Ekarini Saraswati
UniversitasMuhammadiyahMalang
Abstrak
Penelitian ini beranjak dari masalah l. Bagaimanakah makna cerita
dimunculkan lewat struktur sastra kumpulan cerpen P a r t a K r a m a karya
Umar Kayam? 2. Makna apa saja yang muncul dalam kumpulan cerpen
Parta Krama karya Umar Kayam tersebut? Yang dijadikan objek penelitian
adalah cergen-cerpen Umar Kayan yang terkumpul dalam Parta Krama
terbitan Yayasan Untuk Indonesia tahun 1997 cetakan pertama. Kumpulan
cerpen ini terdiri dari: "Ke Solo”, “Ke Njati”, “Mbok Jah”, “Ziarah
Lebaran”, “Marti”, “Sphinx”, “Raja Midas”, “Parta Krama”, dan “Drs.
Citraksi dan Drs. Citraksa”. Ditinjau dari segi struktur tergambar bahwa
sebagian besar struktur cerita yang dalam kumpulan cerpen tersebut
dirangkai dalam peristiwa yang tidak terlalu rumit. Urutan cerita secara
kronologis dan sorot balik. pada bagian penokohan tergambar bahwa para
tokoh ditampilkan dengan identitas nama yang jelas. Demikian dengan
keadaan fisik tokoh seperti Mbok Jah yang sudah tua. Lingkungan social
tokoh yang ditampilkan berasal dari kalangan ekonomi kalangan ekon mi
bawah (2 cerpen), kalangan ekonomi menengah (1 cPrpen) d n kalangan
ekonomi atas (5 cerpen). Penggambaran waktu terlihat jelas bahwa ada
jarak waktu terjadinya peristiwa tersebut seperti perjalanan majikan
Mbok Jah menuju rumahnya. Adapun tempat yang diguna.kan merupakan
tempat yang biasa ditemui sehari-hari dalam dunia nyata kecuali pada
cerpen Drs. Gitraksa dan Drs. Citraksi. teknik pengujaran pengarang lebih
banyak berdiri di luar cerita hanya pada cerpen Sphinx pengarang berada
di dalam cerita.Sebagian besar jarak pandangan yang dilakukan oleh
penga.rang bersifat melaporkan suatu peristiwa dan kembali hanya satu yang
bersifat masuk ke dalam cerita yaitu cerpen Sphinx.
Makna yang dapat dirumuskan dalam ltumpulan cerpen ini terdiri dari
dua makna besar yaitu makna kerinduan akan kampung halaman keha.ngatan
dan kemanusiaan yang terdapat pada empat cerpen pertama dan makna institusi
moderan yang mengaburkan hubungan kemanusiaan yang alami seperti
tergambar pada keempat cerpen selanjutnya.
PENDAHULUAN memiliki reputasi nasional maupun
Sudah tidak dapat diragukan internasional. Dengan berbagai
lagi bahwa Umar Kayam merupakan kelebihannya itu tentu untuk
salah seorang cerpenis handal yang menganalisis cerpen-cerpennya perlu
dimiliki bangsa Indonesia. Setiap menggunakan alat analisis yang tepat.
pengamat yang membicarakan Secara ideal, penelitian sastra harus
masalah cerpen Indonesia nama Umar mengindahkan keutuhan karya sastra
Kayam tidak pernah lepas dari pene- sebagai suatu sistem tanda yang utuh.
laahannya. Ia telah memperlihatkan, Menurut Culler (Teeuw, 1984:199),
bahwa orang Indonesia mampu ilmu sastra yang sejati haruslah
menulis cerpen menandingi orang bersifat semiotik, yaitu harus
Barat. Menulis lancar, lincah, disana- menganggap sastra sebagai sistem
sini dihiasi dengan dialog-dialog tanda. Tugas semiotik bukanlah
humoristis yang hidup (Arief deskripsi tanda-tanda tertentu,
Budiman, 1983:121, Yatim, 1983:85). melainkan memerikan konvensi-
Selain itu dalam kelancaran bercerita konvensi yang melandasi ragam
yang tanpa sadar telah membuat kita perilaku dan pembayangan. Hal ini
terpukau (Arief Budiman, 1983:121) karena seluruh pengalaman dan
juga mampu menyelipkan flashback kebudayaan manusia berdasarkan
dengan teknik yang tinggi yang tak tanda dan mempunyai dimensi
mungkin membuat kita berhenti di simbolik yang dominan.
tengah-tengah (Hoerip, 1983:67). Berdasarkan gertimbangan ini,
Pengamat lain melihat adanya kiranya dapat dikatakan bahwa
pembaharuan tema cerita seperti pendekatan yang sangat baik untuk
menggarap tema tentang kesepian memahami karya sastra adalah
manusia di tengah keramaian dan pendekatan semiotik. Pendekatan
kemoderenan hidup (dalam "Seribu semiotik kiranya akan memberitahu
Kunang-kunang di Manhattan) (Yatim, kita unsur-unsur serta dimensidimensi
1983:85). apakah dalam cerpen yang harus
Kumpulan cerpen Parta Rrama diperhatikan agar makna yang
merupakan kumpulan cerpennya yang terkandung di dalamnya dapat
terbaru yang menggambarkan diungkapkan. Ini penting agar
transportasi sosial budaya yang tengah apresiasi dapat lebih ditingkatkan.
kita jalani, di mana wong cilik paling
sering menanggung resiko perubahan 1.2Perumusan dan
sosial budaya itu. Lebih jauh dikatakan Pembatasan Masalah
oleh Kontowijoyo (1997:12) kumpulan Masalah dikhususkan dalam
cerpen "Parta Krama" merupakan beberapa pembatasan berikut.
Tragic sense of Life dalam bentuk Pertarva, kumpulan cerpen Umar
modern. Kata kuncinya ialah Kayam yang dipilih adalah kumpulan
ketidakberdayan. cerpen Parta Krama yang merupakan
Para pengamat telah kumgulan cerpen yang kedua. Hal ini
membuktikan bahwa Umar Kayam disebabkan kumpulan cerpen tersebut
merupakan cerpenis Indonesia yang menandai suatu tahap penting dalam
1. 2.
Penanda Petanda
Bahasa
3.Tanda
MITOS
II.
I.PENANDA
PETANDA
III.TANDA
tulisan atau pertunjukkan. Selain itu, mitos adalah suatu sistem khusus.
mitos tidak dapat ditentukan oleh Sistem itu disusun dari suatu
bahannya atau objeknya; bahan apa rangkaian semiotik yang telah ada
pun dapat diberi signifikasi sebelumnya. Mitos adalah sistem
(pengertian) secara arbriter (semena- semiotik tahap kedua (a second-
mena). Semua materi mitos yang order semiological system).
berupa gambar, tulisan atau Sementara itu, yang disebut tanda.
pertunjukan mengandung (yaitu asosiasi total antara kansep
praanggapan kesadaran yang dan imaji) dalam sistem yang
bermakna; materi mitos dapat pertama hanya menjadi penanda
dipikirkan tanpa tergantung dari dalam sistem yang kedua.
bahan nya. Bahasa, wacana tuturan, Dalam pada itu ahli semiotik
dapat disimpulkan mengandung yang bernama Jurij Lotman (Teeuw,
makna baik satuan itu bersifat verbal 1984:60) menyatakan bahwa bahasa
maupun visual. merupakan ein primares model l-
Berkaitan dengan mitos biedendes system, system
sebagai sistem semiotik, Barthes pembentuk model yang primer,
(Hawkes 1992:130) mengemukakan sedangkan sastra sebagai sistem
bahwa sebagai suatu studi tentang model kedua. Kedua dimens: itu
tuturan, mitologi adalah suatu bagian sangat erat hubungannya.
dari ilmu tentang tanda yang luas, Pemahaman terhadap sastra model
yaitu semiotik. Dalam pada itu, dapat kedua memerlukan pemahaman
dikatakan bahwa setiap penelitian terhadap bahasa sebagai model
semiotik selalu mengacu pada pertama.
hubungan antara dua istilah yakni Menurut Barthes (Hawkes,
sig'nifiant (penanda) dengan signifie 1992:132), dalam mitos ada dua
(petanda). Selanjutnya Barthes macam sistem semiotik, yaitu bahasa
menunjuk pada konsep Ferdinand de dan mitos, dan yang satu berasal dari
Saussure yang dinilainya sangat yang lainnya. Pada skema tersebut di
berjasa karena telah meneliti suatu atas tampak adanya dua tataran, yaitu
sistem semiotik yang khusus yakni bahasa sebagai tataran sistem tanda
bahasa Menurut Barthes petanda pertama dan mitos sebagai sistem
adalah konsep sedangkan penanda tanda kedua. Pada tataran bahasa atau
adalah imaji bunyi yang cara representasi dengan bahasa
bersifat psikis dan hubungan tataran itu disebut "bahasa-objek"
antara konsep dan imaji itulahdisebut sebab dari tataran itulah mitos akan
tanda rnengambil contoh untuk membentuk
Dalam mitos Barthes sistemnya sendiri. Pada tataran kedua
(Hawkes, 1992:131) ia disebut "metabahasa". Dalam tataran
mengemukakan lagi dengan apa yang metabahasa, tidak perlu ditanyakan
disebutnya the three-dimentional pat- bagaimana susunan bahasaabjeknya
tern, tiga pola dimensi, yakni yang diperlukan adalah mengenal
penanda, petanda dan tanda. Akan tanda secara global dan hanya kalau
tetapi, ia menambahknan (Hawkes, tanda itu menopang mitos.
1992:131-132) bahwa sebenarnya
Tetapi wa~tu dia mulai merasa merasa hubungan yang dekat dengan
semakin renta, tidak sekuat majikannya juga anak-anaknya.
sebelomnya. Mbok Jah merasa
dirinya menjadi beban keluarga it~ , . 3. ”Ziarah Lebaran'
Dia merasa menjadi buruh a. Strvktvr Cerita
tumpangan gratis. Dan harga dirinya Cerpen ini juga bercerita
memberontak terhadap keadaan itu. tentang wong cilik, tetapi dengan
Diputuskannya untuk pulang saja ke nasib yang lebih baik. Kesepian
desanya. DIa masih memiliki warisan seorang duda selalu terhibur dengan
sebuah rumah yang meskipun sudah setahun sekali anak dan ibu mertua
tua dan tidak terpelihara akan dapat Lagi-lagi hubngan yang penuh
dijadikannya tempat tinggal di hari harmoni dengan anak dan mertua
tua. Dan juga tegalan barag sepetak telah menghiburnya sekaligus
dua petak masih ada juga. menjerat nyalinya untuk kawin lagi.
Setiap dia pulang ke 1) Suasana lebaran di rumah
desanya, Mbok Jah selalu mertuanya sekaligus nenek bagi
kesulitan tuk melepaskan dirinya anaknya sepeninggal istrinya
dari pelukan Redono dan Redini. 2) Pikirannya melayang pada
ak kembar laki perempuan itu, wanita lain teman
meski sudah mahasiswa lalu sa_ia sejawatnya.
mendudukkan diri mereka Dada Dia telah mengikat janji
embk tua itu... 3) Ziarah ke kuburan istrinya
Bayangan istrinya senantiasa
c. Ruang dan Waktu hidup dalam hatinya
lttu yang diltemukakan 4) Pikirannya hampa.
merupakan rentang waktu yang an
tokoh -tokoh cerita dalam suatu b. Penokohan
peristiwa tentu: hingga jauh malam 1) Penamaan
Hingga jauh malam mereka . Tokoh-tokoh cerita yang
tawar menawar… ditampilkan diberi nama: Eko, Siti,
d. Pengujaran Yati
Dalam cerpen ini pengarang Pelan-gelan bertahap
berada sama dengan cerpen yang Yusuf menyatakan cintanya
pertama. kepada Yati...
Selain dia senang dapat
e. Makna melepas rindunya kepada Eko,
Kerinduan untuk anak tunggalnya itu, dia juga
berkumpul, untuk kebersamaan. senang merasa ikut dimanja
Kerinduan untuk berkumpul ini dengan berbagai hidangan dan
terjadi pada diri Mbok Jah yang Panganan oleh mertuanya.
senantiasa menyempatkan diri Seakan hidup, bagi mertuanya
menemui majikannya di kota pada itu, hanyalah memanjakan cucu
tiap lebaran. Pada diri Mbok Jah ada tunggal dan menantunya. Kenapa
kerinduan berkumpul dengan bekas tidak, desah Yusuf. Sejak Siti
majikannva karena selama ini dia istrinya, dan jauh sebelumnya
DAFTAR PUSTAKA
Eco, Umberto, 1992. "Sebuah Pengantar menuju Logika Kebudayaan", dalam Panuti
Sudjiman, dan Aart van Zoest, (ed.). Serba-serbi Semiotika. Jakarta:
Gramedia.hal. 26-54. .
Eneste, Pamusuk, (ed.). 1982. Cerita Pendek Indonesia Mutakhir: Antologi Esei
dan Kritik. Jakarta: Gramedia.
Jakobson, Roman, 1992. "Linguistik dan Bahasa Poetik", dalam Panuti Sudjiman, dan
Aart van Zoest, (ed.). Serba-serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia.hal. 64-79.
Luxemburg, Mieke Bal dan Willem G. Westeijn. 1992. Pengantar Ilmu Sastra.
Diindonesiakan oleh Dick Hartoko. Cetakan Keempat. Jakarta: Gramedia.
Sudjiman, Panuti dan Aart van Zoest, (ed.). 1992. Serbaserbi Semiotika.
Jakarta: Gramedia.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:
Pustaka Jaya.