Anda di halaman 1dari 6

RESUME

RUFAIDAH, PERAWAT WANITA PERTAMA DALAM SEJARAH ISLAM

KEPRIBADIAN PERAWAT ISLAMI

Dosen Pengampu :

Disusun oleh

ASIH EKA NURJANAH (1911020151)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia,
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat beserta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada
junjungan Rasulullah SAW. Penulis merasa bersyukur karena telah menyelesaikan resume
yang membahas tentang “Rufaidah – Perawat Wanita Pertama dalam Sejarah Islam” sebagai
tugas mata kuliah Kepribadian Perawat Islami.

Di dalam resume ini, penulis menjelaskan mengenai biografi Rufaidah, sejarah


Rufaidah dalam berperang membela agama Islam, keistimewaan dan keteladanan yang dapat
kita contoh dari tokoh Rufaidah, serta meneladani dari tokoh-tokoh yang sejajar dengan
Rufaidah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ns. Umi Solikhah,S.Kep,. M.Kep,
selaku dosen mata kuliah Kepribadian Perawat Islami atas bimbingan yang diberikan dalam
pengerjaan tugas resume ini. Tidak lupa juga penulis berterima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga resume ini dapat terselesaikan. Penulis berharap resume ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa resume ini tentunya masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Purwokerto, 18 Maret 2020

Penulis
Sejarah Rufaidah sebagai Perawat Wanita Pertama dalam Islam

Nama lengkapnya adalah Rufaidah binti Sa’ad al Aslamiyah. Wanita itu berasal dari
Bani Aslam, salah satu marga dari suku Khazraj di Madinah. Dalam salah satu sumber
disebutkan bahwa ia bernama Ku’aibah binti Sa’ad. Ia dilahirkan di Yastrib (Madinah) dan
tumbuh disana sebelum hijrah. Dia termasuk kelompok muslim pertama dari Bani Aslam.
Pada saat Rasulullah saw diizinkan oleh Allah swt untuk berhijrah, Rufaidah termasuk
diantara para muslimah kaum anshar yang menyambut Rasul dengan tabuhan rebana dan
gendang.

Rufaidah al – Ansariyah orang pertama yang mendirikan rumah sakit medan perang
(Tenda Palang Merah) yang berpindah – pindah. Rumah sakit tersebut dikelola oleh
paramedis wanita yang terlatih. Ini adalah yang pertama dalam sejarah manusia. Rasulullah
saw pernah bersabda pada salah seorang sahabat yang terluka : “Pindahkan ia ke tenda
Rufaidah sampai ia disembuhkan oleh wanita itu dan aku akan selalu menjenguknya.” Tenda
Rufaidah terkenal dengan sebutan Tenda Pertolongan atau pada masa Rasulullah saw dengan
nama Khaimah Rufaidah (Tenda Rufaidah).

Dahulu pada saat Islam belum menyentuh Yastrib, Rufaidah dan keluarganya masih
hidup dalam zaman mukhadram (zaman jahiliyah). Mereka menyembah patung – patung
sebagai Tuhan mereka. Saat itu Rufaidah dan keluarganya ialah golongan tabib yang
merangkap sebagai dukun di Yastrib. Keluarganya ialah golongan yang taat terhadap patung
– patung yang diyakini mereka terdapat Dewa di dalamnya. Keluarganya ialah dukun
sekaligus tabib yang sangat terkenal di kota tersebut.

Rufaidah juga mewarisi bakat dan ilmu keparawatan dari ayahnya, Sa’ad. Pada saat
itu keluarga merekalah satu – satunya tempat dimintai pertolongan apabila ada penyakit
secara fisik maupun jenis ‘penyakit’ lainnya. Cara pengobatanya pun bercampur dengan
sistem jahiliyah yaitu dengan mengobati lalu meminta pertolongan dengan para patung
tersebut dengan tak lupa meminta ramalan baik dari segi kesehatan ataupun lainya.

Hingga suatu hari calon suami Rufaidah datang dan membawa kabar mengenai
Rasulullah saw tentang kenabian Beliau. Akhirnya mereka berdua mendatangi Rasulullah dan
berbincang mengenai ke-Esaan dan kasih sayang Allah. Mereka menyadari bahwa patung-
patung yang mereka sembah selama ini tak memberi apa-apa, bahkan mereka memberi
patung-patung itu makan seolah mereka hidup. Lantas dengan hidayah yang merasuk mereka
meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang memberi mereka hidup selama ini, mereka takjub
dan langsung beralih menjadi mualaf.

Rasulullah menjelaskan pada Rufaidah bahwa : “Mengobati dan merawat adalah


pekerjaan paling mulia dan ajaran yang paling agung, serta merupakan manfaat yang paling
besar untuk manusia. Dan sesungguhnya kedatangan Islam adalah untuk menyelamatkan
pekerjaan mulia ini dari khurafat dan kebatilan.” Meresapi perkataan Rasulullah saw
Rufaidah semakin bersemangat menjalankan ilmu – ilmu keperawatan sesuai dengan ajaran
Islam. Dahulu ketika ia merawat seseorang yang terluka ia tak pernah mencuci tangannya dan
langsung merawat pasien yang berikutnya. Sekarang semenjak ia mengenal Islam ia
mengetahui tentang kebersihan yang merupakan bagian dari iman dan sarang penyakit ialah
dari kondisi yang tidak bersih. Maka sekarang tak lupa ia selalu berwudhu sebelum merawat
pasien dan mensucikan tempat prakteknya dari kotoran dan najis.
Rufaidah tidak hanya melakukan perwatan dan pengobatan, ia juga aktif dalam bidang
sosial lain yakni memberikan bantuan pada setiap fakir misikin, anak yatim dan orang –
orang yang tidak mampu bekerja. Rufaidah juga menyelenggarakan pendidikan untuk para
anak yatim; memberikan pelajaran agama, ilmu keperawatan, serta mengasuh mereka.

Perjuangan Rufaidah tidak berhenti sampai disitu saja. Ketika agama Islam telah
menyelimuti Madinah, Rufaidah berkonsentrasi pada pekerjaan paramedis yang diwarisi dari
para leluhurnya namun ia tidak menggunakan cara-cara para leluhur seperti berdoa pada
patung saat mengobati, ia hanya mengambil ilmu medisnya dan berdoa kepada Allah yang
Maha Esa. Saat itu ia hanya melakukan perawatan dan penyembuhan terhadap masyarakat
yang menderita sakit. Lalu ia beranjak bangkit ingin membantu Rasulullah dan para sahabat
berjihad dengan cara mengobati dan merawat korban perang. Saat pasukan yang dikomando
oleh Rasulullah saw berada dalam kesulitan, datanglah Rufaidah menemui Rasulullah saw. Ia
datang bersama sekelompok besar wanita di belakangnya. Ternyata Rufaidah telah
mengorganisasi dan melatih mereka dalam bidang keperawatan dan pengobatan.

Ia mendirikan kemah pengobatan disamping Masjid Nabawi. Pada saat genderang


peperangan telah ditabu untuk melawan kaum musyrik, Rufaidah bersama rombongan turut
bergabung di dalamnya sebagai pelayan korban perang. Hal itu ia lakukan di Perang Badar,
Perang Uhud, Perang Khandaq, Perang Khaibar, dan beberapa perang lainya.

Pada perang khandaq saat tentara al – ahzab mengepung madinah, Rufaidah


mendirikan kemah disekitar medan pertempuran. Rasulullah SAW pernah memerintahkan
untuk memindahkan seseorang sahabatnya yang mulia bernama Sa’ad ibn Mu’az ke kemah
Rufaidah agar diberi pertolongan, karena waktu itu Sa’ad terkena panah pada lengannya. Saat
itu Rufaidah memberikan pengobatan dan mencabut anak panah serta menghentikan darah
dan ia berhasil mengobatinya. Pada peristiwa tersebut Rasulullah SAW lewat dan menemui
sahabat yang sedang terluka itu dikemah Rufaidah beberapa kali dalam sehari dan bertanya :
“Bagaimana Keadaanmu Pada Pagi Hari? Dan bagaimana keadaanmu pada sore hari?”.
Sahabat yang ditanya lalu menjawab dengan menerangkan keadaanya sampai Allah
mewafatkanya sesudah peristiwa perang Bani Quraizah.

Pada saat terjadi Perang Uhud, inilah perang terbesar yang diikuti kaum wanita. Pada
saat itu Rufaidah mengorganisasi setiap perempuan yang ikut dalam perempuan untuk
menjaga setiap baris tenda. Pada saat perang berlangsung banyak yang terluka oleh kaum
musyrikin. Satu per satu barisan wanita meninggalkan tenda dan melanggar perintah.
Beberapa kaum wanita ikut berperang hingga akhirnya ada pula yang tumbang dalam nuansa
jihadnya melindungi Rasulullah, melindungi agama.

Sebuah kejadian tragis yaitu salah seorang yang lenganya hampir putus masuk ke
dalam tenda Rufaidah. Ia adalah Rasyid ibn Hafs seorang musyrik yang keji namun sekarang
beralih memeluk Islam dan membela Rasulullah di medan perang. Dahulu sesaat Rasyid ibn
Hafs masih tergolong kaum musyrikin ia sempat membunuh suami Rufaidah. Sekarang ini
kondisi tanganya hampir putus. Dengan segenap hati Rufaidah mengobati Rasyid tanpa
membebani pikiranya dengan status rasyid yang membunuh suaminya. Namun, dengan
kerelaan hati Rasyid bangkit dengan segera memutuskan langsung tangannya dan langsung
kembali bertempur melawan musyrikin membela Rasulullah saw. Rufaidah tercengang
terharu melihat hal tersebut.
Rufaidah bersama pasukan wanita lainnya terus merawat dan mengobati korban luka
perang, sebelum akhirnya para pejuang tersebut bertempur lagi. Sungguh berat tugas dan
peranan Rufaidah dan wanita – wanita lainya. Hingga pada akhirnya mereka memenangkan
perang tersebut atas izin Allah. Jikalau saja tidak ada tenda pengobatan dan perawatan yang
dibuat oleh Rufaidah dan pasukan wanita lainya, tentu akan lebih mempersulit lagi keadaan
perang saat itu.

Setelah perang selesai, Rasulullah SAW membagikan harta hasil rampasan perang.
Tak terkecuali Rufaidah, ia dipanggil Rasulullah SAW Beliau menghadiahkan pada Rufaidah
sebuah kalung pada Rufaidah dan berkenan melilitkan kalung tersebut di leher Rufaidah. Ia
berwasiat bahwa anugerah dari Rasulullah tersebut harus dikubur bersama jasadnya nanti
ketika ia telah meninggal. Sungguh beruntung seorang Rufaidah atas kerja kerasnya
membantu pasukan Islam dalam medan pertempuran, ia memperoleh kehormatan dari
Rasulullah SAW. Rufaidah seorang wanita mulia yang memperoleh kemuliaan dari orang
mulia, Rasulullah SAW.

 Keistimewaan Tokoh dan Keteladanan yang dapat diamalkan.

Keistimewaan Tokoh Rufaidah ialah salah seorang pelopor wanita yang berani ikut
perang bersama Rasulullah saw. Bahkan Rufaidah membuat pasukan sendiri untuk ikut
membela Rasulullah Saw di medan perang dengan memanfaatkan ilmu keperawatanya.
Dahulu kaum perempuan tidak banyak dan cenderung takut untuk maju dalam barisan
bersama Rasulullah dan para lelaki.

Rufaidah memiliki kemampuan di bidang keperawatan. Segala macam ilmu


kedokteran, tabib dan keperawatan juga ia miliki dengan baik. Ia pun tak segan – segan
membaginya pada orang lain. Ilmu – ilmunya diterapkan dan dipakai secara baik dengan cara
mengobati orang lain yang sakit ataupun terluka. Bahkan pada seorang yang telah membunuh
suaminya pun Rufaidah tidak dendam dan mau mengobatinya sesaat ia terluka parah.

Ia juga termasuk orang – orang yang sabar. Ia sabar dalam menghadapi beragam
cobaan yang menderanya sesaat ia masuk dalam Islam dan mulai menyebarkan agama Islam
pada penduduk sekitar. Sebagai seorang perawat Rufaiah mempunyai pengaruh sangat besar.
Karena setiap penduduk butuh terhadap Rufaidah. Peranan Rufaidah sebagai perawat di
Yastrib cukup besar pengaruhnya terhadap masyarakat.

Rufaidah aktif dalam keperawatan juga pada aktivitas sosial lainya. Ia memelihara
anak yatim dan menolong fakir misikin. Ia juga turut menyebarkan agama Islam pada pasien
– pasiennya dengan cara menunjukan lewat perbuatanya yang mencirikan seorang muslimah
yang baik. Oleh karena itu banyak orang yang terkesan terhadap agama Islam lewat
perilakunya yang islami. Tokoh satu ini juga memiliki sikap kebijaksanaan yang tinggi. Ia
pandai mengatur strategi. Hal ini terbukti dengan cara ia mengatur struktur orang – orang
yang akan menjaga tenda. Ia juga membagi tenda - tenda perawatan sehingga dapat
difungsikan diberbagai kondisi.
 Tokoh Lain yang Sejajar

A. Ummu Aiman : Ialah ibu asuh Rasulullah saw yang juga ikut dalam barisan perang
pada perang uhud. Ia bertugas menjaga tenda bagian paling depan. Sehingga pada saat
pasukan kaum muslimin banyak yang terluka ia adalah orang pertama yang mengurusi
dan mengorganisasi para perawat lainnya. Pada saat jumlah pasukan muslimin yang
bertempur terus berkurang akibat luka, Ummu Aiman maju dan langsung ikut berperang.
Alhasil sebuah panah menancap di punggunya sesaat ia melindungi Rasulullah dari
serangan panah kaum musyrikin.

B. Hindun binti Amer : Ialah perawat yang juga berjuang bersama Rufaidah pada saat
perang Uhud. Ia bertugas sebagai perawat yang baik pada baris tenda nomor dua. Pada
saat ia mendengar kabar Rasulullah telah tewas oleh kaum musyrikin, ia langsung keluar
berlari mencari Rasulullah. Namun, pada saat pencarian ia malah menemukan anaknya,
Khallad tewas diantara pejuang jihad tersebut. Lalu ia mencari lagi pada tumpukan para
mutjhahid yang tewas lainya namun ia menemukan suaminya Amer bin al Jamuh juga
dalam kondisi tak bernyawa. Ia masih terus mencari Rasulullah dengan perasaan teriris
dua anggota keluarganya tak bernyawa, namun ia masih belum menemukan Rasulullah
Saw, melainkan yang ditemukanya adalah Abbdullah saudaranya. Betapa miris lagi hati
Hindun apabila ia menemukan Rasullullah tewas. Namun, untungnya Rasullullah masih
berjuang dan belum mati seperti yang dikatakan.

C. Shafiyah : ialah tokoh yang sama - sama berjuang di tenda dalam bidang medis
bersama Rufaidah di tenda yang sama. Ia kehilangan adiknya sebagai mutjahid. Hamzah,
adiknya tersebut dicabik dan dipotong – potong oleh kaum musyrikin demi berjihad di
jalan Allah dan melindungi Rasulullah saw.

D. Ummu Imarah, Ummu Sulaim, Ummu Athiyyah, dan Umaimah : ialah parah ahli
medis lainnya yang mempunyai peran besar dalam membantu Rufaidah di tenda
perawatan.

Anda mungkin juga menyukai