Anda di halaman 1dari 19

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM NOVEL INGKAR KARYA BOY

CANDRA ( KAJIAN PRAGMATIK )

Ditulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S) pada

program Studi Sastra Indonesia

Nurdin Chaetami

NIM : 171010700347
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Wibowo (2001:3) Bahasa ialah sistem symbol bunyi yang bermakna serta

berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang mempunyai arbiter secara konvensional,

yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan

perasaan serta pikiran. Definisi bahasa dari kridalaksana (chaer, 2016 : 33 ) sifat atau

ciri antara lain adalah: (1) Bahasa adalah sistem, (2) Bahasa itu berwujud lambang ,

(3) Bahasa itu berupa bunyi, (4) Bahasa itu bersifat arbiter, (5) Bahasa itu bermakna,

(6) Bahasa itu bersifat bersifat konvensional, (7) Bahasa itu bersifat unik, (8) Bahasa

itu bervariasi, (9) Bahasa itu bersifat produktif, (10) Bahasa itu bervariasi, (11)

Bahasa itu bersifat dinamis, (12) Bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial,

dan (13) Bahasa itu merupakan identitas penuturnya. Dapat diartikan bahwa bahasa

ialah alat yang digunakan untuk berkomunikasi dan menyampaikan suatu gagasan

baik secara tertulis maupun lisan. Ilmu yang mengkaji bahasa bahasa sebagai objek

kajiannya adalah linguistik.

Linguistic atau ilmu bahasa adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa.

Bergantung pada sudut pandang dan pendekatan seorang peneliti, linguistic sering

kali digolongkan kedalam ilmu kognitif, psikologi, dan antropologi. Salah satu ilmu
yang mengkaji bahasa sebagai objeknya ialah linguistik. Linguistik sebagai ilmu yang

mengkaji bahasa memiliki berbagai cabang yaitu , makro dan mikro. Cabang

linguistik mikro antara lain fonologi, morfologi, sintaksis, dialektologi, leksikologi.

Cabang makro antara lain semantik, antropolinguistik, pragmatik, sosiolinguistik,

psikolinguistik, dan etnolinguistik.

Pragmatik adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara konteks luar

bahasa dan maksud tuturan. Konteks luar bahasa ialah unsur diluar tuturan yang

mempengaruhi maksud tuturan. Maksud tidak bisa dilihat dari bentuk dan makna

saja, tetapi juga dari tempat dan waktu berbicara, siapa yang terlibat, tujuan, bentuk

ujaran, cara penyampaian, alat berbicara, norma-norma, dan genre. Yule (2014:5)

pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan

pemakai bentuk-bentuk itu. Dapat disimpulkan bahwa pragmatic ialah studi tentang

makna yang disampaikan oleh penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar

(pembaca).

Implikatur merupakan salah satu kajian dalam pragmatic. Secara sederhana

implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh

yang tersurat. Implikatur dimaksudkan sebagai suatu ujaran yang menyiratkan suatu

yang berbeda dengan sebenarnya diucapkan.menurut Crystal dalam Fajri (2014)

implikatur secara umum dibagi dua macam yaitu implikatur non konvensional (

implikatur percakapan ) dan implikatur konvensional ( non percakapan ). Implikatur

percakapan diderifasi berdasarkan maksim percakapan. Sedangkan implikatur non-

percakapan diderifasi berdasarkan konvensi-konvensi tertentu.


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik meneliti implikatur percakapan

yang digunakan dalam novel Ingkar karya Boy candra. Penulis menggunakan kajian

Pragmatik yang merujuk bahasa yang digunakan pada tokoh yang tergambar dalam

novel Ingkar karya boy candra. Penulis bermaksud meneliti implikatur yang ada

dalam novel Ingkar karya Boy Candra. Penulis juga menjelaskan mengenai beberapa

implikatur dan makna yang tersirat dalam novel ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang

hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Didalamnya tercakup keseluruhan

ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan

masalah.

1. Mengidentifikasi jenis implikatur percakapan dalam novel Ingkar karya Boy Candra

2. Mendeskripsikan makna tersirat dalam percakapan novel Ingkar karya Boy Candra ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bermacam implikatur yang tersirat

dalam novel Ingkar karya Boy Candra.

1. Mampu menjelaskan jenis implikatur apa saja yang terdapat dalam novel Ingkar

karya Boy Candra

2. Mengetahui makna tersirat yang terdapat pada novel Ingkar karya Boy Candra
1.4 MANFAAT PENULISAN

1. MANFAAT TEORISTIS

Manfaat penulisan ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan tentang

implikatur yang sering terjadi di lingkungan masyarakat khususnya dalam novel

Ingkar. Penulisan ini juga sebagai bahan pembelajaran dan bahan perbandingan serta

bahan rujukan untuk penelitian berikutnya.

2. MANFAAT PRAKTIS

1. Manfaat penilitian ini sebagai bahan pembelajaran peneliti dalam memahami

implikatur khususnya yang terdapat dalam novek Ingkar karya Boy Candra

2. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai salah satu persyaratan untuk dapat

memperoleh gelar Sarjana Sastra ( S.S ) Fakultas Sastra Indonesia

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang akan memudahkan penelitian dalam melakukan

penyusunan data, berikut sistematika penulisan dalam proposal skripsi ini.

BAB I PENDAHULUAN terdiri atas: 1. Latar belakang, 2. Rumusan masalah, 3.

Tujuan penelitian, 4. Manfaat penulisan, 5. Sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA terdiri atas: 1. Penelitian sebelumnya, 2. Tinjauan

pustaka, 3. Kerangka teori.

BAB III METODELOGI PENELITIAN terdiri atas : 1. Uraian sumber data, 2.

Metode pengumpulan data, 3. Teknis analisis data.


BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP terdiri dari kesimpulan dan saran serta dilengkapi dengan Daftar

Pustaka.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 TINJAUAN PUSTAKA


2.1.1 PENELITIAN TERDAHULU
Adanya penelitian terdahulu upaya untuk mencari perbandingan dan
selanjutnya akan menemukan inspirasi baru untuk sebuah karya yang
diciptakan selanjutnya dalam membantu memposisikan penelitian
serta menunjukan orisinilitas dari peneliti. Berikut adalah beberapa
penelitian yang pernah dilakukan penelitit terlebih dahulu:
1. Skripsi Eva Nur Avivah (2018) yang bejudul Implikatur
percakapan dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya
Asma Nadia dan Implikasinya terhadap pembelajaraan Bahasa
Indonesia Di SMA. Yang lebih dahulu membahas tentang : (1)
Mendeskripsikan implikatur dalam novel Surga Yang Tak
Dirindukan Karya Asma Nadia, (2) Mendeskripsikan
pemanfaatan konteks berimplikatur dalam Novel Surga Yang Tak
Dirindukan Karya Asma Nadia, (3) Mendeskripsikan implikasi
implikatur percakapan dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan
Karya Asma Nadia. Hasil dari penelitian beliau antara lain : 1.
Implikatur percakapan antar tokoh novel Surga Yang Tak
Dirindukan Karya Asma Nadia menggunakan bentuk verbal
dalam berimplikatur, yaitu tutur langsung tidak literal, tindak
tutur tidak langsung literal, dan tindak tutur tidak langsung tidak
literal, 2. Pemanfaatan konteks berimplikatur yang paling
dominan pada peristiwa tutur dalam novel Surga Yang Tak
Dirindukan Karya Asma Nadia meliputi konteks tempat, waktu,
dan konteks situasi, 3. Hasil penelitian ini diimplikasiakan pada
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA kelas XII semester genap
yang diwujudkan dalam bentuk RPP berdasarkan kurikulum
2013. Aspek kompetensi inti yang berkaitan dengan penelitian ini
1.2
2. Skripsi Riza Hernita (2014) berjudul Implikatur percakapan pada
Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais
dan Rangga Almahendra Serta Implikasinya Terhadap
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yang lebih dahulu
membahas : (1) Mendeskripsikan implikatur percakapan yang
terdapat pada 99 cahaya di langit eropa karya hanum salsabiela
rais dan rangga almahendra, (2) Mengetahui implikasi implukatur
percakapan dalam novel 99 cahaya di langit eropa karya hanum
salsabiela rangga almahendra.
3. Skripsi Diah Sukron Zaidi (2013) berujudul Implikatur dalam
novel Puspitasari Prawan Bali Karya Any Asmara. Yang lebih
dahulu membahas : (1) Mendeskripsikan wujud implikatur
konvensional dalam novel PPB karya Any Asmara, (2)
mendeskripsikan wujud implikatur konvensasional dalam novel
PPB Karya Any Asmara.
4. Skripsi Puji Rahayu (2011) Implikatur percakapan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dikelas V SD Negeri Pondok 1
kecamatan Nguter kabupaten Sukoharjo. Yang lebih dahulu
membahas : (1) Mendeskripsikan wujud tutur implikatur dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri Pondok 1
kecamatan Nguter kabupaten Sukoharjo, (2) Mendeskripsikan
dan menjelaskan fungsi dan tujuan implikatur percakapan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri Pondok 1
kecamatan Nguter kabupaten Sukoharjo, (3) Mendeskripsikan
dan menjelaskan alasan penggunaan implikatur yang terjadi
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri Pondok 1
kecamatan Nguter kabupaten Sukoharjo.
5. Skripsi Astutik (2015) yang berjudul implikatur percakapan
dalam transaksi jual beli didesa Rantau Indah kabupaten
Tanjung Jabung Timur. Yang lebih dahulu menjelaskan tentang :
(1) Mendeskripsikan satuan pragmatis (SP) implikatur
percakapan dalam transaksi jual beli di Pasar Jumat Desa Rantau
Indah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.Mendeskripsikan
macam-macam implikasi pragmatis percakapan dalam transaksi
jual beli di Pasar Jumat Desa Rantau Indah Kabupaten Tanjung
Jabung Timur.Mendeskripsikan berbagai alur implikasi
prakmatis dalam transaksi jual beli di Pasar Jumat Desa Rantau
Indah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
2.2 LANDASAN TEORI

2.2.1PRAGMATI

A. PENGERTIAN PRAGMATIK
Pragmatik merupakan cabang studi tentang makna yang disampaikan
oleh penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca).
Pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa
yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antar penutur
dan pendengar sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal
„ekstralingual‟ yang dibicarakan. Tipe studi ini perlu melibatkan
penafsiran tentang apa yang dimaksud kan orang didalam suatu konteks
khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terrhadap apa yang
dikatakan. Dalam hal ini diperlukan suatu pertimbangan tentang
bagaimana penutur mengatur apa yang mereka katakana yang
disesuaikan dengan yang mereka ajak bicara, dimana, kapan dan dalam
keadaan apa.
Menurut leech (1993) pragmatik adalah studi tentang makna dalam
hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations). Austin
(1965) berpendapat bahwa mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat
dipandang sebagai tindakan (act) disamping memang mengucapkan
kalimat tersebut. Pragmatik juga mengupas makna tuturan dan makna
yang terikat konteks serta pendekatan analitis dalam linguistik meliputi
pertimbangan konteks dalam studi bahasa (Lubis 1991:20)(Astutik
2015:21).
Yule (1996:3) menyebutkan empat definisi pragmatic, yaitu: (1)
bidang yang mengkaji makna penutur, (2) bidang yang mengkaji makna
menurut konteksnya, (3) bidang yang melebihi kajian tentang makna
yang diujarkan,mengkaji makna yang dikomunikasikan atau
terkomunikasikan oleh pembicara, dan (4) bidang yang mengkaji bentuk
ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat
dalam percakapan tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mengkaji
tentang konteks pembicaraan mulai dari maksud tuturan dan perilaku
terhadap tuturan tersebut.
B. JENIS –JENIS PRAGMATIK

C. TINDAK TUTUR
Tindak tutur adalah salah satu analisis pragmatik yang mengkaji
bahasa dengan aspek pemakaian aktualnya. Leech (1994:4)dalam Putri
WD menyatakan bahwa sebenarnya dalam tindak tutur
mempertimbangkan lima aspek situasi tutur mencangkup: penutur dan
mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai sebuah
tindakan/aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal.

Chaer (dalam Rohmadi, 2004) menyatakan bahwa tindak tutur


merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan
keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pda makna
atau arti tindakan dalam tuturan.

Berkenaan dengan tuturan Austin membedakan tiga macam tindakan:

1. Tindak tutur lokusi, yaitu tindakan mengucapkan sesuatu dengan


kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan
menurut kaidah sintaksisnya.
Contoh: Airin : “Ayah sedang memperbaiki mobil di Bengkel.”
Kalimat tersebut memiliki informasi bahwa ayah dari si Airin
sedang memperbaiki mobil di bengkel.
2. Tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud;
berkaitan dengan siapa penutur dan kepada siapa mitra tutur,
kapan, dimana tindak tutur itu dilakukan, dan lain sebagainya.
Tidak tutur ilokusi berkaitan dengan beberapa fungsi dalam pikiran
pembicara.
Contoh : Ibu : “ Wortel memiliki banyak vitamin A”
Jika si Ibu berbicara pada anaknya, maka yang timbul dalam
pikiran anaknya mungkin berupa informasi atau teguran dari si Ibu
agar dia banyak mengkonsumsi wortel.
3. Tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya
dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur. Tindak tutur
perlokusi memiliki akibat tuturan (hal yang dilakukan pendengar
akibat ilokusi). Tindak tutur perlokusi terjadi bila lawan tutur
melakukan sesuatu setelah adanya lokusi dan ilokusi.
Dari contoh 2 maka perlokusinya adalah untuk membuat mata
yang sehat salah satunya mengkonsumsi wortel.

D. JENIS-JENIS TINDAK TUTUR


Tindak tutur dibagi menjadi 2 yaitu, tindak tutur langsung dan tindak
tutur tidak langsung.
1. Tindak Tutur Langsung, yaitu tindak tutur yang sesuai dengan
fungsi kalimat yang membentuknya (kalimat berita, Tanya dan
perintah). Contoh : seorang guru pada muridnya berkata: “ Lihat
tugasnya!”
2. Tindak tutur tidak langsung, tindak tutur yang tidak sesuai dengan
fungsi kalimat yang membentuknya.
Contoh : Roni: “Bu, hari ini bayaran sekolah”
Ibu: “ ini uangnya, bayarkan segera”.

2.2.2 IMPLIKATUR

A. PENGERTIAN IMPLIKATUR
Secara etimologis, implikatur berasal dari kata implication, yang
artinya maksud, pengertian, dan keterlibatkan(Echols dalam zaidi,
2013:18). Dijelaskan lebih lanjut oleh Grice (dalam moniqamia)
mengemukakan bahwa implikatur adalah ujaran yang menyiratkan
sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu
“yang berbeda” tersebut adalah maksud pembicaraan yang
dikemukakan secara ekspilit. Dengan kata lain, implikatur adalah
maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi.
Menurut Wijana(1996:38)dalam zaidi (2013:19) implikatur adalah
hubungan antara tuturan dengan yang diisyaratkan dan tidak bersifat
semantic, tetapi keduanya hanya disandarkan pada latar belakang yang
mendasar dai proposisinya.
Mulyana (2005:11) berpendapat bahwa suatu dialog yang
mengandung implikatur selalu melibatkan penafsiranyang tidak
langsung. Pada komunikasi verbal, implikatur biasanya sudah
dipahami oleh pembicara, maka tidak perlu diungkap secara eksplisit.
Implikatur sering disembunyikan agar hal yang diimplikasikan tidak
Nampak secara mencolok. Implikatur digunakan untuk menerangkan
perbedaan yang sering terdapat antara apa yang diucapkan dengan apa
yang diimplikasikan.
Levinson (1983:131) memandang bahwa isi ujaran itu dapat
diekspresi dapat pula di implikasi. Sesuatu yang diimplikasi itu ada
yang secara konvensional dan ada pula yang secara non konvensional.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
implikatur adalah makna yang tersirat dalam suatu tuturan baik secara
tertulis maupun maupun lisan. Sesuatu yang tersirat adalah maksud
dari prmbicaraan yang tidak diungkapkan sejelas-jelasnya. Jadi
implikatur merupakan kesimpulan dari apa yang diucapkan penutur
untuk menyampaikan maksud kepada lawan tutur. Dan makna yang
tersirat berguna agar penutur dapat menyampaikan maksud tuturannya
tidak perlu panjang lebar. Bisa juga dikatakan bahwa implikatur
adalah jembatan yang menghubungkan maksud yang dituturkan
dengan yang dimplikasikan.

B. JENIS-JENIS IMPLIKATUR
1. Implikatur konvensional
Implikatur konvensional adalah implikatur yang diperoleh
langsung dari makna kata dan bukan dari prinsip percakapan.
Contoh: Ucok adalah orang batak, jadi raut mukanya terkesan
galak.
2. Implikatur Non-konvensional
Implikatur nonkonvensional atau implikatur percakapan adalah
implikasi pragmatis yang tersirat didalam suatu percakapan. Dan
didalam tuturan percakapan itulah terimplikasi suatu maksud atau
tersirat fungsi pragmatis lain yang disebut implikatur percakapan.
Contoh: Agus :“HP mu baru ya? Kenapa tidak membeli yang
Iphone saja?
Eza :“Ah, harganya terlalu mahal.”
C. CIRI-CIRI IMPLIKATUR
Suatu ujaran yang didalamnya tidak memiliki keterkaitan dengan
yang diimplikasikannya maka dapat menciptakan berbagai macam
implikatur. Oleh karena itu mitra tutur harus mengetahui ciri-ciri
implikatur agar dapat mengetahui implikatur yang disampaikan
kepadanya.
Menurut Nababan (1987:38) implikatur mempuyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Sesuatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu,
umpamanya dengan menambahkan suatu klausa yang mengatakan
bahwa seseorang tidak mau memakai implikatur percakapan itu,
atau dengan memberikan suatu konteks untuk membatalkan
implikatur itu.
2. Biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang
dikatakan dan masih mempertahankan implikatur yang
bersangkutan.
3. Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih
dahulu akan arti konvensional dari kalimat yang dipakai. Oleh
karena itu, isi sesuatu implikatur percakapan tidak termasuk dalam
arti sesuatu kalimat yang dipakai itu.
4. Kebenaran dari sesuatu implikatur percakapan bukanlah
tergantung pada kebenaran apa yang dikatakan (apa yang
dikatakan bisa benar, tetapi apa yang diimplikasikan bisa salah).
Oleh karena itu, implikatur percakapan tidak didasarkan atas apa
yang dikatakan, tetapi atas tindakan mengatakan yang dikatakan
itu.
Sedangkan menurut Mulyana (2001:56), ciri-ciri dari implikatur
adalah sebagai berikut.
1. Implikasi tidak dinyatakan secara eksplisit.
2. Tuturannya tidak memiliki hubungan mutlak dengan tuturan yang
merealisasikan (yang diucapkan berbeda dengan yang
dimaksudkan).
3. Implikatur termasuk unsur luar suatu wacana.
4. Implikatur dapat dibatalkan. Bersifat terbuka atau banyak makna
(multi interpretabel). Hal itu berkaitan dengan penggunaan kata
„mungkin‟ dalam menafsirkan implikatur yang ditimbulkan oleh
suatu tuturan tidak terhindarkan sifatnya sehubungan dengan
banyaknya kemungkinan implikasi yang lain.
5. Implikatur terjadi karena mematuhi atau tidak mematuhi prinsip
kerjasama.
D. FUNGSI IMPLIKATUR
Pentingnya implikatur percakapan dalam pragmatik dapat
dipahami karena adanya faedah yang diberikan oleh implikatur
percakapn. Levinson (dalam Rani dkk,2004:173) mengemukakan
bahwa ada empat macam faedah konsep implikatur, yaitu berikut ini.
1. Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebangsaan
yang terjangkau oleh teori linguistik.
2. Dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan
lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa.

2.2.3 PRINSIP KERJA SAMA GRICE


Grice mengemukakan bahwa dalam rangka melaksanakan prinsip
kerja sama itu, harus mematuhi empat maksim percakapan
(conversational maxim), yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity),
maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of
relevance) dan maksim pelaksanaan (maxim of
manner)(Wijaya,1996:46).

1. Maksim kuantitas
Maksim ini mengharapkan agar peserta tutur memberikan respon
atau jawaban secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan lawan
tutur saja. Contohnya jika seseorang ditanya namanya, maka dia
tidak perlu memberikan jawaban selain informasi tentang
namanya, seperti alamat, status, dan lain sebagainya.
2. Maksim kualitas
Maksim percakapan ini mengharuskan setiap lawan tutur
mengatakan hal yang sebenarnya. Artinya jawaban atau respon
diberikan atas dasar hal yang valid atau bukti yang memadai.
Contohnya ketika seorang murid ditanyakan ibukota Prancis, maka
kalau memang dia tahu harus menjawab Paris, karena hal itu tak
terbantahkan lagi kebenarannya.
3. Maksim relevansi
Maksim ini mewajibkan setiap peserta tutur memberikan
kontribusi relevan dengan pokok pembicaraan. Maksim ini
menekankan keterkaitan isi tuturan antar peserta percakapan
sehingga pecakapan dapat tercapai dengan efektif.
4. Maksim pelaksanaan
Maksim ini mengharuskan setiap percakapan berbicara secara
langsung, tidak kabur, secara runtut dan tidak berlebih-lebihan.

2.2.4 NOVEL

A. PENGERTIAN NOVEL
Novel adalah karangan prosa yang memiliki unsur pembentuk intrinsic
dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan atau menggambarkan
kehidupan manusia yang berinteraksi atau behubungan dengan lingkungan
serta juga sesamanya.

Menurut Sumardjo, Novel ialah salah satu bentuk sastra yang sangat
popular didunia, bentuk sastra yang satu ini paling banyak beredar serta
juga dicetak sebab daya komunitasnya yang sangat luas didalam
masyarakat. Sedangkan menurut Rostamaji, Novel adalah karya sastra
yang memiliki dua (2) unsur, yaitu unsur intrinsic dan unsuk ekstrinsik
yang mana kedua unsur tersebut saling berpengaruh.

Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa novel adalah bentuk karya
sastra yang menceritakan tentang suatu lingkungan masyarakat
didalamnya, dan terbangun dari dua unsur yaitu unsur intrinsic dan
ekstrinsik yang saling berkaitan satu sama lain.

Didalam novel terdapat unsur-unsur pembentuk, yaitu:

1. Unsur intrinsik
Unsur intirnsik ialah unsur-unsur yang ada didalam batang tubuh
suatu karya sastra, tanpa ada unsur intrinsic suatu karya sastra
tidak akan terbentuk secara baik. Unsur ini meliputi: Tema,
Penokohan, Alur, Gaya bahasa, Latar/setting, Sudut Pandang,
Amanat.
2. Unsur ekstrinsik
Unsuk ekstrinsik ialah unsur yang membahas tentang luar novel
atau pembahasannya lebih pada si penulis novel tersebut. Unsur ini
meliputi: Latar belakang pengarang, Kondisi Sosial dan Budaya,
dan Nilai.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 URAIAN SUMBER DATA
3.1.1 SUMBER DATA
Sumber data dalam penelitian ini adalah Novel “Ingkar” Karya Boy
Candra . novel Ingkar ini menceritakan tentang percintaan kedua remaja
yang ditulis oleh Boy Candra. Boy Candra adalah seorang penulis yang
cukup terkenal dikalangan anak milenial. Hasil karya Boy Candra antara
lain: Origami Hati (2013), Setelah Hujan Reda (2014), Catatan Pendek
Untuk Cinta Yang Panjang (2015), Senja, Hujan, Cerita Yang Telah
Usai (2015), Sepasang Kekasih Yang Belum Bertemu, Surat Kecil Untuk
Ayah, Suatu Hari Di 2018, Sebuah Usaha Untuk Melupakan, Pada
Senja Yang Membawamu Pergi, Sperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi,
Malik dan Elsa, Ingkar.

Sumber data pada penelitian ini adalah percakapan antar tokoh dalam
novel Ingkar karya Boy Candra. Yang menjadi penelitian adalah
percakapan antar tokoh yang mengandung implikatur dalam Novel
Ingkar karya Boy Candra, yaitu: Livka, Airin, Agung, Fahmi, Bima, Bu
Ema,

3.1.2 JENIS PENELITIAN


Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, penggunaan penelitian
ini didasarkan pada pendapat Bodgan dan Taylor (Soewadji,2012:51-
52)dalam Avivah (2018:47) yang mengemukakan bahwa penelitian
deskriptif kualitatif diartikan sebagai salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku
orang-orang yang diamati.

Dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan mampu menghasilkan


uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat
a]diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan organisasi
tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut
pandang yang utuh, komperhensif, dan holistic (Soewadji,
2012:52)(Afifah,2018:47)
3.2 METODE PENGUMPULAN DATA
Penelitian tentang implikatur ini meneliti tentang tuturan-tuturan yang ada
pada novel Ingkar . jadi wujud data dalam penelitian ini adalah kalimat dan dialog
yang terjadi antar tokoh. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian
ini adalah pembacaan dan pencatatan secara cermat.

Novel Ingkar karya Boy Candra ini dibaca secara berulang-ulang dan seksama
untuk menghindari kesalahan pengambilan data. Sedangkan teknik pencatatan
dilakukan pada bagian-bagian yang dianggap penting dan sesuai dengan penelitian
yang ditentukan. Langkah -langkah pencatatan yaitu mencatat kalimat dan dialog
yang mengandung implikatur, selanjutnya diklasifikasi berdasarkan wujudnya.

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. membaca dan menganalisis kalimat-kalimat dan dialog yang mengandung


implikatur percakapan dalam novel Ingkar karya Boy Candra.
2. Menjelaskan implikatur percakapan dalam novel Ingkar karya Boy
Candra.

3.3 TEKNIS ANALISIS DATA


teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
kualitatif yakni teknik yang dilakukan dengan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi kesatuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diambil oleh pembacanya.

Data dalam penelitian ini berupa penggalan konteks-konteks percakapan


didalam novel Ingkar karya Boy Candra. Penggalan konteks ini selanjutnya dianalisis
berdasarkan prinsip kerja sama percakapan yang dikemukakan Grice. Berikut ini
adalah deskripsi data penggalan konteks percakapan dan analisisnya:

1.) DATA 1
Uda : “ada apa marni?”
Marni hanya diam. Tak berbicara apapun. Ia hanya menatap wajah
suaminya itu.
Uda : “Apa yang kau pikirkan?”
Marni : “ uda, aku khawatir. Livka mulai tumbuh dewasa, sedangkan
kita sibuk bekerja dikebun setiap hari. Aku merasa kurang perhatian
kepadanya.”
(Sumber, Candra, 2020:173)

P1: Uda

P2: Marni

Berdasarkan data 1 mengetahui bahwa ada 2 orang pembicara yaitu Uda dan
Marni untuk mendapatkan 4 maksim dalam prinsip kerja sama Grice digunakan alat
ukur atau pisau analisis, yaitu:

P1: Uda

P2: Marni

Topik: keresahan

Latar waktu: malam hari

Latar tempat: dirumah

Latar peristiwa: P1 merasakan keresahan yang dialami P2

Saluran: bahasa lisan

Kode: bahasa Indonesia

Tujuan: P1 menanyakan apa yang sedang dipikirkan oleh P2

Implikatur: P2 mengungkapkan keresahan yang sedang dialaminya.

Bertumpu pada analisa diatas, diperoleh beberapa maksim yang dilanggar dan
maksim yang terpenuhi, yaitu sebagai berikut:

1. Maksim yang dilanggar yaitu sebagai beikut:


a) Maksim kuantitas. Maksim ini dilanggar karena P2 memberikan informasi
lebih dari yang dibutuhkan oleh P1. Pelanggaran pada maksim kuantitas
terdapat pada percakapan berikut:
“ Uda, aku khawatir. Livka mulai tumbuh dewasa, sedangkan kita sibuk
bekerja dikebun setiap hari. Aku merasa kurang perhatian kepadanya.”
b) Maksim cara. Maksim ini dilanggar karena P2 memberikan informasi
yang tidak singkat kepada P1. Pelanggaran terhadap maksim ini terdapat
pada kutipan diatas.
2. Maksim yang terpenuhi yaitu sebagai berikut:
a) Maksim kualitas. Maksim ini terpenuhi karena P2 memberikan jawaban
yang sesuai dengan keadaan yang dialaminya. Terpenuhinya maksim
kualitas dapat dilihat pada kutipan percakapan berikut:
“ Uda, aku khawatir. Livka mulai tumbuh dewasa, sedangkan kita sibuk
bekerja dikebun setiap hari. Aku merasa kurang perhatian kepadanya.”
b) Maksim relevansi. Maksim ini terpenuhi karena jawaban yang diberikan
P2 dapat dimengerti oleh P1 karena mereka berada ditempat yang sama
dalam kontekss yang melatar belakangi percakapan.

Anda mungkin juga menyukai