Penulis :
Agus Mursalin (311810156)
Herlina Memes (311810170)
Icha Herwati (311810150)
Izmimazuri Uhsuar (311810161)
Paula Merdeka K. P.(311810144)
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Tim penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Hakikat Proses Morfologis..................................................................................5
B. Proses Morfologis Dan Bentuk-Bentuknya........................................................5
C. Jenis-Jenis Proses Morfologis..............................................................................7
D. Afiksasi..................................................................................................................9
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti
‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ilmu. Di dalam kajian linguistik, morfologi
berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Kalau dikatakan
morfologi membicarakan masalah bentuk-bentuk dan pembentukan kata,
maka semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni morfem dengan
segala bentuk dan jenisnya perlu dibicarakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat proses morfologis?
2. Bagaimana proses morfologis dan bentuk-bentuknya?
3. Apa saja jenis-jenis proses morfologis?
4. Apa itu afiksasi?
C. Tujuan
3
1. Mengetahui apa hakikat distribusi morfem.
2. Mengetahui bagaimana proses morfologis dan bentuk-bentuknya.
3. Mengetahui apa saja jenis-jenis proses morfologis.
4. Mengetahui apa itu afiksasi.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis dari makalah ini adalah diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep morfologi,
terutama tentang distribusi morfem majemuk, distribusi morfem ulang,
dan distribusi morfem imbuhan dalam bahasa indonesia.
2. Manfaat praktis dari makalah ini adalah diharapkan dapat
menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang
berkaitan dengan morfologi dalam penggunaan distribusi morfem
majemuk, distribusi morfem ulang, dan distribusi morfem imbuhan
dalam bahasa indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
1.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Proses morfologis menurut M. Rohmadi dkk (2009:39) “ialah yang
merupakan pembentukan kata-kata dengan jalan menghubungkan morfem yng
satu dengan morfem lainnya itu bentuk dasarnya mungkin berupa pokok kata,
kata dasar, bentuk kompleks, frase, kata dan pokok kata dengan pokok kata”.
6
5. Bentuk dasar terdiri atas kata dan pokok kata
Kata Bentuk dan pokok kata
Pasukan tempur Pasukan dan tempur
Gedung juang Gedung dan juang
Contoh:
Kata lari dapat berubah menjadi:
a. Me-lari-kan
b. Ber-lari
c. Di-lari-kan
d. Ber-lari-an
7
e. Pe-lari-an dan sebagainya.
2. Reduplikasi/bentuk ulang
Contoh:
8
dasar baik sebagian maupun seluruh, baik dengan variasi bunyi maupun
tidak yang menghasilkan makna baru.
3. Pemajemukan/kompositum
Contoh:
a. Pisau dan cukur menjadi pisau cukur.
b. Rumah dan makan menjadi rumah makan.
Pada contoh (1) dan (2) dapat dilihat bahwa kata yang telah
dimajemukan memiliki arti yang berbeda pada setiap kata. Proses ini
membuat arti yang berbeda setelah dimajemukan, hal ini membuktikan
bahwa pemajemukan menghasilkan arti baru berarti.
Dari pendapat ahli dan contoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pemajemukan adalah proses morfomis yang menggabungkan dua kata
tunggal atau dua morfem dasar atau dua morfem akar menjadi sebuah kata
baru yang disebut kompositum.
D. Afiksasi
9
bentukyang dilekatinya tadi. Bentuk yang dilekatinya bisa terdiri atas pokok
kata, kata dasar, atau bentuk kompleks.”
Misalnya:
makan + an = makanan
minum + an = minuman
satu + an = satuan
1. Ciri-ciri afiks
10
yang tidak mempunyai apa-apa sebelum mengikatkan diri pada
bentuk lain.
c. Afiks mampu melekat pada berbagai bentuk
Afiks mampu melekat pada berbagai bentuk, tidak hanya pada
bentuk tertentu saja. Contohnya afiks –an mampu melekat pada
berbagai bentuk kata sebagai berikut.
Makan + -an = makanan
Minum + -an = minuman
Tulis + -an = tulisan
Berbagai bentuk + -an = ... an
d. Afiks tidak mempunyai makna leksis
Contoh:
Apakah makna ber-?
Apakah makan ter-?
Kita tidak akan dapat menjawab pertanyaan diatas. Hal ini
berbeda dengan pertanyaan dibawah ini.
Apakah makna ber- pada kata berbaju?
Apakah makna ter- pada kata tertinggal?
11
Kesimpulannya adalah afiks ke-an (konfiks) mampu mengubah
jenis kata sifat menjadi jenis kata baru, yakni kata benda. Dengan
demikian afiks ke-an mendukung fungsi dramatik.
f. Afiks dapat mendukung fungsi semantik
Coba perhatikan morfem ter- pada kalimat sebagai berikut.
paku terinjak oleh adi.
adik terpandai di kelasnya.
Batu yang besar itu akhirnya terangkat juga.
Ter- pada kata terinjak berarti tidak sengaja
terpandai berati paling
terangkat berti berhasil
afiks mendukung fungsi semantik. Makna yang ditimbulkan oleh
peristiwa morfologi seperti halnya pada contoh afiksasi di atas
disebut nosi.
g. Kedudukan afiks tidak sama dengan preposisi
Dalam bentuk tertentu beberapa afiks sering dikacaukan dengan
preposisis yang kebetulan bentuknya sama. Bentuk ke- dan di-
pada kata ketua dan ke rumah serta dipukul dan di rumah berbeda.
Perhatikan contoh dibawah ini!
Ketua = ke- + tua
Dipukul = di- + pukul
Afiks : jika berdiri sendiri tidak mempunyai makna leksis
Preposisi : jika berdiri sendiri mempunyai makna leksis
Ke rumah = ke + rumah
Di Rumah = di + rumah
Ke dan di sebagai preposisi mengandung makan leksis,
menunjukan keterangan tempat dan keterangan tujuan. Secara
dramatis ke dan di sebagai preposisi mempunyai sifat bebas.
h. Bentuk afiks tidak sama dengan klitiks
Perhatikan perbandingan antara afiks dan bentuk klitiks di bawah
ini!
12
Rumahku = rumah –ku bukan afiks
Rumahnya = rumah –nya bentuk klitik
Rumahnya = rumah –mu bentuk klitik
Bentuk klitiks ku, mu, nya secara gramatik mempunyai sifat bebas
dan mengandung makna leksis, yaitu sebagai posesif.
2. Macam-macam afiks
a. Prefiks (awalan)
b. Infiks
el- + tunjuk =
telunjuk
em- + getar = gemetar
er- + gigi = gerigi
13
Dalam bahasa Indonesia, jumlah infiks sangat terbatas, hanya ada 3
infiks yang sudah disebutkan di atas. Lalu kita juga menemukan infiks
–in- yang seperti digunakan pada kata sinambung.
Selain sinambung kata lain yang seakan-akan dibentuk dengan infiks
-in-, yaitu kata kinerja padanan kata Performance dalam bahasa
Inggris. Sebenarnya –in- memang merupakan infiks, tetapi digunakan
aktif pada bentukan kata-kata dalam bahasa Jawa. Infiks –in- belum
dapat menyatu sebagai afiks dan belum produktif dalam pembentukan
kata baru dalam bahasa Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan infiks –in-
bukan infiks dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian bahasa
Indonesia menyerap kata sinambung dan kinerja secara utuh dari
bahasa Jawa.
c. Sufiks
14
Contohnya seperti berikut :
15
Afiks asli adalah afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia.
Misalnya, meN-, ber-ter-, -el-, -em-, -er-, -I, -kan, dan lainnya, yaitu
sedangkan afiks asing adalah afiks yang bersumber dari bahasa asing
ataupun bahasa daerah. Misalnya -wan, -isme, -isasi, dan lain-lain.
16
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
2. Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam menggunakan
kata yang dihasilkan dari proses morfologis agar tidak terjadi
kesalahpahaman saat berkomunikasi.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://mynewbloghilang.blogspot.com/2015/12/makalah-afiksasi.html
Rohmadi, M., dkk. 2009. Morfologi: Telaah Morfem dan Kata. Surakarta: Yuma
Pustaka.
20