Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penyusun
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang di miliki sehingga
makalah dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat berarti bagi kami. Besar harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan serta memberi manfaat bagi pembaca. Aamiin.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Batasan Masalah.....................................................................................................2
C. Rumusan Masalah..................................................................................................2
D. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
E. Sistematika Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. STEP 1 : Identifikasi dan Klarifikasi Masalah........................................................3
B. STEP 2 : Diskusi dan Analisa Masalah..................................................................4
C. STEP 3 : Identifikasi Penjelasan Solusi-Solusi (Brainstorming)............................4
D. STEP 4 : Hipotesa (Skema)....................................................................................8
E. STEP 5 : Rumuskan Tujuan Pembelajaran.............................................................8
F. STEP 6 : Self Centered Study (Mencari Informasi) Smaller Group Work.............9
G. STEP 7 : Sintesis....................................................................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................................26
A. Kesimpulan..........................................................................................................26
B. Saran....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa yaitu pelayanan kesehatan profesional yang didasarkan pada ilmu
perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respons psiko-sosial yang maladaftif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-
sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan
dan memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi
& Purwanto,2009).
Untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental, dan
sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang
memungkinkan orang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang
terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas
(Poltekkes Depkes,2010)
Gangguan jiwa yang ditemukan di masyarakat salah satunya adalah Isolasi sosial.
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat,2009)
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri sebagai alat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien. Strategi dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa adalah menggunakan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan
sikap dan perilaku klien. Perawat yang konstruktif pada klien dan membantu klien
berespons secara adaptif dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya
(Riyadi & purwanto, 2009)
1
B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penulisan
E. Sistematika Penulisan
Dalam pembuatan Laporan Tutorial ini penulis menggunakan studi pustaka. Studi
pustaka yaitu suatu pengumpulan yang diperoleh dengan cara penelusuran buku-
buku dan tulis karya ilmiah untuk memperoleh ketentuan-ketentuan dasar terhadap
materi yang akan dibahas. Dan juga mencari buku-buku sumber untuk materi yang
bersangkutan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. STEP 1 : Identifikasi dan Klarifikasi Masalah
3
F. STEP 2 : Diskusi dan Analisa Masalah
1. Bagaimana caranya agar klien mau bergaul kembali dengan orang lain? (Wiga
Rahayu 213119040)
2. Apa yang membuat laki-laki tersebut tidak mau bergaul dan sering melamun?
(Melda 213119023)
3. Apa Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kasus tersebut? (Abdul Rohman
213119146)
4. Jelaskan tanda dan gejala pada kasus tersebut? (Alifah Kartika 213119008)
5. Bagaimana respon seorang perawat apabila menemukan klien seperti yang ada di
kasus tersebut ? (Devi Puspitasari 213119121)
6. Jelaskan rentang respon keperawatan jiwa pada kondisi tersebut? (Tiara Rahma
Putri 213119156)
7. Apa yang menyebabkan sejak 2 minggu lalu laki-laki itu tampak ngobrol sendiri,
tertawa sendiri dan kadang-kadang menangis tanpa sebab? (Afiifah Inaayah
213119036)
8. Apakah tujuan dan manfaat untuk pasien dibawa ke RSJ? (Gheanisya Ananda
213119064)
9. Apa saja faktor predisposisi pada diagnosa tersebut? (Rina Risnawati
213119082)
10. Bagaimana mekanisme koping pada masalah keperawatan tersebut? (Risya
Novita 213119130)
4
3. Gangguan Isolasi Sosial dengan data :
DS :
a. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena sulit memulai
pembicaraan dengan orang lain sehingga klien lebih suka diam.
DO :
a. Klien tidak mau bergaul dengan teman-temannya dan tidak mau kuliah
b. Klien terlihat menyendiri dan sering melamun
c. Kontak mata klien kurang
d. Jika ditanya, klien menjawab seperlunya (Devi Puspitasari 213119121)
4. Tanda dan Gejala :
a. Tampak ngobrol sendiri
b. Tertawa sendiri
c. Kadang-kadang menangis Tampa sebab
d. Tidak mau bergaul dengan teman-teman
e. Sering melamun
f. Menyendiri
g. Kontak mata kurang
h. Jika ditanya menjawab seperlunya (Nabila Fauzia 213119148)
5. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menatap yang terjadi pada
klien, memahami pasien dan mempromosikn ketertarikan pasien dan
berpartisipasi dalam interaksi. (Gheanisya Ananda 213119064)
Jawaban Tambahan :
Dengan cara mencoba mendekatkan diri kepada klien, lalu ajak bicara walau
klien tidak mau bergaul kita berusaha untuk mengajak klien agar mau bicara dan
memberi tau apa yg sedang dia rasakan. (Afiifah Inaayah 213119036)
Jawaban Tambahan :
a. Meningkatkan upaya sosialisasi dalam berinteraksi dengan orang lain.
b. Agar klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengenal
perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri, klien dapat mengetahui
keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
5
bertahap, klien mendapat dukungan keluarga dalam berhubungan dengan
orang lain (Muhith, 2015).
c. Sedangkan rencana tindakan menurut Dermawan & Rusdi (2013) yaitu
dengan pendekatan strategi pelaksanaan untuk pasien dan keluarga.
(Syintang 213119038)
6. Pada kasus ini rentan responya yaitu rentan respon sosial. Rentan respon ada
yang Adaptif dan ada yang Maladaptif, diantaranya :
a. Adaptif
1) Solitut
2) Otonomi
3) Kutualitas
4) Interdependen
b. Maladaptif diantaranya:
1) Manipulasi
2) Impilsifitas
3) Narkisisme
4) Kesepian
5) Menarik diri
6) Ketergantungan
Pada kasus rentan respon klien berada di renta maladaptif yaitu, manipulasi,
merasa kesepian dan menarik diri. (Risya Novita 213119130)
7. Karena klien mengalami halusinasi. (Rina Risnawati 213119082)
8. Tujuan :
Penanganan gangguan kejiwaan di rumah sakit jiwa memiliki tujuan sebagai
berikut :
a. Agar kondisi pasien dapat dievaluasi lebih ketat.
b. Mendapatkan supervisi agar pasien tidak membahayakan dirinya sendiri atau
orang lain.
c. Agar mendapatkan perawatan yang lebih menyeluruh seperti pemenuhan
kebutuhan gizi dan sosial.
d. Agar dapat memonitor respons pasien terhadap pengobatan dan terapi.
Manfaat :
Penanganan gangguan jiwa secara lebih dini yaitu untuk mencegah kekambuhan
gejala pasien, namun juga melatih dan mendorong pasien dan keluarganya untuk
6
menciptakan lingkungan yang suportif, tidak terpaku stigma, agar pasien dapat
kembali hidup bermasyarakat. (Tiara Rahma Putri 213119156)
9. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respon
sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami
masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang
tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak
diluar keluarga.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk
terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti adanya komunikasi yang tidak
jelas (double bind) yaitu suatu keadaan dimana individu menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi emosi yang
tinggi di setiap berkomunikasi.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini
akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif,
seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi
dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang
berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis
terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan
ini.
d. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif. Bukti
terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam perkembangan
gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.(Alifah Kartika
213119008)
10. Bentuk mekanisme koping yg dialami klien adalah introyeksi dimana.
Identifikasi yang berbentuk primitif. Menyatukan nilai dan norma luar dengan
struktur egonya sehingga individu tidak bergantung pada belas kasihan tentang
hal-hal yang dirasakan sebagai ancaman. (Puty Arrini 213119088)
7
H. STEP 4 : Hipotesa (Skema)
(Syintang 213119038)
Tn. X 28 Tahun
Pemeriksaan
Riwayat Kesehatan
1. 2 Minggu terakhir klien tampak ngobrol sendiri, tertawa sendiri dan
kadang-kadang menangis tanpa sebab.
2. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena sulit
memulai pembicaraan.
3. Kontak mata kurang.
4. Jika ditanya menjawab seperlunya.
Diagnosa Keperawatan :
Isolasi Sosial
8
J. STEP 6 : Self Centered Study (Mencari Informasi) Smaller Group Work
Waktu Keterangan
2. Pembagian tugas
K. STEP 7 : Sintesis
9
kurangnya minat untuk melakukan hubungan sosial. Metode penelitian yang
digunakan adalah studi kasus dengan melakukan asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Subyek penelitian memfokuskan pada penerapan strategi pelaksanaan (SP),
dan untuk penanganan isolasi sosial yang tepat dapat mencegah terjadinya
masalah penurunan isolasi sosial.
Terjadinya Gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah,
pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan,
dan merasa tertekan. Kedaan ini menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam diri, menghindar dari
orang lain, dan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan keaadaan seseorang
yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain karena mungkin merasa ditolak, kesepian dan tidak
mampu menjalin hubungan yang baik antar sesama.
10
tersebut dan membantu melakukan penyesuaian diri dan pemecahan
masalah (Silderberg, 2001).
11
sehingga mampu meningkatkan kesehatan individu secara mental.
Selain kemampuan pasien, taraf kesembuhan juga tergantung pada
kondisi dan situasi lingkungan tempat tinggal responden. Lingkungan
yang kondusif membantu mencapai taraf kesembuhan lebih baik dan
mengurangi kemungkinan responden relaps (kambuh).
4) Faktor Biologis
Faktor genetic dapat berperan dalam respon sosial maladaptif. Penurunan
aktivitas neorotransmitter akan mengakibatkan perubahan mood dan
gangguan kecemasan.
Menurut Townsend (2003, hlm.59) neurotransmitteryang mempengaruhi
pasien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut :
a) Dopamin
Fungsi dopamin sebagai pengaturan mood dan motivasi, sehingga
apabila dopamin menurun pasien akan mengalami penurunan
mood dan motivasi.
b) Norepineprin
Norepineprin yang kurang dapat mempengaruhi kehilangan
memori, menarik diri dari masyarakat dan depresi.
c) Serotonin
Pasien dengan menarik diri/ isolasi sosial, serotonin cenderung
menurun sehingga biasanya dijumpai tanda tanda seperti lemah,
lesu dan malas melakukan aktivitas.
d) Asetokolin
Apabila terjadi penurunan asetokolin pada pasien dengan isolasi
sosial cenderung untuk menunjukkan tanda-tanda seperti malas,
lemah dan lesu.
12
1) Stressor Sosial Budaya
Stressor social budaya dapat memicu langsung kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian,
berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua,
kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau di penjara.
Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
2) Stressor Biokimia
a) Teori Dopamine : Kelebihan dopamine pada mesokortikal dan
mesolombik serta taktus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamine dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamine, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c) Faktor Endokrin : Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolactin mengenai penurunan
karena dihambat oleh dopamine. Hipertiroidisme, adanya peningkatan
maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan
tingkah laku psikotik.
d) Viral Hipotesis : Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-
gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah
struktur sel-sel otak.
3) Stressor Biologik
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering
terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun
biologis.
4) Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan
yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu
untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik.
13
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego
tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari dalam diri maupun
realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai
kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan
adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik
sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
Respon Respon
Adaptif Maladap
tif
14
2) Frustasi :Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak
dapat menemukan alternatif.
3) Pasif : indivi du tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4) Agresif : Perilaku yang menyertai marah terdapat dorongan untuk
menuntut tetapi masih terkontrol.
5) Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
kontrol. Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan
ungkapan kemarahan yang dimanivestasikan dalam bentuk fisik.
Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses
penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan
sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia ”tidak setuju,
tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau
diremehkan.” Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon
normal (asertif) sampai pada respon yang tidak normal (maladaptif).
15
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
7) Klien merasa tidak berguna.
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
9) Klien merasa ditolak.
b. Gejala Objektif
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
2) Tidak mengikuti kegiatan.
3) Banyak berdiam diri di kamar.
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat.
5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
6) Kontak mata kurang.
7) Kurang spontan.
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan).
9) Ekpresi wajah kurang berseri.
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
11) Mengisolasi diri.
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
13) Memasukan makanan dan minuman terganggu.
14) Retensi urine dan feses.
15) Aktifitas menurun.
16) Kurang enenrgi (tenaga).
17) Rendah diri.
18) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya
pada posisi tidur).
16
bergaul dengan teman teman nya dan tidak mau kuliah. Sejak 2 minggu yang lalu
pasien tampak ngobrol sendiri, tertawa sendiri dan kadang kadang menangis
tanpa sebab. bapaknya merasa kasihan dengan kondisi tersebut sehingga pasien
dibawa ke RSJ. pada saat dikaji, pasien terlihat menyendiri dan sering melamun.
Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena klien sulit memulai
pembicaraan dengan orang lain sehingga klien lebih suka diam. Kontak mata
klien kurang, klien jika ditanya menjawab seperlunya
17
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
/masyarakat : .....................
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien tidak mau bergaul dengan orang lain
Masalah keperawatan : .................................................................
Jelaskan :
..........................................................................................
Masalah
keperawatan : ........................................................................
3. Interaksi Selama Wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah
tersinggung V
Kontak mata (-) Defensif Curiga
Jelaskan :
..........................................................................................
Masalah
keperawatan : ........................................................................
18
V. Mekanisme Koping.
Adaptif Maladaptif
Berbicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaiakn masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya ……………………….. Lainnya………………
Jelaskan :
..........................................................................................
Masalah
keperawatan : ........................................................................
VI. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik...........................
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik.
Klien sering melamun, tidak mau memulai pembicaraan, tidak
mau bergaul
Masalah dengan pendidikan, spesifik.
Klien tidak mau kuliah
B. Diagnosa
(Devi Puspitasari 213119121)
19
dan sering melamun
c. Kontak mata klien kurang
d. Jika ditanya, klien menjawab
seperlunya
Dignosa Keperawatan
Isolasi sosial : Menarik Diri
20
3) Melakukan keuntungan dan 3) Klien harus dicoba
interaksi dengan kerugian berinteraksi secara
orang lain secara berinteraksi dengan bertahap
bertahap orang lain agarbterbiasa
a) Tanyakan membina hubungan
pendapat pasien yang sehat dengan
tentang orang lain.
kebiasaan 4) Mengevaluasi
berinteraksi manfaat yang
dengan orang dirasakan klien
lain sehingga timbul
b) Tanyakan apa motivasi untuk
yang berinteraksi.
menyebabkan
pasien tidak ingin
berinteraksi
dengan orang
lain. 5) Keterlibatan
c) Diskusikan keluarga sangat
keuntungan bila mendukung
pasien memiliki terhadap proses
banyak teman perubahan perilaku
dan bergaul klien.
akrab dengan
mereka.
d) Diskusikan
kerugian bila
pasien hanya
mengurung diri
dan tidak bergaul
dengan orang
lain
e) Jelaskan
pengaruh isolasi
21
sosial terhadap
kesehatan fisik
pasien.
3) Latih berkenalan
b) Jelaskan kepada
klien cara
berinteraksi
dengan orang
lain.
c) Berikan contoh
cara berinteraksi
dengan orang
lain.
d) Beri kesempatan
pasien
mempraktekkan
cara berinteraksi
dengan orang
lain yang
dilakukan di
hadapan perawat.
e) Mulailah bantu
pasien
berinteraksi
dengan satu
orang teman /
anggota keluarga.
f) Bila pasien sudah
menunjukkan
kemajuan,
tingkatkan
22
jumlah interaksi
dengan 2,3,4
orang dan
seterusnya.
g) Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang
telah dilakukan
oleh pasien.
h) Siap
mendengarkan
ekspresi perasaan
pasien setelah
berinteraksi
dengan orang
lain, mungkin
pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya,
beri dorongan
terus menerus
agar pasien tetap
semangat
meningkatkan
interaksinya.
4) Masukkan jadwal
kegiatan pasien.
SP 2
23
1) Evaluasi SP1
2) Latih berhubungan
sosial secara
bertahap
3) Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien.
SP 3
1) Evaluasi SP1 dan
2
2) Latih cara
berkenalan dengan
2 orang atau lebih
3) Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien.
D. Evaluasi
(Risya Novita 213119130), (Afiifah Inaayah 213119036)
24
kuliah. suka menyendiri dan
b. Klien terlihat menyendiri dan sering melamun
melamun. 2. Kontak mata kurang
c. Kontak mata klien kurang. 3. Klien menjawab
d. Jika ditanya klien menjawab seperlunya
seperlunya A:
1. SP 1 tercapai.
P:
1. Anjurkan klien untuk
berlatih cara
berkenalan dengan
orang lain.
Tindakan Keperawatan : 2. Anjurkan, masukkan
a. kegiatan ke dalam
b. jadwal kegiatan
keuntungan dan kerugian. harian.
berinteraksi dengan orang lain
c.
lain.
d.
lain secara bertahap
Rencana Tindak Lanjut :
a.
isolasi social
b.
25
BAB III
PENUTUP
i) Kesimpulan
Gangguan jiwa yang ditemukan di masyarakat salah satunya adalah Isolasi sosial.
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2009).
Salah satu gangguan berhubungan sosial ditantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi social yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bias dialami
klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,
kekecewaan kecemasan.
A. Saran
1. Bagi Perawat
Hendaknya dalam merawat klien dengan isolasi sosial menarik diri dilakukan
secara intensif dengan melakukan interaksi yang singkat tapi sering sehingga
masalah-masalah yang dialami klien menarik diri dapat teratasi dengan baik
2. Bagi Klien Dan Keluarga
Hendaknya sering berlatih dan melaksanakan interaksi sosial secara bertahap,
serta perlunya pemahaman keluarga tentang perawatan klien dengan isolasi sosial
menarik diri secara tepat agar klien selalu dapat berinteraksi dengan orang lain.
26
DAFTAR PUSTAKA
Suerni, T., & Livana, P. H. (2019). Gambaran Faktor Predisposisi Pasien Isolasi
Sosial. Jurnal Keperawatan, 11(1), 57-66. :
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/view/464
Daniella, L. (2019). Retrieved from Konsep Isolasi Sosial : https://pdfcoffee.com/lp-
isolasi-sosial-fix-5-pdf-free.html
Handayani, Y. (2018, Juni). Retrieved from Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial.:
https://id.scribd.com/document/378434555/Laporan-Pendahuluan-Isolasi-Sosial
journals.umkt.ac.id analisis rekam medis pasien isolasi sosial vol 2.No 1
Hermawan, B.(2015). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN
GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARJUNA RSJ
DAERAH SURAKARTA. 30 Oktober 2021, :
http://eprints.ums.ac.id/34432/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
27