Anda di halaman 1dari 21

ALIRAN LINGUISTIK TRADISIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

Studi linguistik mengalami tiga tahap perkembangan, yaitu: tahap spekulasi, tahap observasi, dan
tahap perumusan teori. Pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan
pada data empiris, melainkan pada dongeng atau cerita rekaan belaka. Pada tahap klasifikasi dan
observasi, para ahli bahasa mengadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang
diselidiki tetapi belum sampai pada merumuskan teori. Pada tahap ketiga yakni tahap penyelidikan ilmiah
dimana bahasa yang diteliti itu bukan hanya diamati dan diklasifikasi, tetapi juga telah dibuatkan teori-
teorinya.
Aliran tradisional boleh dikatakan sebagai aliran linguistik yang tertua. Istilah tradisional sering
dipertentangkan dengan istilah structural sehingga dalam pendidikan formal ada istilah tata bahasa
tradisional dan tata bahasa structural. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat
dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam
suatu bahasa tertentu.
Teori tradisional berdasarkan pola pemikiran secara filosofis. Dari latar belakang sejarahnya, kita
ketahui bahwa munculnya teori ini bermula dari Plato dan Aristoteles yang kita kenal sebagai filosof besar
bangsa Yunani.

BAB II
Aliran Tradisional

A. Munculnya Aliran Tradisional


Pada abad IV SM, seorang ahli filsafat bernama Plato (429 SM-348 SM) menelorkan pembagian
jenis kata bahasa Yunani Kuno dalam kerangka telaah filsafatnya. Plato membagi jenis kata bahasa
Yunani Kuno menjadi dua golongan yakni onoma dan rhema.Onoma adalah jenis kata yang biasanya
menjadi pangkal pernyataan atau pembicaraan. Adapun rhema adalah jenis kata yang biasanya dipakai
untuk mengungkapkan pernyataan atau pembicaraan. Secara awam atau secara mudahnya onoma ini
lebih kurang dapat disejajarkan dengan kata benda, sedangkan rhema lebih kurang disejajarkan dengan
kata kerja atau kata sifat. Selanjutnya, Aristoteles (384 SM-322 SM) membagi jenis kata bahasa Yunani
Kuno menjadi tiga golongan yakni onoma, rhema, dan syndesmos.
Perkembangan ilmu bahasa sampai pada masa itu terbatas pada telaah kata saja, khususnya
tentang jenis kata. Tata bahasa atau gramatikal baru mulai diperhatikan pada akhir abad (130 SM) oleh
Dyonisius Thrax. Buku tata bahasa yang pertama disusun itu berjudul “Techne Gramatike”. Buku inilah
yang kemudian menjadi anutan para ahli tata bahasa yang lain yang kemudian dikenal sebagai penganut
aliran tradisionalisme. Pada zaman ini pembagian jenis kata sudah mencapai delapan, yakni: (1) nomina,
(2) pronominal, (3) artikel, (4) verba, (5) adverbial, (6) preposisi, (7) partisipium, (8) konjugasi.

B. Ciri-ciri Aliran Tradisional


Tata bahasa tradisional menurut Abdul Chaer (2003: 333)  menganalisis bahasa berdasarkan
filsafat dan semantik. Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tata bahasa mengatakan kata kerja
adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian.
Ciri-ciri aliran tradisional menurut Soeparno (2002: 44) adalah sebagai berikut.

tolak dari Pola Pikir secara Filosofis.


Ada dua hal yang menjadi bukti bahwa aliran Tradisional menggunakan landasan/pola pikir
filsafat ialah banyaknya pembagian jenis kata yang bersumber darionoma-rhema produk Plato
dan onoma-rhema-syndesmos produk Aristoteles; dan penggunaan istilah subjek dan predikat yang
sampai saat ini menjadi materi utama dalam pembelajaran bahasa di sekolah.
ak Membedakan Bahasa dan Tulisan.
Teori ini mencampuradukkan pengertian bahasa (dalam arti yang sebenarnya) dan tulisan
(perwujudan bahasa dengan media huruf). Dengan demikian, secara otomatis juga mencampuradukkan
pengertian bunyi dan huruf. Sebagai bukti seorang ahli bahasa mencampuradukkan pengertian tersebut
dapat dibaca pada kutipan “Antara vocal-vokal itu, huruf a adalah yang membentuk lubang mulut yang
besar, i yang kecil, e biasanya terbentuk di dalam mulut sebelah muka, dan o di belakang sebelah ke
dalam” (Mees dalam Soeparno, 2002: 44)
nang Bermain dengan Definisi.
Ciri ini merupakan pengaruh dari cara berpikir secara deduktif. Semua istilah diberi definisi
terlebih dahulu kemudian diberi contoh, yang kadang-kadang hanya ala kadarnya. Teori ini tidak pernah
menyajikan kenyataan-kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan. Yang paling utama
adalah memahami istilah dengan menghapal definisi yang dirumuskan secara filosofis.
makaian Bahasa Berkiblat pada Pola/Kaidah.
Ketaatan pada pola ini diwarisi sejak para ahli tata bahasa tradisional mengambil alih pola-pola
bahasa latin untuk diterapkan pada bahasa mereka sendiri. Kaidah bahasa yang telah mereka susun
dalam suatu bentuk buku tata bahasa harus benar-benar ditaati oleh pemakai bahasa. Setiap
pelanggaran kaidah dinyatakan sebagai bahasa yang salah atau tercela. Pengajaran bahasa di sekolah
mengajarkan bahasa persis yang tercantum di dalam buku tata bahasa. Praktik semacam itu
mengakibatkan siswa pandai dan hafal teori-teori bahasa akan tetapi tidak mahir berbicara atau
berbahasa di dalam kehidupan masyarakat. Tata bahasa yang mereka pakai itu biasa disebut tata
bahasa normative dan tata bahasa preskriptif.
el-level Gramatik Belum Ditata Secara Rapi.
Level (tataran) yang terendah menurut teori ini adalah huruf. Level di atas huruf adalah kata,
sedangkan level yang tertinggi adalah kalimat. Menurut teori ini, huruf didefinisikan sebagai unsure
bahasa yang terkecil, kata didefinisikan sebagai kumpulan dari huruf yang mengandung arti, sedangkan
kalimat didefinisikan sebagai kumpulan kata yang mengandung arti lengkap. 
a Bahasa Didominasi oleh Jenis Kata (Part of Speech)
Ciri ini merupakan ciri yang paling menonjol di antara ciri-ciri yang lain. Hal ini dapat dimengerti
Karena masalah penjenisan kata merupakan aspek linguistik yang paling tua dalam sejarah kajian
linguistik.
C. Keunggulan dan Kelemahan Aliran Tradisional
unggulan
a.       Teori tradisional lebih tahan lama karena pola pikir aliran ini bertolak dari pola pikir filsafat.
b.      Aliran ini berkiblat pada bahasa tulis baku, maka keteraturan penggunaan bahasa bagi para penganutnya
amat dibangggakan.
c.       Aliran tradisional mampu menghasilkan generasi yang mempunyai kepandaian dalam menghafal istilah
karena salah satu ciri aliran ini senang bermain dengan definisi.
d.      Aliran tradisional menjadikan penganutnya memiliki pengetahuan tata bahasa yang cukup tinggi karena
pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah.
e.       Aliran ini telah memberikan kontribusi besar terhadap penegakan prinsip: “yang benar adalah benar
walaupun tidaka umum, dan yang salah adalah salah walaupun abanyak pengikutnya”.

emahan
a.       Teori tradisional belum bisa membedakan bahasa dan tulisan sehingga pengertian antara bahasa dan
tulisan masih kacau.
b.      Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan, yang
paling utama adalah memahami istilah dengan menghafal definisi yang dirumuskan secara filosofis.
c.       Pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah sehingga siswa pandai dan hafal teori-teori bahasa
akan tetapi tidak mahir sama sekali berbicara atau berbahasa didalam kehidupan masyarakat.
d.      Level-level gramatikalnya belum rapi hanya tiga level yang secara pasti ditegakkan, yakni huruf, kata,
dan kalimat.
e.       Pemerian bahasa menggunakan pola bahasa latin yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia.
f.       Pemerian bahasa berdasarkan bahasa tulis baku padahal bahasa tulis baku hanya merupakan sebagian
dari ragam bahasa yang ada.
g.      Permasalahan tata bahasa masih banyak didominasi oleh permasalahan jenis kata(part of speech),
sehingga ruang lingkup permasalahan masih sangat sempit.
h.      Objek kajian hanya sampai dengan level kalimat, sehingga tidak memungkinkan menyentuh aspek
komunikatif.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Tahap perkembangan bahasa terdiri atas tahap spekulasi, klasifikasi, dan rumusan teori. Aliran
tradisional baru mencapai tahap spekulasi dan klasifikasi.
2.      Ciri-ciri aliran tradisional bertolak dari pola pikir secara filosofis, tidak membedakan bahasa dan tulisan,
senang bermain dengan definisi, pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah, level-level gramatik
belum ditata secara rapi, tata bahasa didominasi oleh jenis kata (part of speech).
3.      Aliran tradisional memiliki kelemahan-kelemahan, antara lain bisa membedakan bahasa dan tulisan
sehingga pengertian antara bahasa dan tulisan masih kacau, peletakan level-level gramatikal yang belum
rapi, dan lain sebagainya.

B.     Saran
1.      Makalah tentang aliran tradisional ini hendaknya dapat menjadi sumber belajar untuk mengadakan
pengkajian aliran ini di masa mendatang.
2.      Makalah ini masih terbatas pada pembahasan tentang sejarah, ciri-ciri, keunggulan dan kelemahan aliran
tradisional, pada pengkajian selajutnya diharapkan lebih mendalam dan lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul.2003. Linguistik Umum.Jakarta: Rineka Cipta

Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Samsuri. 1981. Analisis Bahasa: Memahami Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta: Erlangga.

Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: PT Tiara Wacana

………... 2005. Aliran Linguistik. Yogyakarta: Diktat Mata Kuliah (tidak diterbitkan)


Sejarah ilmu linguistik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sejarah ilmu Linguistik (bahasa Inggris: History of linguistics) adalah catatan mengenai
perkembangan studi tentang linguistik dari zaman Yunani kuno hingga modern.[1] Ilmu mengenai
linguistik telah dibahas sejak peradaban Babilonia, namun proses penelitian yang terstandar baru
dimulai sejak periode Yunani kuno.[1] Dari perjalanan ilmu bahasa zaman Yunani, berkembang aliran
linguistik tradisional, beranjak ke linguistik strukturalis, dan terakhir linguistik transformasional atau
modern.[2]

Daftar isi
  [sembunyikan] 

 1Linguistik tradisional
o 1.1Linguistik zaman Yunani
o 1.2Kaum Alexandria
o 1.3Zaman Romawi
o 1.4Zaman Renaisans
o 1.5Linguistik bahasa Ibrani dan bahasa Arab
 2Linguistik strukturalis
o 2.1Ferdinand de Saussure
o 2.2Bloomfield dan Strukturalis Amerika
 3Linguistik transformasional dan aliran sesudahnya
 4Kajian ilmu linguistik di Indonesia
 5Rujukan

Linguistik tradisional[sunting | sunting sumber]


Linguistik tradisional adalah adalah segala hal mengenai paham, aliran, dan tokoh yang ada pada
zaman Yunani kuno hingga zaman renaisans.[2] Dalam zaman linguistik tradisional, para ahli  bahasa
saat itu mengkaji bahasa berdasarkan filsafat dan semantik.[2] Tokoh yang mengembangkan ilmu
linguistik tradisional di antaranya berasal dari bangsa Eropa dan Asia seperti Yunani, Romawi, India,
Latin, dan Arab.[2]

Aristoteles

Linguistik zaman Yunani[sunting | sunting sumber]


Studi bahasa pada zaman Yunani telah berjalan sekitar kurang-lebih 600 tahun (5 SM-2 M).
[2]
 Masalah pokok yang menjadi bahasan studi linguistik pada zaman ini adalah pertentangan
mengenai sifat dasar bahasa, apakah ia bersifat alami dan tak bisa diubah maknanya (fisis), atau
bahasa itu bersifat manasuka dan dapat berubah-ubah maknanya (nomos). [3] Selain itu, pada zaman
diperdebatkan pula apakah bahasa itu bersifat teratur (reguler) misalnya seperti pembentukan kata
jamak boy->boys, girl->girls, check-checked, atau bahasa itu bersifat tak teratur (ireguler) seperti
kata bahasa Inggris go->went, write-wrote bukan writed. [2] Tokoh-tokoh yang muncul dan
memberikan sumbangsih dalam perkembangan ilmu bahasa pada zaman linguistik tradisional di
Yunani di antaranya adalah Kaum Sophis, Plato, Aristoteles, dan Kaum Stoik.[2]
Kaum Sophis (5 SM) mulai melakukan studi bahasa dengan melakukan penelitian secara empiris
dengan menggunakan ukuran-ukuran, dan mereka juga meng
klasifikasikan tipe-tipe kalimat berdasarkan makna.[3] Mereka  melakukan penelitian bahasa dengan
memperhatikan retorika, atau cara para cendekiawan Yunani menyampaikan ceramah. [3] Tokoh
yang populer dari Kaum Sophis adalah Protagoras dan Georgias.[3]
Plato (429-347 SM) memberikan sumbangan pada ilmu bahasa dalam bukunya yang berjudul
Dialoog. Ia menyatakan bahwa bahasa merupakan hasil pikiran manusia yang terdiri dari onoma
dan rhemata.[3] Onoma yaitu kata benda, nama, dan subjek, sedangkan rhemata adalah ucapan
sehari-hari, verba, dan predikat.[3] Dalam bukunya juga dibahas mengenai perbedaan antara sifat
bahasa yang alamiah dan konvensional. [3]
Pasca Plato, muridnya Aristoteles (384-322 SM) juga ikut memberikan sumbangsih dalam ilmu
bahasa, di antaranya yaitu ia menambahkan elemen bahasa yang dinyatakan Plato dengan antar
lain Onoma, Rhemata, dan Syndesmoi atau preposisi dan konjungsi. [3] Selain itu, ditambahkan pula
mengenai Legein bunyi tak bermakna, dan prophetal atau bunyi bermakna, dan kelamin kata
(gender).[3]
Selanjutnya, Kaum Stoik (4 SM), menambahkan elemen bahasa menjadi onoma, rhemata,
syndesmoi, dan arthoron, yang artinya adverbial kuantitas.[3] Selain itu, mereka juga meletekkan
dasar komponen utama dalam studi bahasa di antaranya mengenai simbol, makna, dan konteks,
yaitu sesuatu yang di luar bahasa.[3] Mereka juga lah yang pertama kali mengenalkan kata kerja
pasif dan aktif.[3]
Kaum Alexandria[sunting | sunting sumber]
Kaum Alexandria membuat buku tata bahasa yang bernama Dionysius Thrax yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Ars Gramatika. [2] Buku ini merupakan buku pertama tata bahasa pada aliran linguistik
tradisional, jadi buku tata bahasa Dionysius Thrax itu merupakan cikal bakal linguistik tradisional.
[2]
 Sementara itu, Panini (400 SM) seorang sarjana Hindu dari India juga menerbitkan buku bernama
Astdhyasi tata bahasa Sanskerta dengan jumlah 4000 ayat yang gagasan-gagasannya digunakan
oleh para ahli linguistik modern hingga saat ini.[1]
Zaman Romawi[sunting | sunting sumber]
Studi bahasa pada zaman Romawi banyak terpengaruh dari zaman Yunani. [2] Tokoh penting dalam
perkembangan bahasa pada zaman ini adalah Varro, yang mengeluarkan buku De Lingua Latina
setebal 25 jilid dan Priscia 18 jilid. [2] Kedua buku menjelaskan mengenai etimologi (asal mula kata),
morfologi, dan sintaksis.[2] Selanjutnya buku ini menjadi tonggak utama perkembangan linguistik
tradisional Eropa.[2]
Zaman Renaisans[sunting | sunting sumber]
Zaman renaisans merupakan pembukaan bagi abad pemikiran modern dalam studi linguistik. [3] Hal
itu dikarenakan pada zaman ini banyak sarjana yang menguasai bahasa Yunani, Ibrani, Latin, dan
Arab.[3]  Selain itu, mereka juga mengkaji, menyusun, dan membuat perbandingan terhadap bahasa-
bahasa tersebut.[3]
Linguistik bahasa Ibrani dan bahasa Arab[sunting | sunting sumber]
Penelitian dalam linguistik bahasa Ibrani dan bahasa Arab dilakukan karena kedudukan kedua
bahasa tersebut dalam agama Islam dan agama Yahudi. [2] Dalam studi linguistik bahasa Ibrani
diterbitkan buku berjudul De Rudimentis Hebraicis karangan Reuchlin yang membahas mengenai
penggolongan kata dalam bahasa Ibrani. [2] Sedangkan studi linguistik bahasa Arab terbagi menjadi
dua aliran yaitu Basrah dan Kufah. [2] Perbedaan dari kedua aliran ini adalah Basrah mengikuti
konsep analogi, yaitu bahasa merupakan sistem yang teratur atau regular. [2] Sedangkan kufah
berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur atau ireguler. [2] Tokoh-tokoh yang menerbitkan karya
pada zaman ini adalah Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi dengan karya Kitab al Ayn,
dan Sibawaih dengan karyanya Al-Kitab.
Linguistik strukturalis[sunting | sunting sumber]
LInguistik strukturalis merupakan perkembangan lanjut studi bahasa yang eksis sejak 1857 yang
diprakarsai oleh Bapak Linguistik Modern Ferdinand de Saussure. [4]Aliran linguistik strukturalis
mendeskripsikan bahasa berdasarkan ciri khas yang dimiliki bahasa tersebut. [4] Selanjutnya
berkembang para tokoh penerus linguistik modern yang di antaranya berasal dari aliran Praha,
aliran Glosematik, Bloomfield dan Strukturalis Amerika.
Ferdinand de Saussure[sunting | sunting sumber]
Ferdinand de Saussure (1857-1913) adalah bapak Linguistik Modern yang mengarang Course de
Linguistique Generale.[5] Dalam buku tersebut tersimpul empat gagasan penting sebagai berikut:

Ferdinand de Saussure

 Bahasa dapat ditelaah secara sinkronik, yaitu diteliti berdasarkan kurun waktu penggunaannya
pada zaman tertentu, dan juga diakronik yaitu penelitian pada sebuah bahasa yang diteliti dari
sejarah penggunannya hingga masa kini.[5]

 Perbedaan mengenai Langue dan Parole. [5] Langue adalah keseluruhan sistem tanda bersifat
abstrak yang digunakan sebagai alat komunikasi verbal antar manusia. [5] Sedangkan parole
adalah realisasi dari langue, sifatnya konkrit dan dapat diamati. [5]

 Bahasa mengandung sistem tanda linguistik yang bernama signifiant dan signifie. [5] Signifiant
adalah kesan bunyi yang timbul dalam benak manusia, sedangkan signifie kesan makna yang
merujuk pada objek yang dimaksud. [5]

 Elemen bahasa seperti fonem, morfologi, dan sintaksis memiliki hubungan yang dinamakan
Sintagmatik dan Paradigmatik.[5]
Bersamaan dengan perjalanan Ferdinand de Saussure, perkembangan ilmu fonologi pun
berkembang berkat Aliran Praha pada tahun 1926 yang terdiri  dari para tokoh linguistik bernama
Vilem Mathesius, Nikolai S. Trubetskoy, Roman Jakobson, dan Morris Halle. Dalam perkembangan
fonologi, mereka membedakan dengan tegas fonetik dan fonologi. [4]
Bloomfield dan Strukturalis Amerika[sunting | sunting sumber]
Di Amerika, Leonard Bloomfield (1877-1949) dan kawan-kawannya mengembangkan aliran
linguistik struktural Amerika.[4] Ciri utama pada aliran mereka yaitu menolak paham mentalistik dalam
melihat fenomena berbahasa dan memihak pada aliran behaviorisme. [4]Artinya, mereka lebih
menekankan penelitian bahasa pada sesuatu yang bisa diamati secara empirik dan mengabaikan
makna atau arti.[4] Dan perkembangan para ahli linguistik di Amerika tergabung dalam The
Linguistics Society of America di mana mereka melaporkan hasil kerja mereka dalam majalah
berjudul Language.[4]

Linguistik transformasional dan aliran sesudahnya[sunting | sunting


sumber]

Noam Chomsky

Pada zaman ini penelahan bahasa dari segi struktural telah mulai ditinggalkan karena model
tersebut dinilai memiliki banyak kelemahan sehingga para ahli linguistik zaman itu mulai membuat
aliran baru dengan nama aliran linguistik transformasional yang diprakarsai oleh Noam Chomsky.
[4]
 Ia memberikan gagasan mengenai kaidah transformasi yang diyatakan bahwa terdapat struktur
batin dari setiap kalimat, yaitu struktur asal yang tersimpan dalam mental yang kemudian dapat
ditransformasikan ke dalam struktur lahir dengan kategori urutan kata yang berbeda-beda. [4]
Selanjutnya pada tahun 70-an para murid pengikut Chomsky mulai meninggalkan teori yang dianut
gurunya.[4] Mereka membentuk kelompok baru dengan nama aliran semantic generatif. [4]Aliran ini
secara konsep teori mereka adalah struktur makna dan kalimat bersifat homogeny, dan untuk
menghubungkan keduanya cukup dengan menggunakan kaidah transformasi. Lalu selain aliran
semantic generatif, aliran tata bahasa relasional yang muncul sekitar tahun 1970-an dengan tokoh
populer di antaranya adalah David M. Perlmutter dan Paul M. Postal. [4]

Kajian ilmu linguistik di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Kridalaksana Harimurti

Pada akhir abad ke-19 dan 20 penelitian bahasa-bahasa yang terdapat di Indonesia dilakukan oleh
para kolonialis demi kepentingan informasi. Penelitian bahasa pada zaman kolonial sifatnya berupa
observasi dan klasifikasi; belum bersifat ilmiah. Para tokoh yang melakukan penelitian tersebut
adalah Van der Tuuk yang menyusun Hukum Van der Tuuk, dan selanjutnya diikuti oleh para tokoh
sarjana belanda lainnya.
Lalu, sekitar tahun tujuh puluh dan delapan puluhan, proses penelitian pendeskripsian bahasa-
bahasa daerah di Indonesia dilanjutkan oleh para ahli bahasa di Indonesia yang dilakukan di Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Pusat Bahasa). Dan pengaruh linguistik modern yang
dibawa oleh Ferdinand de Saussure dan Noam Chomsky pun sampai ke Indonesia meskipun
berbenturan dengan paham lama linguistik tradisional orang Indonesia. Para tokoh linguistik
Indonesia di antaranya adalah A.M. Moeliono, Harimurti Kridalaksana, dan Gorys Keraf. 

Rujukan[sunting | sunting sumber]
1. ^ a b c (Inggris) Continuum Books. "Outline of History of Linguistics" (PDF).
2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r (Indonesia), Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta. P. 332-381.
3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o (Inggris) Pustaka Sekolah. "Sejarah perkembangan ilmu bahasa".
4. ^ a b c d e f g h i j k l Campbell, L. (2001). The History of Linguistics. Oxford: Blackwell Publishers.
5. ^ a b c d e f g h (Inggris) Angel Fire. "Ferdinand de Saussure's Course in Linguistics". Diakses tanggal
4/13/2014.

MAKALAH LINGUISTIK UMUM :


ALIRAN TRADISIONAL, TOKOH
DAN AJARANNYA
16 Januari 2015

MAKALAH
LINGUISTIK UMUM
ALIRAN TRADISIONAL, TOKOH DAN AJARANNYA

Nama kelompok :
Gania Wanti
Riska parmando
Rini delmasari

Dosen pembimbing:
Dian Sartika,S.pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
SEKOLAH TINGGI KEGUARUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN
TAHUN 2014

ABSTRAK
Istilah tradisional sering dipertentangkan dengan istilah struktural, sehingga dalam pendidikan
formal ada istilah tata bahasa tradisional dan tata bahasa struktural. Kedua jenis tata bahasa ini
banyak dibicarakan sebagai dua hal yang bertentangan, sebagai akibat dari pendekatan keduanya
yang tidak sama terhadap hakikat bahasa. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa
berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau
ciri-ciri formal yang ada dalam bahasa tertentu. Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tata
bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian,
sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi
dengan frase ”dengan….” (Chaer, 2003:333).

Terbentuknya tata bahasa tradisional telah melalui masa yang sangat panjang, dari zaman ke
zaman, mulai zaman Yunani sampai menjelang munculnya linguistik modern sekitar akhir abad
ke-19.

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan bahasa merupakan keniscayaan bagi manusia, karena bahasa merupakan salah satu
pembeda antara hewan dan manusia. Hal ini dikarenakan, hanya manusialah yang memiliki
bahasa. Jadi, sudah seharusnya disyukuri apa yang telah dikaruniakan oleh Sang Pencipta kepada
kita, yaitu bahasa.
Dalam sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi berbagai aliran dan paham yang dari luar
tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan dan membingungkan terutama bagi para pemula
(Chaer, 2003:332). Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan berbagai aliran-
aliran linguistik. Salah satunya aliran tradisional yang menganalisis bahasa berdasarkan filsafat
dan semantik .untuk memahami lebih jauh bagaimana terbentuknya tata bahasa tradisional
didalam aliran tradisional yang telah melalui masa yang sangat panjang maka dari itu kita harus
mempelajarinya terbentuknya tata bahasa tradisional ini mulai zaman yunani sampai lahirnya
linguistik modern sekitar akhir abad ke 19.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud aliran tradisional
2. Bagaimana terbentuknya tata bahasa tradisional dari masa ke masa
3. siapa saja tokoh-tokoh yang berkembang pada tiap-tiap masa?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan aliran linguistic tradisional.
2. Mendeskripsikan terbentuknya tata bahasa tradisional dari masa ke masa.
3.mendiskripsikan tokoh-tokoh yag berperan dalam aliran tradisional
BAB II
PEMBAHASAN
A.LINGUISTIK TRADISIONAL
Aliran linguistic tradisional = aliran fungsional yaitu sekumpulan penjelasan dan aturan gramatik
yang dipakaikurang lebih selama dua ratus tahun lalu.istilah tradisional dalam linguistic sering
dipertentangkan dengan istilah structural.tata bahasa tradisional menganalisi bahasa berdasarkan
filsafat dan semantik.sedangkan tata bahasa structural menganalisis bahasa berdasarkan struktur
dan ciri-ciri formal yang ada dalam bahasa.
Dalam merumuskan kata kerja misalnyatata bahsa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata
yang menyatakan tindakan atau kejadian; sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata
kerja adalah kata yang berdistribusi dengan frase”dengan..”
a.a Linguistik zaman yunani
studi bahasa pada zaman yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang ,yaitu dari lebih kurang
abad ke-5 S.M.sampai lebih kurang abad ke-2 m.kurang lebih sekitar 600 tahun.masalah pokok
kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu adalah(1) pertentangan antara
fisis dan nomos.dan (2) pertentangan antaraanalogi dananomali.
Para filsuf yunani mempertanyakan ,apakah bahasa itu bersifat alami (fisis) atau bersifat
konvensi(nomos).bersifat alami atau fisis maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan asal-
usul ,sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia itu sendiri .oleh
karea itu ,tidak dapat ditolak.dalam bidang semantik kelompok yang menganut paham ini ,yaitu
kaum naturalis ,berpendapat bahwa pada setiap kata mempunyai hubungan dengan benda
yang ditunjuknya.atau dengan kata lain ,setiap kata mempunyai makna secara alami ,secara
fisis.misalnya ,kata-kata yang disebut onomatope,atau kata yang terbentuk berdasarkan peniruan
bunyi .sebaliknya kelompok lain,atau kelompok konvensional,berpendapat bahwa bahasa
bersifat konvensi artinya,makna-makna kata itu diperoleh darihasil-hasil tradisi atau kebiasaan-
kebiasaan ,yang mempunyai kemungkinan bisa berubah .menurut onomatope menurut kaum
konvensional hanyalah suatu kebetulan saja .sebagaian besar dari konsep benda ,sifat,dan
keadaan yang sama mengungkapkan dalam bentuk kata yang berbeda.
Pertenrangan analogi dan anomali menyakut masalah bahasa sesuatu yang teratur atau
tidakteratur.kaum analogi ,antara lain plato dan aristoteles,berpendapat bahwa bahasa itu bersifat
teratur.karena adanya keteraturan itulah orang dapat menyusun tata bahasa,maka tidak teratur
tentu yang dapat disusun hanya idiom-idiom saja dari bahasa itu.keteraturan bahasa itu
tampak ,misalnya dalam membentukan jamak bahasa iggris:boy.-boys,gril-
grils.sebaliknyakelompok anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur .kalau bahasa itu
teratur mengapa bentuk jamak bahasa inggris child menjadi children ,bukannya childs .mengapa
bentuk past tense bahasa inggris dari write menjadi wrote dan bukan writed.
Dari keterangan tersebut tampak bahwa kaum anomali sejalan dengan kaum naturalis ,dan kaum
analogi sejalan dengan kaum konvensional .pertentangan kedua kelompok itu,anomali dan
analogi masih berlangsung sampai sekarang,terutama jika orang berbicara mengenai filsafat
bahasa.
Dari studi pada zaman yunani kita mengenal nama beberapa kaum atau tokoh yang mempunyai
peranan besar dalam studi bahasa itu.berikut ini akan kita bicarakan secara singkat
a.a.a kaum sophis
kaum atau kelompok shopis ini muncul pada abad ke-5 S.M.mereka anak dalam studi
bahasa ,antara lain,karena:
(a) Mereka melakukan kerja secara empiris
(b) Mereka melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran –ukuran tertentu;
(c) Mereka sangat mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa;
(d) Mereka membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna
Salah seorang tokoh sophis ,yaitu protogoras ,membagi kalimat ,menjadi kalimat narasi,kalimat
tanya ,kalimat jawab ,kalimat perintah ,kalimat laporan ,doa,dan undangan.tokoh lain,georgias
membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal sekarang.
a.a.b plato (429-347 S.M)
plato yang hidup sebelum abad masehi itu,dalam studi bahasa terkenal ,antara lain , karena :
• Dia memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya dialoog.juga mengemukakan
masalah bahasa alamiah dan bahasa konvensional;
• Dia menyodorkan batasan bahasa dan bunyinya kira-kira:bahasa adalah pernyataan pikiran
manusia dengangan perantaraan onomata dan rhemata;
• Dialah orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan rhema .
Onoma (bentuk tunggalnya onomata)dapat berarti:(1) nama,dalam bahasa sehari-hari,
(2)nomina ,nominal dalam istilah tata bahasa ,dan (3) subjek dalam hubungan subjek
logis.sedangkan yang dimaksud dengan rhema ( bentuk tunggalnya rhemata ),dapat berarti ;(1)
ucapan ,dalam bahasa sehari-hari,(2)verba ,dalam istilah tata bahasa ,dan (3)predikat dalam
anggota dari logos ,yaitu kalimat atau klausa.
a.a.c aristoteles (384-322 S.M.)
aristoteles adalah salah seorang murid plato .dalam studi bahasa dia terkenal ,antara lain,karena:

• Dia menambahkan satu kelas kata lagi atas pembagian yang dibuat guru nya ,plato,yaitu
dengan syndesmoi.jadi,menurut aristoteles ada macam kelas kata ,yaitu onomo ,rhema, dan
synedesmoi .yang dimaksud dengan synedesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas
dalam hubungan sintaksis.jadi synedesmoi itu lebih kurang sama dengan kelas preposisi ,dan
konjungsi yang kenal sekarang:
• Dia membedakan jenis kelamin kata (atau gender) menjadi tiga ,yaitu maskulin ,feminin,dan
neutrum.
Hal lain yang perlu diketahui adalah bahwa aristoteles selalu bertolak dari logika .dia
memberikan pengertian ,definisi ,konsep,makna dan sebagainya selalu berdasarkan logika.
a.a.b kaum stoik
kaum stoik adalah sekelompok ahli filsafat yang berkembang pada abad
permulaan abad ke-4 S.M.dalam studi bahasa kaum stoik terkenal ,antara lain,karena:
• Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa;
• Mereka menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa yaitu (1) tanda,simbol,sign,atau
saimainon;(2)makna ,apa yang disebut ,semainomen,atau lekton;(3) hal-hal diluar bahasa,yakni
benda atau situasi ;
• Mereka membedakan legein ,yaitu bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak
bermakna,dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna:
• Mereka membagi jenis kata menjadi empat ,yaitu kata benda,kata kerja ,syndesmoi ,dan
arthoron ,yaitu kata-kata yang menyatakaan jenis kelamin dan jumlah:
• Mereka membedakan adanya kata kerja tak komplet,serta kata kerja aktif dan kata kerja pasif

Dari uraian diatas tampak bahwa yang telah dihasilkan oleh kaum stoik lebih jauh daripada yang
telah dihasilkan oleh atau pada masa aristoteles.
a.a.c. kaum alexandrian
kaum alexandrian menganut paham analogi dalam studi bahasa.oleh karena itu lah dari mereka
kita mewarisi sebuah tata bahasa yang disebut tata bahasa dionysius thrax sebagai hasil mereka
dalam menyelediki kereguleran bahasa yunani .buku dionysius tharax ini lahir kurang tahun 100
S.M .buku ini diterjemahkan kedalam bahasa latin oleh remmius palaemon pada permulaan abad
pertama masehi dengan judul ars grammatika. buku inilah yang kemudian dijadikan model
penyusunan buku tata bahasa eropa lainnya.karena sifatnya yang mentradisi ,maka buku-buku
tata bahasa tersebut kini dikenal dengan sebutan tatabahasatradisional.jadi cikal bakal tatabahasa
tradisional itu barasal dari buku dionysius thrax itu.
Sezaman dengan serjana-sarjana yunani diatas ,diindia pada tahun 400 S.M.panini,seorang
sarjana hindu ,telah menyusun lebih kurang 4.000 pemerian tentang struktur bahasa sanskerta
dengan prinsip-prinsip dan gagasan –gagasan yang masih dipakai dalam linguistik dalam
linguistik modern .Leonard Bloomfield (1887-1949),seorang tooh linguistik struktural
amarika ,menyebut panini sebagai one of thegreates monuments of human intelligence karena
buku tata bahasa panini,yaitu astdhyasi merupakan diskripsi lengkap dari bahasa sanskerta yang
pertama kali ada.
B.ZAMAN ROMAWI
Studi bahasa pada zaman romawi dapat dianggap kelanjutan dari zaman yunani ,boleh dikatakan
orang romawi mendapat pengalaman dalam bidang linguistik dari orangyunani.tokoh yang
terkenal pada zaman romawi yang terkenal antara lain :
b.b.a varro dan “de lingua latina”
“de lingua latina”yang terdiri dari 25 jilid, varro masih juga memperdebatkan masalah analogi
dan anomali seperti pada zaman stoik diyunani.buku ini dibagi dalam bidang-bidang
etimologi ,morfologi,dan sintaksis.apa yang dibicarakan dalam bukunya itu mengenai bidang-
bidang tersebut berikut ini dibicarakan secara sangat singkat
(a)etimologi adalah cabang linguistik yang menyelediki asal-asul kata beserta artinya dalam
bidang ini varro mencatat adanya perubahan bunyi yang terjadi dari zaman ke zaman ,dan
perubahan makna kata.perubahan bunyi misalnya dari kata duellum menjadi belum yang artinya
‘perang’.perubahan makna misalnya kata hostis yang semulanya berarti ‘orang asing’ kemudian
menjadi ‘musuh.kelemahan varro dalam bidang etimologi ini adalah dia menggap kata-kata latin
dan yunani yang berbentuk sama adalah pinjaman langsung padahal banyak kata latin dan yunani
yang harus direkontruksikan kembali kepada satu bahasa purba atau bahasa proto yang lebih tua.
(b) morfologi ,adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan pembentukannya.apakah kata
itu ?menurut varro kata bagian dari ucapan yang tidak dapat dipecahkan lagi ,dan merupakan
bentuk minimum.menurut varro dalam bahas latin ada kata-kata yang terjadi secara analogi ,dan
ada juga yang terjadi secara anomali jadi ,ada bentuk yang reguler dan juga yang tidak
regulerdalam menyusun kelas kata varro membagi kalas kata latin dalam empat bagian yaitu:
• kata benda ,termasuk kata sifat,yakni kata yang disebut berinfleksi kasus
• kata kerja yakni kata yang membuat pernyataan yang berinfleksi “tense”
• partisipel ,yakni kata yang menghubungkan (dalam sintaksis kata benda dan kata kerja ),yang
berinfleksi kasus dan “tense”
• adverbium ,yakni kata yang menghubungkan (anggota bawahan dari kata kerja),yang tidak
berinfleksi
kategori kata kerja dibedakan atas tense ,time ,dan aspect serta aktif dan pasif.perhatikan contoh
berikut!
Time past present futurum
aktif Aspek tak komplet,komplet Discebam
didiceram Disco
didici Discam
didicero
Pasif Tak komplet ,komplet
Tentang kasus kalau dalam bahasa yunani ada lima buah ,maka dalam bahasa latin menurut varro
ada enam buah yaitu :(1)nominativus yaitu bentuk primer dan bentuk pokok: (2) genetivus ,yaitu
betuk yang menyatakan kepunyaan ; (3) dativus ,yaitu bentuk yang menyatakan menerima: (4)
akusativus yaitu bentuk yang menyatakan objek : (5) vokativus ,yaitu bentuk sebagai sapaan atau
panggilan : dan (6)ablativus ,yaitu bentuk yang menyatakan asal.
Mengenai deklinasi ,yaitu perubahan bentuk kata berkenaan dengan kategori ,kasus ,jumlah ,dan
jenis ,varro membedakan adanya dua macam deklinasi,yaitu deklinasi naturalis dan
deklinasi voluntaris.yang dimaksud dengan deklinasi naturalis ,perubahan itu dengan sendirinya
dan sudah berpola.deklanasi ini pada umumnya bersifat reguler ;dan biasanya sudah dapat
diketahui pemakai bahasa dengan serta merta tanpa ragu-ragu.sebaliknya ,deklanasi voluntaris
perubahanya terjadi secara morfologis bersifat selektif dan manasuka ,jadi ,bersifat reguler .oleh
karena itu pemakai bahasa harus sadar bagaimana ia harus melaksanakan deklinasi itu.
b.b.b istitutiones grammaticae atau tata bahasa priscia
dalam sejarah studi bahasa ,buku tata bahasa priscia ini yang terdiri dari 18 jilid (16 jilid
mengenai morfologi dan dua jilid mengenai sintaksis)dianggap sangat penting karena :
(a) merupakan buku tata bahasa latin yang paling lengkap yang dituturkan oleh pembicara
aslinya;
(b) teori-teori tata bahasanya merupakan tonggak-tonggak utama pembicaraan bahasa secara
tradisional
dengan dua buah alasan diatas,buku tata bahasa ini kemudian menjadi model dan contoh dalam
penulisan tata bahasa bahasa lain dieropa dan dibagian dunia lain.sebagai buku tata bahasa
tradisional ,buku ini secara nyata dan pasti menggunakan semantik atau makna sebagai norna
utama pembahasan bahasa ,ataupun segi-segi formal bahasa juga dibicarakan beberapa segi yang
patut dibicarakan mengenai buku itu ,antara lain ,adalah:

fonologi dibicarakan mengenai huruf/tulisan yang disebut literae/bagian terkecil dari bunyi yang
dapat dituliskan, (2) morfologi dibicarakan mengenai dictio/atau kata, (3) sintaksis dibicarakan
mengenai oratio yaitu tata susunan kata yang berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai.
Buku Institutiones Grammaticae ini telah menjadi dasar tata bahasa Latin dan filsafat zaman
pertengahan (Chaer, 2003:341).

b.b.c zaman pertengahan


Studi bahasa pada zaman pertengahan mendapat perhatian penuh terutama oleh para filsuf
skolastik. Pada zaman pertengahan ini, yang patut dibicarakan dalam studi bahasa antara lain
adalah peranan Kaum Modistae, Tata Bahasa Spekulativa, dan Petrus
Hispanus(Chaer,2003:341).
Kaum Modistae menerima analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat reguler dan
universal. Mereka memperhatikan secara penuh akan semantik sebagai penyebutan definisi
bentuk-bentuk bahasa, dan mencari sumber makna, maka dengan demikian.
Tata Bahasa Spekulativa merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa Latin ke
Berkembanglah bidang etimologi .dalam filsafat skolastik. Menurut Tata Bahasa Spekulativa,
kata tidak secara langsung mewakili alam dari benda yang ditunjuk.
Petrus Hispanus, memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa, membedakan nomen atas
dua macam yaitu nomen substantivum dan nomen edjektivum, membedakan semua bentuk yang
menjadi subjek/predikat dan bentuk tutur lainnya.

b.b.d zaman renaisans


Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern. Dalam
sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat. 1)
Sarjana-sarjana pada waktu itu menguasai bahasa Latin, Ibrani, dan Arab, 2) Bahasa Eropa
lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasaan, penyusunan tata bahasa, dan
perbandingan.

b.b.e Menjelang Lahirnya Linguistik Modern

Masa antara lahirnya linguistik modern dengan masa berakhirnya zaman renaisans terdapat satu
tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Tonggak yang sangat penting itu adalah
dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa
Yunani, Latin, dan bahasa Jerman lainnya yang telah membuka babak baru sejarah linguistik,
yakni dengan berkembangnya studi linguistik bandingan atau linguistik historis komparatif, serta
studi mengenai hakekat bahasa secara linguistik terlepas dari masalah filsafat Yunani Kuno.

Bila disimpulkan, pembicaraan mengenai linguistik tradisional dapat dikatakan bahwa:


1) Pada tata bahasa tradisional ini, tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan
bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu pada tulisan.
2) Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari
bahasa lain, terutama bahasa Latin.

3) Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara perspektif, yakni benar atau salah.


4) Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika.
5) Penemuan-penemuan terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan (Chaer, 2003:345).

BAB III
PENUTUP

A.kesimpulan.
Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Dalam
merumuskan kata kerja, misalnya, tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata
yang menyatakan tindakan atau kejadian. Terbentuknya tata bahasa tradisional telah melalui
masa yang sangat panjang, dari zaman ke zaman, mulai zaman Yunani sampai menjelang
munculnya linguistik modern sekitar akhir abad ke-19. Tata bahasa tradisional tidak dikenal
adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa
hanya bertumpu pada tulisan. Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan
mengambil patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa Latin. Kaidah-kaidah bahasa
dibuat secara perspektif, yakni benar atau salah. Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan
dengan melibatkan logika. Penemuan-penemuan terdahulu cenderung untuk selalu
dipertahankan.

B.Saran
Sebaiknya kita mempelajari aliran tradisional ,karena dalam aliran ini menganalisis bahasa
berdasarkan filsafat dan semantik.tata bahasa tradisional tidak dikenal adanya perbedaan antara
ujaran dengan bahasa tulisan.oleh karena itu diskripsi bahasa hanya bertumbu pada
tulisan.bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan
dari bahasa lain ,terutama bahasa latin.jika dikaji lebih dalam tentang aliran ini banyak
pengetahuan –pengatuhuan baru yang ditemukan karena aliran ini adalah aliran pertama yang
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.


Miles, Matthew B., dkk. 1992. Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode
Baru, Terjemahan Tcecep Rohendi Rohidi, Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Soeparno. 2003. Dasar-dasar Linguistik. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.

Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

http ://www. ariprasetyo_ aliran-aliran linguistk..com


http ://www. kamalyusuf_ perkembangan linguistik di Indonesia hingga akhir 90-an.
http ://www. muhamadarif_ sejarah dan aliran linguistk..com

http ://www. pakdesofa_aliran linguistik..com

Aliran Tradisional
Aliran Tradisional
A. Munculnya Aliran Tradisional
Pada abad IV SM seorang ahli filsafat bernama Plato (429 SM-348 SM)
menelorkan pembagian jenis kata bahasa Yunani Kuno dalam kerangka telaah
filsafatnya. Plato membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi dua
golongan yakni onoma dan rhema. Onoma adalah jenis kata yang biasanya
menjadi pangkal pernyataan atau pembicaraan. Adapun rhema adalah jenis
kata yang biasanya dipakai untuk mengungkapkan pernyataan atau
pembicaraan. Secara awam atau secara mudahnya onoma ini lebih kurang
dapat disejajarkan dengan kata benda, sedangkan rhema lebih kurang
disejajarkan dengan kata kerja atau kata sifat. Selanjutnya, Aristoteles (384
SM-322 SM) membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi tiga golongan
yaknionoma, rhema, dan syndesmos.
Perkembangan ilmu bahasa sampai pada masa itu terbatas pada telaah
kata saja, khususnya tentang jenis kata. Tata bahasa atau gramatikal baru
mulai diperhatikan pada akhir abad (130 SM) oleh Dyonisius Thrax. Buku tata
bahasa yang pertama disusun itu berjudul“Techne Gramatike”. Buku inilah
yang kemudian menjadi anutan para ahli tata bahasa yang lain yang
kemudian dikenal sebagai penganut aliran tradisionalisme. Pada zaman ini
pembagian jenis kata sudah mencapai delapan, yakni: (1) nomina, (2)
pronominal, (3) artikel, (4) verba, (5) adverbial, (6) preposisi, (7) partisipium, (8)
konjugasi.

B.    Ciri-ciri Aliran Tradisional


Tata bahasa tradisional menurut Abdul Chaer (2003: 333)  menganalisis
bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Dalam merumuskan kata kerja,
misalnya, tata bahasa mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan
tindakan atau kejadian.

Ciri-ciri aliran tradisional menurut Soeparno (2002: 44) adalah sebagai


berikut.

1.                 Bertolak dari Pola Pikir secara Filosofis.

Ada dua hal yang menjadi bukti bahwa aliran Tradisional menggunakan
landasan/pola pikir filsafat ialah banyaknya pembagian jenis kata yang
bersumber dari onoma-rhema produk Plato dan onoma-rhema-
syndesmos produk Aristoteles; dan penggunaan istilah subjek dan predikat
yang sampai saat ini menjadi materi utama dalam pembelajaran bahasa di
sekolah.

2.                 Tidak Membedakan Bahasa dan Tulisan.


Teori ini mencampuradukkan pengertian bahasa (dalam arti yang
sebenarnya) dan tulisan (perwujudan bahasa dengan media huruf). Dengan
demikian, secara otomatis juga mencampuradukkan pengertian bunyi dan
huruf. Sebagai bukti seorang ahli bahasa mencampuradukkan pengertian
tersebut dapat dibaca pada kutipan “Antara vocal-vokal itu, huruf a adalah
yang membentuk lubang mulut yang besar, i yang kecil, e biasanya terbentuk di
dalam mulut sebelah muka, dan o di belakang sebelah ke dalam” (Mees dalam
Soeparno, 2002: 44)

3.      Senang Bermain dengan Definisi.


Ciri ini merupakan pengaruh dari cara berpikir secara deduktif. Semua
istilah diberi definisi terlebih dahulu kemudian diberi contoh, yang kadang-
kadang hanya ala kadarnya. Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan-
kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan. Yang paling
utama adalah memahami istilah dengan menghapal definisi yang dirumuskan
secara filosofis.

4.      Pemakaian Bahasa Berkiblat pada Pola/Kaidah.


Ketaatan pada pola ini diwarisi sejak para ahli tata bahasa tradisional
mengambil alih pola-pola bahasa latin untuk diterapkan pada bahasa mereka
sendiri. Kaidah bahasa yang telah mereka susun dalam suatu bentuk buku
tata bahasa harus benar-benar ditaati oleh pemakai bahasa. Setiap
pelanggaran kaidah dinyatakan sebagai bahasa yang salah atau tercela.
Pengajaran bahasa di sekolah mengajarkan bahasa persis yang tercantum di
dalam buku tata bahasa. Praktik semacam itu mengakibatkan siswa pandai
dan hafal teori-teori bahasa akan tetapi tidak mahir berbicara atau berbahasa
di dalam kehidupan masyarakat. Tata bahasa yang mereka pakai itu biasa
disebut tata bahasa normative dan tata bahasa preskriptif.

5.      Level-level Gramatik Belum Ditata Secara Rapi.


Level (tataran) yang terendah menurut teori ini adalah huruf. Level di
atas huruf adalah kata, sedangkan level yang tertinggi adalah kalimat.
Menurut teori ini, huruf didefinisikan sebagai unsure bahasa yang terkecil,
kata didefinisikan sebagai kumpulan dari huruf yang mengandung arti,
sedangkan kalimat didefinisikan sebagai kumpulan kata yang mengandung
arti lengkap. 

6.      Tata Bahasa Didominasi oleh Jenis Kata (Part of Speech)


Ciri ini merupakan ciri yang paling menonjol di antara ciri-ciri yang lain.
Hal ini dapat dimengerti Karena masalah penjenisan kata merupakan aspek
linguistik yang paling tua dalam sejarah kajian linguistik.

C.   Keunggulan dan Kelemahan Aliran Tradisional

1.      Keunggulan

  Teori tradisional lebih tahan lama karena pola pikir aliran ini bertolak dari pola
pikir filsafat.
  Aliran ini berkiblat pada bahasa tulis baku, maka keteraturan penggunaan
bahasa bagi para penganutnya amat dibangggakan.
  Aliran tradisional mampu menghasilkan generasi yang mempunyai kepandaian
dalam menghafal istilah karena salah satu ciri aliran ini senang bermain
dengan definisi.
  Aliran tradisional menjadikan penganutnya memiliki pengetahuan tata bahasa
yang cukup tinggi karena pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah.
  Aliran ini telah memberikan kontribusi besar terhadap penegakan prinsip:
“yang benar adalah benar walaupun tidaka umum, dan yang salah adalah
salah walaupun abanyak pengikutnya”.

2.      Kelemahan

  Teori tradisional belum bisa membedakan bahasa dan tulisan sehingga


pengertian antara bahasa dan tulisan masih kacau.
  Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis
dan disimpulkan, yang paling utama adalah memahami istilah dengan
menghafal definisi yang dirumuskan secara filosofis.
  Pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah sehingga siswa pandai dan
hafal teori-teori bahasa akan tetapi tidak mahir sama sekali berbicara atau
berbahasa didalam kehidupan masyarakat.
  Level-level gramatikalnya belum rapi hanya tiga level yang secara pasti
ditegakkan, yakni huruf, kata, dan kalimat.
  Pemerian bahasa menggunakan pola bahasa latin yang sangat berbeda dengan
bahasa Indonesia.
  Pemerian bahasa berdasarkan bahasa tulis baku padahal bahasa tulis baku
hanya merupakan sebagian dari ragam bahasa yang ada.
  Permasalahan tata bahasa masih banyak didominasi oleh permasalahan jenis
kata (part of speech), sehingga ruang lingkup permasalahan masih sangat
sempit.
  Objek kajian hanya sampai dengan level kalimat, sehingga tidak
memungkinkan menyentuh aspek komunikatif.

Linguistik tradisional adalah adalah segala hal mengenai paham, aliran, dan
tokoh yang ada pada zaman Yunani kuno hingga zaman renaisans.Dalam
zaman linguistik tradisional, para ahli  bahasa saat itu mengkaji bahasa
berdasarkanfilsafat dan semantik.Tokoh yang mengembangkan ilmu linguistik
tradisional di antaranya berasal dari bangsa Eropa danAsia seperti
Yunani, Romawi, India, Latin, dan Arab.

Aristoteles
Linguistik zaman Yunani
Studi bahasa pada zaman Yunani telah berjalan sekitar kurang-lebih
600 tahun (5 SM-2 M). Masalah pokok yang menjadi bahasan studi linguistik
pada zaman ini adalah pertentangan mengenai sifat dasar bahasa, apakah ia
bersifat alami dan tak bisa diubah maknanya (fisis), atau bahasa itu bersifat
manasuka dan dapat berubah-ubah maknanya (nomos).Selain itu, pada
zaman diperdebatkan pula apakah bahasa itu bersifat teratur (reguler)
misalnya seperti pembentukan kata jamak boy->boys, girl->girls, check-
checked, atau bahasa itu bersifat tak teratur (ireguler) seperti kata bahasa
Inggris go->went, write-wrote bukan writed.Tokoh-tokoh yang muncul dan
memberikan sumbangsih dalam perkembangan ilmu bahasa pada zaman
linguistik tradisional di Yunani di antaranya adalah Kaum
Sophis, Plato,Aristoteles, dan Kaum Stoik.

Kaum Sophis (5 SM) mulai melakukan studi bahasa dengan melakukan


penelitian secara empiris dengan menggunakan ukuran-ukuran, dan mereka
juga mengklasifikasikan tipe-tipe kalimat berdasarkan makna. Mereka
melakukan penelitian bahasa dengan memperhatikan retorika, atau cara para
cendekiawan Yunani menyampaikan ceramah. Tokoh yang populer dari Kaum
Sophis adalahProtagoras dan Georgias.

Plato (429-347 SM) memberikan sumbangan pada ilmu bahasa dalam


bukunya yang berjudul Dialoog. Ia menyatakan bahwa bahasa merupakan
hasil pikiran manusia yang terdiri dari onoma dan rhemata. Onoma yaitu kata
benda, nama, dan subjek, sedangkan rhemata adalah ucapan sehari-hari,
verba, dan predikat. Dalam bukunya juga dibahas mengenai perbedaan antara
sifat bahasa yang alamiah dan konvensional.
Pasca Plato, muridnya Aristoteles (384-322 SM) juga ikut memberikan
sumbangsih dalam ilmu bahasa, di antaranya yaitu ia menambahkan elemen
bahasa yang dinyatakan Plato dengan antar lain Onoma, Rhemata, dan
Syndesmoi atau preposisi dan konjungsi.Selain itu, ditambahkan pula
mengenai Legein bunyi tak bermakna, dan prophetal atau bunyi bermakna,
dan kelamin kata (gender).
Selanjutnya, Kaum Stoik (4 SM), menambahkan elemen bahasa menjadi
onoma, rhemata, syndesmoi, dan arthoron, yang artinya adverbial
kuantitas. Selain itu, mereka juga meletekkan dasar komponen utama dalam
studi bahasa di antaranya mengenai simbol, makna, dan konteks, yaitu
sesuatu yang di luar bahasa.Mereka juga lah yang pertama kali mengenalkan
kata kerja pasif dan aktif.

Kaum Alexandria
Kaum Alexandria membuat buku tata bahasa yang bernama Dionysius
Thrax yang diterjemahkan ke dalam bahasa Ars Gramatika.Buku ini
merupakan buku pertama tata bahasa pada aliran linguistik tradisional, jadi
buku tata bahasa Dionysius Thrax itu merupakan cikal bakal linguistik
tradisional.Sementara itu, Panini (400 SM) seorang sarjana Hindu dari India
juga menerbitkan buku bernama Astdhyasi tata bahasa Sanskerta dengan
jumlah 4000 ayat yang gagasan-gagasannya digunakan oleh para ahli
linguistik modern hingga saat ini.

Zaman Romawi
Studi bahasa pada zaman Romawi banyak terpengaruh dari zaman
Yunani.Tokoh penting dalam perkembangan bahasa pada zaman ini adalah
Varro, yang mengeluarkan buku De Lingua Latina setebal 25 jilid dan Priscia
18 jilid. Kedua buku menjelaskan mengenai etimologi (asal mula kata),
morfologi, dan sintaksis. Selanjutnya buku ini menjadi tonggak utama
perkembangan linguistik tradisional Eropa.

Zaman Renaisans
Zaman renaisans merupakan pembukaan bagi abad pemikiran modern dalam
studi linguistik.[3] Hal itu dikarenakan pada zaman ini banyak sarjana yang
menguasai bahasa Yunani, Ibrani, Latin, dan Arab. Selain itu, mereka juga
mengkaji, menyusun, dan membuat perbandingan terhadap bahasa-bahasa
tersebut

Linguistik bahasa Ibrani dan bahasa Arab


Penelitian dalam linguistik bahasa Ibrani dan bahasa Arab dilakukan karena
kedudukan kedua bahasa tersebut dalam agama Islam dan agama
Yahudi. Dalam studi linguistik bahasa Ibrani diterbitkan buku berjudul De
Rudimentis Hebraicis karangan Reuchlin yang membahas mengenai
penggolongan kata dalam bahasa Ibrani.Sedangkan studi linguistik bahasa
Arab terbagi menjadi dua aliran yaitu Basrah dan Kufah.Perbedaan dari kedua
aliran ini adalah Basrah mengikuti konsep analogi, yaitu bahasa merupakan
sistem yang teratur atau regular. Sedangkan kufah berpendapat bahwa
bahasa itu tidak teratur atau ireguler.Tokoh-tokoh yang menerbitkan karya
pada zaman ini adalah Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi dengan karya Kitab al
Ayn, dan Sibawaih dengan karyanya Al-Kitab.

Anda mungkin juga menyukai