Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KONSEP RECOVERY DAN SUPPORTIVE

ENVIRONMENT
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu : Drs. H.Nasihin M.Kes

DISUSUN OLEH :

KOMARUDIN (P2705118015)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
2020
A. KONSEP RECOVERY
Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk
hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam
komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap penurunan atau
pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart
2013).
Individu menerima dukungan pemulihan melalui aktivitas yang
didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses menolong
seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai.
Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi,
okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka
panjang dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013)
Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan
pemulihan meliputi: tritmen asertif komunitas, dukungan bekerja,
manajemen dan pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk
mendampingi kejadian berulang gangguan  jiwa dan penyalahgunaan zat,
psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan
dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim tritmen
multidisiplin yang meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor,
terapis okupasi,  pakar konsumen dan teman sejawat,manajer kasus,
pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan ini juga
membutuhkan perawat untuk berfokus pda tiga elemen yaitu : individu,
keluarga dan komunitas (Stuart, 2013).

B. SUPPORTIVE THERAPY (WERMON, ROCKLAND)


Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor
biopsikososial dan respon maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi
masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek
psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang
percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek  sosialnya
memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri, tidak disukai,
bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya.
Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa.
Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi
pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya
dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif,
individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang
ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative
pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi
coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapis berupaya
menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk
menyiapkan coping klien yang adaptif.

C. MANFAAT DAN PERAN PERAWAT PADA PEMBERIAN TERAPI


PADA PROSES PENYEMBUHAN
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien
gangguan jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku
klien dengan gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi
perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang
dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan dengan
memberikan berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis. Dalam
pemberian terapi perawat sebagai terapis senantiasa berdasarkan pada
kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik tolak
terapi atau penyembuhan.

D. TERAPI GENERALIS
1. Terapi Psikofarmakologi
a. Peran perawat dalam Psikofarmakologi
1) Pengkajian Klien
Melakukan pengkajian dasar klien termvsuk
riwayat, kondisi fisik dan hasil laboratorium ,
evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian social budaya
dan yang paling utama adalah riwayat  pengobatan
untuk dilengkapi pada setiap klien sebelum
diberikan pengobatan.
2) Koordinasi Tritmen Modalitas
Kordinasi dalam melakukan perawatan merupakan
tanggung jawab utama perawat yang bersama-sama
dengan klien dalam membina hubungan terapeutik
sebagai bagian dari tim  pelayanan kesehatan.
3) Pemberian Obat
Pada beberapa pelayanan perawat bertugas
menentukan jadwal dosis berdasarkan dosis
kebutuhan obat seta kebutuhan klien, mengatur
pemberian obat dan selalu waspada terhadap efek
serta penanganan efek obat.
4) Monitor Efek Obat
Obat harus diberikan sesuai dengan dosis yang
direnkomendasikan dan dalam jumlah yang tepat
sebelum menentukan apakah memiliki dampak
terapeutik yang adekuat pada klien.
5) Edukasi Pengobatan
Edukasi meliputi pemberian informasi lengkap
kepada klien dan keluarga sehingga mereka dapat
memahami, mendiskusikan dan menerimanya.

b. Terapi Kejang Listrik (Elektroconvulsive Therapis)


Terapi Kejang listrik adalah pengobatan dengan
pemberian kejang yang cukup berat melalui alat yang
diinduksi pada klien yang yang dibius dengan memberikan
arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien
(Manked et al,2010).
Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner
dan Falcone,2011). Tingkat respon terhadap ECT 80% atau
lebih untuk sebagian besar klien lebih baik daripada tingkat
respon terhadap obat antidepresan, sehingga terapi
dianggap sebai antidepresan yang  paling efektif (Keltner
dan Boschini,2009).
1) Peran Perawat
Perawat dapat mengajarkan klien dan keluarga,
mempertimbangkan ansietas, kesiapan untuk
belajar, dan kemampuan untuk memahami
penjelasan yang diberikan.
Asuhan Keperawatan Sebelum Prosedur
Tritmen, pemberian asuhan keperawatan ini
meliputi peninjauan kembali proses konsultasi,
memastikan bahwa setiap kelainan hasil tes
laboratorium telah ditangani, dan memeriksa
bahwa  peralatan dan perlengkapan yang
diperlukan telah memadai dan berfungsi.
Asuhan keperawatan selama prosedur, klien
harus dibawa ke ruang tritmen,  baik dengan
berjalan kaki atau dibawa dengan menggunakan
kursi roda, didampingi seorang perwat dan
dengan siapapun klien merasa nyaman. Perawat
harus tetap mendampingi klien selama
pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan
pada klien.
Asuhan keperawatan setelah prosedur, ruang
pemulihan harus berdekatan dengan ruang
tritmen untuk memudahkan akses staf anastesi
keluar masuk  dalam keadaan darurat. Setelah
klien berada diruang pemulihan perawat harus
mengokservasi klien sampai benar-benar pulih.
Perawat harus meyakinkan kondisi klien dan
secara periodic mengorentasikan klien.
Pemberian penjelasan yang singkat, sangat
membantu klien dalam proses pemulihan.
Perawat harus menjelaskan bahwa sebagian
besar masalah memori akan hilang dalam
beberapa minggu.

c. Terapi Tindakan Pada Keluarga


Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang
ditujukan untuk melibatkan keluarga dan mendorong
mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan
pemulihan, sehingga meningkatkan keterampilan koping
pada klien dan keluarga mereka. Peran Perawat dalam
terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga
yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan,
konseling sportif, dan rujukan untuk terapi dan dukungan.
1) Advokasi Keluarga merupakan model bekerja
dengan orang tua dan anggota keluarga untuk
membantu mereka bertindak sebagai advokat
dengan dan atas nama anggota keluarga yang
memiliki ketidakmampuan.
2) Praktik yang berorientasi pada keluarga  mengacu
pada tindakan tertentu  pada keluarga dan kerangka
konseptual yang lebih luas untuk tindakan yang
mencakup asuhan keperawatan yang berpusat pada
keluarga.
3) Ilmu tindakan keluarga merupakan area keilmuan
yang didefinisikan dengan  penelitian dalam
mengubah perilaku keluarga.

d. Iktisas Terapi Kelompok


Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara
anggota karena setiap anggota kelompok akan berinteraksi
satu sama lain dengan pemimpin kelompok. Anggota
kelompok berasal dari berbagai latar belakang dan masing-
masing memiliki kesempatan untuk belajar dari orang lain
diluar lingkaran sosialnya. Mereka dihadapkan dengan rasa
iri hati, daya tarik, daya saing, dan banyak emosi lainnya
dan  perasaan yang diungkapkan oleh orang lain
(Yalom,2005).
1) Peran Perawat
Perawat sebagai pemimpin kelompok harus dapat
mengkordinir dan mempelajari kelompok dan
berpartisipasi di dalamnya pada waktu bersamaan.
Pemimpin harus selalu memantau kelompok dan
bila diperlukan, membantu kelompok mencapai
tujuannya. Secara khusus kemampuan perawat
meliputi sikap responsive dan aktif berimpati,
ketulusan, dan kemampuan konfrontasi.

2. Terapi Spesialis
a. Guided Imagery
Guided Imagery merupakan program yang
mengarahkan pikiran dengan memandu imajinasi seseorang
terhadap situasi santai, fokus pada kondisi untuk
mengurangi stres dan meningkatkan kenyaman serta
suasana hati (Stuart, 2013).
Klien yang menerima GI memiliki tingkat
kenyamanan yang lebih tinggi dan tingkat depresi, ansietas
dan stres yang lebih rendah dibandingkan dengan klien
yang tidak  menerima GI (Apostolo dan Kolcaba, 2009).
Selain itu teknik imagery telah digunakan dalam berbagai
kondisi dan populasi. Nyeri dan kanker adalah dua kondisi
di mana teknik imagery telah membantu baik pada orang
dewasa ataupun anak-anak (Lindquist, 2014).
b. Music Intervention
Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-
unsur penyembuhan untuk  memenuhi kebutuhan spesifik
pada individu. Musik dan proses fisiologis (detak jantung,
tekanan darah, gelombang otak, suhu tubuh, pencernaan,
dan hormon adrenal) melibatkan irama dan getaran yang
terjadi secara rutin, berkala dan terdiri dari osilasi (Crowe,
2004 dalam Lindquist, 2014).
Intervensi musik memberikan pasien / klien
stimulus menghibur yang dapat membangkitkan sensasi
menyenangkan sambil memfokuskan perhatian individu ke
musik bukan pada pikiran stres, nyeri, ketidaknyamanan,
atau rangsangan lingkungan lainnya (Lindquist, 2014).
c. Humor
Humor terapi telah didefinisikan sebagai setiap
intervensi yang mempromosikan kesehatan dan
kesejahteraan dengan merangsang ekspresi. Intervensi ini
dapat meningkatkan kesehatan, sebagai terapi
komplementer, memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi
baik fisik, emosi, kognitif, sosial, dan spiritual "(AATH,
2000 dalam Lindquist, 2014).
Referensi :

Caldwell, Barbara A,PhD., A.P.N.-B.C., Sclafani, Michael, MS,M.Ed, R.N.,


Swarbrick, Margaret, PhD,O.T.R., C.P.R.P., & Piren, Karen, MSN,R.N., A.P.N.
(2010). Psychiatric nursing practice & the recovery model of care.

Linquist, R.,Snyder, M.,Tracy, F. Mary. (2014). Complementary & Alternative


Therapies in Nursing. Springer Publishing Company.

Stuart, W. Gail. (2013). Principles of Psychiatric Nursing, 10 Edition.


ELSEVIER 

Varcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health


Nursing;  A Communication Approach to Evidence-Based Care Second
Edition. ELSEVIER

Anda mungkin juga menyukai