Anda di halaman 1dari 22



TELAAH MAKNA KUMPULAN CERPENPARTA KRAMA KARYA


UMAR KAYAM: SEBUAH ANALISIS SEMIOTIS

Ekarini Saraswati
UniversitasMuhammadiyahMalang

Abstrak
Penelitian ini beranjak dari masalah l. Bagaimanakah makna cerita
dimunculkan lewat struktur sastra kumpulan cerpen P a r t a K r a m a karya
Umar Kayam? 2. Makna apa saja yang muncul dalam kumpulan cerpen
Parta Krama karya Umar Kayam tersebut? Yang dijadikan objek penelitian
adalah cergen-cerpen Umar Kayan yang terkumpul dalam Parta Krama
terbitan Yayasan Untuk Indonesia tahun 1997 cetakan pertama. Kumpulan
cerpen ini terdiri dari: "Ke Solo”, “Ke Njati”, “Mbok Jah”, “Ziarah
Lebaran”, “Marti”, “Sphinx”, “Raja Midas”, “Parta Krama”, dan “Drs.
Citraksi dan Drs. Citraksa”. Ditinjau dari segi struktur tergambar bahwa
sebagian besar struktur cerita yang dalam kumpulan cerpen tersebut
dirangkai dalam peristiwa yang tidak terlalu rumit. Urutan cerita secara
kronologis dan sorot balik. pada bagian penokohan tergambar bahwa para
tokoh ditampilkan dengan identitas nama yang jelas. Demikian dengan
keadaan fisik tokoh seperti Mbok Jah yang sudah tua. Lingkungan social
tokoh yang ditampilkan berasal dari kalangan ekonomi kalangan ekon mi
bawah (2 cerpen), kalangan ekonomi menengah (1 cPrpen) d n kalangan
ekonomi atas (5 cerpen). Penggambaran waktu terlihat jelas bahwa ada
jarak waktu terjadinya peristiwa tersebut seperti perjalanan majikan
Mbok Jah menuju rumahnya. Adapun tempat yang diguna.kan merupakan
tempat yang biasa ditemui sehari-hari dalam dunia nyata kecuali pada
cerpen Drs. Gitraksa dan Drs. Citraksi. teknik pengujaran pengarang lebih
banyak berdiri di luar cerita hanya pada cerpen Sphinx pengarang berada
di dalam cerita.Sebagian besar jarak pandangan yang dilakukan oleh
penga.rang bersifat melaporkan suatu peristiwa dan kembali hanya satu yang
bersifat masuk ke dalam cerita yaitu cerpen Sphinx.
Makna yang dapat dirumuskan dalam ltumpulan cerpen ini terdiri dari
dua makna besar yaitu makna kerinduan akan kampung halaman keha.ngatan
dan kemanusiaan yang terdapat pada empat cerpen pertama dan makna institusi
moderan yang mengaburkan hubungan kemanusiaan yang alami seperti
tergambar pada keempat cerpen selanjutnya.

Kata Kunci: parta krama, semiotik, makna

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|453






PENDAHULUAN memiliki reputasi nasional maupun
Sudah tidak dapat diragukan internasional. Dengan berbagai
lagi bahwa Umar Kayam merupakan kelebihannya itu tentu untuk
salah seorang cerpenis handal yang menganalisis cerpen-cerpennya perlu
dimiliki bangsa Indonesia. Setiap menggunakan alat analisis yang tepat.
pengamat yang membicarakan Secara ideal, penelitian sastra harus
masalah cerpen Indonesia nama Umar mengindahkan keutuhan karya sastra
Kayam tidak pernah lepas dari pene- sebagai suatu sistem tanda yang utuh.
laahannya. Ia telah memperlihatkan, Menurut Culler (Teeuw, 1984:199),
bahwa orang Indonesia mampu ilmu sastra yang sejati haruslah
menulis cerpen menandingi orang bersifat semiotik, yaitu harus
Barat. Menulis lancar, lincah, disana- menganggap sastra sebagai sistem
sini dihiasi dengan dialog-dialog tanda. Tugas semiotik bukanlah
humoristis yang hidup (Arief deskripsi tanda-tanda tertentu,
Budiman, 1983:121, Yatim, 1983:85). melainkan memerikan konvensi-
Selain itu dalam kelancaran bercerita konvensi yang melandasi ragam
yang tanpa sadar telah membuat kita perilaku dan pembayangan. Hal ini
terpukau (Arief Budiman, 1983:121) karena seluruh pengalaman dan
juga mampu menyelipkan flashback kebudayaan manusia berdasarkan
dengan teknik yang tinggi yang tak tanda dan mempunyai dimensi
mungkin membuat kita berhenti di simbolik yang dominan.
tengah-tengah (Hoerip, 1983:67). Berdasarkan gertimbangan ini,
Pengamat lain melihat adanya kiranya dapat dikatakan bahwa
pembaharuan tema cerita seperti pendekatan yang sangat baik untuk
menggarap tema tentang kesepian memahami karya sastra adalah
manusia di tengah keramaian dan pendekatan semiotik. Pendekatan
kemoderenan hidup (dalam "Seribu semiotik kiranya akan memberitahu
Kunang-kunang di Manhattan) (Yatim, kita unsur-unsur serta dimensidimensi
1983:85). apakah dalam cerpen yang harus
Kumpulan cerpen Parta Rrama diperhatikan agar makna yang
merupakan kumpulan cerpennya yang terkandung di dalamnya dapat
terbaru yang menggambarkan diungkapkan. Ini penting agar
transportasi sosial budaya yang tengah apresiasi dapat lebih ditingkatkan.
kita jalani, di mana wong cilik paling
sering menanggung resiko perubahan 1.2Perumusan dan
sosial budaya itu. Lebih jauh dikatakan Pembatasan Masalah
oleh Kontowijoyo (1997:12) kumpulan Masalah dikhususkan dalam
cerpen "Parta Krama" merupakan beberapa pembatasan berikut.
Tragic sense of Life dalam bentuk Pertarva, kumpulan cerpen Umar
modern. Kata kuncinya ialah Kayam yang dipilih adalah kumpulan
ketidakberdayan. cerpen Parta Krama yang merupakan
Para pengamat telah kumgulan cerpen yang kedua. Hal ini
membuktikan bahwa Umar Kayam disebabkan kumpulan cerpen tersebut
merupakan cerpenis Indonesia yang menandai suatu tahap penting dalam

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|454





konteks kesastrawanan Umar Kayam. Yang dijadikan objek


Kumpulan cerpen Parta Krama penelitian adalah cergen-cerpen
merupakan kumpulan cerpen Umar Umar Kayan yang terkumpul dalam
Kayam terbaru dan merupakan buku Parta Krama terbitan Yayasan Untuk
yang lahir dalam rangka memperingati Indonesia tahun 1997 cetakan
saat Umar Kayam memasuki pensiun pertama. Kumpulan cerpen ini
dari guru besar UGM pada bulan April terdiri dari: "Ke Solo”, “Ke Njati”,
1997. Pembatasan kedua berkenaan “Mbok Jah”, “Ziarah Lebaran”,
dengan pendekatan. Dari berbagai “Marti”, “Sphinx”, “Raja Midas”,
kemungkinan pendekatan, penelitian “Parta Krama”, dan “Drs. Citraksi
ini dilakukan dengan menggunakan dan Drs. Citraksa”.
pendekatan semiotik. Hal ini dilakukan
karena pendekatan semiotik 1.4.2 Metode dan Teknik
merupakan pendekatan yang paling Penelitian
sesuai untuk memahami karya sastra Metode yang digunakan pada
(Teeuw, 1984:43). Berkaitan dengan penelitian ini adalah metode
ini, berdasarkan pembatasan ketiga, penelitian deskriptif-analitis.
titik pusat perhatian penelitian ini Metode deskriptif analitis dipilih
diarahkan untuk mencari makna karena penelitian ini berusaha
penderitaan yang tergambar dalam mendeskripsikan dan
cerpen-cerpen Umar Kayam. menginterpretasikan apa yang
Pembatasan keempat dianalisis (Webest,1982:119). Dalam
berkenaan dengan arah penelitian ini. penelitian semacam ini, peneliti
Penelitian ini dilaksanakan dan menjadi partisipan; peneliti memasuki
diarahkan terutama untuk kepentingan dunia data yang ditelitinya, mencoba
teori sastra. Secara khusus penelitian menganalisis konsep-konsep yang ada
ini diarahkan sebagai bahan bandingan di dalamnya, dan terusmenerus
cara mengapresiasi sastra yang membuat sistematisasi objek yang
menggunakan pendekatan semiotik ditelitinya, yaitu apa makna yang
dengan cara yang biasa digunakan oleh terkandung di dalam kumpulan cerpen
pembaca sastra. prta krama karya umar kayam.
Secara khusus, permasalahan Penelitian ini dikongkretkan
utama itu dapat diuraikan menjadi lewat dua tahap pembacaan, yaitu
dua permasalahan pokok berikut: pembacaan hecaristik dan
l. Bagaimanakah makna cerita pembacaan hermeneutik (Riffaterre,
dimunculkan lewat struktur 19?8:5-6). Pada pembacaan heuristik,
sastra kumpulan cerpen P a r t a yakni tahap pembacaan tingkat
K r a m a karya Umar Kayam? pertama, yang memiliki peran penting
2. Makna apa saja yang muncul adalah kompetensi linguistik pembaca.
dalam kumpulan cerpen Parta Artinya pada tahap ini, pembaca
Krama karya Umar Kayam diharapkan dapat mengartikan setiap
tersebut? satuan linguistik yang digunakan yang
semuanya itu sesuai dengan konvensi
METODE PENELITIAN bahasa yang berlaku. Selanjutnya pada
pembacaan hermeneutik, yakni

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|455





pembacaan tahap kedua, pembacanya yang asosiasinya di dalam pikiran


diharapkan dapat mencari makna yang pembaca (tokoh dan ruang dan
terkandung dalam teks yang waktu); analisis pragmatik
dibacanya. Kemampuan itu sangat difakuskan pada aspek pengujaran
ditentukan oleh kompetensi atau penceritaannya. Yang
linguistiknya. Apabila kompetensi terakhir a.dalah analisis makna
linguistiknya kurang, sulit baginya manunggaling kawula gusti yang
untuk dapat mencari makna teks isyarat-isyaratnya dapat dilihat
tersebut. Pada tahap pembacaan pada struktur naratif.
hermeneutik ini, pembaca diharapkan 5) Menyimpulkan dan melaporkan.
mampu menafsirkan makna teks sesuai
dengan konvensi sastra dan budaya 1.4.4 Teknik Pengolahan Data
yang melatarbelakanginya. Jenis data yang digunakan
Adapun penelitian ini dalam penelitian ini, adalah data
dilakukan melalui sejumlah tahapan kualitatif tentang mengungkap
sebagai berikut. makna manunggaling kawula gusti
1) Menentukan fokus objek yang tergambar dalan Kumpulan
penelitiannya (mengungkap cerpen Parta Krama karya Umar
makna penderitaan yang Kayam. Dalam hal ini, pengolahan
tergambar dalan kumpulan data dilakukan dengan
cerpen Parta Krama karya pengklasifikasian dan penafsiran
Umar Kayam). makna kumpulan cerpen Parta
2) Menentukan naskah yang dipakai Krama karya Umar Kayam
sebagai objek penelitian. 2.2 Teori Semiotik
3) Melakukan tinjauan pustaka di Semiotik merupakan suatu
perpustakaan terhadap buku dan disiplin yang meneliti semua bentuk
terbitan yang ada kaitannya komunikasi antar makna yang
dengan objek penelitian, baik didasarkan pada sistem tanda
berupa buku-buku tentang teori (Segers, 1978:14). Sementara itu,
semiotik, sejarah kesusastraan Zoest (Sujiman,
Indonesia dan kedudukan Danarto 1992:5) menegaskan bahwa
di dalamnya, maupun komentar semiotik adalah studi tentang tanda
dan kupasan tentang karya-karya dan segala yang berhubungan
Danarto. dengannya, yaitu cara berfungsinya,
4) Menganalisis objek penelitian hubungannya dengan tanda-tanda
yakni mengungkap makna lain, pengirimannya dan
penderitaan yang tergambar dalan penerimaannya oleh mereka yang
kumpulan cerpen Parta Krama mempergunakannya
karya Umar Kayam secara Selanjutnya, dapat dibedakan
semiotik. Analisis dimulai dari dua sumber inspirasi bagi semiotik:
segi struktur naratif yang diawali C.S. Peirce, yang menyebut ilmu
dengan analisis sintaksis naratif tendang tanda tersebut dengan
yang menyangkut satuan cerita semiotik, dan F. de Saussure, yang
dan fungsinya; analisis semantik menyebutnya dengan semiologi
yang menyangkut unsur cerita (Hawkes, 1992:124; Zoest, 1993:1).

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|456





Perbedaannya hanyalah bahwa Studi tentang hakikat tanda bahasa


semiotik lebih disenangi oleh orang- membantu kita memahami struktur
orang yang berbahasa Inggris, semua tanda. Suatu tanda terdiri atas
sedangkan semiologi oleh orang- dua aspek yang tak terpisahkan:
orang Eropa. Memang ada juga penanda (signifier), yaitu suatu
perbedaan yang lebih mendasar, substansi akustik atau grafik yang
yaitu bahwa semiotik lebih bermakna; dan petanda (signified),
berorientasi logika sedangkan yaitu suatu konsep, yakni sesuatu
semiologi lebih berorientasi yang kita pikirkan ketika
sosiologis (Zaimar, 1991:20-21). menghasilkan atau menerima
Adapun di dalam penelitian ini yang penanda (Selden, 1993:75; Teeuw,
digunakan adalah pendekatan 1984:43-44).
semiotik yang didasarkan pada Menurut Selden (1992:75).
pandangan Ferdinand de Saussure Saussure tidak memasukkan benda
Dengan bekerja di lapangan atau peristiwa ke dalam model
linguistik, Saussure sudah signifikasinya. Dengan kata lain,
meramalkan akan lahirnya bidang linguistiknya tidak berusaha
ilmu semiotik yang disebutnya memasukkan referensi ke dalam
semiologi. Hal ini terlihat pada bambarannya tentang bahasa. Tanda
kutipan dari Saussure berikut tidak bekerja dengan mengacu
(Hawkes, 1992:123). kepada benda-benda, melainkan
A science that. studies the dengan menentukan posisi tertentu
life of signs within society is di dalam sistem tanda. Satuan-satuan
conceivable; it would be a part of bahasa mendapatkan maknanya
social psychology and tidak dengan mengacu ke sesuatu,
consequently of general melainkan dengan berfungsi di
psychology; I shall call it dalam sistem. Selain itu, Saussure
semiology (from the Greek juga berpendapat bahwa hubungan
semeion 'sign "). Semiolofy antara penanda dan petanda itu
would show what laws govern bersifat arbitrer.
them. Since the science does not Saussure menekankan
yet exist, no one can say what it keistimewaan tanda bahasa (linguis-
would be; but. it has a right to tic signs). Menurut penafsir
existence, a place staked out in Saussure yang terkemuka, Raland
advance. Linguistics is only a part Barthes, hubungan antara penanda
of general science of semiolvgy; dan bukanlah kesamaan (equality)
the laws discovered by semiology melainkan kesepadanan
will be applicable to linguistics, (equivalence) (Hawkes, 1992:130).
and the latter will circumscribe a Menurutnya apa yang kita cerap
well-defined area within the mass dalam hubungan antara penanda dan
of anthropological facts. petanda bukanlah urutan sekuensial,
Bagi Saussure, persoalan melainkan korelasi yang
utama dalam semiotik adalah mempersatukan keduanya.
"Apakah bahasa itu?" Ia berpendapat Untuk menguraikan teorinya,
bahwa bahasa adalah sistem tanda. Barthes (Hawkes, 1992:131)

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|457





menyelidiki cara-cara signifikasi Lebih jauh, Barthes (Hawkes,


(pemaknaan) mitos dalam 1992:131-132) menekankan bahwa
masyarakat. Yang dimaksudkannya mitos berfungsi sebagai sistem
dengan mitos bukanlah dalam arti semiotik tahap kedua (second-order
tradisionalnya, melainkan suatu semiotic system) yang dibangun
sistem imaji dan kepercayaan yang berdasarkan rangkaian semiotik yang
kompleks yang dibangun oleh sudah ada. Apa yang sudah menjadi
masyarakat untuk memelihara dan tanda pada sistem tahap pertama,
mengutuhkan keberadaannya, yakni menjadi penanda pada tahap kedua.
penciptaan sistem makna itu Oleh karena bahasa yang memberikan
sendiri. Menurut Barthes, dalam mobil untuk pemaknaan pertama,
mitos ditemukan adanya operasi maka model untuk pemaknaan kedua
pemaknaan bersegi tiga: penanda, ini lebih kompleks lagi. Struktur mitos
petanda, dan tanda. ini didiagramkan sebagai berikut.



1. 2.
Penanda Petanda
Bahasa


3.Tanda
MITOS

II.
I.PENANDA
PETANDA

III.TANDA

Dalam perkembangan penerima. Berbeda dengan itu,


semiotik, khususnya yang berkaitan semiotik konotasi menonjolkari
dengan penelitian sastra, dikenal pentingnya peran tanda-tanda yang
tiga kelompok pendekatan (Zaimar, dihasilkan oleh si pengirim tanpa
1991:6), yaitu (1) semiotik denotasi disadarinya. Yang dianalisis bukan
atau biasa disebut semiotik hanya makna primer (denotatif)
komunikasi, (2) semiotik konotasi, tetapi juga makna sekunder (konota-
dan (3) semiotik ekspansionis. si). Semiotik ini dikembangkan oleh
Pendekatan semiotik denotasi antara lain ftolanda Barthea dari
dilandasi oleh teori-teori yang Perancis.
hanya mementingkan tanda-tanda Adapun semiotik ekspansionis
yang digunakan secara sadar oleh si dilandasi oleh rasa ketidakpuasan
pengirim dan disampaikan pada si dari para pengembangnya terhadap

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|458





kedua jenis semiotik di atas. Bagi keasosiasiannya berada pada


mereka kedua semiotik itu terlalu gikiran pembaca seperti membahas
berpegang pada ilmu bahasa yang tokoh dan latar; dan analisis
dijadikan dasar pendekatannya. pragmatik menyoroti sudut pandang
Adapun para ahli semiotik atau pengujaran .
ekspansionis merasa perlu
menggunakan konsep-konsep 2.3 Makna Karya Sastra
psikologi, sosiologi dan filsafat. 2.3.1 Makna dalam
Mereka cenderung menganggap Pendekatan Semiotik
semiotik sebagai cabang ilmu yang Seperti sudah disinggung di
sangat luas dan membawahkan muka, penyelidikan semiotik
disiplin ilmu lainnya. Semiotik jenis terhadap karya sastra diarahkan
ini dikembangkan antara lain oleh kepada makna karya tersebut. Oleh
Julia Kristiva. karena itu, pembahasan tentang hal
Menurut Nanta seperti yang ini perlu dilakukan secara
dikutip Segers (1978:16) penelitian tersendiri. Untuk menganalisis
semiotik dibentuk dalam tiga aksis makna dalam penelitian ini
atau sendi, yaitu aksis horizontal, digunakan diagram Roland Barthes
aksis vertikal, dan aksis mendalam. perihal penanda, petanda dan tanda
Aksis horisontal terdiri atas (1) dan dilanjutkan dengan analisis
semiotik murni ( p u r e ) , ( 2 ) intertekstual untuk mempertajam
semiotik deskriptif ( d e s c r i p t i v e ) maknanya.
dan (3) semiotik terapan ( a p p l i e d ) . Dalam bukunya yang
Kemudian, aksis vertikal dalam berjudul Mythologies, Barthes
penelitian sastra menunjukkan tiga (Zaimar, 1991:22) menunjukkan
tingkatan, yaitu (1) sintaksis, (2) dengan singkat bagaimana cara
semantik, dan (3) pragmatik. Adapun kerja semiotik itu. Barthes
aksis mendalam menunjukkan mengawali pembicaraannya dengan
adanya tiga alat informasi, yaitu (1) mengemukakan apa yang
sinyal, (2) tanda, dan (3) simbol. dimaksudkan dengan pengertian
Karena kajian cerpen dalam mitos. Mitos adalah suatu sistem
penelitian ini didahului dengan komuniltasi, sesuatu yang yang
analisis struktur naratif, maka memberi pesan. Baginya, mitos
pendekatan yang dipilih adalah bukanlah benda, bukan pula suatu
kelompok pendekatan semiotik konsep atau gagasan. Mitos adalah
konotasi, khususnya yang suatu cara untuk mengartikan suatu
dikembangkan oleh Rolland pengertian bentuk. Mitos adalah
Barthes. Dalam pendekatan suatu tuturan (a type of speech)
semiotik ini, analisis struktural dan semua yang dapat dianggap
semiotiknya meliputi analisis wacana (a discourse) dapat menjadi
sintaksis, analisis semantik dan mitos.
analisis pragmatik. Analisis Tuturan atau wacana itu
sintaksis meliputi.satuan cerita dan memberikan suatu pesan. Dalam
fungsinya; analisis semantik pelaksanaannya, mitos dapat
meliputi unsur-unsur cerita yang dikemukakan baik secara lisan,

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|459





tulisan atau pertunjukkan. Selain itu, mitos adalah suatu sistem khusus.
mitos tidak dapat ditentukan oleh Sistem itu disusun dari suatu
bahannya atau objeknya; bahan apa rangkaian semiotik yang telah ada
pun dapat diberi signifikasi sebelumnya. Mitos adalah sistem
(pengertian) secara arbriter (semena- semiotik tahap kedua (a second-
mena). Semua materi mitos yang order semiological system).
berupa gambar, tulisan atau Sementara itu, yang disebut tanda.
pertunjukan mengandung (yaitu asosiasi total antara kansep
praanggapan kesadaran yang dan imaji) dalam sistem yang
bermakna; materi mitos dapat pertama hanya menjadi penanda
dipikirkan tanpa tergantung dari dalam sistem yang kedua.
bahan nya. Bahasa, wacana tuturan, Dalam pada itu ahli semiotik
dapat disimpulkan mengandung yang bernama Jurij Lotman (Teeuw,
makna baik satuan itu bersifat verbal 1984:60) menyatakan bahwa bahasa
maupun visual. merupakan ein primares model l-
Berkaitan dengan mitos biedendes system, system
sebagai sistem semiotik, Barthes pembentuk model yang primer,
(Hawkes 1992:130) mengemukakan sedangkan sastra sebagai sistem
bahwa sebagai suatu studi tentang model kedua. Kedua dimens: itu
tuturan, mitologi adalah suatu bagian sangat erat hubungannya.
dari ilmu tentang tanda yang luas, Pemahaman terhadap sastra model
yaitu semiotik. Dalam pada itu, dapat kedua memerlukan pemahaman
dikatakan bahwa setiap penelitian terhadap bahasa sebagai model
semiotik selalu mengacu pada pertama.
hubungan antara dua istilah yakni Menurut Barthes (Hawkes,
sig'nifiant (penanda) dengan signifie 1992:132), dalam mitos ada dua
(petanda). Selanjutnya Barthes macam sistem semiotik, yaitu bahasa
menunjuk pada konsep Ferdinand de dan mitos, dan yang satu berasal dari
Saussure yang dinilainya sangat yang lainnya. Pada skema tersebut di
berjasa karena telah meneliti suatu atas tampak adanya dua tataran, yaitu
sistem semiotik yang khusus yakni bahasa sebagai tataran sistem tanda
bahasa Menurut Barthes petanda pertama dan mitos sebagai sistem
adalah konsep sedangkan penanda tanda kedua. Pada tataran bahasa atau
adalah imaji bunyi yang cara representasi dengan bahasa
bersifat psikis dan hubungan tataran itu disebut "bahasa-objek"
antara konsep dan imaji itulahdisebut sebab dari tataran itulah mitos akan
tanda rnengambil contoh untuk membentuk
Dalam mitos Barthes sistemnya sendiri. Pada tataran kedua
(Hawkes, 1992:131) ia disebut "metabahasa". Dalam tataran
mengemukakan lagi dengan apa yang metabahasa, tidak perlu ditanyakan
disebutnya the three-dimentional pat- bagaimana susunan bahasaabjeknya
tern, tiga pola dimensi, yakni yang diperlukan adalah mengenal
penanda, petanda dan tanda. Akan tanda secara global dan hanya kalau
tetapi, ia menambahknan (Hawkes, tanda itu menopang mitos.
1992:131-132) bahwa sebenarnya

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|460





Di langkah tataran tataran Parta Krarna setelah tanda diubah


tanda. mimesis gambaran tiruan menjadi TANDA atau signifikasi),
realitas. ini, makna yang terdapat sifatnya sebagai fungsinya sebagai
pembaca kepada acuan referensial; asosiasi lagi konsep Plato,
artinya makna didudukkan pada tetapisetiap teks sastra harus dibaca
gambaran tiruan kenyataan. dengan latar belakang teks- teks lain,
Proses selanjutnya, (yakni sebab tidak ada sebuah teks pun yang
tanda tahap kedua tanda hilang, sungguh-sungguh mandiri. Dengan
tanda tetap membawa mimetik yang kata lain, Penciptaan dan pembacaan
disampaikannya bukan creatio suatu karya sastra tidak dapat
Aristoteles (Luxemburg, 1992:19). dilakukan tanpa adanya teks-teks
Pada proses ketika tanda berubah lain.
menjadi penanda dalam Setiap teks terwujud sebagai
kongkretisasi yang dilakukan oleh mosaik kutipankutipan, setiap teks
pembaca, maka makna tidak lagi merupakan peresapan dan
berada dalam deretan kenyataan transformasi teks-teks lain'... Sebuah
yang ditirunya, tetapi telah masuk karya hanya dapat dibaca dalam
ke dalam sistem komunikasi sastra. kaitan ataupun pertentangan dengan
Sementara itu, Riffaterre teks-teks lain, yang merupakan
(Pradopo, 1987:227) menyatakan semacam kisi; lewat kisi itu teks
bahwa sebuah karya sastra baru dibaca dan diberi struktur dengna
akan bermakna penuh dalam mnimbulkan harapan yang
hubungannya dengan karya lain, memungkinkan pembaca untuk
baik dalam hal persamaannya atau memetik ciriciri menonjol dan
pertentangannya. Oleh karena itu, memberikannya sebuah struktur (...).
menurut Culler (Culler, 1981:103), Tetapi dari segi teori sastra prinsip
dalam usaha memahami makna intertekstualitas mempunyai aspek
sebuah teks penting lain: membawa kita untuk
dipertimbangkan pula sumbangan aremandang teks-teks pendahulu
karya-karya terdahulu yang sebagai sumbangan gada suatu kode
mungkin menimbulkan efek yangmemungkinkan efek
signifikansi. Seperti diungkapkan signification, pemaknaan yang
oleh Kristeva (Hawkes, 1992:144, bermacam-macam.
Teeuw, 1984:145), dalam penerapan Selanjutnya Julia Kristeva
analisis dapat dilakukan langkah- (Zaimar, 1991:27) mengembangkan
sebagai berikut. Pada skema pemikirannya tentang masalah ini
tersebut tampak adanya sistem dengan mengemukakan tiga tema
tanda pertama dan tataran kedua. utama. Yang pertama adalah bahwa
Sistem tanda pertama mencakup (1) bahasa sastra adalah satu-satunya
penanda, (2) petanda dan (3) Pada kode yang tidak terbatas. Bagi
tataran ini, konsep yang berlaku seorang pengarang, bahasa sastra
adalah konsep Plato (Teeuw, tampil sebagai suatu potensi yang tak
1984:220); tanda didudukkan terbatas: keseluruhan bahasa sastra
sebagai Pada tataran sistem tanda ini dianggap mungkin dan dapat
pertama dalam kumpulan cerpen direalisasikan secara terpisah-pisah,

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|461





akan tetapi tak mungkin pelaksanaannya, untuk mempermudah


direalisasikan seluruhnya bersama- proses penelitian, penulis
sama. Kristeva mengemukakan hal mempertimbangkan pendapat
tersebut untuk menunjukkan bahwa Kuntowijoyo. Menurut Kuntowijoyo
kode sastra tidak terbatas pada satu (1985: 26) cerpen-cerpen Umar
bahasa saja, kode itu dapat Kayam dalam kumpulan cerpen Parta
melampaui berbagai bahasa sehingga Krama ini memuat pandangan
menjadi tak terbatas. pengorang tentang kehidupan ini dari
Yang kedua adalah bahwa teks segi ketragisan. Ketika tidak berdaya
sastra adalah suatu realitas berwajah menghadapi kenyataan hidup maka
ganda penulisan-pembacaan. Teks mereka menem~uh berbagai jalan
sastra merupakan bagian dari suatu untuk menghadapinya. Dalam
keseluruhan: suatu teks merupakan kumpulan cerpen ini pengarang
jawaban terhadap teks lainnnya. memandang kehidupan sebagai suatu
Dengan membaca teks saatra Yang yang sulit sehingga para tokoh cerita
telah ada sebelumnya atau yang mengalami ketragisan hidup. Oleh
sezaman dengannnya, pengarang karena itulah, sesuai dengan Landasan
hidup dalam sejarah dan masyarakat Teori dan Metodologi Penelitian, bab
pun terpantul dalam teks. ini diawali oleh analisis tentang
Adapun yang ketiga adalah struktur cerita, yang kemudian diikuti
model paragram yang tidak linear. oleh analisis tokoh, ruang da.n waktu,
Dalam perspektif ini, teks sastra dan analisis pengujaran. Akhirnya, bab
tampil sebagai suatu struktur jaringan ini ditutup dengan analisis
paragram. Maksudnya, suatu model makna.orang
pembentukan imaji sastra yang tidak
bersifat linear, yaitu tidak didapatkan 1. " Ke Solo, Ke Njati "
dengan pembacaan baris per baris. a. Struktur Cerita
Skema di bawah ini Cerpen ini mengungkapkan
menunjukkan model paragram yang tokoh seorang perempuan PRT (siang
tidak linear: kerja, malam pulang) dan anak--
Tanda X menunjukkan fungsi anaknya tidak berdaya menghadapi
yang mengatur model paragram yang kesemrawutan transportasi dari Jakarta
tidak linear. Skema ini menunjukkan ke Solo di waktu lebaran. Dengan
bahwa jaringan paragram sebuah teks bekal pas-pasan dia mencoba dengan
berhubungan dengan jaringan teks sia-sia untuk berebut tempat di
lainnya. terminal bis. Anak-anaknya sudah
ingin sekali ke Njati, Wonogiri
PEMBAHASAN HASIL sebagaimana ibunya menjanjikan.
ANALISIS Tetapi ia harus puas dengan kegagalan
itu. Sebagai ganti ia akan mengajak
1.1 Pengantar anak-anaknya ke kebun binatang.
Hasil analisis ini diperoleh Majikan menyambut gembira
dengan menempuh prosedur "kegagalan" untuk mendapatkan bis
metodologis seperti yang diuraikan itu.
pada bagian Metode Penelitian. Pada

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|462





Adapun sekuen-sekuen yang dan panggilan anak-anaknya


terdapat dalam cerpen adalah: kepadanya.
1) Suasana di terminal bus Wah, nuwun sewu Bu, saya
pada saat menjelang sudah terlanjur janji anak-anak".
lebaran. Dia berebutan (19:2)
tempat duduk dengan "Bu, kita jadi mudik ke
penumpang lain. Anak- Njati ya, Bu?" (18:1)
anaknya namgis 2) Gambaran Fisik Tokoh
2) Mereka kembali ke rumah Tidak ada gambaran fisik tokoh
kumuhnya di Kali Malang 3) Gambaran Lingkungan Sosial
Cerita tentang kampung Tokoh
halaman kepada anak- Tokoh utama merupakan
anaknya. tokoh yang berasal dari lingkungan
3) Pergi ke makam suaminya osial kelas bawah vang hidup di
Pikirannya melayang ke lingkungan kumuh
masa lampau; Pulang, itu berarti pulang ke
Suaminya seorang buruh kamar sewaan yang terselip di
bangunan tengah kampung yang agak
Sepeninggal suaminya dia kumuh di bilangan Kali Malang
menjadi pembantu rumah Memiliki suami dari kalangan
tangga kelas bawah juga
4) Mereka tidak jadi pulang ke .
Njati Suaminya, yang semasa
anak-anak menyanyikan lagu hidup adalah buruh bangunan pada
ciptaan mereka sebuah perusahaan pemborong
sebagai ganti tidak pulang meninggal kira-kira tiga tahun vang
ke Njati anak-anak lalu. Dia meninggal tertimpa
dijanjikan :pergi ke kebon dinding yang roboh
binatang Tokoh merupakan orang desa
5) Kembali ke rumah yang mengadu nasib di kota
majikannya Dengan kemantapan tekad
b. Penokohar begitulah dia memutuskan untuk
1) Penamaan mudik. Anak-anaknya mulai
Dalam cerpen ini tokoh diceritai tentang Njati, sawah-
tidak diberi nama hanya in nama sawahnya, kerbau dan sapinya,
panggilan yang sesuai dengan peran bentuk-bentuk rumah di desa. Juga
sosial mereka seperti: Mbok dan embah-embahnya yang sudah pada
Ibu memutih rambutnya.
”Mbok, kamu jangan
pulang lebaran tahun ini, anak-anak c. Ruang dan Waktu
saya pada kumpul di sini. Banyak Tempat-tempat yang ditemui
kerjaan.” dalam cerpen ini adalah tempat-tempat
Panggilan ibu ditujukan biasa yang bisa ditemui
pada dua orang yaitu majikannya dalamkehidupan seharihari. Seperti

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|463





terminal bus, rumah kumuh di Kali 2) Cerita kehidupan Mbok Jah


Malang, rumah gedodg, makam. di rumah majikannya.
Pengujaran Sikap majikannya terhadap Mbok
P'engarang berada di luar Jah
cerita sehingga memiliki jarak Hubungan Mbok Jah dengan anak-
indang yang jauh. Pengrang tidak anak majikannya
terlibat lebih mendalam dalam diri 3)Majikannyasekeluarga menyusul
tokoh cerita. ke rumah Mbok Jah
Suasana desa dan rumah Mbok Jah di
e. Makna gunung
Cerpen ini mengandung makna Sikap Mbok Jah yang ingin
kerinduan akan kampung halaman. mempertahankan kesederhanaan
Kerinduan akan kampung halaman hidupnya dan terus tinggal di desa
yang dialami iyem setelah lama b. Penokohan
meninggalkan ka.mpung halamannxa 1) Penamaan
di Njati. Kesempatan itu ada pada hari Tokoh-tokoh dalam cerpen ini
Lebaran, namun keramaian di terminal diberi nama seperti Mbok Jah,
membuat dia dan anak-anaknya tidak Mulyono, Kedono dan Kedini
jadi pulang 2) Gambaran Fisik Tokoh
Fisik tokoh tidak ditampilkan
2. " Jlbok Jah " secara detail hanya dikatakan tua
a. Struktur Cerita tanpa di.ielaskan lebih lan.iut
Cerita. ini juga ... Meskipun sudah berhenti
menceritakan seorang PRT. karena usia tua dan capek menjadi
Merasa tidak sanggup lagi ia pembantu rumah...
bekerja ia minta berhenti. Ia
sendiri sangat optimis dengan 3) Lingkungan Sosial Tokoh
hidup. Akan tetapi, di sinilah Tokoh utama cerita adalah
letak tragisnya: ia hanya seorang seorang pembantu rumah tangga yang
PRT, tidak kurang tidak lebih. tinggal di rumah majikan yang
Setiap lebaran ia menghibur diri sederhana. Tokoh utama tersebut
dengan berkunjung ke rumah berasal dari desa di lereng gunung.
bekas majikannya dan dengan Dua puluh tahun telah
baik ia "bekerja" kembali. Dia dilewatinya untuk bekerja sebagai
senakin tua dan rapuh, sudah pembantu di rumah keluarga yang
dua kali lebaran tidak datang ke sederhana dan sedang-sedang saja...
rumah bekas majikannya. Bekas Buat seorang janda yang sudah
majikannyalah yang kemudian selalu tua itu, apalah yang
mengunjunginya. dikehendaki lagi selain atap untuk
1) Lebaran kali ini Mbok Jah berteduh dan makan serta pakaian
tidak turun gunung yang cukup. Lagi pula anak
menemui mantan tunggalnya yang tinggal di Surabaya
majikannya seperti dan menurut kabar hidup
biasanya berkecukupan\tidak mau lagi
berhubungan dengannga...

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|464





Tetapi wa~tu dia mulai merasa merasa hubungan yang dekat dengan
semakin renta, tidak sekuat majikannya juga anak-anaknya.
sebelomnya. Mbok Jah merasa
dirinya menjadi beban keluarga it~ , . 3. ”Ziarah Lebaran'
Dia merasa menjadi buruh a. Strvktvr Cerita
tumpangan gratis. Dan harga dirinya Cerpen ini juga bercerita
memberontak terhadap keadaan itu. tentang wong cilik, tetapi dengan
Diputuskannya untuk pulang saja ke nasib yang lebih baik. Kesepian
desanya. DIa masih memiliki warisan seorang duda selalu terhibur dengan
sebuah rumah yang meskipun sudah setahun sekali anak dan ibu mertua
tua dan tidak terpelihara akan dapat Lagi-lagi hubngan yang penuh
dijadikannya tempat tinggal di hari harmoni dengan anak dan mertua
tua. Dan juga tegalan barag sepetak telah menghiburnya sekaligus
dua petak masih ada juga. menjerat nyalinya untuk kawin lagi.
Setiap dia pulang ke 1) Suasana lebaran di rumah
desanya, Mbok Jah selalu mertuanya sekaligus nenek bagi
kesulitan tuk melepaskan dirinya anaknya sepeninggal istrinya
dari pelukan Redono dan Redini. 2) Pikirannya melayang pada
ak kembar laki perempuan itu, wanita lain teman
meski sudah mahasiswa lalu sa_ia sejawatnya.
mendudukkan diri mereka Dada Dia telah mengikat janji
embk tua itu... 3) Ziarah ke kuburan istrinya
Bayangan istrinya senantiasa
c. Ruang dan Waktu hidup dalam hatinya
lttu yang diltemukakan 4) Pikirannya hampa.
merupakan rentang waktu yang an
tokoh -tokoh cerita dalam suatu b. Penokohan
peristiwa tentu: hingga jauh malam 1) Penamaan
Hingga jauh malam mereka . Tokoh-tokoh cerita yang
tawar menawar… ditampilkan diberi nama: Eko, Siti,
d. Pengujaran Yati
Dalam cerpen ini pengarang Pelan-gelan bertahap
berada sama dengan cerpen yang Yusuf menyatakan cintanya
pertama. kepada Yati...
Selain dia senang dapat
e. Makna melepas rindunya kepada Eko,
Kerinduan untuk anak tunggalnya itu, dia juga
berkumpul, untuk kebersamaan. senang merasa ikut dimanja
Kerinduan untuk berkumpul ini dengan berbagai hidangan dan
terjadi pada diri Mbok Jah yang Panganan oleh mertuanya.
senantiasa menyempatkan diri Seakan hidup, bagi mertuanya
menemui majikannya di kota pada itu, hanyalah memanjakan cucu
tiap lebaran. Pada diri Mbok Jah ada tunggal dan menantunya. Kenapa
kerinduan berkumpul dengan bekas tidak, desah Yusuf. Sejak Siti
majikannva karena selama ini dia istrinya, dan jauh sebelumnya

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|465





mertua laki-lakinya meninggal, Pertengkaran timbul karena


apakah kesibukan dan perhatian ketidaksediaan suaminya untuk
ibu mertua itu selain tertumpu berlebaran dengan keluarga
kepada cucu tunggal dan Suaminya minder karena
menantu yang menduda itu. ketidakmampuan memberikan
keturunan.
c. Ruang dan Waktu 2) Marti meninggalkan hotel dan
Tempat yang dikemukakai berjalan-jalan menyusuri pantai
sesuai dengan jalan cerita: nakam. Naik perahu dan bergurau
Jakarta dengan anak-anak
Makan di warung kecil di
d. Pengujaran pinggir pantai
Pengujaran sama dengan
cerpen perta.ma b. Penokohan
Dalam cerpen ini hanya
e. Makna terdiri dari tokoh utama yaitu
Cerpen ini menggambarkan Marti dan suaminya. Mereka
kerinduan pada hal yang fitrah. berasal dari kalangan sosial kelas
Digambarkan bagaimana seorang atas.
suami yang merindukan kebersamaan
dengan almarhum istri dan anaknya Melihat orang-orang pada
yang diasuh mertuanya. gembira Marti lalu teringat iuga
keluarganya yang sekarang pada
4. " Marti " berkumpul berlebaran ii rumah
a. Struktur Cerita Lies. Kakak perempuannya yang
Bercerita tentang wnng ci11k - tinggal di kota M. 'ada saat ini
menilik namanya yang sederhana, pasti sedang ramainya mereka
tanpa embel-embel; menyebut reriungan, aermaaf-maafan
keluarganya dengan "Yu"- yang sambil makan enak, gerutu Marti
mengalami mobilitas sosial menjadi dengan ;emburu. Dalamimajinya
elite. Untuk berlebaran sang suami bagaimana kemudian kakak-
ingin tinggal di hotel, sementara kakaknya Ian anak-anak mereka
istrinya yang teringat extended family- pada antre menyungkemi ibunya.
nya sebenarnya keberatan tapi terpaksa ilangkah ramai dan
menuruti kemauan suami. Tragedi menyenangkan dan hangat
kehidupan berasal dari dua kenyataan , suasana )egitu, lamun Marti.
yaitu kerinduan akan cara hidup orang
kecil dan bahwa pasangan itu tidak Ruang dan Waktu
dikaruniai anak. Solusinya terletak Tempat yang terdapat dalam
dalam kegembiraan istri dengan anak- cerpen ini adalah tempat yang
anak kecil dan makan di warung biasanya I;dikunjungi oleh orang-
bersama orang kecil orang kaya: hotel berbintang di
1) Lebaran kali ini Marti dan pinggir pantai...
suaminya memutuskan menginap di
hotel.

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|466





Waktu yang 3) Keheranan. Saya melihat


ditampilxan nanya satu kali yaitu: Sutarto yang sering dapat nilai
jam dua siang yang biasa-biasa saja bisa
Pada waktu Marti menjadi pejabat tinggi.
akhirnya turun ke pantai 4) Sikap Sphinx Sutarto dalam
perutnya terasa lapar menghadapi korupsi di
betul. Jamnya kantornya.
menunjukkan jam dua
siang. b. Penokohan
d. Pengujaran 1) Penamaan
Pengujaran sama dengan Tokoh-tokoh yang
cerpen pertama ditampilkan terdiri dari: Saya,
Sutarto, istri saya
e Makna Saya lantas
Pada cerpen ini tergambar membanding-bandingkan karier
makna akan kerinduan akan saya yang merambat pelan
kebersamaan dan kesederhaan. sekali sejak saya selesai di
Perasaaan itu dialami tokoh utama universitas dan menyandang
yaitu Marti yang merasa kehilangan pula titel Drs. Juga beberapa
rasa kebersaaan dengan keluarganya teman lain yang mengeluh
ketika suaminya memutuskan untuk tentang keadaan yang sama.
tidak pulang ke kampung pada hari Dibandingkan denga.n kami
leharan_ semua pastilah nasib si sphinx
yang jauh lebih mujur dari kita
5. " Sphinx" semua. Bagaimana dia bisa
a. Struktur Cerita mencapai itu? kalau diingat
Cerpen ini menceritakan tentang prestasi di SMA dulu yang
birokrasi yang menyiratkan rasa tragis. hanya ratarata angka enam itu
Letak rasa tragis ialah "saya" yang prestasi yang dicapainya
tidak paham dengan liku-liku sekarang pastilah luar biasa...
birokrasi, terheran-heran bagaimana
caranya seorang kawan dulu yang Istri saya yang duduk di
biasa saja dapat menjadi kaya. Untuk samping saya terkejut menden9ar
bisa hidug tenang kita harus cvek, sava berteriak-teriak."
tidak peduli seperti orang umumnya,
dengan wajah Sphinx dengan cahaya 2) Gambaran Fisik Tokoh
mata yang kosong, menatap entah ke Gambaran fisik
mana tokdh terlihat jelas dengan
1) Cerita tentang Sphinx dalam uraian singkat pengarang
pelajaran sejarah di Sekolah Di kelas Sutarto selalu
Dasar. berpenampilan necis. Bajunya
2) Sutarto salah seorang teman selalu putih dan celana dril
Saya yang memiliki sifat khaki yang tersetrika rapih
seperti Sphinx dengan sepatu Bata hitam yang
selalu disemir mengkilap.

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|467





Potongan rambutnya selalu orang yang paling ka,ya di sebuah


pendek nyaris cepak. Kulit kantor bukan kepala kantor, tapi
tubuhnva cokelat matantt, sekretaris bagian yang juga jadi
warna standar kulit orang Jawa pimpro. Sekretaris itu oleh kawan-
kawannya dijuluki "Raja Midas"
3) Gambaran Lingkungan sahing kayanya. Tentu saja mula-
Sosial Tokah mulanya dia risih dengan sebutan itu.
Tokoh utama merupakan Akan tetapi ternyata kawan-kawannya
seorang pejabat tinggi. menganggap kekayaannya bukan
Maka saya pun barang aneh mereka hiasa-biasa
menceritakan bahwa Sutarto, saja. Cuek adalah cara untuk
pejabat tinggi yang tetap hidup dalam
menjelaskan bahwa tidak ada kesemrawutan birokrasi.
kolusi di kantornya, itulah 1) Keheranan para pegawai
yang disebut sphinx. melihat panampilan sekretaris direktur
yang lebih mentereng daripada
c. Ruang dan Waktu direkturnya
Gambaran waktu yang 2) Timbul rumor di kalangan
ditampilkan menunjuk pada pegawai yang memberi gelar raja nidas
derskripsi waktu yang tidak kepada. sekretaris direktur
menyebutkan rentang waktu 3) Guru spiritual sekretaris direktur
tertentu: suatu hari, malam itu, menjajnjikan kepadanya untuk
pukul setengah tujuh mengubah segala sesuatu
Pukul setengah menjadi dolar.
tujuh pagi dia sudah akan 4) Lama-lama rumor, dan keheranan
berada di depan pegawai menghilang dan
suasana kartor berjalan seperti
d. Pengujaran tidak terjadi apa-apa.
Berbeda dengan cerpen-cerpen 6. Penokohan
sebelumnya pengarang :erlibat dalam Tokoh-tokoh terdiri dari: Pak
cerita ini sehingga berada pada jarak Nugroho, Artono, guruArtono.
pandang dekat. Pengarang sebagai Nugroho seorang kepala bidang
persona pertama. sedangkan Artono adalah sekretaris
Nugroho. Penampilan Artono lebih
e. Makna keren daripada Nugroho.
Cerpen ini menggambarkan Pak Nogroho meski
kekakuan birokrasi sehingga sarjana 1 03 dan sudah cukup
menjadikan seseorang tidak begitu lama berdinas berpangkat 4A,
tertarik pada sifat kemanusiaannya. penampilannya sederhana.
Mobilnya Toyota tahun 1970-
6. '" Raja Midas" an yang dibelinya dari dem
a. Struktur Ceri ta departemen. Catnya yang
Cerpen ini juga berbicara cokelat itu sud'ah kelihatan
tentang keajaiban birokrasi. Pragedi cukup dimakan usia. Bila
terletak dalam pemutarbalikkan logika: distarter tidak tok-cer tapi

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|468





membutuhkan waktu beberapa Waktu kembali lagi di


menit untuk akhirnya hidup kantornya beberapa hari
dan dapat berjalan. Itu pun kemudian didapatinya rekan-
seringkali masih batuk-batuk rekannya, Pak Nugroho, tampak
di sepanjang jalan, kadang- biasa h i a s a s a j a .
kadang mogok juga. Baju yang
dipakainya seharihari juga d . Pengu j a ran
sederhana, selalu safari abu- Penguiaran sama
abu yang warnanya seperti cat dengan cerpen nertama
mobilnya, redup juga...
Antono sekretaris e. Makna
merangkap pimpro, lain benar Cerpen ini menggambarkan
penampilannya. Baju kerjanya bagaimana kehidupan birakrasi yang
sehari-hari tidak tidak rasional. Ini digambarkan dengan
menggambarkan pegawai perbedaan penampilan sekretaris
negeri biasa. Selalu memakai direktur yan glebih keren dibandinakan
hem lengan panjang dengan dengan presiden direkturnva.
dasi berkembang-kembang
yang mahal. Mobilnya. BMW 7. " Parta %rama "
berwarna biru tua yang selalu a. Struktur Cerita
mengkilap karena sering dilap. Cerpen ini bercerita tentang
Mesinnyapun terpelihara kolusi pejabat puneak perbankan
selalu tokcer, dan berbunyi dengan pengusaha. Hasil dari kolusi
halus. Jam tangannya berantai itu ialah kekayaan yang luar biasa.
emas, Tetapi rupanya kolusi dianggap
kejadian biasa, hati nurani tidak pernah
c. Ruang dan Waktu terusik. Pejabat perbankan itu
dibebaskan dari tuduhan kolusi.
Tempat yang ditampilkan Tragedinya terletak dalam kolusi vano
bukan merupakan tempat utama tidak laoi mengusik hati nurani, tnalah
mendukung cerita tetapi merupakan kolusi itu diraya.kan dengan festival.
tempat terjadinya peristiwa yang 1). Cerita tentang Arjuna
melibatkan tokoh utama di dalam yang ingin membahagiakan
pekerjaan utamanya: lereng gunung istrinya Subadra dengan
Jawa Tengah memenuhi segala permintannya.
2) Cerita Arjuna itu mewarnai
Artano terkejut. Bagaimana pikiran seorang pengusaha yang
Rama yang tinggal di lereng 3) Pengusaha tersebut
gunung di Jawa Tengah tahu siapa_ korupsi
Raja Midas....bebera.pa hari 4) Hukum membebaskannya
kemudian dengan mudah

Waktu yang ditampilkan b. Penokohan


hanya merupakan penujuk waktu Nama-nama tokoh terdiri dari:
pada suatu peristiwa: Drs. Herjuna, SriKlantanamimis

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|469





Drs. Herdjuna, pejabat Citraksa dapat saja dimasuk-


senior Bank Janggringskala, masukkan dalam biroltras'. Tetapi,
merenungi langit yang kelabu rupannya mereka tidak cocok untuk
dari balik jendela kamarnya jabatan-jabatan birokrasi. Mereka
yang besar dan mewah. Lima berdua hanya cocok untuk jabata.n-
menit yang lalu istrinya jabatan randah yang tidak perlu
Mengapa sekarangistrinya berpikir.
mau betul menaikkan 1). Suasana pikiran seorang bupati
gengsinya dengan menuntut yang harus menerima calon
BMW seri 7 dan aduh, kalung pegawai dari salah seorang
Bulgari! Hanya karena Sri anggota keluarganya yang
Klantangnimis memiliki itu berjasa.
semua? Lupakah dia bahwa Sri 2) Pegawai dari keluarganya itu
Klantangmimis di samping tidak mampu mnegungkapkan
nyonya dirjen dari suatu gagasan dengan benar.
departemen yang sangat, sangat 3) Akhirnya pegawai tersebut dapat
basah, menghibur rakyat dengan
kekonyolan-kekonyolan yang
c . Ruang danWaktu dilakukannya
Tempat terjadinya peristiwa b. Penokohan
sesuai dengan keadaan tokoh atama 1) Penamaan
yang berasa dari golongan kelas Tokoh-tokoh yang terdapat
atas: bilik jendela kamar vang dalam cerpen ini adalah: Kol.
mewah Bragalba, lurah Yaksatama, Dultun
dan yaksayami
d. Pengujaran Akhirnya Bupati Kolonel
Pengujaran sama dengan Bragalba berhasil juga
cerpen yang pertama menampung Citraksi dan
Citraksa dalam formasi
e. Makna birokrasi kabupaten Karta
Cerpen ini menggambarkan Danawa. Mereka ditempatkan
bagaimana kehidupan birokrasi sebagai kepala dan wakil
yang menghalalkan segala cara. Hal kepala Pengelola Proyek
sifatnya manusiawi seperti Serbaguna Kabupaten Karta
mencintai istri telah diming-imingi Danawa. Bagalba
dengan warna duni; memperhitungkan tempat
tersebut sebagai tempat yang
8." Drs. Ci traksi dan Drs. Ci traksa cocok untuk sepupu-sepupunya
" a. Strvktur Cerita itu...
Berbeda. dengan cerpen-
cerpen lain dalam kumpulan ini. Di 2) Lingkungan Sosial Tokoh
sini ada perbenturan antara dua Hubungan antar tokoh di dalam
kekuatan: birokrasi dan nasib. cerpen ini memiliki hubungan
Birokrasi bisa ditekak-tekuk, tetapi kekerabatan
nasib tidak. Drs. Citraksi dan Drs.

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|470





"Saya pesan wanti-wanti Cerpen ini asalnya bersifat


kalian berdua serius rusak karena adanya terjadi
mengemban tuga ini. Dalam terpilihnya terhormat sekalipun
pekerjaan kantor , kalian buka menggambarkan kekakuan birokrasi
asik-asik saya lagi tapi yang alami hubungan antar
karyawan kabupaten yang manusia, namun menjadi birokrasi.
mesti patuh dan disiplin, Di dalam birokrasi dapat saja
Mengerti?" anggota keluarga untuk menduduki
"Mem-mem-mem ngerti tempat tanpa ditunjang kemampuan
ngertii.Pak." yang memadai.
"Mem-mem-mem nger-
nger-ngertii, Mmmaas, eh,eh, KESIMPULAN
Pppak."
Berdasarkan pembahasan dan
c. Ruang dan Waktu hasil analisis semitotik terhadap
Tempat yang disebutkan pada kumpulan cerpen Parta Krama
cerpen ini bersifat fiksi karena karay Umar Kayam dapat beberapa
tempat tersebut tidak ada dalam kesimpulan. Ditinjau dari segi
peta: desa karang yaksa kabupaten struktur tergambar bahwa sebagian
karta damawu besar struktur cerita yang dalam
kumpulan cerpen tersebut dirangkai
...Nyaris setiap bulan dalam peristiwa yang tidak terlalu
sekali mereka datang dari desa rumit. Urutan cerita secara
mereka. Karang Yaksa untuk kronologis dan sorot balik.
saling kangen-kangenan, saling Selanjutnya pada bagian
melepas rindu,meskipun penokohan tergambar bahwa para
desamereka hanya berjarak 60 tokoh ditampilkan dengan identitas
kilometer saja dari kota nama yang jelas. Demikian dengan
Pusering Harta, ibukota keadaan fisik tokoh seperti Mbok
kabupaten Karta Danawaitu... Jah yang sudah tua. Lingkungan
social tokoh yang ditampilkan
Waktu yang terdapat dalam berasal dari kalangan ekonomi
cerpen ini menunjukkan keadaan kalangan ekon mi bawah (2 cerpen),
hari: siang hari, sore kalangan ekonomi menengah (1
Siang itu sehabis makan cPrpen) d n kalangan ekonomi atas
siang dengan pecel lele... (5 cerpen).
Pada waktu satu sore Di dalam menggambarkan
pembukaan lomba layang- waktu terlihat jelas bahwa ada jarak
layang itu diadakan... waktu terjadinya peristiwa tersebut
seperti perjalanan majikan Mbok
d. Pengvjaran Jah menuju rumahnya. Adapun
Sama dengan cerpen tempat yang diguna.kan merupakan
yang pertama. tempat yang biasa ditemui sehari-
e. Makna hari dalam dunia nyata kecuali pada

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|471





cerpen Drs. Gitraksa dan Drs. Makna yang dapat dirumuskan


Citraksi. dalam ltumpulan cerpen ini terdiri dari
Di dalam teknik pengujaran dua makna besar yaitu makna
pengarang lebih banyak berdiri di kerinduan akan kampung halaman
luar cerita hanya pada cerpen keha.ngatan dan kemanusiaan yang
Sphinx pengarang berada di dalam terdapat pada empat cerpen pertama
cerita. dan makna institusi moderan yang
Sebagian besar jarak mengaburkan hubungan kemanusiaan
pandangan yang dilakukan oleh yang alami seperti tergambar pada
penga.rang bersifat melaporkan suatu keempat cerpen selanjutnya.
peristiwa dan kembali hanya satu yang
bersifat masuk ke dalam cerita yaitu
cerpen Sphinx.

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|472





DAFTAR PUSTAKA

Barthes, Roland, 1992. "Unsur-unsur Semiologi: Langue dan Parole", dalam


Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest, (ed.) Serba-serbi Semiotika.
Jakarta: Gramedia.hal. 80-88.

Culler, Jonathan. 1975. Structuralist'Poetics: Structuralism, Linguistics, and


the Study of Literature.. London: Cornell University.

Damono, Sapardi Djoko. 1983. Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa


Catatan. Jakarta: Gramedia.
Eagleton, Terry. 1986. Literary Theory. London: Oxford University.

Eco, Umberto, 1992. "Sebuah Pengantar menuju Logika Kebudayaan", dalam Panuti
Sudjiman, dan Aart van Zoest, (ed.). Serba-serbi Semiotika. Jakarta:
Gramedia.hal. 26-54. .

Eneste, Pamusuk, (ed.). 1982. Cerita Pendek Indonesia Mutakhir: Antologi Esei
dan Kritik. Jakarta: Gramedia.

Hawkes, Terence. 1992. Structuralism & Semiotics London: Routledge.

Jakobson, Roman, 1992. "Linguistik dan Bahasa Poetik", dalam Panuti Sudjiman, dan
Aart van Zoest, (ed.). Serba-serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia.hal. 64-79.

Krampen, Martin, 1992. "Ferdinand de Saussure dan Perkembangan Semiologi",


dalam Panuti Sudjiman, dan Aart van Zoest, (ed.). Serba-serbi Semiotika.
Jakarta: Gramedia.hal. 55-63.

Luxemburg, Mieke Bal dan Willem G. Westeijn. 1992. Pengantar Ilmu Sastra.
Diindonesiakan oleh Dick Hartoko. Cetakan Keempat. Jakarta: Gramedia.

Martin, Wallace. 1986. Recent Theorie,!j of Narative. London: Cornell


University

Noth, Winfried. 1990. Handbook of Semiotics. Bloomington and Indiana Polis:


Indiana University Press.

Riffaterre. 1984. Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press.

Sujiman, Panuti. 1985. Memahami Cerita Rekaan . Jakarta: Pustaka Jaya.

Sudjiman, Panuti dan Aart van Zoest, (ed.). 1992. Serbaserbi Semiotika.
Jakarta: Gramedia.

Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|473





Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
Pustaka Jaya.

Zaimar, Okke. 1991: Menelusuri Makna "Ziarah" Karya Iwan 5imatupang.


Jakarta: Intermasa.











Jurnal Artikulasi Vol.8 No.2 Agustus 2009|474




Anda mungkin juga menyukai