Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA KELOMPOK

TODDLER, PRASEKOLAH, DAN USIA SEKOLAH


MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA 2

Disusun Oleh :
1. Hana Afthira Rifsa (202201105)
2. Hardianti (202201106)
3. Irwandy Purba (202201107)
4. Kelvin Kurniawan (202201108)
5. Lusi Anindya Mahatasari (202201109)

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG
TAHUN AKADEMIK 2020 – 2021
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Kelompok Toddler


1. Perkembangan Biologis dan Psikologis
a. Pengertian Anak Usia Toddler
Anak usia toddler merupakan anak yang berada antara rentang usia
12-36 bulan (Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013). Masa ini juga
merupakan masa golden age/masa keemasan untuk kecerdasan dan
perkembangan anak (Loeziana Uce, 2015).
b. Perkembangan Anak Usia Toddler
Perkembangan yang sudah mampu dicapai oleh anak usia toddler
diantaranya sebagai berikut:
1) Perkembangan motorik kasar anak usia toddler
 Usia 12-18 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa
berpegangan, membungkuk untuk memungut
permainannya kemudian berdiri tegak kembali secara
mandiri.
 Usia 18-24 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa
berpegangan selama 30 detik, anak mampu berjalan
tanpa terhuyung-huyung.
 Usia 24-36 bulan anak mampu menaiki tangga secara
mandiri, anak dapat bermain dan menendang bola kecil.
2) Perkembangan motorik halus anak usia toddler
 Usia 12-18 bulan anak mampu menumpuk dua buah
kubus, memasukkan kubus ke dalam kotak
 Usia 18-24 bulan anak mampu melakukan tepuk tangan,
melambaikan tangan, menumpuk empat buah kubus,
memungut benda kecildengan ibu jari dan telunjuk,
anak bisa menggelindingkan bola ke sasaran
 Usia 24-36 bulan anak mampu mencoret-coretkan
pensil diatas kertas (Soetjiningsih dan Gde Ranuh,
2013).
3) Perkembangan bahasa
Tahapan perkembangan bahasa pada anak yaitu Reflective
vocalization, Bubbling, Lalling, Scholalia, dan True speech.
Usia 10-16 bulan anak mampu memproduksi kata-kata sendiri,
menunjuk bagian tubuh atau mampu memahami kata-kata
tunggal; usia 18-24 bulan anak mampu memahami kalimat
sederhana, perbendaharaan kata meningkat pesat, mengucapkan
kalimat yang terdiri dai dua kata atau lebih; usia 24-36 bulan
pengertian anak sudah bagus terhadap percakapan yang sudah
sering dilakukan di keluarga, anak mampu melakukan
percakapan melalui kegiatan tanya-jawab (Soetjiningsih dan
Gde Ranuh, 2013).
4) Perkembangan psikososial
Teori psikososial Erikson menyatakan bahwa
perkembangan psikososial sepanjang kehidupan manusia selalu
dipengaruhi oleh lingkungan sosial untuk mencapai
kematangan kepribadian. Erikson membagi psikososial menjadi
8 tahapan yaitu:
1. Percaya vs tidak percaya (saat lahir-1 tahun)
2. Otonomi vs malu & ragu-ragu (1 tahun-3 tahun)
3. Inisiatif vs rasa bersalah (3 tahun–6 tahun
4. Kerja keras vs rasa inferior (6 tahun-12 tahun)
5. Identitas vs kebingungan identitas (12 tahun-18 tahun)
6. Keintiman vs isolasi (usia dewasa awal)
7. Generativitas vs stagnasi (usia dewasa tengah)
8. Integritas vs keputusasaan (usia dewasa akhir)
Pada toddler berdasarkan teori perkembangan erikson
berada pada tahapan ke 2 yaitu otonomi vs malu & ragu-ragu.
Otonomi adalah kemampuan seseorang mengendalikan tubuh,
diri, lingkungan, keterampilan motorik, kekuatan mental
mengambil keputusan. Sedangkan malu & ragu-ragu adalah
diremehkan ketika pilihan membahayakan dan dipaksa
bergantung pada hal yang sebenarnya dapat dilakukan sendiri.
2. Pengkajian Kesehatan Jiwa
a. Pengkajian
 Identifikasi : klien dan penangguang jawab
 Keluhan utama
 Riwayatpenyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Tinjauan sistem
 Riwayatpengobatan keluarga
 Riwayat psikososial
 Riwayat keluarga
 Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan
b. Diagnosa Keperawatan
 Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d situasi
yang terjadi di lingkungan
c. Intervensi Keperawatan
Dx. Kep : Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d
situasi yang terjadi di lingkungan
 Intervensi :
1) Ajarkan orang tua tenang tugas perkembangan yang sesuai
dengan kelompok usia
Rasional : agar ortu mampu melakukan tugas tumbang pada
anak
2) Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan
dalam tempat tidur anak
Rasional : mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam
tumbang
3) Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yangmenyebabkan
rasa takut
Rasional : mengurangi rasa ketidaknyamanan
4) KIE orang tua untuk control setiap bulan
Rasional : mengetahui adanya keluhan tumbang pada anak

B. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Kelompok Prasekolah


1. Perkembangan Biologis dan Psikologis
a. Pengertian Anak Usia Prasekolah
Anak prasekolah adalah anak yang berumur antara 3-6 tahun, pada
masa ini anak-anak senang berimajinasi dan percaya bahwa mereka
memiliki kekuatan. Pada usia prasekolah, anak membangun kontrol
sistem tubuh seperti kemampuan ke toilet, berpakaian, dan makan
sendiri (Potts & Mandaleco, 2012).
b. Perkembangan Anak Usia Prasekolah
1) Perkembangan motorik kasar anak usia prasekoalh
Keterampilan motorik kasar (fisik) adalah keterampilan
yang membutuhkan gerakan seluruh tubuh dan yang
melibatkan otot-otot besar untuk melakukan fungsi sehari-hari,
seperti berdiri dan berjalan, berlari dan melompat, dan duduk
tegak di meja. Keterampilan koordinasi mata-tangan seperti
keterampilan bola (melempar, menangkap, menendang) serta
mengendarai sepeda atau skuter dan berenang
(Childdevelopment dalam Mansur, 2019).
Keterampilan motorik kasar anak prasekolah adalah gesit
sambil berdiri, berjalan, berlari, dan melompat. Dia bisa naik
turun tangga dan berjalan maju mundur dengan mudah. Berdiri
berjinjit atau dengan satu kaki masih membutuhkan konsentrasi
ekstra. Tanpa keterampilan motorik kasar yang seimbang,
seorang anak akan banyak berusaha keras untuk melakukan
tugas sehari-hari seperti makan, merapikan mainan, dan buang
air kecil atau buang air besar (Childdevelopment dalam
Mansur, 2019).
Perkembangan fisik pada usia prasekolah selama bermain
yang menggunakan motorik kasar, seperti:
 Mengembangkan koordinasi otot besar melalui
aktivitas yang memungkinkan untuk menarik,
melempar, menangkap, dan menendang.
 Mengembangkan keterampilan bepergian dan
keterampilan gerak motorik untuk bermanuver di
lingkungan mereka dan dalam kelompok besar.
 Mengembangkan keterampilan mengendalikan otot
dan menyeimbangkan melalui aktivitas seperti
berjalan, melompat-lompat, berlari, memanjat,
meraih, dll.
 Mengembangkan koordinasi mata-tangan.
2) Perkembangan motorik halus anak usia prasekolah
Keterampilan motorik halus berbeda dari keterampilan
motorik kasar. Keterampilan motorik halus diperlukan untuk
banyak aspek perawatan diri misalnya seperti, mengenakan
sepatu, makan sendiri, membersihkan gigi sendiri.
Anak berusia 3 tahun dapat menggerakkan masing-masing
jari secara mandiri dan mampu menggenggam peralatan dan
krayon seperti cara orang dewasa, dengan ibu jarisatu sisi dan
jari-jari di sisi lain. Ia juga dapat menulis dengan bebas,
menyalin lingkaran, menelusuri kotak, dan makan sendiri tanpa
banyak makanan yang ditumpahkan. Sekitar usia 3 hingga 4
tahun, anak-anak mulai menggunakan ritsleting dan kancing,
dan terus mendapatkan kemandirian dalam berpakaian dan
membuka pakaiannya sendiri. Pada usia ini, anak-anak juga
dapat mulai menggunakan gunting untuk memotong kertas
(Oswalt dalam Mansur, 2019)
Anak berusia 3 hingga 4 tahun terus mengasah
keterampilan makan mereka dan dapat menggunakan peralatan
seperti garpu dan sendok. Anak juga dapat menggunakan alat
tulis yang lebih besar seperti, krayon, dalam pegangan menulis
daripada hanya menggenggam dengan kepalan tangan mereka.
Mereka juga dapat menggunakan gerakan memutar dengan
tangan mereka, berguna untuk membuka kenop pintu atau
memutar tutup wadah.
Selama usia 4 hingga 5 tahun anak-anak terus mengasah
keterampilan motorik halus dan membangun keterampilan
sebelumnya. Misalnya, mereka sekarang dapat mengancingkan
dan membuka kancing pakaian mereka sendiri. Keahlian
artistik mereka meningkat, dan mereka dapat menggambar
figur tongkat sederhana dan menyalin bentuk seperti lingkaran,
kotak, dan huruf besar. Namun menggambar bentuk yang lebih
rumit mungkin membutuhkan waktu lebih lama. Anak dapat
menulis surat, memotong kertas dengan gunting secara akurat,
dan mengikat tali sepatu.
3) Perkembangan komunikasi dan bahasa
Periode usia prasekolah merupakan masa penyempurnaan
keterampilan bahasa. Anak berusia 3 tahun menggunakan
kalimat pendek yang hanya berisi informasi penting. Kosakata
pada anak usia 3 tahun terdiri dari sekitar 900 kata. Anak usia
prasekolah dapat memperoleh sebanyak 10-20 kata baru per
hari dan pada usia 5 tahun biasanya memiliki kosakata 2.100
kata (Taylor et al alam Mansur, 2019).
Pada akhir periode usia prasekolah, anak menggunakan
kalimat yang terstruktur seperti orang dewasa. Anak usia 3
hingga 6 tahun mulai mengembangkan kemampuan untuk
menghubungkan suara, suku kata, dan kata-kata saat berbicara.
Awalnya anak terlihat gagap. Anak mungkin mengatakan
konsonan berulang atau “um”. Gagap biasanya timbul antara
usia 2 dan 4 tahun dan sekitar 75% anak-anak akan pulih tanpa
terapi (Prasse & Kikano dalam Mansur, 2019). Orang tua harus
memperlambat bicara mereka dan harus memberi anak waktu
untuk berbicara tanpa terburu-buru atau menyela. Beberapa
suara tetap sulit diucapkan bagi anak-anak usia prasekolah
dengan benar seperti: f, v, s, dan z biasanya dikuasai pada usia
5 tahun, tetapi beberapa anak tidak menguasai suara sh, l, th,
dan r sampai usia 6 atau lebih.
4) Perkembangan psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan psikososial pada
usia prasekolah berada pada tahap ke 3 yaitu membangun rasa
inisiatif vs rasa bersalah, anak usia prasekolah adalah anak
yang ingin tahu, mereka sangat antusias mempelajari hal-hal
baru. Anak usia prasekolah merasakan suatu perasaan prestasi
ketika berhasil dalam melakukan suatu kegiatan, dan merasa
bangga dengan seseorang yang membantu anak untuk
menggunakan inisiatifnya. Anak usia prasekolah ingin
mengembangkan dirinya melebihi kemampuannya, kondisi ini
dapat menyebabkan dirinya merasa bersalah jika anak merasa
tidak mampu mengembangkan dirinya.
2. Pengkajian Kesehatan Jiwa
a. Pengkajian
 Keluarga.
1. Pengetahuan keluarga 
2. Peran orang tua
 Anak 
1. Perkembangan fisik, yang perlu di kaji antara lain :
a. Berat badan anak, biasanya meningkat kira-kira 2.5 kg
per tahun. Berat badan rata-rata pada usia 5 tahun adalah
kira-kira 21 Kg terkait dengan nutrisi anak. 
b. Pertumbuhan anak ( tinggi badan 2 - 3 inchi per tahun ).
c. Perkembangan motorik pada anak. Terjadi
peningkatankoordinasi otot besar dan halus, sehingga
mereka dapat berlaridengan baik, berjalan naik dan turun
dengan mudah dan belajar untuk melompat.
d. Kebiasaan makan, tidur dan eliminasi anak.
2. Perkembangan kognitif, yang perlu dikaji antara lain :
a. Pengetahuan anak yang berhubungan dengan
pengalaman konkret. 
b. Perkembangan moral usia anak terkait dengan pemahaman
tentang perilaku yang disadari secara sosial benar atau
salah.
c. Perkembangan bahasa anak ternasuk kosakata,
yangmemungkinkan penggabungan berbagai personifikasi
yang berbeda.
3. Perkembangan psiko-sosiala.
a. Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya. 
b. Kaji permainan anak. Permainan anak prasekolah menjadi
lebihsosial, mereka berganti dari bermain paralel ke jenis
asosiatif.
4. Persepsi kesehatan
Kita mengkaji persepsi kesehatan melaui keluarga, pola
hidupmereka, sensasi pada tubuh anak itu sendiri, dan
kemampuan orangtua untuk melakukan aktivitas sehari-hari
yang biasanya membantuanak-anak mengembangkan perilaku
sehat mereka, berpakaian dan makan.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
1. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungandengan;
 Orang tua kurang pengetahuan
 Dukungan orang tua yang tidak adekuat, tidak sesuai
 Stressor yang berkaitan dengan sekolah
 Keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosial,
bermainatau pendidikan sekunder, akibat:
a. Kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi 
b. Kurang stimulasi
c. Sedikitnya orang terdekat
d. Kehilangan teman sebaya.
2. Defisit pengetahuan orang tua berhubungan dengan
kurangnyainformasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan
anak.
3. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan bahasa
c. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa No. 1
a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai
dengankelompok usia. 
b) Dengan cermat kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh
areafungsi, menggunakan alat pengkajian yang spesifik.
c) Dorong untuk perawatan diri: merias diri sendiri, memakai
bajusendiri, perawatan mulut, perawatan rambut.
d) Beri waktu bermain dengan orang lain yang sering dan
dengan berbagai mainan.
e) Beri waktu untuk bermain sendiri dan menggali
lingkungan bermain.
f) Perintahkan untuk memberi respon verbal dan
mengajukan permintaan.
g) Beri pujian untuk perilaku yang positif.
2. Diagnosa No. 2
a) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai
dengankelompok usia. 
b) Beri pendidikan kesehatan atau informasi mengenai
pertumbuhandan perkembangan anak.
3. Diagnosa No. 3
a) Bila ada perilaku antisosial pada anak, bantu untuk:
 Menggambarkan perilaku yang memengaruhi sosialisasi.
 Bermain peran sesuai respon.
 Munculkan umpan balik sebaya untuk perilaku positif
dannegatif. 
b) Ajarkan orang tua untuk:
 Menghindari ketidaksetujuan di depan anak 
 Membuat kontak mata sebelum memberi instruksi
danminta anak untuk mengulangi apa yang dikatakan.

C. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Kelompok Usia Sekolah


1. Perkembangan Biologis dan Psikologis
a. Pengertian Anak Usia Sekolah
Menurut Yusuf (2011) anak usia sekolah merupakan anak usia 6-
12 tahun yang sudah dapat mereaksikan rangsang intelektual atau
melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan
intelektual atau kemampuan kognitif seperti: membaca, menulis, dan
menghitung).
b. Perkembangan Anak Usia Sekolah
1) Perkembangan motorik kasar anak usia sekolah
Stimulasi motorik kasar yang bisa dilakukan antara lain:
 Bermain kasti, basket, dan bola kaki. Kegiatan ini sangat
baik untuk melatih keterampilan menggunakan otot kaki.
Anak juga belajar mengenal adanya aturan main,
sportivitas, kompetisi, dan kerja sama dalam sebuah tim
 Berenang. Manfaat dari kegiatan ini sangat banyak karena
melatih semua unsur motorik kasar anak. Anak pun
mendapat pelajaran dan latihan mengenai perbedaan berat
jenis maupun keseimbangan tubuh.
 Lompat jauh. Manfaatnya hampir sama dengan bermain
bola kaki dan sejenisnya. Pada kegiatan ini anak
mendapatkan poin tambahan, yaitu prediksi terhadap jarak.
 Lari maraton. Manfaatnya sama dengan lompat jauh, hanya
caranya yang berbeda.
 Kegiatan outbound. Seperti halnya berenang, maka dengan
beroutbound semua kemampuan motorik kasar dilatih.
Anak juga bisa mendapatkan hal yang lain, seperti
keberanian, survival, dan kedekatan serta kesadaran
pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dengan
hewan dan tumbuhan.
2) Perkembangan motorik halus anak usia sekolah
 Menggambar, melukis dengan berbagai media
 Membuat kerajinan dari tanah liat
 Membuat seni kerajinan tangan, misalnya membuat boneka
dari kain perca
 Bermain alat musi seperti gitar, biola, piano dan
sebagainya.
3) Perkembangan psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan psikososial pada
usia sekolah berada pada tahap ke 4 yaitu kerja keras vs rasa
inferior, dimana anak akan belajar untuk bekerja sama dan
bersaing dengan anak lainnya melalui kegiatan yang dilakukan,
baik dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan
melalui permainan yang dilakukan bersama.
Pada tahap ini anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu
yang diinginkan atau mendapatkan prestasi misalnya rajin
dalam melakukan sesuatu, kalau tidak tercapai anak akan
merasa rendah diri atau rasa inferior. Perasaan tidak adekuat
dan rasa inferiority atau rendah diri akan berkembang apabila
anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya dan anak
tidak berhasil memenuhinya. Harga diri yang kurang pada fase
ini akan mempengaruhi tugas-tugas untuk fase remaja dan
dewasa. Oleh karena itu pujian atau penguatan (reinforcement)
dari orang tua atau orang dewasa terhadap prestasi yang
dicapainya menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan
berhasil dalam melakukan sesuatu.
2. Pengkajian Kesehatan Jiwa
a. Pengkajian
 Pengkajian pada keluarga :
1) Identitas : nama KK, alamat, pekerjaan
2) Riwayat dan tahap perkembangan
3) Lingkungan : rumah, lingkungan, sistem sosial
4) Struktur keluarga : komunikasi, peran anggota
5) Penyebab masalah keluarga dan koping
6) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
 Pengkajian Fokus pada Anak Usia Sekolah
1) Bagaimana karakteristik teman bermain ?
2) Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah ?
3) Bagaimana stimulasi terhadap tum-bang anak dan ada kah sarana
yang dimiliki?
4) Bagaimana temperamen anak saat ini ?
5) Bagaimana pola anak jika menginginkan suatu barang ?
6) Bagaimana pola orangtua menghadapi permintaan anak ?
7) Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini ?
8) Kegiatan apa yang diikuti anak selain kegiatan di sekolah ?
9) Sudahkah memperoleh imunisasi ulangan selama di sekolah ?
10) Pernahkah mendapat kecelakaan selama di sekolah atau di rumah
saat bermain?
11) Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini?
12) Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan kalau ada,
apa jenisnya?
13) Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya ?
14) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga ?
b. Diagnosa Keperawatan
 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Sekolah
c. Intervensi Keperawatan
 Tujuan
1) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2) Mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus
3) Mengembangkan keterampilan berbahasa
4) Mengembangkan keterampilan adaptasi psikososial
5) Pembentukan identitas dan peran sesuai jenis kelamin
6) Mengembangkan kecerdasan
7) Mengembangkan nilai-nilai moral
8) Meningkatkan peran serta keluarga dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan
 Tindakan Keperawatan
1) Pemenuhan Kebutuhan Fisik yang Optimal
a) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
b) Ajarkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
c) Kaji pemberian vitamin dan imunisasi ulang (booster)
d) Ajarkan kebersihan diri
2) Mengembangkan Keterampilan Motorik Kasar dan Halus
a) Kaji kemampuan motorik kasar dan halus anak
b) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik
kasar (kejar-kejaran, papan seluncur, sepak bola, dll)
c) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik
halus (menggambar, menulis, mewarnai, menyusun balok,
dll)
d) Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak
3) Mengembangkan Keterampilan Bahasa
a) Kaji keterampilan bahasa yang disukai anak
b) Berikan kesempatan anak bicara dan bercerita
c) Sering mengajak anak berkomunikasi
d) Ajari anak belajar membaca
e) Belajar bernyanyi
4) Mengembangkan Keterampilan Adaptasi Psikososial
a) Kaji keterampilan adaptasi psikososial anak
b) Berikan kesempatan anak bermain dengan teman sebaya
c) Berikan dorongan dan kesempatan untuk perkembangan
d) Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa
5) Membentuk Identitas Peran sesuai Jenis Kelamin
a) Kaji identitas dan peran sesuai dengan jenis kelamin
b) Ajari mengenal bagian-bagian tubuh
c) Ajari mengenal jenis kelamin sendiri dan membedakan jenis
kelamin anak lain
d) Berikan pakaian dan mainan yang sesuai dengan jenis
kelamin
6) Mengembangkan Kecerdasan
a) Kaji perkembangan kecerdasan anak
b) Bimbing anak dengan imajinasinya untuk menggali
kemampuan yang dimiliki
c) Bimbing anak belajar keterampilan baru
d) Berikan kesempatan dan bimbing anak membantu pekerjaan
rumah sederhana
e) Ajari pengenalan benda, warna, huruf, angka
f) Latih membaca, menggambar, dan berhitung
7) Mengembangkan Nilai Moral
a) Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak
b) Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang
positif
c) Kenalkan anak pada nilai-nilai yang baik dan yang tidak
d) Barikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
e) Latih kedisiplinan
8) Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan
a) Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
b) Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap
anak
c) Berikan reincforcement atas upaya positif yang sudah
dilakukan keluarga
d) Ajarkan keluarga untuk secara rutin membawa anaknya ke
tempat pelayanan kesehatan terdekat
e) Ajarkan pada keluarga untuk memberikan makanan bergizi
seimbang
f) Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan
anak normal pada usia pra sekolah
3. Respon Adaptif dan Maadaptif Pada Kelompok Toddler, Prasekolah,
dan Usia Sekolah
a. Respon Adaptif
Diperlukan komunikasi yang spesifik agar anak menjadi adaptif.
Biblioterapi adalah salah satu contoh bermain yang juga merupakan
teknik komunikasi pada anak. Dengan biblioterapi kita bisa
mengkomunikasikan informasi dengan bermain. Karena dengan
bermain anak dapat mengurangi kecemasan dari perpisahan dan
perasaan ingin pulang serta sarana untuk memenuhi tujuan terapeutik.
b. Respon Maladaptif
Dari hasil penelitian riset keperawatan Munasih tahun 2007
diketahui bahwa hampir 80% dari 48 anak usia toddler yang dirawat
cenderung menunjukkan respon kecemasan seperti: menangis, rewel,
menolak tindakan, berontak dan cenderung minta digendong oleh ibu
atau keluarga terdekat.
Berdasarkan hasil pengamatan, pasien anak yang dirawat dirumah
sakit masih sering mengalami stres hospitalisasi yang berat,
khususnya takut terhadap pengobatan (termasuk takut akan diinfus),
asing dengan lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan.
Masalah tersebut disebabkan komunikasi yang kurang efektif kepada
orang tua khususnya kepada anak. Hal ini akan menyebabkan
terhambatnya pelaksanaan intervensi keperawatan yang
mengakibatkan perpanjangan proses penyembuhan.
Pada anak usia prasekolah, rasa takut yang utama kepada
perpisahan, kehilangan kontrol rasa kekuatan diri/kemandirian, serta
takut akan cedera, nyeri, perlukaan atau injury.
Menurut Smet Bart anak usia prasekolah berpendapat perawat
ingin melukai mereka, sehingga timbul perasaan takut, bermusuhan
dan tidak percaya terhadap perawat yang berakibat anak tidak
kooperatif sehingga seringkali perawat gagal melakukan tindakan
invasif (khususnya pemasangan infus) Nursalam, (2005)
DAFTAR PUSTAKA

Ana dkk. 2017. Penurunan Respon Maladaptif Pada Anak Pra Sekolah
Menggunakan Story Telling Book: Seri Pemasangan Infus Di RSUD
Kabupaten Jombang. (Nursing jurnal )
Carpenito & Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC: Jakarta.
Mansur, A. R. 2019. Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah. Padang: Andalas
University Press.
Nursalam dan Ekawati.2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk
Perawat Dan Bidan). Edisi I. Jakarta: Salemba Medika.
Sarlito W Sarwono. 2002. Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh Psikologi.
Jakarta: Bulan Bintang.
Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh. 2013. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Spesialis Jiwa FIK dan tim pengajar spesialis jiwa. 2011. Draf Standar Asuhan
Keperawatan Program Spesialis Jiwa, Jakarta: Program Magister
Keperawatan Jiwa FIK UI.
Stolte, K. 2004. Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC.
Sunaryo. 2005. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC: Jakarta
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume I . EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai