Disusun Oleh:
1. Agung Nugroho
2. Devi Martiana
3. Dewi Susilowati
4. Dwi Sepri Wulansari
5. Hamnil Novaliana
6. Haryanti
7. Lysta Thiara Ciwi
8. M. Handi D
9. Sandi Yudha
10. Zudit Zulkarnaim
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan
secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan
mengenai proses pembentukan seseorang, anak secara fisik maupun psikososial. Namun
sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah.
Untuk mencapai perkembangan tumbuh kembang anak yang optimal perlu diperhatikan
beberapa aspek perkembangan, yakni sensoris, motorik, komunikasi bahasa dan bicara,
kognitif, kreatifitas seni, urus diri, emosi social, kerja sama dan leadership, serta moral dan
spiritual. Dimana perkembangan itu berkaitan dengan perkembangan otak anak juga. Jika
melihat dari perkembangan otak, otak terbagi menjadi 2 sisi, yakni otak kiri (hard skill 10%)
spesifik competenciens yakni berhubungan dengan logika, berhitung, rasional, dan
merencanakan. Otak kanan (soft skill 90%) basic competenciens sensitiveness, self
controlling, vision, commu nication, risk taking dan continual learning. Kemudian dalam
tahap perkembangan tumbuh kembang anak, anak berusia 12 bulan seharusnya sudah bisa
untuk berjalan dituntun, makan dengan sendok, dipanggil dating, dan bicara lebih dari 8
kata.
Usia 18 bulan sudah bisa untuk naik tangga dibantu, susun balok enam dan mengikuti
mimic. Anak usia 1 2 tahun cenderung gerakannya memakai otat otot besar, bergerak
dengan banyak komponen tubuh dan dapat merangsang oksigenasi otak. Dan untuk
mengetahui anak sudah siap jalan atau belum dapat dilihat dari reflex jinjit (plantar reflek)
yang mulai hilang, atau sudah dapat melakukan koordinasi komplek.
Angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Karenanya, hal itu menjadi
kegiatan prioritas Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009. Menurut Survei
Demografi Keehatan Indonesia 2002-2003, Angka Kematian Bayi (AKB) tercatat 35 per
1.000 kelahiran hidup. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKB menjadi 26 per 1.000
kelahiran hidup. Gizi kurang Pada tahun yang sama prevalensi gizi kurang pada anak balita
akan diturunkan dari 25,8 persen menjadi 20 persen dan umur harapan hidup dinaikkan dari
66,2 tahun menjadi 70,6 tahun. (Depkes, 2007)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tentang perkembangan fisik anak usia infant dan usia toddler?
2. Bagaimana tahap perkembangan usia infant dan usia toddler?
3. Apa ciri-ciri anak usia infant?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kemampuan gerak dasar (Suhartini, 2007). Perkembangan motorik kasar pada tiap tahap
perkembangan anak adalah sebagai berikut:
a. Usia 1-4 Bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan kemampuan
mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang,
mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong
pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring
terlentang, berguling dari telentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang
fleksi, dan berusaha untuk merangkak (Hidayat,2008).
b. Usia 4-8 Bulan
Perkembangan motorik kasar awal pada bulan ini data dilihat pada perubahan
dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat
kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya. Pada bulan ke-4 sudah
mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri; duduk dengan kepala tegak;
membalikkan badan; bangkit dengan kepala tegak; menumpu badan pada kaki
dengan lengan berayun ke depan dan ke belakang; berguling dari telentang ke
tengkurap; serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat (Hidayat,2008).
c. Usia 8-12 Bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa pegangan, berdiri
dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, beridiri 2 detik, dan berdiri sendiri
(Hidayat,2008).
d. Usia 1-3 Tahun
Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan motorik kasar secara
signifikan. Padamasa ini anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan tegak.
Sekitar usia 18 bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang.
Pada akhir tahun ke-2 sudah mampu berlari-lari, menendang bola, dan mulai
mencoba melompat (Hidayat,2008).
2. Perkembangan Motorik Halus
Segala aspek kemampuan yang melibatkan otot-otot kecil dan bagian tubuh tertentu
saja. Namun memerlukan koordinasi yang cermat (Chamida, 2009). Perkembangan
motorik halus pada tiap tahap perkembangan anak adalah sebagai berikut:
a. Usia 1-4 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-hal seperti
memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, mencoba memegang dan
dalam
bersosialisasi
dan
berinteraksi
dengan
lingkungannya. Perkembangan pda masa bayi ini ditunjukkan dengan adanya tandatanda tersenyum dan mulai menatap wajah orang lain untuk mengenali seseorang
(Chamida, 2009). Perkembangan perilaku pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah
sebagai berikut:
a. Usia 1-4 Bulan
Perkembangan perilaku sosial pada usia ini dapat diawali dengan kemampuan
mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak
tersenyum; mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan
kontak; tersenyum pada wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit
daripada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi
sesuatu yang aneh; membedakan wajah- wajah yang dikenal dan tidak dikenal;
sennag menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang tak
dikenal (asing) (Hidayat,2008).
b. Usia 4-8 Bulan
Perkembangan perilaku sosial pada usia ini antara lain anak merasa takut dan
terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah
frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal (Hidayat,2008).
c. Usia 8-12 Bulan
Perkembangan perilaku sosial pada usia ini dimulai dengan kemampuan bertepuk
tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan
kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan orang lain (Hidayat,2008).
d. Usia 1-3 Tahun
Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukkan dengan adanya
kemampuan membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi,
serta mencoba mengenakan baju sendiri (Hidayat,2008).
4. Perkembangan Bahasa
Kemampuan untuk bayi dalam memberikan respon terhadap suara, megikuti perintah
dan berbicara spontan. Perkembangan bahasa pada masa ini dapat ditunjukkan dengan
adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel (Chamida,
2009). Berikut ini akan disebutkan perkembangan bahasa pada tiap tahap usia anak:
a. Usia 1-4 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya kemampuan bersuara
dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan kata ooh/aah,
tertawa dan berteriak, mengoceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh
(Hidayat,2008).
b. Usia 4-8 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi atau kata-kata,
menoleh kearah suara atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisai
semakin banyak, serta menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat
membuat dua bunyi vocal yang bersamaan seperti ba-ba (Hidayat,2008).
c. Usia 8-12 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu mengucapkan kata papa dan
mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik,
serta dapat mengucapkan 1-2 kata (Hidayat,2008).
d. Usia 1-3 tahun
Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapapinya kemampuan bahasa pada
anak yang mulai ditandai dengan anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan
kata; tingginya kemampuan meniru, mengenal, dan responsive terhadap orang lain;
mampu menunjukkan dua gambar mampu mengombinasikan kata-kata; serta mulai
mampu menujukkan lambaian anggota badan (Hidayat,2008).
C. Ciri-Ciri Masa Infant
Ciri-ciri masa infancy dapat membedakan masa bayi dari periode-periode sebelumnya
dan sesudahnya. Hurlock menggolongkan ciri-ciri masa infancy antara lain sebagai berikut :
1. Masa bayi adalah Masa Dasar yang Sesungguhnya
Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat
ini banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi yang terbentuk. Ada empat alasan
yang menyebabkan mengapa dasar-dasar yang diletakkan pada masa bayi adalah
penting. Pertama, berlawanan dengan tradisi, sifat-sifat yang buruk tidak berkurang
dengan bertambahnya usia anak; sebaliknya, pola-pola yang terbentuk pada permulaan
kehidupan cenderung mapan, apakah itu sifat yang baik atau buruk, berbahaya atau
bermanfaat.
Kedua, kalau pola perilaku yang kurang baik atau kepercayaan dan sifat yang
buruk mulai berkembang, maka semakin cepat hal itu diperbaiki akan semakin mudah
bagi anak untuk berubah. Ketiga, karena dasar-dasar awal cepat berkembang menjadi
kebiasaan melalui pengulangan, maka dasar-dasar itu akan selamanya mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan sosial.
Dan keempat, karena faktor belajar dan pengalaman memainkan peran yang
penting dalam perkembangan, hal itu dapat diarahkan dan dikendalikan sehingga
perkembangannya sejajar dengan jalur yang memungkinkan terjadinya penyesuaian
pribadi dan sosial yang baik.
2. Masa Bayi adalah Masa Dimana Pertumbuhan dan Perubahan Berjalan Pesat
Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun secara psikologis. Pertumbuhan
dan perubahan intelek berjalan sejajar dengan pertumbuhan dan perubahan fisik. Tidak
ada perubahan yang lebih menonjol selain dalam kemampuan bayi untuk mengenali
dan bereaksi kepada orang-orang dan objek-objek dalam lingkungan.
3. Masa Bayi adalah Masa Berkurangnya Ketergantungan
Berkurangnya ketergantungan pada orang lain merupakan efek dari pesatnya
perkembangan pengendalian tubuh yang memungkinkan bayi duduk, berdiri, berjalan
tampak
dalam
penampilan
dan
pola-pola
perilaku
dan
sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress,sehingga saat ini
sudah bisa diajarkan toilet training. Pada fase ini perkembangan motorik sangat
menonjol.
2. Perkembangan psikososial
Pengertian Teori perkembangan psikoseksual yang dikemukakan oleh Freud
mengatakan bahwa setiap makhluk hidup pasti mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, begitu pula manusia juga mengalaminya. Freud mengatakan bahwa
seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan bahwa pada
masa anak-anak pun mengalami ketertarikkan dan kebutuhan seksual. Apabila tahaptahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika
masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi
adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan,
individu akan tetap terjebak dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada
tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan
oral melalui merokok, minum, atau makan.
Sifat-sifat umum Perkembangan Psikoseksual Anak Pada Usia 1-3 Tahun Dibagi dua
fase :
a) Fase Anal
Pada fase ini fungsi tubuh yang memberi kepuasan berkisar pada sekitar anus.
Tugas perkembangan yang harus dilalui anak adalah melakukan kontrol terhadap
BAB dan BAK, dan bila tercapai anak akan senang melakukan sendiri. Sedangkan
bila tugas perkembangan tidak tercapai akan muncul beberapa masalah seperti
anak akan menahan dan melakukannya dengan mempermainkan.Peran lingkungan
adalah membantu anak untuk belajar mengontrol pengeluaran (melakukan Toilet
Training), yaitu suatu konsep bersih dimana anak belajar mengontrol pengeluaran
tepat waktu dan tempat serta dapat melakukan dengan mandiri. Adapun kreteria
yang umumnya ditemukan antara lain:
Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak terhadap dirinya sendiri,
dengan keinginanya.
Untuk itu toilet training adalah waktu yg tepat dilakukan dalam periode ini. e.
Masalah yang yang dapat diperoleh pada tahap ini adalah bersifat obsesif
(ganggan pikiran) dan bersifat impulsif yaitu dorongan membuka diri, tidak
rapi, kurang pengendalian diri.
b) Fase Perkembangan Moral
Menurut Kohelberg, tingkatan pertama dari perkembangan moral adalah
prekonvensional ketika anak merespon pada label baik atau buruk. Selama
tahun kedua kehidupan, anak mulai belajar mengetahui beberapa aktifitas yang
mendatangkan pengaruh dan persetujuan. Mereka juga mengenal ritual-ritual
tertentu, seperti mengulang bagian dari doa-doa. Saat usia dua tahun, toddler
belajar pada perilaku orang tua mereka yang berkaitan dengan urusan moral. Pola
disiplin mempengaruhi perkembangan moral toddler :
Hukuman fisik dan pengambilan hak-hak khusus cenderung membentuk
dan
perasaan
sebagai
bentuk
dari
hukuman
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Marmi dan Rhardjo (2012),
sebagai berikut:
1) Umur 12-18 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan
b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
c) Berjalan mundur 5 langkah
d) Memanggil ayah dengan kata papa, memanggil ibu dengan kata
mama.
e) Menumpuk 2 kubus
f) Memasukkan kubus di kotak
g) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek, anak
biasa mengeluarkan suara menyenangkan atau menarik tangan ibu
2) Umur 18-24 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
b) Berjalan tanpa terhuyung huyung
c) Bertepuk tangan, melambai lambai
d) Menupuk 4 buah kubus
e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
f) Menggelindingkan bola ke arah sasaran
g) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
h) Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, setiap individu akan mengalami siklus
yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun lambat
tergantung dari individu atau lingkungan. Proses dan pelambatan tersebut dapat dipengaruhi
oleh faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor hormonal (Hidayat,2008).
1. Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam
mencapai tumbuh kembang anak di samping faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi
bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan
intensitas, kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, usia pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir
akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak permepuan akan mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat ketika mereka mencapai masa pubertas.
Ras atau suku bangsa juga memiliki peran dalam memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, hal ini dapat dilihat pada suku bangsa tertentu yang memiliki
kecenderungan lebih besar atau tinggi, seperti orang Asia cenderung lebih pendek dan
kecil dibandingkan dengan orang Eropa atau lainnya (Hidayat,2008).
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam
menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan ini
dapat meliputi lingkungan prenatal (lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan
postnatal (yaitu, lingkungan setelah bayi lahir).
Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal merupakan lingkungandalam kandungan, mulai dari konsepsi
sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia
atau toksin, dan hormonal.
a. Lingkungan mekanis
Lingkungan mekanis adalah segala hal yang memengaruhi janin atau posisi dalam
uteus.
Radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin
Infeksi dalam kandungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin
Kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan gangguan dalam plasenta
a. Budaya Lingkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di masyarakat yang
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan angka. Budaya lingkungan dapat
menentukan bagaimana sesorang atau masyarakat memprediksikan pola hidup sehat,
hal ini dapat terlihat apabila kehidupan atau perilaku mengikuti budaya yang ada
sehingga kemungkinan besar dapat menghambat dalam aspek pertumbuhan dan
perkembangan.sebagai contoh, anak yang dalam usia tumbuh kembang membutuhkan
makanan yang bergizi, namun karena terdapat adat atau budaya tertentu yang
melarang makan dalam masa tertentu padahal makanan tersebut dibutuhkan untuk
perbaikan gizi, maka tentu akan mengganggu atau menghambat masa tumbuh
kembang.
b. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya
pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial
ekonomi rendah. Demikian juga dengan anak berpendidikan rendah, tentu akan sulit
untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau
tidak meyakini pentingnya pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak
meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan
lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi menjadi kebutuhan
untuk tumbuh dan perkembangan selama masa pertumbuhan. Dalam nutrisi terdapat
kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan nutrisi
seseorang tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya.
d. Iklim dan Cuaca
Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya
pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah diperoleh, namun pada
saat musim yang lain justru sebaliknya. Sebagai contoh, saat musim kemarau
penyediaan air bersih atau sumber makan sangatlah sulit.
e. Olahraga atau Latihan Fisik
Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak karena dapat
meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur
serta dapat meningkatkan stimulasi perkembangan tulang, otot, dan pertumbuhan
selainnya. Dari aspek sosial, anak menjadi mudah berinteraksi dengan teman sesuai
dengan jenis olahraganya.
f. Posisi Anak dalam Keluarga
Posisi anak dalam keluarga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Secara umum, anak pertama atau tunggal memiliki kemampuan intelektual lebih
menonjol cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa, namun
dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi
yang biasanya dilakukan saudara kandungnya.
Sedangkan anak kedua atau anak tengah, kecenderungan orangtua yang merasa
sudah biasa dalam cerawat anak lebih percaya diri sehingga kemampuan anak untuk
beradaptasi lebih cepat dan mudah, meskipun dalam perkembangan intelektual
biasanya kurang apabila dibandingkan dengan anak pertamanya, kecenderungan
tersebut juga bergantung pada keluarga.
g. Status Kesehatan
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak berada dalam kondisi sehat dan
sejahtera, maka percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan
sebaliknya. Sebagai contoh, pada saat tertentu anak seharusnya mencapai puncak
dalam pertumbuhan dan perkembangan, namun apabila saat itu pula terjadi penyakit
kronis yang ada pada diri anak maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam
tumbuh kembang akan terhambat karena anak memiliki masa kritis.
Beberapa kondisi yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak misalnya
adanya kelainan perkembangan fisik (bibir sumbing, starbimus atau juling, kaki
bengkok, dan lain-lain), adanya kelainan dalam perkembangan saraf (seperti
gangguan motorik, gangguan bicara, atau gangguan personal sosial), adanya kelainan
tubuh.
Hormone
glukokortikoid
mempunyai
fungsi
menstimulasi
pertumbuhan sel intertisial dari tesis (untuk memproduksi testosterone) dan ovarium
(untuk memproduksi estrogen), selanjutnya hormone tersebut akan menstimulasi
perkembangan seks, baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan
peran hormonnya (Hidayat,2008).
BAB III
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
Standar Asuhan Keperawatan Usia Inflant
A.
B.
Karakteristik Perilaku
1.
2.
3.
4.
5.
6. Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang yang
tidak dikenalnya
7. Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
8. Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil
9. Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang
10. Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong dan membantingnya.
Diagnosa keperawatan : Kesiapan peningkatan perkembangan infant
C.
Intervensi
Intervensi Generalis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Karakteristik Normal
Anak mengenal namanya sendiri
Anak bertanya segala hal yang baru atau asing menurutnya
Anak melakukan kegiatanya sendiri dan tidak mau dibantu
Anak sering mengatakan tidak atau jangan
Anak mulai bergaul dengan orang lain dan mau berpisah dengan orangtua
Anak mulai belajar untuk mengikuti kegiatan keagamaan
Rasa malu terjadi jika anak secara jelas menyadari dirinya sendiri karena pemaparan
negatif
9. Keraguan anak akan berkembang jika orang tua secara jelas membuat malu/
mempermalukan anak di hadapan orang lain, maka sebaiknya orang tua dapat
memberikan sikap yang arif ketika anak menjalani masa ini.
C. Diagnosa keperawatan : Kesiapan peningkatan perkembangan Toddler
D. Intervensi Perkembangan Normal
Intervensi Generalis
1.
2.
3.
4.
5.
BAB IV
PENUTUP
Perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat
diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat
diputar kembali. Perkembangan juga diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju
kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan,
pematangan,dan belajar.
Fase Infancy adalah periode pertama kehidupan sesudah kelahiran ketika individu yang
bersangkutan relatif sangat tidak berdaya dan bergantung sekali pada orang tuanya. Istilah ini
biasanya diterapkan hanya pada tahun yang pertama. Skinner mengemukakan bahwa fase
infancy adalah masa dua tahun pertama setelah kelahiran. Fase ini bukan merupakan fase yang
kaku karena fase-fase tersebut saling tumpang tindih dalam waktu dan situasi. Pada setiap fase
ini, anak menggunakan kemampuan-kemampuan motor yang telah dimilikinya untuk
mengeksplorasi lingkungan.
Toodler adalah periode dimana anak memiliki rentang usia 12 36 bulan. Masa ini
merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu
bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui perilaku tempertrantrum,
negatifisme, dan keras kepala.
DAFTAR PUSTAKA
Chamida, Atein N. 2009. Deteksi Dini Gnagguan Pertumbuhan dan Pekembangan Anak.
Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UNY.
Hidayat, A Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Kemenkes RI.
Marmi, Rahrjo.K. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi ,Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
NAEYC. 2005. Developmentally
Appropriate
Practice
(DAP).
Available:
https//