Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK I

DISTRIBUSI MORFEM DALAM BENTUK MAJEMUK, MOERFEM


ULANG MORFEM IMBUHAN DLAM BAHASA INDONESIA

Mata Kuliah : Morfologi


Dosen Pengampu: Hariyadi, M.Pd.
Kelas : A Sore

Penulis :
Agus Mursalin (311810156)
Herlina Memes (311810170)
Icha Herwati (311810150)
Izmimazuri Uhsuar (311810161)
Paula Merdeka K. P.(311810144)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA PONTIANAK
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

Makalah ini merupakan hasil diskusi Kelompok I yang yang berjudul


“Distribusi Morfem Dalam Bentuk Majemuk, Moerfem Ulang Morfem Imbuhan
Dlam Bahasa Indonesia”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh bapak Hariyadi, M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah
Morfologi.

Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang


telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini dibuat dengan
maksimal namun penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran
membangun.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pontianak, Oktober 2109

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Hakikat Proses Morfologis..................................................................................5
B. Proses Morfologis Dan Bentuk-Bentuknya........................................................5
C. Jenis-Jenis Proses Morfologis..............................................................................7
D. Afiksasi..................................................................................................................9
BAB III...........................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................................16
B. Saran...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti
‘bentuk’ dan kata logi yang berarti ilmu. Di dalam kajian linguistik, morfologi
berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Kalau dikatakan
morfologi membicarakan masalah bentuk-bentuk dan pembentukan kata,
maka semua satuan bentuk sebelum menjadi kata, yakni morfem dengan
segala bentuk dan jenisnya perlu dibicarakan.

Proses pembentukan kata disebut sebagai proses morfologi. Proses


morfologi ada tiga macam yaitu morfem bentuk majemuk, morfem ulang dan
morfem imbuhan. Ada pun penggunaan macam-macam proses tersebut
disesuaikan dengan kebutuhan penuturan.

Morfem bentuk majemuk adalah kata yang dihasilkan dari penggabungan


kata yang menghasilkan kata dengan makna baru. Morfem ulang adalah kata
yang dihasilkan dari pengulangan kata dasar baik sebagian maupu seluruhnya.
Morfem imbuhan adalah kata yang dihasikan dari penambahan imbuhan
(infiksasi).

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat proses morfologis?
2. Bagaimana proses morfologis dan bentuk-bentuknya?
3. Apa saja jenis-jenis proses morfologis?
4. Apa itu afiksasi?
C. Tujuan

3
1. Mengetahui apa hakikat distribusi morfem.
2. Mengetahui bagaimana proses morfologis dan bentuk-bentuknya.
3. Mengetahui apa saja jenis-jenis proses morfologis.
4. Mengetahui apa itu afiksasi.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis dari makalah ini adalah diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep morfologi,
terutama tentang distribusi morfem majemuk, distribusi morfem ulang,
dan distribusi morfem imbuhan dalam bahasa indonesia.
2. Manfaat praktis dari makalah ini adalah diharapkan dapat
menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang
berkaitan dengan morfologi dalam penggunaan distribusi morfem
majemuk, distribusi morfem ulang, dan distribusi morfem imbuhan
dalam bahasa indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
1.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Proses Morfologis

Morfologi menurut Sumaryanto (2010:27) adalah “bagian dari tata


bahasa yang membicarakan bentuk kata”. Sejalan dengan morfologi, istilah
proses morfologis digunakan untuk menyebut proses dari pembentukan kata.

Menurut M. Rohmadi dkk (2009:39) Proses Morfologis ialah “peristiwa


(cara) pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu
dengan morfem yang lain. Dalam proses morfologis, yang menjadi bentuk
terkecil adalah morfem dan bentuk terbesarnya ialah kata”. Menurut Edi
Subroto (2013) “dalam morfologi sebuah bahasa selain proses afiksasi juga
sering dijumpai proses lain, yaitu pemajemukan atau komposisi dan hasilnya
disebut kata majemuk, dan proses perulangan (reduplikasi) dan hasilnya
disebut kata ulang”.

Dari pendapat ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proses


morfologis adalah pembentukan kata dari morfem-morfem yang diproses
melalui pemajemukan (komposisi), perulangan (reduplikasi), dan
pengimbuhan (infiksasi). Proses morfologis yang merupakan pembentukan
kata-kata dengan jalan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem
lainnya itu bentuk dasarnya mungkin berupa pokok kata, kata dasar, bentuk
kompleks, frase, kata dan pokok kata, atau berupa pokok kata dengan pokok
kata.

B. Proses Morfologis Dan Bentuk-Bentuknya

5
Proses morfologis menurut M. Rohmadi dkk (2009:39) “ialah yang
merupakan pembentukan kata-kata dengan jalan menghubungkan morfem yng
satu dengan morfem lainnya itu bentuk dasarnya mungkin berupa pokok kata,
kata dasar, bentuk kompleks, frase, kata dan pokok kata dengan pokok kata”.

Adapun rincian ragam proses pembentukan kata adalah sebagai berikut:

1. Bentuk dasar berupa kata:


Kata Bentuk dasar berupa “kata”
Terpandai Pandai
Anak-anak Anak
Membangunkan Bangun

2. Bentuk dasar berupa pokok kata:


Kata Bentuk dasar berupa “pokok
kata”
Berjuang Juang
Bertemu Temu
Mengalirkan Alir
Bersandar Sandar

3. Bentuk dasar berbentuk frase


Kata Bentuk kata berbentuk frase
Ketidakadilan Tidak adil
Ketidaktahuan Tidak tahu

4. Bentuk dasar terdiri atas kata dengan kata


Kata Bentuk dasar berupa kata & kata
Rumah sakit Rumah dan Sakit
Meja makan Meja dan Makan

6
5. Bentuk dasar terdiri atas kata dan pokok kata
Kata Bentuk dan pokok kata
Pasukan tempur Pasukan dan tempur
Gedung juang Gedung dan juang

6. Bentuk dasar terdiri dari pokok kata dengan pokok kata


Kata Bentuk kata berupa pokok kata dengan pokok
kata
Jual beli Jual dan beli
Lomba lari Lomba dan lari

C. Jenis-Jenis Proses Morfologis

Terdapat tiga macam prose morfologis sebagai berikut:

1. Afiksasi (pembubuhan afiks)

Afiksasi ialah proses morfologis yang menghasilkan kata dengan cara


memberikan imbuhan baik berupa awalan, sisipan, atau akhiran pada
morfem lainnya. Menurut M. Rohmadi, dkk (2009:41) “Afiksasi adalah
proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk tunggal maupun kompleks
untuk membentuk kata baru”. Menurut M. Rohmadi, dkk (2009:40)
“afiksasi Ialah proses morfologis dengan cara memberikan imbuhan baik
berupa awalan, sisipan, atau akhiran pada morfem lainnya”.

Contoh:
Kata lari dapat berubah menjadi:
a. Me-lari-kan
b. Ber-lari
c. Di-lari-kan
d. Ber-lari-an

7
e. Pe-lari-an dan sebagainya.

Pada contoh diatas dapat dilihat bahwa perbedaan infiks yang


ditempelkan pada kata dasar yang sama memberikan makna yang
berbeda. Dari pendapat ahli serta contoh diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa afiksasi adalah pembubuhan imbuhan (afiks) baik awalan, sisipan,
atau akhiran pada bentuk tunggal maupun kompleks yang menghasilkan
makna baru.

2. Reduplikasi/bentuk ulang

Reduplikasi ialah proses morfologis melalui peristiwa pengulangan


bentuk yang menghasilkan kata bentuk ulang. Menurut Verharr (Lihat
Edi Subroto (2013:20) “proses yang lain perlu dibicarakan disini ialah
perulangan yang hasilnya disebut kata ulang. Proses perulangan ialah
proses morfemis yang berupa pengulangan bentuk dasar ( bentuk yang
diulang ), baik seluruh maupun sebagian baik dengan variasi bunyi
maupun tidak”. Menurut M. Rohmadi dkk (2009:41) “morfem bentuk
ulang Ialah proses morfologis melalui peristiwa pengulangan bentuk yang
menghasilkan bentuk ulang”.

Contoh:

a. Anak menjadi anak-anak..


b. Bapak menjadi bapak-bapak.
Pada contoh (1) dan (2) dapat dilihat bahwa kata dasar yang di ulang
dapat menimbulkan arti baru. Pada contoh (1) morfem anak menjadi
anak-anak yang berarti menjadikannya jamak sedangkan contoh (2)
morfem bapak menjadi bapak-bapak yang menunjukan keadaan seorang
paruhbaya.

Berdasarkan pendapat ahli dan contoh di atas dapat disimpulkan


bahawa morfem bentuk ulang adalah hasil dari proses pengulangan kata

8
dasar baik sebagian maupun seluruh, baik dengan variasi bunyi maupun
tidak yang menghasilkan makna baru.

3. Pemajemukan/kompositum

Menurut Verhaar (lihat Edi Subroto (2013:17) “Pemajemukan atau


komposisi ialah prosess morfomis yang menggabungkan dua kata tunggal
atau dua morfem dasar atau dua morfem akar menjadi sebuah kata baru
yang disebut majemuk”. Menurut M. Rohmadi dkk (2009:47)
“pemajemukan Ialah penggabungan kata dengan kata yang menghasilkan
bentuk-bentuk majemuk atau kata majemuk. Proses demikian ini telah
lazim disebut sebagai proses pemajemukan, sedangkan istilah untuk
bentuk majemuk itu sendiri disebut kompositum.

Contoh:
a. Pisau dan cukur menjadi pisau cukur.
b. Rumah dan makan menjadi rumah makan.

Pada contoh (1) dan (2) dapat dilihat bahwa kata yang telah
dimajemukan memiliki arti yang berbeda pada setiap kata. Proses ini
membuat arti yang berbeda setelah dimajemukan, hal ini membuktikan
bahwa pemajemukan menghasilkan arti baru berarti.

Dari pendapat ahli dan contoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pemajemukan adalah proses morfomis yang menggabungkan dua kata
tunggal atau dua morfem dasar atau dua morfem akar menjadi sebuah kata
baru yang disebut kompositum.

D. Afiksasi

Menurut M. Rohmadi dkk (2009:41) “afiksasi ialah suatu bentuk


linguistik yang keberadaannya hanya untuk melekatkan diri pada bentuk-
bentuk lain sehingga mampu menimbulkan makna baru tehadap bentuk-

9
bentukyang dilekatinya tadi. Bentuk yang dilekatinya bisa terdiri atas pokok
kata, kata dasar, atau bentuk kompleks.”

Dari pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa afiksasi adalah


proses morfologis yang menyebabkan perubahan makna pada kata dasar yang
dilekatinya. Morfem afiks tidak memiliki arti apabila berdiri sendiri.

Sebagian afiks harus diuji kemungkinan untuk melekat pada sebagian


bentuk lain. Contoh: kata makanan terdiri atas dua unsur langsung, yaitu
makan sebagai bentuk dasar dan unsur –an sebagai afiks. Sebagai afiks unsur
–an harus mamapu melekat pada bentuk lain. Jika tidak mapu melekat pada
bentuk lain, maka unsur tersebut bunaka merupakan afiks.

Misalnya:

makan + an = makanan

minum + an = minuman

satu + an = satuan

afiks dapat melakat pada berbagai bentuk.

1. Ciri-ciri afiks

Adapun ciri-ciri dari afiks adalah sebagai berikut sebagaimana yang


dipaparkan oleh M. Rohmadi (2009:42-44):

a. Afiks merupakan unsur langsung


Afiks merupakan unsur pembentuk kata-kata baru selain unsur
lainnya. Contoh nya kata ber / + lari = berlari
b. Afiks merupakan bentuk terikat
Sebagai unsur langsung pembentuk kata baru afiks merupakan
imbuhan dan bukan bebeas. Sebagai morfem, afiks merupakan
morfem teriakt. Contohnya ber-, me-, pe-, ter- . Contoh tadi adalah

10
yang tidak mempunyai apa-apa sebelum mengikatkan diri pada
bentuk lain.
c. Afiks mampu melekat pada berbagai bentuk
Afiks mampu melekat pada berbagai bentuk, tidak hanya pada
bentuk tertentu saja. Contohnya afiks –an mampu melekat pada
berbagai bentuk kata sebagai berikut.
Makan + -an = makanan
Minum + -an = minuman
Tulis + -an = tulisan
Berbagai bentuk + -an = ... an
d. Afiks tidak mempunyai makna leksis
Contoh:
Apakah makna ber-?
Apakah makan ter-?
Kita tidak akan dapat menjawab pertanyaan diatas. Hal ini
berbeda dengan pertanyaan dibawah ini.
Apakah makna ber- pada kata berbaju?
Apakah makna ter- pada kata tertinggal?

Kedua kelompok bentuk pertanyan di atas membuktikan bahwa


afiks tidak mempunyai makna leksis sebelum melekat pada unsur
lain.

e. Afiks mampu mendukung fungsi gramatik


Contoh:
Malas + ke-an = kemalasan
Bodoh + ke-an = kebodohan

Kata dasar + afiks = kata baru


Kata sifat + konfiks = bentuk kompleks

11
Kesimpulannya adalah afiks ke-an (konfiks) mampu mengubah
jenis kata sifat menjadi jenis kata baru, yakni kata benda. Dengan
demikian afiks ke-an mendukung fungsi dramatik.
f. Afiks dapat mendukung fungsi semantik
Coba perhatikan morfem ter- pada kalimat sebagai berikut.
paku terinjak oleh adi.
adik terpandai di kelasnya.
Batu yang besar itu akhirnya terangkat juga.
Ter- pada kata terinjak berarti tidak sengaja
terpandai berati paling
terangkat berti berhasil
afiks mendukung fungsi semantik. Makna yang ditimbulkan oleh
peristiwa morfologi seperti halnya pada contoh afiksasi di atas
disebut nosi.
g. Kedudukan afiks tidak sama dengan preposisi
Dalam bentuk tertentu beberapa afiks sering dikacaukan dengan
preposisis yang kebetulan bentuknya sama. Bentuk ke- dan di-
pada kata ketua dan ke rumah serta dipukul dan di rumah berbeda.
Perhatikan contoh dibawah ini!
Ketua = ke- + tua
Dipukul = di- + pukul
Afiks : jika berdiri sendiri tidak mempunyai makna leksis
Preposisi : jika berdiri sendiri mempunyai makna leksis
Ke rumah = ke + rumah
Di Rumah = di + rumah
Ke dan di sebagai preposisi mengandung makan leksis,
menunjukan keterangan tempat dan keterangan tujuan. Secara
dramatis ke dan di sebagai preposisi mempunyai sifat bebas.
h. Bentuk afiks tidak sama dengan klitiks
Perhatikan perbandingan antara afiks dan bentuk klitiks di bawah
ini!

12
Rumahku = rumah –ku bukan afiks
Rumahnya = rumah –nya bentuk klitik
Rumahnya = rumah –mu bentuk klitik
Bentuk klitiks ku, mu, nya secara gramatik mempunyai sifat bebas
dan mengandung makna leksis, yaitu sebagai posesif.

2. Macam-macam afiks
a. Prefiks (awalan)

Proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau


imbuhan di depan bentuk dasarnya atau juga proses pembentukan kata-
kata yang dilakukan dengan cara membubuhkan atau menambahkan
atau menempelkan afiks di depan bentuk dasarnya. Contoh prefiks atau
awalan, yaitu di-, ter-, ke-, se-, meN-, peN-, pra-, a-, per-, ber-, dan
sebagainya.

b. Infiks

     Proses pembentukan kata dengan menambah afik atau imbuhan di


tengah bentuk dasarnya. Afik-afik yang ditambahkan tersebut disebut
infik atau sisipan. Proses pembentukan kata telinjuk,
gemetar, dan gerigi, dilakukan dengan menambahkan infik di tengah
bentuk dasarnya. Contohnya : -el-, -er-, -em-, dan -in-.

Proses pembentukanya:    infiks   +      bentuk dasar  =  kata

el-         +          tunjuk   =
telunjuk

em-       +          getar                 = gemetar

er-         +          gigi                  = gerigi

13
Dalam bahasa Indonesia, jumlah infiks sangat terbatas, hanya ada 3
infiks yang sudah disebutkan di atas. Lalu kita juga menemukan infiks
–in- yang seperti digunakan pada kata sinambung.
Selain sinambung kata lain yang seakan-akan dibentuk dengan infiks
-in-, yaitu kata kinerja padanan kata Performance dalam bahasa
Inggris. Sebenarnya –in- memang merupakan infiks, tetapi digunakan
aktif pada bentukan kata-kata dalam bahasa Jawa. Infiks –in- belum
dapat menyatu sebagai afiks dan belum produktif dalam pembentukan
kata baru dalam bahasa Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan infiks –in-
bukan infiks dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian bahasa
Indonesia menyerap kata sinambung dan kinerja secara utuh dari
bahasa Jawa.

c. Sufiks

Proses pembentukkan kata yang dilakukan dengan cara


menambahkan atau menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya, maka
afiks tersebut disebut sufiks atau akhiran. Istilah ini juga berasal dari
bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere). Sufiks asli
dalam bahasa Indonesia juga sangat terbatas. Masih banyak akhiran-
akhiran asing lain yang dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia,
yaitu –isasi, -er, -is, dan sebagainya. Sehingga beberapa akhiran-
akhiran asing tersebut disebut sufiks serapan dari bahasa lain.

      Sebuah afiks, termasuk sufiks, dikategorikan sebagai keluarga


afiks bahasa Indonesia jika sudah dapat melekat pada bentuk dasar asli
bahasa Indonesia sehingga afiks itu secara potensial dapat digunakan
untuk membentuk kata-kata baru dalam bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia hanya melakukan penyesuaian pelafalan dan atau penulisan
yang dianggap perlu. Contoh : -an, -kan, -i.

14
Contohnya seperti berikut :

Pada akhiran –an membentuk kata benda misalnya, pukulan,


manisan, satuan, ratusan. Makna akhiran –an adalah sebagi berikut;

1) Menyatakan tempat                                  : pangkalan,


kubangan
2) Menyatakan alat                                        : timbangan, ayunan
3) Menyatakan hal atau cara                         : didikan, pimpinan.
4) Menyatakan akibat, hasil perbuatan          : hukuman, balasan.
5) Menyatakan seluruh, kumpulan                : lautan, sayuran.
d. Konfiks

      Konfiks ialah afiks gabungan yang terbentuk atas perfiks dan


sufiks yang berfungsi mendukung makna tertentu. Karena mendukung
makna tertentu itulah maka konfiks tidak dianggap sebagai prefiks atau
sufiks yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi dianggap sebagai
satu kesatuan bentuk yang tidak terpisahkan. Dan karena morfem
merupakan komposit bentuk beserta artinya, maka konfiks dianggap
satu morfem, bukan gabungan dua morfem.

      Konfiks disebut juga simulfiks karena konfiks itu merupakan


merupakan gabungan afiks yang secara simultan mendukung makna
tertentu. Konsep dasar konfiks atau simulfiks tidak sama karena sudut
pandang penamaan konfiks dan simulfiks memang berbeda. Konfiks
dilihat dari kebersamaannya mendukung satu makna atau satu
pengertian, sedangkan simulfiks didasarkan kebersamaannya
atau simultannya satuan gramatik itu dalam membentuk satuan
gramatik yang lebih besar.

e. Afiks asli dan serapan

15
Afiks asli adalah afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia.
Misalnya, meN-, ber-ter-, -el-, -em-, -er-, -I, -kan, dan lainnya, yaitu
sedangkan afiks asing adalah afiks yang bersumber dari bahasa asing
ataupun bahasa daerah. Misalnya -wan, -isme, -isasi, dan lain-lain.

Beberapa afiks asing yang dikenal dalam pemakaian bahasa


indonesia, yaitu sebagai berikut.

1) Afiks –wan : sastrawan, hartawan, wartawan, dsb.


2) Afiks –wati : sastrawati, wartawati, seniwati, dsb.
3) Afiks –man : budiman, seniman, dsb.
4) Afiks –is : pancasilais, agamis, moralis, dsb.
5) Afiks –if : konsumtif, sportif, korektif, dsb.
6) Afiks –a : amoral, alogis, asosial, dsb.
7) Afiks –al :nasional, leksikal, dsb.
8) Afiks –iah :alamiah, batiniah, dsb.
9) Afiks –il :strukturil, meteril, dsb.
10) Afiks –pre :preposisi, prefiks, dsb.
11) Afiks –us :kritikus, alumnus, dsb.
12) Afiks –or :koruptor, diktator, dsb.
13) Afiks –isasi :afiksasi, neonisasi, dsb.
14) Afiks –er :lifter, sporter, dsb.
15) Afiks im- :improduktif, immoral, dsb.
f. Afiks produktif dan afiks improduktif

M. Rohmadi (2009) mengemukakan bahwa afiks produktif adalah


adalah afiks yang mampu dilekatkan pada kata yang luas sedangkan
afiks improduktif sangat terbatas. Penyebab dari adanya improduktif
ini adalah adanya kecenderungan untuk menggunakan morfem afiks
tertentu.

16
17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Proses morfologis adalah pembentukan kata dari morfem-morfem


yang diproses melalui pemajemukan (komposisi), perulangan
(reduplikasi), dan pengimbuhan (infiksasi). Proses morfologis yang
merupakan pembentukan kata-kata dengan jalan menghubungkan
morfem yang satu dengan morfem lainnya itu bentuk dasarnya
mungkin berupa pokok kata, kata dasar, bentuk kompleks, frase, kata
dan pokok kata, atau berupa pokok kata dengan pokok kata.
2. Proses morfologis adalah yang merupakan pembentukan kata-kata
dengan jalan menghubungkan morfem yng satu dengan morfem
lainnya itu bentuk dasarnya mungkin berupa pokok kata, kata dasar,
bentuk kompleks, frase, kata dan pokok kata dengan pokok kata.
3. Jenis proses afiksasi ada tiga yaitu komposisi, afiksasi dan reduplikasi.
4. Afiksasi ialah suatu bentuk linguistik yang keberadaannya hanya untuk
melekatkan diri pada bentuk-bentuk lain sehingga mampu
menimbulkan makna baru tehadap bentuk-bentukyang dilekatinya tadi.
Bentuk yang dilekatinya bisa terdiri atas pokok kata, kata dasar, atau
bentuk kompleks.
B. Saran
1. Tenaga Pendidik

Diharapkan kepada tenaga pendidik untuk menyampaikan dengan


detail perbedaan penggunaan kata yang dihasilkan dari proses
morfologis senhingga siswa tidak salah dalam memahami atau
penggunaannya.

18
2. Masyarakat
Diharapkan kepada masyarakat untuk berhati-hati dalam menggunakan
kata yang dihasilkan dari proses morfologis agar tidak terjadi
kesalahpahaman saat berkomunikasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://mynewbloghilang.blogspot.com/2015/12/makalah-afiksasi.html

Rohmadi, M., dkk. 2009. Morfologi: Telaah Morfem dan Kata. Surakarta: Yuma
Pustaka.

Subroto, Edi. 2013. Pemeriaan Morfologi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Media


Perkasa

Sumaryanto. 2010. Ensiklopedia Bahasa Indonesia. Demak: Anekailmu

20

Anda mungkin juga menyukai