Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II


ISOLASI SOSIAL
diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II
Dosen Koordinator : Khrisna Wisnusakti, S.Kep., Ners., M.Kep.
Dosen Pembimbing : Setiawati, S.pd., S.Kp., M.Kep.

Disusun Oleh : Kelompok F


Leader : M. Leonardo Davinci (213119070)
Scriber 1 : Devi Puspitasari (213119121)
Scriber 2 : Hilda Alviana (213119131)
Anggota :

1. Puty Arrini Hidayanti (213119088) 8. Risya Novita Santiani (213119130)


2. Syintang Rasi Maliki (213119038) 9. Melda (213119023)
3. Wiga Rahayu Putri (213119040) 10. Tiara Rahma Putri (213119156)
4. Afiifah Inaayah (213119036) 11. Nabila Fauzia Herawati (213119148)
5. Rina Risnawati (213119082) 12. Muhamad Opi Hafiizh (213119077)
6. Abdul Rohman (213119146) 13. Gheanisya Ananda (213119064)
7. Alifah Kartika Kurniawati (213119008)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Tutorial Keperawatan Kesehatan Jiwa
II”, mengenai “Isolasi Sosial” dengan baik, sholawat serta salam semoga tercurah limpah
kepada Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga-Nya, sahabat-Nya, dan mudah
mudahan sampai kepada kita selaku umat-Nya. Aamiin. Ucapan terimakasih kami
sampaikan kepada Ibu Setiawati, S.pd., S.Kp., M.Kep. selaku dosen pembimbing Tutorial
kami, juga pihak-pihak terkait yang membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penyusun
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang di miliki sehingga
makalah dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat berarti bagi kami. Besar harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan serta memberi manfaat bagi pembaca. Aamiin.

Cimahai, 30 Oktober 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Batasan Masalah.....................................................................................................2
C. Rumusan Masalah..................................................................................................2
D. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
E. Sistematika Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. STEP 1 : Identifikasi dan Klarifikasi Masalah........................................................3
B. STEP 2 : Diskusi dan Analisa Masalah..................................................................4
C. STEP 3 : Identifikasi Penjelasan Solusi-Solusi (Brainstorming)............................4
D. STEP 4 : Hipotesa (Skema)....................................................................................8
E. STEP 5 : Rumuskan Tujuan Pembelajaran.............................................................8
F. STEP 6 : Self Centered Study (Mencari Informasi) Smaller Group Work.............9
G. STEP 7 : Sintesis....................................................................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................................26
A. Kesimpulan..........................................................................................................26
B. Saran....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keperawatan jiwa yaitu pelayanan kesehatan profesional yang didasarkan pada ilmu
perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respons psiko-sosial yang maladaftif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-
sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui
pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan
dan memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi
& Purwanto,2009).
Untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental, dan
sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang
memungkinkan orang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang
terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas
(Poltekkes Depkes,2010)
Gangguan jiwa yang ditemukan di masyarakat salah satunya adalah Isolasi sosial.
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat,2009)
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri sebagai alat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien. Strategi dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa adalah menggunakan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan
sikap dan perilaku klien. Perawat yang konstruktif pada klien dan membantu klien
berespons secara adaptif dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya
(Riyadi & purwanto, 2009)

1
B. Batasan Masalah

Adapun makalah ini difokuskan menggunakan metode 7 jump, antara lain :


1. STEP 1 : Identifikasi dan Klarifikasi hal – hal yang belum diketahui
2. STEP 2 : Diskusi & Analisa masalah
3. STEP 3 : Indentifikasi Penjelasan / solusi – solusi (Brainstroming)
4. STEP 4 : Buat Hipotesa (Skema)
5. STEP 5 : Rumuskan tujuan pembelajaran
6. STEP 6 : Self Centered Study (Mencari informasi) –Smalle Group Work
7. STEP 7 : Laporan Hasil Sintesis/Solusi/Evaluasi

C. Rumusan Masalah

1. Apa saja Konsep Isolasi Sosial?


2. Buatlah SAK dari Isolasi Sosial?

D. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Isolasi Sosial


2. Mahasiswa mampu membuat SAK dari Isolasi Sosial

E. Sistematika Penulisan

Dalam pembuatan Laporan Tutorial ini penulis menggunakan studi pustaka. Studi
pustaka yaitu suatu pengumpulan yang diperoleh dengan cara penelusuran buku-
buku dan tulis karya ilmiah untuk memperoleh ketentuan-ketentuan dasar terhadap
materi yang akan dibahas. Dan juga mencari buku-buku sumber untuk materi yang
bersangkutan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. STEP 1 : Identifikasi dan Klarifikasi Masalah

1. Apa itu RSJ? (Puty Arrini 213119088)


Jawab :
RSJ (Rumah Sakit Jiwa) adalah Rumah sakit yang mengkhususkan diri dalam
perawatan gangguan mental serius. (Rina Risnawati 213119082)
Jawaban Tambahan :
RSJ juga jadi tempat untuk membantu orang-orang ODGJ yang terlantar
dijalanan. Disana biasanya banyak orang-orang yang mulai membaik bahkan
hingga sembuh hingga 90%. (Muhamad Opi Hafiizh 213119077)
2. Apa itu IGD ? (Risya Novita 213119130)
Jawab :
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu bagian di dalam sebuah rumah
sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit atau
cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Di IGD terdapat dokter
dari berbagai spesialisasi bersama sejumlah perawat dan dokter jaga. Instalasi
Gawat Darurat berfungsi memberikan pelayanan medis yang sifatnya gawat dan
darurat selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Pasien dengan penyakit akut yang
masuk ke IGD dapat dikategorikan menjadi kasus gawat dan darurat. Gawat
adalah keadaan yang berkenaan dengan suatu penyakit atau kondisi lainnya yang
mengancam jiwa, sedangkan darurat adalah keadaan yang terjadi tiba-tiba dan
tidak diperkirakan sebelumnya, suatu kecelakaan, kebutuhan yang segera atau
mendesak. (Tiara Rahma Putri 213119156)
3. Apa itu kontak mata ? (Gheanisya Ananda 213119064)
Jawab :
Kontak mata (eye contact) adalah kejadian ketika dua orang melihat mata satu
sama lain pada saat yang sama. Kontak mata merupakan salah satu bentuk
komunikasi nonverbal yang disebut okulesik dan memiliki pengaruh yang besar
dalam perilaku sosial. Frekuensi dan arti kontak mata sering bervariasi dalam
berbagai budaya manusia. (Devi Puspitasari 213119121)

3
F. STEP 2 : Diskusi dan Analisa Masalah

1. Bagaimana caranya agar klien mau bergaul kembali dengan orang lain? (Wiga
Rahayu 213119040)
2. Apa yang membuat laki-laki tersebut tidak mau bergaul dan sering melamun?
(Melda 213119023)
3. Apa Diagnosa keperawatan yang tepat untuk kasus tersebut? (Abdul Rohman
213119146)
4. Jelaskan tanda dan gejala pada kasus tersebut? (Alifah Kartika 213119008)
5. Bagaimana respon seorang perawat apabila menemukan klien seperti yang ada di
kasus tersebut ? (Devi Puspitasari 213119121)
6. Jelaskan rentang respon keperawatan jiwa pada kondisi tersebut? (Tiara Rahma
Putri 213119156)
7. Apa yang menyebabkan sejak 2 minggu lalu laki-laki itu tampak ngobrol sendiri,
tertawa sendiri dan kadang-kadang menangis tanpa sebab? (Afiifah Inaayah
213119036)
8. Apakah tujuan dan manfaat untuk pasien dibawa ke RSJ? (Gheanisya Ananda
213119064)
9. Apa saja faktor predisposisi pada diagnosa tersebut? (Rina Risnawati
213119082)
10. Bagaimana mekanisme koping pada masalah keperawatan tersebut? (Risya
Novita 213119130)

G. STEP 3 : Identifikasi Penjelasan Solusi-Solusi (Brainstorming)

1. Dengan cara membantu klien mengenal penyebab dari penyakit tersebut,


membina hubungan saling percaya, melakukan hal-hal yang disukai atau hal-hal
yang positif, dan membantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap. (Hilda Alviana 213119131)
2. Karena klien malas bergaul dan sulit memulai pembicaraan dengan orang lain
sehingga lebih suka diam. (Afiifah Inaayah 213119036)

4
3. Gangguan Isolasi Sosial dengan data :
DS :
a. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena sulit memulai
pembicaraan dengan orang lain sehingga klien lebih suka diam.
DO :
a. Klien tidak mau bergaul dengan teman-temannya dan tidak mau kuliah
b. Klien terlihat menyendiri dan sering melamun
c. Kontak mata klien kurang
d. Jika ditanya, klien menjawab seperlunya (Devi Puspitasari 213119121)
4. Tanda dan Gejala :
a. Tampak ngobrol sendiri
b. Tertawa sendiri
c. Kadang-kadang menangis Tampa sebab
d. Tidak mau bergaul dengan teman-teman
e. Sering melamun
f. Menyendiri
g. Kontak mata kurang
h. Jika ditanya menjawab seperlunya (Nabila Fauzia 213119148)
5. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menatap yang terjadi pada
klien, memahami pasien dan mempromosikn ketertarikan pasien dan
berpartisipasi dalam interaksi. (Gheanisya Ananda 213119064)
Jawaban Tambahan :
Dengan cara mencoba mendekatkan diri kepada klien, lalu ajak bicara walau
klien tidak mau bergaul kita berusaha untuk mengajak klien agar mau bicara dan
memberi tau apa yg sedang dia rasakan. (Afiifah Inaayah 213119036)
Jawaban Tambahan :
a. Meningkatkan upaya sosialisasi dalam berinteraksi dengan orang lain.
b. Agar klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengenal
perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri, klien dapat mengetahui
keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain klien dapat berhubungan dengan orang lain secara

5
bertahap, klien mendapat dukungan keluarga dalam berhubungan dengan
orang lain (Muhith, 2015).
c. Sedangkan rencana tindakan menurut Dermawan & Rusdi (2013) yaitu
dengan pendekatan strategi pelaksanaan untuk pasien dan keluarga.
(Syintang 213119038)
6. Pada kasus ini rentan responya yaitu rentan respon sosial. Rentan respon ada
yang Adaptif dan ada yang Maladaptif, diantaranya :
a. Adaptif
1) Solitut
2) Otonomi
3) Kutualitas
4) Interdependen
b. Maladaptif diantaranya:
1) Manipulasi
2) Impilsifitas
3) Narkisisme
4) Kesepian
5) Menarik diri
6) Ketergantungan
Pada kasus rentan respon klien berada di renta maladaptif yaitu, manipulasi,
merasa kesepian dan menarik diri. (Risya Novita 213119130)
7. Karena klien mengalami halusinasi. (Rina Risnawati 213119082)
8. Tujuan :
Penanganan gangguan kejiwaan di rumah sakit jiwa memiliki tujuan sebagai
berikut :
a. Agar kondisi pasien dapat dievaluasi lebih ketat.
b. Mendapatkan supervisi agar pasien tidak membahayakan dirinya sendiri atau
orang lain.
c. Agar mendapatkan perawatan yang lebih menyeluruh seperti pemenuhan
kebutuhan gizi dan sosial.
d. Agar dapat memonitor respons pasien terhadap pengobatan dan terapi.
Manfaat :
Penanganan gangguan jiwa secara lebih dini yaitu untuk mencegah kekambuhan
gejala pasien, namun juga melatih dan mendorong pasien dan keluarganya untuk

6
menciptakan lingkungan yang suportif, tidak terpaku stigma, agar pasien dapat
kembali hidup bermasyarakat. (Tiara Rahma Putri 213119156)
9. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respon
sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami
masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang
tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak
diluar keluarga.
b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk
terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti adanya komunikasi yang tidak
jelas (double bind) yaitu suatu keadaan dimana individu menerima pesan
yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi emosi yang
tinggi di setiap berkomunikasi.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini
akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang produktif,
seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi
dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang
berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis
terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan
ini.
d. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif. Bukti
terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam perkembangan
gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut.(Alifah Kartika
213119008)
10. Bentuk mekanisme koping yg dialami klien adalah introyeksi dimana.
Identifikasi yang berbentuk primitif. Menyatukan nilai dan norma luar dengan
struktur egonya sehingga individu tidak bergantung pada belas kasihan tentang
hal-hal yang dirasakan sebagai ancaman. (Puty Arrini 213119088)

7
H. STEP 4 : Hipotesa (Skema)
(Syintang 213119038)

Tn. X 28 Tahun

Keluhan Utama : Sering melamun, tidak mau bergaul dengan teman-temannya


dan tidak mau kuliah.

Pemeriksaan
Riwayat Kesehatan
1. 2 Minggu terakhir klien tampak ngobrol sendiri, tertawa sendiri dan
kadang-kadang menangis tanpa sebab.
2. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena sulit
memulai pembicaraan.
3. Kontak mata kurang.
4. Jika ditanya menjawab seperlunya.

Diagnosa Keperawatan :
Isolasi Sosial

I. STEP 5 : Rumuskan Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Isolasi Sosial


2. Mahasiswa mampu membuat SAK dari Isolasi Sosial
(Syintang 213119038), (Afiifah Inaayah 213119036)

8
J. STEP 6 : Self Centered Study (Mencari Informasi) Smaller Group Work

Waktu Keterangan

Sabtu, 30 Oktober 2021 1. Tutorial Step 1-5

2. Pembagian tugas

3. Mengerjakan tugas yang sudah


dibagi

Minggu, 31 Oktober 2021 4. Pengumpulan Materi ke Sc 2

Minggu, 31 Oktober 2021 5. Penyusunan laporan tutorial

Sabtu, 06 Oktober 2021 6. Pembahasan Tutorial Step 6-7

K. STEP 7 : Sintesis

1. Menjelaskan Konsep Dasar Isolasi Sosial


A. Pengertian Isolasi Sosial (Muhamad Opi Hafiizh 213119077)
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteaksi dengan orang lain disekitarnya
(Damaiyanti, 2012). Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat,
2011). Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain sebagai pernyataan
negatif atau mengancam (NANDA-I dalam Damaiyanti, 2012).
Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat
adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif
dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes, 2000
dalam Direja, 2011). Isolasi sosial merupakan upaya Klien untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain maupun komunikasi dengan orang lain (Trimelia, 2011).
Masalah keperawatan dengan isolasi sosial jika tidak segera diatasi akan
menyebabkan kurangnya keinginan melakukan kegiatan sehari-hari, dan

9
kurangnya minat untuk melakukan hubungan sosial. Metode penelitian yang
digunakan adalah studi kasus dengan melakukan asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
Subyek penelitian memfokuskan pada penerapan strategi pelaksanaan (SP),
dan untuk penanganan isolasi sosial yang tepat dapat mencegah terjadinya
masalah penurunan isolasi sosial.
Terjadinya Gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah,
pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan,
dan merasa tertekan. Kedaan ini menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, lebih suka berdiam diri, menghindar dari
orang lain, dan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan keaadaan seseorang
yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain karena mungkin merasa ditolak, kesepian dan tidak
mampu menjalin hubungan yang baik antar sesama.

B. Faktor Predisposisi (Hilda Alviana 213119131), (Nabila Fauzia


213119148)
1) Faktor Tumbuh Kembang
Keluarga sebagai juga dapat dikatakan sebagai sarana terdekat bagi
seseorang yang membutuhkan dukungan sosial. Menurut Chow dalam
Poegoeh(2016) Dukungan sosial dalam keluarga dapat menurunkan
tingkat kerentanan stres dan juga meningkatkan kemampuan bagi
penderita skizofrenia (menarik diri) untuk bisa menghadapi dan
mengatasi masalah yang menimbulkan stress.
Persepsi terhadap dukungan sosial adalah indikator positif pada beban
keluarga yang disebabkan oleh penderita skizofrenia (menarik diri),
merupakan peran kunci dan berkontribusi secara signif ikan terhadap
kesembuhan gangguan mental (Thoits, 1995 dalam Chow, 2011).
Pemaknaan terhadap suatu kejadian musibah dengan sikap yang
optimis akan memberikan respon yang positif terhadap kejadian

10
tersebut dan membantu melakukan penyesuaian diri dan pemecahan
masalah (Silderberg, 2001).

2) Faktor Komunikasi Dalam Keluarga


Hubungan antara penderita isolasi sosial dan keluarganya dapat
terganggu karena adanya perilaku negatif dan pola komunikasi yang
kacau. Pengaruh ini akan semakin parah apabila gaya komunikasi dan
sikap keluarga penderita cenderung negatif. Hal ini akan berpengaruh
secara negatif terhadap proses penyembuhan penderita isolasi sosial.
Keluarga, sebaliknya, juga dapat menjadi sumber resiko bagi kerentanan
penderita isolasi sosial. Meta analisis dari 27 penelitian (Butzlaff &
Holey, 1998) menyebutkan bahwa ekspresi emosi tinggi anggota
keluarga yang dimanifestasikan dengan munculnya komentar-komentar
yang kritis, sinis, tajam, dan keterlibatan emosional yang berlebihan
yang muncul dalam kata-kata spontan anggota keluarga, telah
berhubungan dengan keadaan/relaps penderita skizofrenia dan timbulnya
symptom positif yang lebih kuat dalam 6 bulan (dalam Schloser, dkk.,
2010).
3) Faktor Sosial Budaya
Menurut Sefrina (2016), terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keberfugsian sosial individu yaitu, adanya kebutuhan
yang tidak terpenuhi, individu mengalami frustasi dan kekecewaan,
keberfungsial sosial juga dapat menurun akibat individu mengalami
gangguan kesehatan, rasa duka yang berat, atau penderitaan yang lain
yang disebabkan bencana alam (Ambari, 2010). Individu mampu
melaksanakan tuntutan sosial, maka diharapkan individu menerima
kondisi dan dapat menghargai diri sendiri. Berusaha membangun
dalam mepertahankan suatu hubungan dengan orang lain seperti
keluarga dapat membantu responden untuk berjuang bersama
menghadapi setiap masalah yang ada, mengurangi rasa harga diri rendah
juga kepercayaan diri rendah,

11
sehingga mampu meningkatkan kesehatan individu secara mental.
Selain kemampuan pasien, taraf kesembuhan juga tergantung pada
kondisi dan situasi lingkungan tempat tinggal responden. Lingkungan
yang kondusif membantu mencapai taraf kesembuhan lebih baik dan
mengurangi kemungkinan responden relaps (kambuh).

4) Faktor Biologis
Faktor genetic dapat berperan dalam respon sosial maladaptif. Penurunan
aktivitas neorotransmitter akan mengakibatkan perubahan mood dan
gangguan kecemasan.
Menurut Townsend (2003, hlm.59) neurotransmitteryang mempengaruhi
pasien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut :
a) Dopamin
Fungsi dopamin sebagai pengaturan mood dan motivasi, sehingga
apabila dopamin menurun pasien akan mengalami penurunan
mood dan motivasi.
b) Norepineprin
Norepineprin yang kurang dapat mempengaruhi kehilangan
memori, menarik diri dari masyarakat dan depresi.
c) Serotonin
Pasien dengan menarik diri/ isolasi sosial, serotonin cenderung
menurun sehingga biasanya dijumpai tanda tanda seperti lemah,
lesu dan malas melakukan aktivitas.
d) Asetokolin
Apabila terjadi penurunan asetokolin pada pasien dengan isolasi
sosial cenderung untuk menunjukkan tanda-tanda seperti malas,
lemah dan lesu.

C. Faktor Presipitasi (Alifah Kartika 213119008), (M.Leonardo Davinci


213119070)
Stressor Presipitasi terjadinya isolasi social dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal, meliputi :

12
1) Stressor Sosial Budaya
Stressor social budaya dapat memicu langsung kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian,
berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua,
kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau di penjara.
Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.

2) Stressor Biokimia
a) Teori Dopamine : Kelebihan dopamine pada mesokortikal dan
mesolombik serta taktus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya
skizofrenia.
b) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan
meningkatkan dopamine dalam otak. Karena salah satu kegiatan MAO
adalah sebagai enzim yang menurunkan dopamine, maka menurunnya
MAO juga dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
c) Faktor Endokrin : Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada
pasien skizofrenia. Demikian pula prolactin mengenai penurunan
karena dihambat oleh dopamine. Hipertiroidisme, adanya peningkatan
maupun penurunan hormon adrenocortical seringkali dikaitkan dengan
tingkah laku psikotik.
d) Viral Hipotesis : Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-
gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah
struktur sel-sel otak.
3) Stressor Biologik
Beberapa peneliti membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering
terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun
biologis.
4) Stressor Psikologis
Kecemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan
yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu
untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan pada tipe psikotik.

13
Menurut teori psikoanalisa; perilaku skizofrenia disebabkan karena ego
tidak dapat menahan tekanan yang berasal dari dalam diri maupun
realitas yang berasal dari luar. Ego pada klien psikotik mempunyai
kemampuan terbatas untuk mengatasi stress. Hal ini berkaitan dengan
adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase simbiotik
sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.

Menurut Purba, dkk. (2018) strategi koping digunakan pasien sebagai


usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang
mengancam dirinya. Strategi koping yang sering digunakan pada masing-
masing tingkah laku adalah sebai berikut :
a) Tingkah laku curiga : proyeksi.
b) Dependency : reaksi formasi.
c) Menarik diri : regrasi, depresi, dan isolasi.
d) Curiga, waham, halusinasi : proyeksi, denial.
e) Manipulative : regrasi, depresi, isolasi.
f) Skizofrenia : displacement, projeksi, intrijeksi, kondensasi, isolasi,
depresi dan regresi.

D. Rentan Respon (Melda 213119023), (Gheanisya Ananda 213119064)


Menurut Yosep (2007) perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat
yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik).

Respon Respon
Adaptif Maladap
tif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Gambar 1. Rentang Respon
Setiap orang mempunyai kapasitas berperilaku asertif, pasif dan agresif
sampai kekerasan. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa
1) Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan
orang lain dan memberikan ketenangan.

14
2) Frustasi :Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak
dapat menemukan alternatif.
3) Pasif : indivi du tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4) Agresif : Perilaku yang menyertai marah terdapat dorongan untuk
menuntut tetapi masih terkontrol.
5) Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
kontrol. Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan
ungkapan kemarahan yang dimanivestasikan dalam bentuk fisik.
Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses
penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan
sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia ”tidak setuju,
tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti atau
diremehkan.” Rentang respon kemarahan individu dimulai dari respon
normal (asertif) sampai pada respon yang tidak normal (maladaptif).

E. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial


(Abdul Rohman 213119146), (Wiga Rahayu 213119040)
Tanda Dan Gejala
Isolasi Sosial : Menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala
sebagai berikut :
1. Kurang spontan, apatis.
2. Ekspresi wajah tidak berseri.
3. Tidak memperhatikan kebersihan diri.
4. Komunikasi verbal kurang.
5. Menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan makanan terganggu.
6. Retensi urine dan feses.
7. Aktivitas menurun, menolak berhubungan dengan orang lain.
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik diri
menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Gejala Subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
3) Respon verbal kurang atau singkat.
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.

15
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
7) Klien merasa tidak berguna.
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.
9) Klien merasa ditolak.

b. Gejala Objektif
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
2) Tidak mengikuti kegiatan.
3) Banyak berdiam diri di kamar.
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang
terdekat.
5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.
6) Kontak mata kurang.
7) Kurang spontan.
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan).
9) Ekpresi wajah kurang berseri.
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
11) Mengisolasi diri.
12) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
13) Memasukan makanan dan minuman terganggu.
14) Retensi urine dan feses.
15) Aktifitas menurun.
16) Kurang enenrgi (tenaga).
17) Rendah diri.
18) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya
pada posisi tidur).

2. Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Pada Isolasi Sosial


Kasus tutorial SKENARIO :
seorang laki laki berusia 28 tahun dibawa bapaknya ke IGD RSJ, dengan keluhan
pasien selama dirumah sudah 2 bulan yang lalu sering melamun, tidak mau

16
bergaul dengan teman teman nya dan tidak mau kuliah. Sejak 2 minggu yang lalu
pasien tampak ngobrol sendiri, tertawa sendiri dan kadang kadang menangis
tanpa sebab. bapaknya merasa kasihan dengan kondisi tersebut sehingga pasien
dibawa ke RSJ. pada saat dikaji, pasien terlihat menyendiri dan sering melamun.
Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena klien sulit memulai
pembicaraan dengan orang lain sehingga klien lebih suka diam. Kontak mata
klien kurang, klien jika ditanya menjawab seperlunya

A. Pengkajian (Puty Arrini 213119088), (Tiara Rahma 213119156)


I. a. Identitas Klien
Nama : Tn. X
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 28 Tahun
b. Identitas Penanggung Jawab Klien
Nama : Tn. X
Hubungan dengan klien : Orang Tua ( Ayah)
II. Alasan Masuk
Orang tua klien mengeluh dengan keluhan pasien selama di rumah
sudah 2 bulan yang lalu sering melamun, tidak mau bergaul dengan
teman-teman nya dan tidak mau kuliah. Sejak 2 minggu yang lalu
pasien tampak ngobrol sendiri, tertawa sendiri dan kadang-kadang
menangis tanpa sebab. Bapaknya merasa kasihan dengan kondisi
tersebut sehingga pasien dibawa ke RSJ.
Data Saat Dikaji :
Pada saat dikaji, pasien terlihat menyendiri dan sering melamun. Klien
mengatakan malas bergaul dengan orang lain karena klien sulit memulai
pembicaraan dengan orang lain sehingga klien lebih suka diam. Kontak
mata klien kurang, klien jika ditanya menjawab seperlunya.
Masalah keperawatan :
Gangguan Isolasi Sosial
III. Psikososial
1. Hubungan Sosial :
a. Orang yang berarti/terdekat :
........................................................

17
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
/masyarakat : .....................
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien tidak mau bergaul dengan orang lain
Masalah keperawatan : .................................................................

IV. Status Mental


1. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren


Apatis Lambat v Membisu Tidak mampu
Memulai Pembicaraan
Jelaskan :
..........................................................................................
Masalah
keperawatan : .........................................................................
2. Afek
v Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan :
..........................................................................................
Masalah
keperawatan : ........................................................................
3. Interaksi Selama Wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah
tersinggung V
Kontak mata (-) Defensif Curiga
Jelaskan :
..........................................................................................
Masalah
keperawatan : ........................................................................

18
V. Mekanisme Koping.
Adaptif Maladaptif
Berbicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaiakn masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya ……………………….. Lainnya………………
Jelaskan :
..........................................................................................
Masalah
keperawatan : ........................................................................
VI. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik...........................
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik.
Klien sering melamun, tidak mau memulai pembicaraan, tidak
mau bergaul
Masalah dengan pendidikan, spesifik.
Klien tidak mau kuliah
B. Diagnosa
(Devi Puspitasari 213119121)

No Data Masalah Keperawatan


1. DS : Isolasi Sosial : Menarik Diri
a. Klien mengatakan malas
bergaul dengan orang lain
karena sulit memulai
pembicaraan dengan orang
lain sehingga klien lebih
suka diam.
DO :
a. Klien tidak mau bergaul
dengan teman-temannya dan
tidak mau kuliah
b. Klien terlihat menyendiri

19
dan sering melamun
c. Kontak mata klien kurang
d. Jika ditanya, klien menjawab
seperlunya
Dignosa Keperawatan
Isolasi sosial : Menarik Diri

C. Perencanaan (Syintang 213119038), (Rina Risnawati 213119082)

No Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan Rasional


Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Isolasi Sosial Pasien mampu : Setelah dilakukan SP I 1) Hubungan saling
1) Menyadari pertemuan, klien 1) Identifikasi percaya merupakan
penyebab mampu: penyebab dasar untuk
isolasi sosial 1) Membina a) Siapa yang satu kelancaran
2) Berinteraksi hubungan saling rumah dengan hubungan interaksi
dengan orang percaya. pasien selanjutnya.
lain 2) Menyadari b) Siapa yang dekat 2) Diketahuinya
penyebab isolasi dengan pasien penyebab akan
sosial, keuntungan c) Siapa yang tidak dihubungkan
dan kerugian dekat dengan dengan faktor
berinteraksi pasien resipitasi yang
dengan orang lain 2) Tanyakan dialami klien.

20
3) Melakukan keuntungan dan 3) Klien harus dicoba
interaksi dengan kerugian berinteraksi secara
orang lain secara berinteraksi dengan bertahap
bertahap orang lain agarbterbiasa
a) Tanyakan membina hubungan
pendapat pasien yang sehat dengan
tentang orang lain.
kebiasaan 4) Mengevaluasi
berinteraksi manfaat yang
dengan orang dirasakan klien
lain sehingga timbul
b) Tanyakan apa motivasi untuk
yang berinteraksi.
menyebabkan
pasien tidak ingin
berinteraksi
dengan orang
lain. 5) Keterlibatan
c) Diskusikan keluarga sangat
keuntungan bila mendukung
pasien memiliki terhadap proses
banyak teman perubahan perilaku
dan bergaul klien.
akrab dengan
mereka.
d) Diskusikan
kerugian bila
pasien hanya
mengurung diri
dan tidak bergaul
dengan orang
lain
e) Jelaskan
pengaruh isolasi

21
sosial terhadap
kesehatan fisik
pasien.
3) Latih berkenalan
b) Jelaskan kepada
klien cara
berinteraksi
dengan orang
lain.
c) Berikan contoh
cara berinteraksi
dengan orang
lain.

d) Beri kesempatan
pasien
mempraktekkan
cara berinteraksi
dengan orang
lain yang
dilakukan di
hadapan perawat.
e) Mulailah bantu
pasien
berinteraksi
dengan satu
orang teman /
anggota keluarga.
f) Bila pasien sudah
menunjukkan
kemajuan,
tingkatkan

22
jumlah interaksi
dengan 2,3,4
orang dan
seterusnya.
g) Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang
telah dilakukan
oleh pasien.

h) Siap
mendengarkan
ekspresi perasaan
pasien setelah
berinteraksi
dengan orang
lain, mungkin
pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya,
beri dorongan
terus menerus
agar pasien tetap
semangat
meningkatkan
interaksinya.
4) Masukkan jadwal
kegiatan pasien.
SP 2

23
1) Evaluasi SP1
2) Latih berhubungan
sosial secara
bertahap
3) Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien.

SP 3
1) Evaluasi SP1 dan
2
2) Latih cara
berkenalan dengan
2 orang atau lebih
3) Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien.

D. Evaluasi
(Risya Novita 213119130), (Afiifah Inaayah 213119036)

Diagnosa Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi


Isolasi Sosial Data Subjektif : S:
a. 1.
dengan orang lain kerena sulit bisa memulai
memulai pembicaraan pembicaraan dengan
Data Objektif : orang lain.
a. Klien tidak mau bergaul dengan
O:
teman-temannya dan tidak mau
1. Klien tampak masih

24
kuliah. suka menyendiri dan
b. Klien terlihat menyendiri dan sering melamun
melamun. 2. Kontak mata kurang
c. Kontak mata klien kurang. 3. Klien menjawab
d. Jika ditanya klien menjawab seperlunya
seperlunya A:
1. SP 1 tercapai.
P:
1. Anjurkan klien untuk
berlatih cara
berkenalan dengan
orang lain.
Tindakan Keperawatan : 2. Anjurkan, masukkan
a. kegiatan ke dalam
b. jadwal kegiatan
keuntungan dan kerugian. harian.
berinteraksi dengan orang lain
c.
lain.
d.
lain secara bertahap
Rencana Tindak Lanjut :
a.
isolasi social
b.

25
BAB III
PENUTUP
i) Kesimpulan

Gangguan jiwa yang ditemukan di masyarakat salah satunya adalah Isolasi sosial.
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2009).
Salah satu gangguan berhubungan sosial ditantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi social yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bias dialami
klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,
kekecewaan kecemasan.

A. Saran

1. Bagi Perawat
Hendaknya dalam merawat klien dengan isolasi sosial menarik diri dilakukan
secara intensif dengan melakukan interaksi yang singkat tapi sering sehingga
masalah-masalah yang dialami klien menarik diri dapat teratasi dengan baik
2. Bagi Klien Dan Keluarga
Hendaknya sering berlatih dan melaksanakan interaksi sosial secara bertahap,
serta perlunya pemahaman keluarga tentang perawatan klien dengan isolasi sosial
menarik diri secara tepat agar klien selalu dapat berinteraksi dengan orang lain.

26
DAFTAR PUSTAKA

Suerni, T., & Livana, P. H. (2019). Gambaran Faktor Predisposisi Pasien Isolasi
Sosial. Jurnal Keperawatan, 11(1), 57-66. :
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/view/464
Daniella, L. (2019). Retrieved from Konsep Isolasi Sosial : https://pdfcoffee.com/lp-
isolasi-sosial-fix-5-pdf-free.html
Handayani, Y. (2018, Juni). Retrieved from Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial.:
https://id.scribd.com/document/378434555/Laporan-Pendahuluan-Isolasi-Sosial
journals.umkt.ac.id analisis rekam medis pasien isolasi sosial vol 2.No 1
Hermawan, B.(2015). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN
GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARJUNA RSJ
DAERAH SURAKARTA. 30 Oktober 2021, :
http://eprints.ums.ac.id/34432/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai