahui trend dan issue dalam keperawatan paliatif care
2.      Tujuan Khusus :
a.       Mengetahui definisi palliative care
b.      Mengetahui tujuan palliative care
c.       Mengetahui perkembangan palliative care
d.      Mengetahui karakteristik palliative care
e.       Mengetahui klasifikasi palliative care
f.       Mengetahui  tren keperawatan paliatif di indonesia
g.      Mengetahui issu keeprawatan paliatif di indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

 
A.    Definisi Palliative Care
Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah setiap bentuk
perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan
gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya
perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan. Tujuannya
adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup
orang menghadapi yang serius, penyakit yang kompleks.
Perawat paliatif pendekatan yang bertujuan  meningkatkan   kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak anak )dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam
jiwa,dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini,pengkajian
yang sempurna ,dan penata laksanaan nyeri serta masalah lainya baik fisik,psikologis
,sosial atau spiritual (WHO, 2016)
Definisi Palliative Care telah mengalami beberapa evolusi. Menurut WHO pada
1990 Palliative Care adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang
penyakitnya tidak lagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini
maka jelas Palliative Care hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya sudah
tidak respossif terhadap pengobatan kuratif. Artinya sudah tidak dapat disembuhkan
dengan upaya kuratif apapun. Tetapi definisi Palliative Care menurut WHO 15 tahun
kemudian sudah sangat berbeda. Definisi Palliative Care yang diberikan oleh WHO pada
tahun 2005 bahwa perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan
meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain,
memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai
akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Palliative Care diberikan sejak diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau
lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Palliative Care harus diberikan kepada
penderita itu. Palliative Care tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih
diteruskan dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka.
Palliative Care tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi
juga aspek lain seperti psikologis, sosial dan spiritual.
Titik pusat dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya
penyakit yang dideritanya. Dan perhatian ini tidak dibatasi pada pasien secara individu,
namun diperluas sampai mencakup keluarganya. Untuk itu metode pendekatan yang
terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan mengikutsertakan beberapa profesi
terkait. Dengan demikian, pelayanan pada pasien diberikan secara paripurna, hingga
meliputi segi fisik, mental, social, dan spiritual. Maka timbullah pelayanan palliative care
atau perawatan paliatif yang mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter, perawat,
terapis, petugas social-medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang
diperlukan. (Kemenkes RI 2007)
Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa
pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :
1.      Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal.
2.      Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3.      Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4.      Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5.      Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6.      Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Palliative Care adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan
spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya. (menurut kemenkesRI
2007)

 
B.     Tujuan Palliative Care
Palliative care ini bertujuan mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman
lainnya, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan pengaruh positif selama sakit,
membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai saat meninggalnya, menjawab
kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk dukungan disaat-saat sedih dan kehilangan,
dan membantu keluarga agar tabah selama pasien sakit serta disaat sedih. Palliative care
tidak bertujuan untuk mempercepat ataypun menunda kematian. (anonim 2010)

 
C.    Trend dan issu keperawatan paliatif
Ada beberapa isu terkait Perawatan Paliatif (Palliative Care) baik hal itu tentang
pasien maupun perawat. Yang pertama yaitu tentang pasien-pasien dengan penyakit apa
saja yang seharusnya mendapatkan Perawatan Paliatif. Sedangkan, yang kedua terkait
dengan dimensi kualitas hidup pasien yaitu spiritual. Dan yang ketiga yaitu tentang
jumlah Rumah Sakit yang dapat memberikan Perwataan Paliatif dan Jumlah Hospice di
Indonesia.
Perawatan Paliatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk memperbaiki
kualitas hidup pasien dan menenangkan keluarga yang menghadapi masalah
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa (WHO, 2002)
(KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007).2,3 Kualitas hidup pasien di sini meliputi
dimensi – dimensi antara lain : gejala fisik, kemampuan fungsional (aktivitas),
kesejahteraan keluarga, spiritual, fungsi sosial, kepuasan terhadap pengobatan (termasuk
masalah keuangan), orientasi masa depan, kehidupan seksual, termasuk gambaran
terhadap diri sendiri, fungsi dalam bekerja (Clinch, Dudgeeon dan Schipper, 1999).2
Istilah “perawatan paliatif” sebenarnya telah digunakan selama lebih dari 40 tahun di
dunia. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh dokter Kanada Balfour Mount pada
tahun 1973.4 Namun, di Indonesia sendiri Perawatan Paliatif baru ditetapkan dan di
jalankan beberapa tahun terakhir ini saja.
Peran perawat dalam perawtaan paliatif ini adalah sebagai seseorang yang
memiliki kontak terlama dengan pasien sehingga perawat mempunyai kesempatan untuk
mengetahui pasien. Perawat juga mengamati secara mendalam terkait apa yang terjadi
dan apa yang penting bagi pasien, dan untuk membantu pasien dalam mengatasi dampak
perkembangan dari penyakitnya.3 Selain itu, Perawat juga membantu mengurangi rasa
nyeri yang dialami pasien, membantu keluarga yang kehilangan salah satu anggota
keluarganya untuk bisa menerima dan tidak terlarut-larut dalam kesedihan yang
mengakibatkan depresi.
Dari semua penjelasan tersebut, timbul pertanyaan terkait siapa sebenarnya orang-
orang yang berhak mendapatkan perawatan paliatif itu. Dalam Keputusan Nomor
812/MENKES/SK/VII/2007 pada latar belakangnya berbunyi, “Perawatan paliatif adalah
pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai
profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan
terbaik sampai akhir hayatnya (Doyle & Macdonald, 2003: 5).”2,3  Keputusan tersebut
menjelsakan, bahwa perawatan paliatif itu dilakukan agar pasien mendapatkan perawatan
terbaik sampai akhir hayatnya, berarti setiap orang berhak mendapatkan perawatan
paliatif tersebut.
Namun, apabila kita melihat, perawatan paliatif di Indonesia sendiri itu lebih
ditekankan pada seseorang yang menderita penyakit kanker. Padahal perawatan paliatif
pada hakikatnya ditujukan pada pasien penyakit terminal yang merupakan penyakit
progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian yang berarti bukan hanya kanker
saja.5 Akan tetapi, kebanyakan dari keputusan yang dibuat oleh Menteri Kesehatan
sendiri tentang perawatan paliatif itu, bahwa palliative care tersebut lebih mengarah ke
seseorang dengan penyakit kanker. Seperti pada Kementerian Kesehatan RI 2013 tentang
Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker dan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia
Nomor 430/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker.
Banyak penyakit kronis di Indonesia selain Kanker yang dapat menyebabkan
pasien yang mengidapnya meninggal dan perlu mendapatkan Perawatan Paliatif.
Memang, seperti yang tertulis dalam Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor
430/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker bahwa
Kanker merupakan penyebab kematian terbesan urutan ke-5 (SKRT, 2001) dan setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Dan merupakan penyebab kematian terbesar nomor 2
di dunia setelah penyakit kardiovaskuler.6 Akan tetapi menilik lagi, ada penyakit yang
lebih dominan sebagai penyebab kematian pasien antara lain, Stroke, Jantung dan
HIV/AIDS.
Kementerian Kesehatan Indonesia hanya membuat keputusan terkait Kanker saja
dan tidak membuat keputusan tentang penyakit kronis yang lebih parah dari kanker.
Bahkan termasuk untuk lansia yang sudah dinyatakan oleh dokter bahwa hidupnya tidak
lama lagi pun tidak ada. Lalu, bukankah para lansia tersebut juga berhak untuk
mendapatkan perawatan paliatif, terkhusus untuk lansia yang tidak memiliki keluarga.
Padahal seperti yang dibilang diawal bahwa tujuan dari perawatan paliatif itu sendiri
untuk memberikan perawatan terbaik sampai akhir hidupnya. Di sinilah suatu pertanyaan
muncul terkait tidak adanya peraturan atau keputusan tertulis dari Kementerian
Kesehatan Indonesia tentang perawatan Paliatif untuk Lansia.
Jujur saja, saya setuju dengan pengadaan Perawatan Paliatif di Indonesia.  Namun,
akan lebih baik lagi kalau Perawatan Paliatif tersebut ditujukan tidak hanya bagi pasien
dengan kanker saja. Pasien dengan penyakit terminal pun berhak bahkan lansia pun
berhak dengan disertai keputusan tertulis dari Menteri Kesehatan Indonesia.
Isu atau masalah yang kedua yaitu terkait dengan dimensi kualitas hidup pasien,
dimana sudah disebutkan diawal, bahwa salah satu dimensi kualitas hidup pasien ada
yang berkaitan dengan Spiritual. Salah satu tugas perawat dalam aspek spiritual tersebut
yaitu dengan membimbing pasien yang akan meninggal di hari itu, di detik-detik
akhirnya untuk mengucapkan kalimat berbau spiritual yang sesuai dengan
kepercayaannya. Misal, untuk Pasien beragama Islam, maka di detik-detik akhirnya,
perawat membantu membimbingnya mengucapkan Syahadat sehingga pada saat
kematiannya, beliau dapat meninggal secara Khusnul Khotimah dan Damai
(Peaceful/Good Death).
Namun, masalahnya yaitu apabila perawat yang menangani pasien muslim
beragama kristen misal atau sebaliknya, tindakan apa yang harus dilakukan. Apakah
perawat yang beragama kristen tersebut tetap membantu pasien tersebut untuk
mengucapkan Syahadat? Apabila hal tersebut yang terjadi, maka saya tidak setuju akan
hal tersebut.
Akan lebih baik jika, perawat tersebut memanggil perawat yang lain untuk
menggantikannya. Jika tidak ada perawat yang beragama islam saat itu, perawat yang
beragama kristen tersebut tetap tidak boleh membantu pasien tersebut. Hal ini
dikarenakan dalam islam sendiri sudah menegaskan dalan Surat Al-Kafirun ayat 6 yang
artinya, “Untukmu Agamamu, Untukku Agamaku”, jadi seseorang tidak boleh
mempelajari agama lain, boleh menghargai, namun tidak untuk mempelajari. Solusinya
yaitu meminta tolong kepada keluarga atau orang yang bertanggung jawab akan pasien
tersebut untuk membimbingnya dalam mengucap kalimat Syahadat.
Jumlah Hospice yang sedikit di Indonesia. Padahal, hospice merupakan tempat
dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang tidak dapat dirawat di rumah
dengan kata lain keadaannya sudah parah dapat dirawat di sana.2  Intinya, Hospice ini
merupakan tempat dimana pasien dirawat inap, namun tempat tersebut bukanlah sebuah
rumah sakit. Melainkan suatu tempat yang memang di khususkan untuk pasien dengan
penyakin kronis dan terminal misalnya stroke, jantung, kanker, parkinson dan penyakit
kronis lainnya untuk mendapatkan perawatan seperti di rumah sendiri.
Rumah sakit yang dapat memberikan perawatan paliatif juga masih terbilang
sedikit. Seperti yang tertulis di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 812/Menkes/SK/VII/2007 bahwa di Indonesia, Rumah Sakit yang mampu
memberikan Pelayanan Paliatif masih terbatas di 5 provinsi yaitu Jakarta, Yogyakarta,
Surabaya, Denpasar dan Makassar.2 Padahal Rumah sakit juga sangat dibutuhkan bagi
pasien dengan penyakit teminal yang kemungkinan tidak dapat disembuhkan.
Padahal adanya hospice dan rumah sakit sangat bermanfaat tidah hanya bagi pasien
tapi juga untuk perawat serta tenaga medis lain tentunya. Semakin banyak hospice dan
rumah sakit yang mampu memberikan perawatan paliatif, maka kesejahteraan perawat
dan tenaga medis lainnya akan semakin tercapai. Kebutuhan dasar dari pasien pun juga
akan mudah terpenuhi karena semakin banyak perawat yang mampu memberikan
kebutuhan apa yang diperlukan pasien.
Jadi, saya sangat setuju apabila pembangunan hospice care dan rumah sakit yang
mampu memberikan perawatan paliatif pada pasien diperbanyak lagi. Selain itu, fasilitas-
fasilitas yang ada di hospice maupun di rumah sakit juga lebih diperbaiki serta
diperlengkap lagi agar bisa semakin mendukung perawatan paliatif yang dilakukan. Agar
pasien juga bisa mendapatkan kenyamanan dalam perawatannya. Selain itu, perawat dan
tenaga medis lainnya juga mendapatkan kesejahteraannya.
Kesimpulannya, Perawatan Paliatif merupakan perawatan yang sangat bermanfaat
bagi pasien dengan penyakit terminal, misalkan stroke, jantung dan kanker. Perawatan
paliatif bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien, serta memberikan perawatan
terbaik untuk pasien sampai akhir hayat pasien tersebut. Namun, di Indonesia ada banyak
sekali isu terkait perawatan paliatif tersebut, mulai dari kurangnya keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia tentang seseorang yang berhak memperoleh perawatan
paliatif. Lalu juga ada isu terkait spiritual serta jumlah hospice dan rumah sakit yang
mampu memberikan perawatan paliatif yang bisa dibilang sedikit. Padahal Hospice dan
Rumah Sakit tersebut sangat bermanfaat baik dari pihak pasien maupun perawat atau
tenaga medis lain.
Solusinya yaitu Menteri Kesehatan harus membuat keputusan tentang orang-orang
yang berhak mendapat perawatan paliatif. Jumlah Hospice dan Rumah Sakit di Indonesia
pun harus diperbanyak lagi. Sarannya sendiri yaitu perawat lebih memperdalam lagi
pengetahuannya terkait perawatan paliatif dan lebih melatih lagi sifat caring serta
empatinya. Hal ini dikarenakan perawatan paliatif ini berhubungan dengan pasien
penyakit teminal yang sudah ditetapkan oleh dokter bahwa mereka tidak bisa sembuh
dari penyakitnya. Oleh karena itu, dengan melatih empatinya, perawat diharapkan tidak
terhanyut dan terbawa suasana ketika ada salah satu pasien yang meninggal sehingga
jatuhnya tidak ke arah simpati.
 

 
D.    Sejarah Perkembangan Palliative Care
Munculnya palliative care di dunia dimulai dari sebuah gerakan rumah sakit pada
awal abad ke-19, kaum beragama menciptakan hospice yang memberikan perawatan
untuk orang sakit dan sekarat di London dan Irlandia. Dalam beberapa tahun terakhir,
perawatan paliatif telah menjadi suatu pergerakan yang besar, yang mempengaruhi
banyak penduduk. Pergerakan ini dimulai sebagai sebuah gerakan yang dipimpin
relawan di Negara-negara Amerika dan telah berkembang menjadi bagian penting dari
system perawatan di kesehatan.
Palliative care dan hospice telah berkembang pesat sejak tahun 1960-an. Cicely
Saunders seorang pekerja yang merintis perawatan ini dimana sangat memiliki peran
penting dalam menerik perhatian pasien pada akhir kehidupannya saat mengidap
penyakit ganas stadium lanjut. Palliative care mulai didefinisikan sebagai subyek
kegiatan ditahun 1970 dan dating untuk menjadi sinonim dengan dukungan fisik, sosial,
psikologis, dan spiritual pasien dengan penyakit yang membatasi hidup, disampaikan
oleh tim multidisipliner.
Standar perawatan pertama kali diperkenalkan pada 1997 di Jepang. Pendidikan
palliative care masuk dalam kurikulum sekolah-sekolah kedokteran dan semua sekolah
keperawatan. Dua puluh layanan yang terkait dengan palliative care tersedia di seluruh
negeri. Tiga belas organisasi yang dibangun di Singapura untuk menyediakan palliative
care. Modul palliative care ditambahkan ke kurikulum sekolah kedokteran. Pemerintah
mulai menerapkan di setiap kabupaten dan rumah sakit umum untuk memperkenalkan
suatu palliative care pada tahun 1998 di Malaysia. Palliative care dimasukkan ke dalam
rencana kesehatan nasional Mongolia. Modul palliative care termasuk dalam kurikulum
sekolah kedokteran di Mongolia. Sebuah program pendidikan palliative care telah
diterapkan untuk asisten keperawatan di Selandia Baru. Empat puluh satu pelayanan
palliative care ini sudah tersebar di seluruh negeri dan mulai tahun 2005 palliative care
diakui sebagai spesialisasi medis di Australia.
Sejarah dan perkembangan palliative care di Indonesia bermula dari adanya
perubahan yang terus-menerus setiap rapat kerja untuk membahas system
penanggulangan penyakit kanker pada tahun 1989. Penanggulangan penyakit kanker ini
harus dilaksanakan secara paripurna dengan mengerjakan berbagai intervensi mulai dari
pencegahan, deteksi dini, terapi, dan perawatan paliatif. (ferell,dan coyle 2019)

 
E.     Karakteristik Palliative Care
Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang tidak hanya
mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja
sosial, psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja secara terkoordinasi dan
melayani sepenuh hati. Perawatan dapat dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat
rumah (home care), day care dan respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan
ke rumah pasien, terutama mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan
dilakukan oleh tim untuk memantau dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang
dialami pasien dan keluarganya, baik masalah medis maupun psikis, sosial, dan spiritual.
Day care adalah menitipkan pasien selama jam kerja jika pendamping atau keluarga yang
merawatnya memiliki keperluan lain (seperti day care pada penitipan anak). Sedangkan
respite care adalah layanan yang bersifat psikologis melalui konseling dengan psikolog
atau psikiater, bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, dan
lain-lain.
Beberapa karakteristik perawat paliatif adalah:
1. Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.
2. Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal.
3. Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.
4. Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien.
5. Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.
6. Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah
kematian.
7. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya,
termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan.
8. Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi
perjalanan penyakit.
9. Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia, seperti
kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk lebih
memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat. (anonim 2010)

 
F.     Klasifikasi Palliative Care
Palliative care / perawatan (terapi) paliatif terbagi menjadi beberapa macam
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Palliative Care Religius
Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi religious
sangat penting dalam memberikan palliative care. Kurangnya pemenuhan kehidupan
beragama, menimbulkan masalah pada saat terapi. Pengetahuan dasar dari masing-
masing agama sangat membantu dalam mengembangkan palliative care.
Terkadang palliative care spiritual sering disamakan dengan terapi paliatif
religious. Palliative care spiritual bisa ditujukan kepada pasien yang banyak meyakini
akan adanya Tuhan tanpa mengalami ritual suatu agama dan bisa juga sebagai
terapinreligius dimana selain meyakini ritual agama memiliki tata cara beribadah
dalam suatu agama.
Dalam agama islam perawatan paliatif yang bisa diterapkan adalah :
a.       Doa dan dzikir
b.      Optimisme
c.       Sedekah
d.      Shalat Tahajud
e.       Puasa
2.      Terapi Paliatif Radiasi
Terapi paliatif radiasi merupakan salah satu metode pengobatan dengan
menggunakan radiasi / sinar untuk mematikan sel kanker yang akan membantu
pencegahan terhadap terjadinya kekambuhan. Terapi radiasi dapat diberikan melalui
dua cara. Pertama dengan menggunakan cara radiasi eksterna, dan kedua dengan
brakiterapi. Radiasi eksterna adalah suatu teknik radiasi dimana sumber radiasi
berada di luar tubuh pasien. Radiasi ini menggunakan suatu mesin yang
mengeluarkan radiasi yang ditujukan kea rah sel kanker. Brakiterapi adalah suatu
teknik radiasi dimana sumber radiasi diletakkan di dalam tubuh pasien dekat dengan
sel kanker tersebut. Peran radioterapi pada palliative care terutama adalah untuk
mengatasi nyeri, yaitu nyeri yang disebabkan oleh infiltrasi tumor local.
3.      Terapi Paliatif Kemoterapi
Pemakaian kemoterapi pada stadium paliatif adalah untuk memperkecil masa
tumor dan kanker dan untuk mengurangi nyeri, terutama pada tumor yang
kemosensitif. Beberapa jenis kanker yang sensitive terhadap kemoterapi dan mampu
menghilangkan nyeri pada lymphoma. Myeloma, leukemia, dan kanker
tentis.Pertimbangan pemakaian kemoterapi paliatif harus benar-benar
dipertimbangkan dengan menilai dan mengkaji efek positif yang diperoleh dari
berbagai aspek untuk kepentingan pasien.
4.      Pembedahan
Tindakan pembedahan pada perawatan paliatif bermanfaat untuk mengurangi
nyeri dan menghilangkan gangguan fungsi organ tubuh akibat desakan massa tumor /
metastasis. Pada umumnya pembedahan yang dilakukan adalah bedah ortopedi /
bedah untuk mengatasi obstruksi visceral. Salah satu contoh tindakan pembedahan
pada stadium paliatif adalah fiksasi interna pada fraktur patologis / fraktur
limpeding / tulang panjang.
5.      Terapi Musik
Alunan musik dapat mempercepat pemulihan penderita stroke, demikian hasil
riset yang dilakukan di Finlandia. Penderita stroke yang rajin mendengarkan music
setiap hari, menurut hasil riset itu ternyata mengalami Peningkatan pada ingatan
verbalnya dan memiliki mood yang lebih baik dari pada penderita yang tidak
menikmati musik. Musik memang telah lama digunakan sebagai salah satu terapi
kesehatan, penelitian di Finlandia yang dimuat dalam Jurnal Brain itu adalah riset
pertama yang membuktikan efeknya pada manusia. Temuan ini adalah bukti pertama
bahwa mendengarkan music pada tahap awal pasca stroke dapat meningkatkan
pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya perasaan negative.
6.      Psikoterapi
Gangguan citra diri yang berkaitan dengan dampak perubahan citra fisik, harga
diri dengan citra fungsi sosial, fungsi fisiologis, dan sebagainya dapat dicegah /
dikurangi dengan melakukan penanganan antisipatorik yang memadai. Tetapi hal ini
belum dapat dilaksanakan secara optimal karena kondisi kerja yang belum
memungkinkan.
7.      Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari
manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan perilaku.
Hipnoterapi bisa bermanfaat dalam menerapi banyak gangguan psikologis-organis
seperti hysteria, stress, fobia (ketakutan terhadap benda-benda tertentu atau keadaan
tertentu), gangguan kecemasan, depresi, perilaku merokok, dan lain-lain.

 
G.    Tim Interdisipliner Palliative Care
Dalam melakukan palliative care membutuhkan tim kerja yang terdiri dari berbagai
multidisiplin ilmu karena ilmu kedokteran pada zaman sekarang ini telah berkembang
menjadi adanya interaksi dari fisik, fungsional, emosional, psikologis, sosial, dan aspek
spiritual yang akan menjadi multidisiplin ilmu.
Tim palliative care dapat terdiri dari perawat, dokter, psikiater, petugas sosial
medis, rohaniawan, terapis, dan anggota lain sesuai kebutuhan. Setiap anggota tim
sebaiknya memahami dan menguasai prinsip-prinsip dan praktek palliative care. Tim
harus berani menjamin bahwa pasien akan mendapat pelayanan seutuhnya, baik fisik
maupun mental, sosial, serta spiritual dengan cara yang benar dan dalam porsi yang
seimbang.
Tim paliatif ini akan dipimpin oleh seorang dokter yang memiliki pengalaman
yang luas tentang menangani penyakit tingkat lanjut dan gejala yang kompleks. Dokter
dapat memberikan konsultasi untuk membantu dokter lain. Perawat yang diberi pelatihan
khusus dalam merawat pasien dengan penyakit stadium lanjut dan terminal akan
merawat pasien di dalam pallitaitive care. Perawat bertanggung jawab untuk memberikan
kasih saying dan pendidikan kepada pasien dan keluarganya.
Konseling spiritual juga merupakan salah satu dari tim interdisiplin. Konseling
spiritual dapat diberikan kepada penderita yang tidak memiliki agama sekalipun.
Konseling spiritual dapat membantu meningkatakan iman yan berfungsi sebagai
mekanisme koping bahkan terapi pada penderita yang sedang sekarat. Pendeta, ustadz,
atau pemuka agama lainnya dapat membantu membentuk ikatan di dalam tim palliative
care.
Tim paliatif memiliki ciri khas yakni profesi setiap anggota tim telah dikenal
cakupan dan lingkup kerjanya. Para professional ini bergabung dalam satu kelompok
kerja secara bersama mereka menyusun dan merancang tujuan akhir perawatan melalui
beberapa langkah tujuan jangka pendek. Tim adalah motor penggerak dari semua
kegiatan pasien. Proses interaksi komunikasi merupakan kunci keberhasilan pengobatan
palliative care. (press nugroho,agung 2011)

 
H.    Trend dalam keperawatan paliatif di Indonesia
1.      Perkembagan Perawatan Paliatif Di Indonesia
Tanggal 6 oktober seluruh masyarakat dunia memperigati world hospice
palliative care day,hari perawatan hospis dan paliatif sedunia ,mungkin perigatan ini
idak banyak yang tau tidak sehebog prigatan  hari AID sedunia atau hari tanpa
tembakau sedunia .walaupun demikian ,tidak mengecilakn arti dari perjuagan mereka
yang bergelut dalam bidang perawatan palitif ,dulu perawatan ini hanya diberikan
pafda pasien kanker yang secara medis sudah tidak dapat disembuhkan lagi ,tetapi
kini diberikan pada semua stadium kanker ,bahkan juga pada penderita penyakit
penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti HIV/AIDS dan berbagai kelaianan
yang bersifat kronis . (menkes, 2007)
Di indonesia perawata paliatif baru dimulai pada tanggal 19 febuary 1992 di RS
Dr.soetomo ( Surabaya) di susul RS cipto mangunkusumo ( jakarta) , RS kanker
dharmais  (jakarta) ,RS wahidin sudirohusod (makasar)  di rs dr ,soetomo perawatan
paliatif dilakukan oleh oleh pusat pengembagan paliatif dan bebas nyeri,pelayanan
yang diberikan meliputi rawat jalan ,rawat inap (konsultatif ) ,rawat rumah ,day
care,dan respite care.
Pelayanan kesehatan yang pari purna tidak hanya yang dilakukan dirumah
sakit ,tetapih juga melewati perawatan pra rumah sakit,salaam dirumah sakit,dan
purna rumah sakit,yang tujuan utamanya memepertahankan kemampuan individu
untuk mandiri secara optimal selama mungkin ,pada kasus yang oleh tik dokter
dinyatakan sulit sembuh atau tidak ada harapan lagi ,bahkan hampir meninggal dunia
atau yang dikenal pasien stadium terminal (PTS) ,tentunya dibutuhkan pelayanan
ynag special ,disisni perawat paliatif menjadi aspek penting pada pengobatan
,khusunya bidang geriatri (masalah kesehatan pada lansia)
Lebih lanjut perawatan paliatif adalah pedekatan yang bertujuan
untukmeningkatlan uliats hidup kehidupan pasien dan keluarganya menghadapi
masalah masalah yang berhubugan dengan penyakit yang megancam jiwa,dengan
mencegah dan merigankan penderitaan dengan identifikasi awal serta dengan terapi
dan masalah lain fisik,psikososial ,dan spiritual dalam perawatan paliatif ini
membutuhkan tim multidisiplin kata dokter dari subbagian geriatric,bagian
ilmu  penyakit dalam ,FK UGM /SMF geriatric RSUP Dr,sardjito tersebut.
2.      Trend penerapan hospice care pada penyakit kanker.
Perekembagan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang
kesehatan telah menjadi penyakit kanker tidak lagi merupakan penyakit fatal dan
telambat diobati namun telag menjadi kronis yang potensinya untuk mengubah pola
kedidupan para pengidapnya ,dengan perkembahan ini menjadi penurunak angka
kematian yang merupakan hasil dari keberhasilan terapi kanker sihingga dapat
memperpanjang kehidupan lklien.(becker , R. 2015)            
Ada juga salah satu  Trend perawatan paliatif yaitu pada pasien kanker dengan
penerapan hospice home care ,hospice sendiri adalah persamaan dengan paliatif
hanya saja berbeda ruang lingkupnya .
Para klien yang mengidap kanker yang dirawat di hopis atau home care masih
tetap menjadi populasi beresiko dimana kebutuhan akan kesehatan memerlukan
perhatian jangka panjang  (farrel dan dow 1997 ) ironisnya tidak banyak yang peduli
dengan tingkat hidup mereka yang menghabiskan sisa hidupnya di hospis atau home
care ini (stetz ,1998) pada penderita kanker yang tidak mungkin tersembuhkan lagi
,perawat paliatif pada dasarnya upaya untuk mempersiapkan awal kehidupan baru
(akhirat) yang berjualitas tinggi.tidak ada bedanya dengan perawat kandugan yang
dilakukan seorang calon ibu ,yang sejak awal kehamilanya rutin memeriksa diri
untuk memastikan kesehatanya dan tumbuh kembang calon bayinya ,agar dapat
meleati proses kelahiranya degan sehat dan selamat ,selanjutnya dalam kehiduapn
barunya sebagai manusiasi bayi dapat tumbuh sebagai manusia yang sehat  dan
berkulitas

 
I.       Issue Dalam Keperawatan Paliatif Di Indonesia
Sifat  perawatan paliatif berfokus pada pendebtan tentang masalah etik pada
kematian ,keadaan pada akhir hidup dapat mengakibatkan dilemma etik yang lebih tumit
oleh isu isu tentang kompetensi orang yang akan meninggal ,hak mereka untuk meolak
atau menerima perawatan dalam mempertahankan itegras pribadi mereka atas kemtian
mereka sendiri dilemma etik mungkin timbul dari perbedaan nilai nilai,ditempatkan pada
nilai kehidupan dan wali mereka .
setiap orang memiliki hak untuk megakses setiap kemungkinan pengobatan
,beberapa pun dalam hal keuagan,waktudan sumber daya yang tersedia .dalam membwa
kenyamanan dana dana harapan bagi pasien dan keluarga mereka yang membutuhkan
kuliats perawatan paliatif ,tim kesehatan multi professional serigng di tantang oleh
keputusan yang perlu dibuat tergantung pada keadaan dan watktu tertentu (becker ,R.
2015)
Memiliki  perbedaan nilai nilai tentang isu isu pada akhir hidup melalui proses
kounikasi terapeutik merupakan inti dari pendekatan psikososial dalam prawatan
paliatif :
1. Keterampilan Bekerja Tim
bekerja sama dalam tim sebagai bagian dari tim interprofesional merupak hal
yang sangat vital untuk dapat melakukan praktik atau intevensi yang baik terhadap
pasien ,mengigat layanan perawatan paliatif saat ini tidak hanya tersedia di fasiliats
rumah sakit ,namun juga tersedia di rumah hospis,rumah perawaatn atapun rumah
pasien ,seiing dnegan meningkat peran perawatan di area paliatif sehingga
keterampilan untuk dapat bekerja sama dalam tim menjadi suatu keharusan dan
keniscayaan.

2.      Keterampilan Dakam Perawatan Fisik

untuk area ini ,perawat di tuntut memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang baik
untuk dapat melakukan asuhan keperawatan secara langsung pasien dalam kondisi apapun
dan kapanpun,sehungga perawat dapat ber tindak dan mengambil keputusan yang tepat sesuai
kondisi paisen .pengkajian nyeri secara akurat dan holistic dengan menggunakan berbagai
macam bentuk  metode menjadi hal yang dasar.

3.      Keterampilan Interpersonal

salah satu area yang menjadi komponen kunci untuk dapat bekerj dengan baik dan suses
dalam area perawatan paliatifadalah keterepilan interpersonal .karena kematagan secara
pribadi dan professional akan dapat membantu perawat dalam mengatasi masalah yang
terkait dengan isu.  (becker R. 2015)

Melalui proses komunikasi terapeutik merupakan inti dari pendekatan psikososial


dalam perawatan paliatif.

Bekerja bersama dalam tim sebagai bagian dari tim interprofesional merupakan hal
yang sagat vital untuk dapat melakukan praktik  atau intervensi yang baik terhadap pasien
.perawat dituntukt memiliki pengatahuan dan keterampilan yang baik untuk  dapat melakukan
asuhan keperawatan secara langsung pasien dalam kondisi apapun dan kapanpun,sehungga
perawat. dapat ber tindak dan mengambil keputusan yang tepat sesuai kondisi paisen.perawat
dapat berkerja sama dengan baik dan sukes dalam area perawatan paliatif ,dan metode baik
yang dijaga adalah ketrampilan intrapersonal . (breaden,K. 2011)

 
BAB 

PENUTUP

 
A.    Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatlan
kualitas hidup ,dengan cara meringankan nyeri mdan pendritaan lain,memebrikan
dukugan spiritual dan psikososial mulai saat diangnosa ditegakkan sampai akhir hayat
dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan /berduka .paliative care ini bertujuan
menguragi rasa sakit dan gejala tidak nayman lainya ,menngkatkan kuliats hidup dan
memberikan pengaruh positif selama sakit ,dan membantu keluarag agar tabah selama
pasien  sakit serta disaat sedih ,klarifikasi paliatif ada beberapa macam yaitu : religious,
music, kemotrapi,hipnotrapi, dan lain lain.

 
B.     Saran
Supaya kita semua selalu mereapkan pola gaya hidup yang baik san
menyehatkan .menigitis dapat terjadi pada orang yag kurang peduli terhadap kebersihan
lingkugan sekitar .oleh karena itu kita harus meningktakan prilaku hidup bersih dan sehat
.
DAFTAR PUSTAKA

 
Anonim (2010). Proyek CPP-Indonesian Aged Care Project “Memahami Perawatan
Paliatif.http://indonesianwelfare.org.au/dmdocuments/CPP/Articles/Perawatan_Pal
iatif_June_2010.pdf. Diakses tanggal 17 Mei 2013.
 
Ferrell, B.R. & Coyle, N. (2010). Oxford Textbook of palliative nursing 3nd ed. New York :
Oxford University Press Nugroho, Agung.(2011). Perawatan Paliatif Pasien Hiv /
Aids.
http://www.healthefoundation.eu/blobs/hiv/73758/2011/27/palliative_care.pdf.Dia
kses tanggal 17 Mei 2013.
 
Menkes RI.(2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
812/Menkes/Sk/Vii/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.http://spiritia.or.id/Dok/skmenkes812707.pdf. Diakses tanggal
17 Mei 2013.

Anda mungkin juga menyukai