ALIRAN TRADISIONAL
(Suntingan ke-1)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi linguistik mengalami tiga tahap perkembangan, yaitu tahap spekulasi, tahap
observasi, dan tahap perumusan teori. Pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan tentang
bahasa tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng atau cerita rekaan belaka.
Pada tahap klasifikasi dan observasi, para ahli bahasa mengadakan pengamatan dan
penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki tetapi belum sampai pada merumuskan
teori. Pada tahap ketiga yakni tahap penyelidikan ilmiah dimana bahasa yang diteliti itu bukan
hanya diamati dan diklasifikasi, tetapi juga telah dibuatkan teori-teorinya.
Dalam sejarah perkembangannya, linguistik dipenuhi dengan berbagai aliran, paham,
pendekatan, dan teknik penyelidikan yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling
berlawanan, dan membingungkan, terutama bagi para pemula. Namun sebenarnya semua itu
akan menambah wawasan kita tentang bidang dan kajian linguistik. Lebih lanjut akan
dibicarakan tentang aliran linguistik yang lebih khusus pada aliran tradisional.
Aliran tradisional boleh dikatakan sebagai aliran linguistik yang tertua namun karena
ketaatannya pada kaidah menyebabkan aliran ini tetap eksis di zaman apapun.Istilah tradisional
sering dipertentangkan dengan istilah struktural sehingga dalam pendidikan formal ada istilah
tata bahasa tradisional dan tata bahasa struktural. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa
berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau
ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu. Selain itu, teori tradisional berdasarkan
pola pemikiran secara filosofis. Dari latar belakang sejarahnya saja, kita bisa mengetahui
bahwa munculnya teori ini bermula dari Plato dan Aristoteles yang kita kenal sebagai filosof
besar bangsa Yunani.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah dapat
disusun seperti di bawah ini.
1. Bagaimana munculnya aliran linguistik tradisional?
2. Bagaimana ciri-ciri aliran linguistik tradisional?
3. Siapa sajakah para tokoh aliran aliran linguistik tradisional?
4. Apakah kelebihan dan kelemahan aliran linguistik tradisional?
5. Zaman-zaman apa saja yang terdapat pada aliran tradisional?
6. Bagaimana analisis kalimat dalam aliran linguistik tradisional?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Munculnya Aliran Linguistik Tradisional
Pada abad IV SM, seorang ahli filsafat bernama Plato (429 S.M.-348 S.M.) menelorkan
pembagian jenis kata bahasa Yunani Kuno dalam kerangka telaah filsafatnya. Plato membagi
jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi dua golongan yaitu onoma danrhema. Onoma adalah
jenis kata yang biasanya menjadi pangkal pernyataan atau pembicaraan. Adapun rhema adalah
jenis kata yang biasanya dipakai untuk mengungkapkan pernyataan atau pembicaraan. Secara
awam atau secara mudahnyaonoma ini lebih kurang dapat disejajarkan dengan kata benda,
sedangkan rhema lebih kurang disejajarkan dengan kata kerja atau kata sifat. Selanjutnya,
Aristoteles (384 S.M.-322 S.M.) membagi jenis kata bahasa Yunani Kuno menjadi tiga
golongan yaknionoma, rhema, dan syndesmos.
Perkembangan ilmu bahasa sampai pada masa itu terbatas pada telaah kata saja,
khususnya tentang jenis kata. Tata bahasa atau gramatikal baru mulai diperhatikan pada akhir
abad (130 S.M.) oleh Dyonisius Thrax. Buku tata bahasa yang pertama disusun itu berjudul
“Techne Gramatike”. Buku inilah yang kemudian menjadi anutan para ahli tata bahasa yang
lain yang kemudian dikenal sebagai penganut aliran tradisionalisme. Pada zaman ini
pembagian jenis kata sudah mencapai delapan, yaitu: (1) nomina, (2) pronominal, (3) artikel,
(4) verba, (5) adverbial, (6) preposisi, (7) partisipium, dan (8) konjugasi.
d. Kaum Stoik
Kaum Stoik Adalah kelompok ahli filsafat yang berkembang pada permulaan abad ke-4
S.M. dalam studi bahasa, kaum Stoik terkenal dikarenakan.
1. Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa.
2. Mereka menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa.
3. Mereka membedakan tiga komponen utama dari studi bahasa yaitu (1)
tanda,simbol, sign atau semainon; (2) makna, apa yang sebut semainomen atau lekton; dan (3)
hal-hal di luar bahasa, yakni benda atau situasi.
4. Mereka membedakan legein, yaitu bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak
bermakna dan propheretal yaitu ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna.
5. Mereka membagi jenis kata menjadi empat, yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi,
dan arthoron, yaitu kata-kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah.
6. Mereka membedakan adanya kata kerja komplet dan kata kerja tidak komplet, serta kata kerja
aktif dan kata kerja pasif.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa yang telah dihasilkan oleh kaum Stoik lebih jauh
daripada yang telah dihasilkan oleh atau pada zaman Plato dan Aristoteles.
e. Kaum Alexandrian
Kaum Alexandrian menganut paham analogi dalam studi bahasa. Oleh karena itulah dari
mereka kita mewarisi sebuah buku tata bahasa yang bisebut “Tata BahasaDionysius Thrax”
sebagai hasil mereka dalam menyelidiki kereguleran Bahasa Yunani.Buku tersebut lahir lebih
kurang tahun 100 S.M. dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin oleh Remmius Palaemon
pada permulaan abad pertama Masehi dengan judul “Ars Grammatika”. Buku itulah yang
kemudian dijadikan model dalam penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya. Karena sifatnya
yang mentradisi, maka buku tersebut sekarang dikenal dengan sebutan tata bahasa tradisonal
dan cikal bakal tata bahasa tradisonal tersebut berasal dari buku “Tata Bahasa Dionysius
Thrax”.
2. Zaman Romawi
Studi bahasa pada zaman Romawi dapat dianggap kelanjutan dari zaman Yunani,
sejalan dengan jatuhnya Yunani, dan munculnya Kerajaan Romawi. Boleh dikatakan orang
Romawi mendapat pengalamandalam bidang linguistik dari orang Yunani. Pada awal abad
pertama Remmius Palaemon telah menerjemahkan buku “Tata BahasaDionysius Thrax” ke
dalam Bahasa Latin dengan judul “Ars Grammatika”. Tokoh pada zaman Rowami yang
terkenal, antara lain: Varro (116-27 S.M.) dengan karyanya “De Lingua Latina” dan Priscia
dengan karyanya “Institutiones Grammaticae”.
c. Zaman Pertengahan
Studi bahasa pada zaman pertengahan di Eropa mendapat perhatian penuh terutama oleh
para filsuf skolastik dan Bahasa Latin menjadi lingua franca, karena dipakai sebagai bahasa
gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan. Dari zaman pertengahan ini yang patut
dibicarakan dalam studi bahasa, antara lain adalah peranan Kaum Modistae, Tata Bahasa
Spekulativa, dan Petrus Hispanus.
1. Peranan Kaum Modistae
Kaum Modistae masih membicarakan pertentangan fisis dan nomos dan pertentangan
antara analogi dan anomali. Mereka menerima konsep analogi karena menurut mereka bahasa
itu bersifat reguler dan bersifat universal.
2. Tata Bahasa Spekulativa
Tata Bahasa Spektulativa merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal Bahasa Latin
(seperti yang dirumuskan oleh Priscia) ke dalam filsafat skolastik. Kata tidak secara
langsung mewakili alam dari benda yang ditunjuk. Kata hanya mewakili hal adanya benda itu
dalam berbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas, dan sebagainya.Semua bahasa akan
mempunyai kata untuk konsep yang sama dan semua bahasa akan menyatakan kesamaan jenis
kata dan kategori-kategori gramatikal lainnya. Salah seorang gramatikus dari zaman ini adalah
Peter Hellas. Dia mengikuti jejak Priscia, tetapi dia selalu memberikan komentar berdasarkan
logika Aristoteles.
3. Perus Hispanus
Perus Hispanus pernah menjadi Paus, yaitu pada tahun 1276-1277 dengan gelar Paus
Johannes XXI. Bukunya yang berjudul “Summulae Logicales”. Peranannya dalam bidang
linguistik, antara lain:
a. Dia telah memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa. Dia juga membedakan antara
signifikasi utama dan konsignifikasi, yaitu perbedaan pengertian pada bentuk akar dan
pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan.
b. Dia telah membedakan nomen atas dan macam, yaitu nomen substantivum dannomen
adjectivum.
c. Dia telah membedakan partes orationes atas categoremetik (semua bentuk yang dapat
menjadi subyek atau predikat) dan syntategorematik (semua bentuk tutur lainnya).
d. Zaman Renaisans
Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern.
Dalam sejarah studi bahasa, ada dua hal pada zaman Renaisans yang menonjol yang perlu
dicatat, yaitu:
1. Penguasaan beberapa bahasa oleh sarjana-sarjana pada waktu itu (Latin, Yunani, Ibrani, dan
Arab).
2. Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat
perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa, dan malah juga perbandingan.
Bahasa Ibrani dan bahasa Arab banyak di pelajari orang pada akhir abad pertengahan.
Kedua bahasa itu diakui resmi pada akhir abad ke-14 di Universitas Paris. Bahasa Ibrani perlu
diketahui dan dipelajari karena kedudukannya sebagai bahasa kitab Perjanjian Lama dan kitab
Perjanjian Baru. Beberapa buku tentang tata bahasa Ibrani pernah ditulis oleh orang pada
zaman Renaisans yang di antaranya: Roger Bacon, Reuchlin, dan N. Clenard. Buku tata bahasa
yang pernah ditulis oleh Reuchlin berjudul “De Rudimentis Hebraicis” yang berisi tentang
penggolongan kata. Dia menggolongkan kata Bahasa Ibrani atas nomen, verbum, dan partikel.
Penggolongan kata tersebut mirip dengan penggolongan kata dalam linguistik Arab yang
menjadi ismun, fi’lun, dan harfun. Sesungguhnya Bahasa Ibrani dan Arab adalah dua bahasa
yang serumpun dan perkembangan studi bahasa Ibrani juga sejalan dengan perkembangan
linguistik Bahasa Arab yang terlebih dahulu memperoleh kemajuan.
Linguistik Arab berkembang pesat karena kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa kitab
suci agama Islam, yaitu Qur’an. Sedangkan bahasa kitab suci menurut pendapat kebanyakan
Ulama Islam tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa lain dan hanya boleh ditafsirkan saja.
Ada dua aliran linguistik Arab, yaitu:
1. Aliran Basra (mendapat pengaruh konsep analogi dari zaman Yunani yang senantiasa
berpegang teguh pada kereguleran dan kesistematisan Bahasa Arab).
2. Aliran Kufah (menganut paham anomali karena mereka lebih memberikan perhatian kepada
keanekaragaman bahasa).
Bahasa-bahasa Eropa, dimana yang mendapat perhatian secara khusus dan serius adalah
studi tentang bahasa Roman atau Neo-Latin. Lebih-lebih setelah Dante menulis buku yang
berjudul “De Vulgari Eloquentia” pada permulaan abad ke-14 yang berisi tentang bahasa yang
dipakai sehari-hari yang diketahui sejak kecil. Dia juga mengusulkan agar Bahasa Italia
dijadikan bahasa persatuan di seluruh Italia. Adanya hubungan antara bahasa-bahasa Roman
dengan Bahasa Latin menyebabkan timbulnya studi bahasa-bahasa secara diakronik.
Bahasa-bahasa Di Luar Eropa, mendapat perhatian dalam studi bahasa karena adanya
kegiatan (keagamaan, politik, perdagangan, dan sebagainya) para misionaris ke luar negeri
yang jauh dari Eropa dan harus melibatkan mereka dengan bahasa-bahasa tersebut sehingga
muncul berbagai tulisan tentang bahasa-bahasa seperti yang terdapat di India, Jepang,
Indonesia, dan lain-lainnya. Selain itu, misi tersebut juga berguna untuk menyadarkan pula
akan perlunya sebuah bahasa yang dapat dipakai sebagai bahasa perhubungan (lingua franca)
antarbangsa.
d. Kaum Stoik
Konsep yang dihasilkan kaum stoik adalah:
1) adanya semaion, makna dan benda ataupun situasi.
2) bunyi yang bermakna (propheretal) dan tidak bermakna (legein).
3) ada 4 jenis kata : kata benda,kata kerja,syndesmoi dan arthoron .
4) kata kerja komplet (KKK), kata kerja tak komplet(KKtK) dan kata kerja aktif dan kata kerja
pasif.
Berikut ini adalah analisis keenam kalimat dengan menerapkan kaum Stoik:
1) Ibu membeli susu.
KB KKK KB
Pada kalimat “Ibu membeli susu” menunjukkan ada simbol yang berupa kata/tulisan
yang diiringi dengan maknanya yang menunjukkan situasi yang terjadi. Pada kalimat itu pula,
didapatkan bunyi yang bermakna (propheretal). kelas kata yang ada dalam kalimat tersebut
meliputi kata benda dan kata kerja komplet aktif.
i. Zaman Romawi
Tokoh yang terkenal didalamya adalah Varro dan Priscia.
b. Varro
Varro mengenalkan hasil studi bahasanya sebagai berikut:
1) Etimologis
Varro menyatakan bahwa terjadi perubahan bunyi dari zaman ke zaman.
2) Morfologi
Dalam hal morfologi, Varro membagi kelas kata Latin menjadi 4 yakni:
a) kata benda termasuk kata sifat yakni kata yang berinfleksi kasus (peran).
b) kata kerja yakni kata yang membuat pernyataan, yang berinfleksi “tense”.
c) partisipel, kata yang menghubungkan (kata benda dan kata kerja dalam sintaksis) yang tidak
berinfleksi.
d) adverbium, yakni kata yang mendukung (anggota bawahan dari kata kerja) yang tidak
berinfleksi (Chaer, 2003:339).
Berikut ini adalah analisis keenam kalimat dengan menerapkan konsep Varro:
1. Ibu membeli susu.
KB KK KB
2. Buku itu berwarna putih.
KB KK -
3. Sebuah candi ditemukan di Nganjuk.
KB KK -
4. Bapak sare, kula siram.
'Ayah tidur, saya mandi'
KB KK KB KK
Pada kalimat “bapak sare, kula siram” tidak bisa diterapkan persis dengan konsep
tersebut, karena dalam bahasa Jawa tidak terdapat kata kerja yang berinfleksi dengan “tenses”.
Pada bagian partisipel, kalimat “bapak sare, kula siram” ini bisa diperikan sebagai berikut:
Bapak sare , kula siram
Kata penghubung pada kalimat tersebut adalah adanya tanda koma (,) yang tidak
berinfleksi dengan apapun. Dalam kalimat ini, tidak terdapat adverbium karena masing-masing
predikat tidak disertai kata lain.
5. Surabaya itu kota bersih.
KB KB -
6. Kuda itu menendang petani.
KB KK KB
c. Institutiones Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia
Buku tata bahasa Priscia ini dibicarakan mengenai tiga studi kebahasaan, meliputi (a)
fonologi, (b) morfologi, dan (c) sintaksis. Dalam fonologi, ia membedakan adaya empat bunyi
yaitu: (1) vox artikulata,(2) vox martikulata, (3) vox literata, dan (4) vox illiterate. Dalam
morfologi, Priscia mengetengahkan tentang (1) nomen, (2) verbum, (3) participium, (4)
pronomen, (5) adverbium, (6) praepositio, (7) interjection, dan (8) conjunction.
1) Ibu membeli susu
2) Buku itu berwarna putih.
3) Sebuah candi ditemukan di Nganjuk.
4) Bapak sare, kula siram.
'Ayah tidur, saya mandi'
5) Surabaya itu kota bersih.
6) Kuda itu menendang petani.
Secara keseluruhan, kalimat tersebut diatas secara fonologi atas konsep precisian merupakan
jenis bunyi yang tergolong vox litterata dengan kategori artikulata.
Sementara dalam Tata bahasa pricisia yang memerikan tentang kelas kata adalah sebagai
berikut:
1) Ibu membeli susu.
Ibu : nomen
Membeli : verbum dengan praepositio
Susu ; participium
2) Buku itu berwarna putih.
Buku : nomen
Itu : pronomen
Berwarna : verbum dengan praepositio
Putih : nomen (dalam klasifikasi kata sifat)
3) Sebuah candi ditemukan di Nganjuk.
Sebuah candi : nomen
Ditemukan : verbum dengan preposition
Di Nganjuk : participium dengan kategori nomen
4) Bapak sare, kula siram.
'Ayah tidur, saya mandi'
Menurut tata bahasa Priscia, kalimat “bapak turu, kula siram” terdiri dari:
Bapak : nomen
Turu : verbum
Kula : nomen
Siram : verbum
5) Surabaya itu kota bersih.
Surabaya itu : nomen
Kota : nomen
Bersih : nomen (kata sifat)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tahap perkembangan bahasa terdiri atas tahap spekulasi, klasifikasi, dan rumusan teori.
Aliran tradisional baru mencapai tahap spekulasi dan klasifikasi.
2. Ciri-ciri aliran tradisional bertolak dari pola pikir secara filosofis, tidak membedakan bahasa
dan tulisan, senang bermain dengan definisi, pemakaian bahasa berkiblat pada pola/kaidah,
level-level gramatik belum ditata secara rapi, tata bahasa didominasi oleh jenis kata (part of
speech).
3. Aliran tradisional juga memiliki banyak kelebihan dan kelemahan.
4. Linguistik tradisional sering dipertentangkan dengan bahasa struktural, bedanya tata bahasa
tradisional menganalisis bahasa pada filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural
berdasarkan struktur/ciri formal yang ada pada suatu bahasa tertentu.
5. Zaman-zaman yang terdapat pada aliran tradisional adalah sebagai berikut:
a. Linguistik Zaman Yunani.
b. Linguistik Zaman Romawi.
c. Linguistik Zaman Pertengahan.
d. Zaman Renaissans.
e. Menjelang Lahirnya Linguistik Modern.
6. Analisis kalimat :
Ibu membeli susu
Buku itu berwarna putih.
Sebuah candi ditemukan di Nganjuk.
Bapak sare, kula siram.
Surabaya itu kota bersih.
Kuda itu menendang petani.
B. Saran
1. Makalah tentang aliran tradisional ini hendaknya dapat menjadi sumber belajar untuk
mengadakan pengkajian aliran ini di masa mendatang.
2. Makalah ini masih terbatas pada pembahasan tentang sejarah, ciri-ciri, kelebihan dan
kelemahan aliran tradisional, dan zaman-zaman yang terdapat pada aliran tradisional. Pada
pengkajian selanjutnya diharapkan lebih mendalam dan lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA