Anda di halaman 1dari 11

Biografi Rasyid Ridha

KELOMPOK : SYEINA,ADELEYSA R, ERNA,NENG


SYARIPAH,INTAN, WINDI
Asslamualaikum
Biodata Rasyid Ridha
Nama lahir : Rasyid Ridha
Tanggal lahir : 23 September 1865 atau 17 Oktober
1865
Tempat lahir : Suriah Utsmaniyah,kesultanan
Utsmaniyah (sekarang Suriah)
Etnis/kebangsaan : Utsmaniyah
Karya terkenal : Tafsir Al-manar
Tanggal wafat : 22 Agustus 1935 (umur 69)
Tempat wafat : Kairo,Mesir
Muhammad Rasyid Ridha (1865 - 1935 M)
Muḥammad Rasyid Rida lahir di Qalamun, Lebanon dekat dengan Tripoli
(Suriyah), 27 Jumadil Ula 1282 H, atau 23 September 1865 M, nama lengkapnya
adalah Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin Al-
Qalmuni Al-Husaini. Ia dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga terhormat
dan taat beragama. Rasyid Ridha memulai pendidikan dengan membaca Al-Qur'an,
menulis dan berhitung di kampungnya, Qalamun, Suriyah.
Muhammad Rasyid Ridha masuk ke Madrasah ar-Rasyidiyah, yaitu sekolah
milik pemerintah di Tripoli untuk belajar ilmu bumi, ilmu berhitung, ilmu bahasa,
seperti nahwu dan saraf (ilmu tata bahasa Arab); dan ilmu-ilmu agama, seperti
akidah dan ibadah. Ketika berumur 18 tahun, Ridha kembali melanjutkan studinya
dan sekolah yang dipilihnya adalah Madrasah al-Wathaniyyah al-Islamiyyah yang
didirikan Syekh Husain al-Jisr.
Ide-ide pemikiran dalam bidang agama
Dalam bidang agama, Rasyid Ridha berpendapat umat islam lemah dikarenakan tidak lagi
mengamalkan ajaran agama yang murni seperti yang diterapkan pada masa Rasullah SAW
sebab, ajaran pada saat itu sudah tercampur bid’ah dan khufarat. Rasyid Ridha juga
menegaskan,jika umat islam ingin maju, mereka harus kembali berpegang teguh kepada Al-
Qur’an dan sunnah Rasullah SAW tanpa terikat oleh pendapat-pendapat ulama terdahulu yang
tidak sesuai dengan tuntutan hidup modern. Ia kemudian mengamati faham fatalisme yang
menyelimuti umat islam pada wwaktu itu. Rasyid Ridha berpendapat ajaran islam itu seharusnya
mengandung paham dinamika,bukan fatalisme. Idenya yang lain adalah toleransi dalam
bermazhab. Menurutnya,timbulnya perpecahan pada kalangan umat islam dikarenakan adanya
sikap fanatisme terhadap mazhab. Oleh karena itu, menurut Rasyid Ridha perlu menghidupkan
toleransi dalam bermazhab. Bahkan, termasuk dalam bidang hukum, walaupun ia sendiri dikenal
sebagai mazhab hambali.
BERSAMA TAREKAT SYADZILIYYAH BERSAMA TAREKAT NAQSYABANDIYYAH

Dia mulai mempelajari tasawuf dari gurunya, Mengenal hal itu syaikh Rasyid menyebutkan
Husain Al-jisr. Setelah dia menggali dan bahwa yang membuatnya gundrung
memperdalam ilmu dan ushuluddin, sadarlah mempelajari tasawuf adalah pesona kitab ihya
ia bahwa membaca wirid tersebut termasuk ulum ad-diin karya imam al-ghazali.
bid’ah. Karena itu, ia pun meninggalkannya
dan lebih membaca dan mempelajari Al-
qur’an Kemudian dia meminta gurunya dalam tarekat
syadzillah, Muhammad Al-Qawiqji untuk
memperkenalkannya untuk tetap menjalankan
tarekat Syadzilliyyah secara formalitas.
Beralih dari tasawuf ke pemahaman
manhaj salaf
Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan sebagai Sufi, dia menuturkan pengalamannya,
“saya sudah menjalani tarekat naqsyabandiyyah,mengenal yang tersembunyi dan paling
tersembunyi dari misteri-misteri dan rahasia-rahasianya. Aku telah mengarungi lautan tasawuf
dan telah meneropong intan-intan didalamya yang masih kokoh dan buih-buihnya yang
terlempar ombak. Namun akhirnya petualangan itu berakhir ke tepian damai, ‘pemahaman
shalaf ash-shalih’ dan tahulah aku bahwa setiap yang bertentangan dengannya adalah kesesatan
yang nyata”
Di banyak terpengaruh oleh majalah al-urwah al-wutsqa dan artikel-artikel para ulama dan
sastrawan. Terlebih, pengaruh gurunya, jamaluddin al-afghani dan muhammad abduh. Ia benar-
benar terpengaruh sekali sehingga seakan gurunya lah yang telah menggerakkan akal dan
pikirannya untuk membuang jauh-jauh seluruh bid’ah dan menggabungkan antara ilmu agama
dan modern serta mengupayakan tegak kokohnya umat dalam upaya menggapai kemenangan.
Rasyid Ridha juga seorang pengikut Thareqat Naqsyabandiyah. Berdasarkan
pengalamannya di dunia tarekat , ia menyimpulkan bahwa ajaran-ajaran tarekat
yang berlebihan dalam cara beribadat dan pengkultusan seorang guru membuat
seseorang mempunyai sikap statis dan pasif.
Wafatnya Rasyid Ridha
Rasyid Ridha meninggal di Mesir, 22 Agustus 1935 M (1354 H). Kemudian
dimakamkan Kairo, Mesir, bersebelahan dengan makam gurunya, Muhammad
Abduh
Thanks^^
assalamualaikum

Anda mungkin juga menyukai