Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPRIBADIAN PERAWAT ISLAM

“ RESUME BUKU RUFAIDAH“

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ns. Umi Solikhah S.Kep,. M.Kep

Di susun oleh : Santi Anggiyani (1911020021)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN AJARAN 2019 / 2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah

memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya.

Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang

membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik. Serta segala Syukur

kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan pemikiran

kepada saya untuk dapat menyelesaikan tugas ini.

Tugas ini merupakan pengetahuan tentang Rufaidah Perawat Wanita Dalam

Sejarah Islam, semua ini dirangkum dalam makalah ini, agar pemahaman terhadap

permasalahan lebih mudah dipahami dan lebih singkat dan akurat . Sistematika makalah

ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi yang telah dan akan

dibahas dalam bab tersebut. Selanjutnya, membaca akan masuk pada inti pembahasaan

dan diakhiri dengan kesimpulan, saran dan makalah ini. Diharapkan pembaca dapat

mengkaji berbagai permasalahan tentang Tokoh Keperawatan "Rufaidah". Saya

penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses

pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Purwokerto, 15 Maret 2020

Penyusun

2
Santi Anggiyani

A. RANGKUMAN "BUKU RUFAIDAH PERAWAT WANITA DALAM

SEJARAH ISLAM"

Nama lengkapnya adalah Rufaidah binti Sa’ad al Aslamiyah. Wanita itu berasal

dari Bani Aslam, salah satu marga dari suku Khazraj di Madinah. Dalam salah satu

sumber disebutkan bahwa ia bernama Ku’aibah binti Sa’ad. Ia dilahirkan di Yastrib

(Madinah) dan tumbuh disana sebelum hijrah. Dia termasuk kelompok muslim pertama

dari Bani Aslam. Pada saat Rasulullah saw diizinkan oleh Allah swt untuk berhijrah,

Rufaidah termasuk diantara para muslimah kaum anshar yang menyambut Rasul dengan

tabuhan rebana dan gendang.

Rufaidah al – Ansariyah orang pertama yang mendirikan rumah sakit medan

perang (Tenda Palang Merah) yang berpindah – pindah. Rumah sakit tersebut dikelola

oleh paramedis wanita yang terlatih. Ini adalah yang pertama dalam sejarah manusia.

Rasulullah saw pernah bersabda pada salah seorang sahabat yang terluka : “Pindahkan

ia ke tenda Rufaidah sampai ia disembuhkan oleh wanita itu dan aku akan selalu

menjenguknya.” Tenda Rufaidah terkenal dengan sebutan Tenda Pertolongan atau pada

masa Rasulullah saw dengan nama Khaimah Rufaidah (Tenda Rufaidah).

Dahulu pada saat Islam belum menyentuh Yastrib, Rufaidah dan keluarganya

masih hidup dalam zaman mukhadram (zaman jahiliyah). Mereka menyembah patung –

patung sebagai Tuhan mereka. Saat itu Rufaidah dan keluarganya ialah golongan tabib

yang merangkap sebagai dukun di Yastrib. Keluarganya ialah golongan yang taat

3
terhadap patung – patung yang diyakini mereka terdapat Dewa di dalamnya.

Keluarganya ialah dukun sekaligus tabib yang sangat terkenal di kota tersebut.

Rufaidah juga mewarisi bakat dan ilmu keparawatan dari ayahnya, Sa’ad. Pada

saat itu keluarga merekalah satu – satunya tempat dimintai pertolongan apabila ada

penyakit secara fisik maupun jenis ‘penyakit’ lainnya. Cara pengobatanya pun

bercampur dengan sistem jahiliyah yaitu dengan mengobati lalu meminta pertolongan

dengan para patung tersebut dengan tak lupa meminta ramalan baik dari segi kesehatan

ataupun lainya.

Hingga suatu hari calon suami Rufaidah datang dan membawa kabar mengenai

Rasulullah saw tentang kenabian Beliau. Akhirnya mereka berdua mendatangi

Rasulullah dan berbincang mengenai ke-Esaan dan kasih sayang Allah. Mereka

menyadari bahwa patung-patung yang mereka sembah selama ini tak memberi apa-apa,

bahkan mereka memberi patung-patung itu makan seolah mereka hidup. Lantas dengan

hidayah yang merasuk mereka meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang memberi

mereka hidup selama ini, mereka takjub dan langsung beralih menjadi mualaf.

Rasulullah menjelaskan pada Rufaidah bahwa : “Mengobati dan merawat adalah

pekerjaan paling mulia dan ajaran yang paling agung, serta merupakan manfaat yang

paling besar untuk manusia. Dan sesungguhnya kedatangan Islam adalah untuk

menyelamatkan pekerjaan mulia ini dari khurafat dan kebatilan.” Meresapi perkataan

Rasulullah saw Rufaidah semakin bersemangat menjalankan ilmu – ilmu keperawatan

sesuai dengan ajaran Islam. Dahulu ketika ia merawat seseorang yang terluka ia tak

pernah mencuci tangannya dan langsung merawat pasien yang berikutnya. Sekarang

4
semenjak ia mengenal Islam ia mengetahui tentang kebersihan yang merupakan bagian

dari iman dan sarang penyakit ialah dari kondisi yang tidak bersih. Maka sekarang tak

lupa ia selalu berwudhu sebelum merawat pasien dan mensucikan tempat prakteknya

dari kotoran dan najis.

Rufaidah tidak hanya melakukan perwatan dan pengobatan, ia juga aktif dalam

bidang sosial lain yakni memberikan bantuan pada setiap fakir misikin, anak yatim dan

orang – orang yang tidak mampu bekerja. Rufaidah juga menyelenggarakan pendidikan

untuk para anak yatim; memberikan pelajaran agama, ilmu keperawatan, serta

mengasuh mereka.

Perjuangan Rufaidah tidak berhenti sampai disitu saja. Ketika agama Islam telah

menyelimuti Madinah, Rufaidah berkonsentrasi pada pekerjaan paramedis yang diwarisi

dari para leluhurnya namun ia tidak menggunakan cara-cara para leluhur seperti berdoa

pada patung saat mengobati, ia hanya mengambil ilmu medisnya dan berdoa kepada

Allah yang Maha Esa. Saat itu ia ia hanya melakukan perawatan dan penyembuhan

terhadap masyarakat yang menderita sakit. Lalu ia beranjak bangkit ingin membantu

Rasulullah dan para sahabat berjihad dengan cara mengobati dan merawat korban

perang. Saat pasukan yang dikomando oleh Rasulullah saw berada dalam kesulitan,

datanglah Rufaidah menemui Rasulullah saw. Ia datang bersama sekelompok besar

wanita di belakangnya. Ternyata Rufaidah telah mengorganisasi dan melatih mereka

dalam bidang keperawatan dan pengobatan.

Ia mendirikan kemah pengobatan disamping Masjid Nabawi. Pada saat

genderang peperangan telah ditabu untuk melawan kaum musyrik, Rufaidah bersama

5
rombongan turut bergabung di dalamnya sebagai pelayan korban perang. Hal itu ia

lakukan di Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, Perang Khaibar, dan beberapa

perang lainya.

Pada perang khandaq saat tentara al – ahzab mengepung madinah, Rufaidah

mendirikan kemah disekitar medan pertempuran. Rasulullah saw pernah memerintahkan

untuk memindahkan seseorang sahabatnya yang mulia bernama Sa’ad ibn Mu’az ke

kemah Rufaidah agar diberi pertolongan, karena waktu itu Sa’ad terkena panah pada

lengannya. Saat itu Rufaidah memberikan pengobatan dan mencabut anak panah serta

menghentikan darah dan ia berhasil mengobatinya. Pada peristiwa tersebut Rasulullah

saw lewat dan menemui sahabat yang sedang terluka itu dikemah Rufaidah beberapa

kali dalam sehari dan bertanya: “Bagaimana Keadaanmu Pada Pagi Hari? Dan

bagaimana keadaanmu pada sore hari?”. Sahabat yang ditanya lalu menjawab dengan

menerangkan keadaanya sampai Allah mewafatkanya sesudah peristiwa perang Bani

Quraizah.

Pada saat terjadi Perang Uhud, inilah perang terbesar yang diikuti kaum wanita.

Pada saat itu Rufaidah mengorganisasi setiap perempuan yang ikut dalam perempuan

untuk menjaga setiap baris tenda. Pada saat perang berlangsung banyak yang terluka

oleh kaum musyrikin. Satu per satu barisan wanita meninggalkan tenda dan melanggar

perintah. Beberapa kaum wanita ikut berperang hingga akhirnya ada pula yang tumbang

dalam nuansa jihadnya melindungi Rasulullah, melindungi agama.

Sebuah kejadian tragis yaitu salah seorang yang lenganya hampir putus masuk

ke dalam tenda Rufaidah. Ia adalah Rasyid ibn Hafs seorang musyrik yang keji namun

6
sekarang beralih memeluk Islam dan membela Rasulullah di medan perang. Dahulu

sesaat Rasyid ibn Hafs masih tergolong kaum musyrikin ia sempat membunuh suami

Rufaidah. Sekarang ini kondisi tanganya hampir putus. Dengan segenap hati Rufaidah

mengobati Rasyid tanpa membebani pikiranya dengan status rasyid yang membunuh

suaminya. Namun, dengan kerelaan hati Rasyid bangkit dengan segera memutuskan

langsung tanganya dan langsung kembali bertempur melawan musyrikin membela

Rasulullah saw. Rufaidah tercengang terharu melihat hal tersebut.

Rufaidah bersama pasukan wanita lainya terus merawat dan mengobati korban

luka perang, sebelum akhirnya para pejuang tersebut bertempur lagi. Sungguh berat

tugas dan peranan Rufaidah dan wanita – wanita lainya. Hingga pada akhirnya mereka

memenangkan perang tersebut atas izin Allah. Jikalau saja tidak ada tenda pengobatan

dan perawatan yang dibuat oleh Rufaidah dan pasukan wanita lainya, tentu akan lebih

mempersulit lagi keadaan perang saat itu.

Setelah perang selesai, Rasulullah saw membagikan harta hasil rampasan

perang. Tak terkecuali Rufaidah, ia dipanggil Rasulullah saw Beliau menghadiahkan

pada Rufaidah sebuah kalung pada Rufaidah dan berkenan melilitkan kalung tersebut di

leher Rufaidah. Ia berwasiat bahwa anugerah dari Rasulullah tersebut harus dikubur

bersama jasadnya nanti ketika ia telah meninggal. Sungguh beruntung seorang Rufaidah

atas kerja kerasnya membantu pasukan Islam dalam medan pertempuran, ia

memperoleh kehormatan dari Rasulullah saw. Rufaidah seorang wanita mulia yang

memperoleh kemuliaan dari orang mulia, Rasulullah saw.

7
B. KETELADANAN YANG DAPAT DIAMALKAN DARI TOKOH RUFAIDAH

1) Ikhlas dan tanpa pamrih. Itulah sosok Rufaidah Al-Anshariyah, perawat

terkemuka di zaman Nabi SAW. Sejarah peradaban Islam mencatat

pengabdiannya di dunia keperawatan dengan tinta emas. Bahkan, ia dinobatkan

sebagai perintis keperawatan modern.

2) Ia dengan penuh kesetiaan menolong dan mengobati setiap orang yang terluka di

zaman Rasulullah SAW.

3) Rufaidah sebagai perawat profesional pertama dalam sejarah Islam.

4) Rufaidah sebagai perawat teladan, baik, dan bersifat empati. “Rufaidah adalah

seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang

lain.

5) Rufaidah adalah perawat kesehatan umum dan pekerja sosial yang menjadi

inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam.

6) Mampu memecahkan masalah sosial yang dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit.

7) Tekun dalam mempelajari dan menerapkan setiap ilmunya dalam dunia medis

keperawatan.

8) Rufaidah sang pemberani yang ikut terjun langsung ke medan pertempuran

untuk menjadi tenaga medis pada masa peperangan.Ia rela mempertaruhkan

8
nyawanya demi menolong pasukan tentara Muslim yang terluka dalam

peperangan.

9) Menyebarluaskan ilmu bermanfaat yang dimilikinya kepada para muslimah yang

berminat menjadi perawat.

10) Dengan penuh rasa kasih sayang dan perhatian, ia memberi perhatian kepada

setiap Muslim, orang miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Rufaidah

tak hanya merawat anak yatim, namun juga memberi mereka bekal pendidikan.

Sejarah melukiskan Rufaidah sebagai seorang Muslimah yang memiliki

kepribadian yang luhur dan empati.

11) Ia selalu memberi pelayanan yang prima bagi pasiennya tanpa memandang

status sosial. Sejarah Islam juga mengklaim bahwa Rufaidah adalah pemimpin

dan pencetus sekolah keperawatan pertama di dunia Islam.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Fanjari Ahmad Syauqi. Oktober 2010. Kisah Perawat Wanita Pertama Sejarah
Islam: Navila

Reza, Jeko Iqbal. "Rufaidah dalam keperawatan sejarah islam ”,biografi-singkat


rufaidah-keperawatan-islam diakses pada 15 Maret 2020 pukul 10.27.

10

Anda mungkin juga menyukai