Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM CERPEN “LANGIT SENJA

LAKSMITA” KARYA S. PRASETYO UTOMO


Difa Nurul Amalia
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
difaamalia04@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah tentang unsur instrinsik yang terkandung dalam
cerpen “Langit Senja Laksmita”. Adapun unsur tersebut seperti tema, alur, tokoh,
perwatakan, latar, sudut pandang, dan amanat. Analisis yang digunakan dalam cerpen “Langit
Senja Laksmita” adalah pendekatan struktural. Dalam penelitian cerpen “Langit Senja
Laksmita” menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan
struktural. Pendekatan struktural adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya
menganalisis atau mebicarakan unsur-unsur pembangun karya sastra dari dalam serta
keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam mencapai kebulatan makna. Dimana metode dan
penelitian ini dianggap memiliki sifat sistematis terhadap penelitian yang dilakukan. Data
penelitian digambarkan dalam bentuk bahasa serta terperinci secara teguh memegang teori-
teori yang diambil sebagai acuan dalam penelitian. Metode ini menggunakan deskripsi unsur
intrinsik dan deskripsi hubungan antara unsur instrinsik seperti tema, alur, tokoh, perwatakan,
latar, sudut pandang, dan amanat. Pengolahan teknik dalam pendekatan struktural pada unsur
instrinsik dengan mendeskripsikan, dengan cara membaca dan mencatat. Untuk
menganalisisnya dengan cara menafsirkan isi kutipan dalam cerpen “Langit Senja Laksmita”
lalu mendeskripsikannya lebih dalam. Dari hasil analisis tersebut tertuangkan dalam unsur
instrinsik yaitu tema, alur, tokoh, perwatakan, latar, sudut pandang, dan amanat yang
disampaikan dengan jelas. Dalam penelitian analisis cerpen “Langit Senja Laksmita”
dijadikan manfaat sebagai motivasi bagi pembaca.
Kata Kunci : Analisis Unsur, Unsur Intrinsik, Cerpen, Langit Senja Laksmita

1
PENDAHULUAN
Secara etmologi, kesusatraan berarti karangan yang indah. Kesusastraan berasal dari kata
“susastra” mendapat imbuhan ke-an. Susastra sendiri berasal dari kata gabungan kata “su”
yang berarti baik, dan “sastra” yang berarti tulisan. Jadi susastra berarti tulisan yang baik.
Dapat disimpulkan bahwa kesusastraan adalah segala cipta manusia dengan bahasa sebagai
alatnya yang indah dan baik isinya, sehingga dapat meningkatkan budi pekerti manusia.
Menurut Mursal Esten (1978: 9) berpendapat bahwa kesusastraan adalah pengungkapan dari
fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat
umumnya, melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek positif terhadap kehidupan
manusia. Secara umum, kesusastraan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kesusatraan lisan, meliputi karangan atau ciptaan yang diwujudkan dalam bentuk lisan.
2. Kesusastraan tertulis, meliputi karangan atau ciptaan yang diwujudkan dalam bentuk
tulisan.
Sastra berasal dari bahasa sansekerta yaitu kata “shastra” yang merupakan bahasa serapan
serta memiliki makna “teks yang mengandung intruksi atau pedoman” dan dari kata “sas”
yang berarti makna intruksi atau ajaran. Menurut Sumardjo dan Sumaini, salah satu
pengertian sastra adalah seni bahasa. Maksudnya adalah, lahirnya sebuah karya sastra adalah
untuk dapat dinikmati oleh pembaca. Untuk dapat menikmati suatu karya sastra harus secara
sungguh-sungguh dan diperlukan pengertian tentang sastra. Tanpa adanya pengertian yang
cukup, penikmatan sebuah karya sastra hanya bersifat dangkal dan sepintas kurangnya
pemahaman tentang suatu karya sastra.
Karya sastra adalah bentuk gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial
yang di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Dengan maksud, terciptalah
karya sastra yaitu sebagai sarana hiburan serta mengandung pesan-pesan yang ingin
disampaikan kepada pembaca. Pesan tersebut berupa pendidikan moral dengan tercemin
melalui tingkah laku dan sikap tokoh dalam cerita tersebut.
Banyak jenis dalam karya sastra, salah satunya cerpen. Cerpen adalah jenis karya sastra
berbentuk prosa fiksi atau fiktif dimana isinya menceriatkan suatu tokoh dari konflik hingga
penyelesainnya, yang di tulis secara ringkas dan singkat. Pengertian cerpen menurut
Jabrohim (1994: 165-166) adalah cerita fiksi yang berbentuk prosa singkat, padat, dengan
unsur-unsur ceritanya terpusat pada satu peristiwa atau kejadian pokok sehingga jumlah dan
pengembangan pelaku terbatas serta keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal.
Sedangkan Nurgiyantoro (2018), cerpen merupakan karangan fiktif yang berisi sebagian
kehidupan seseorang atau kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada
2
suatu tokoh. Cerpen tentu berbeda dengan novel, dimana ceritanya hanya memusatkan pada
satu kejadian, satu plot, setting tunggal, jumlah toko terbatas, serta jangka waktu yang terlalu
pendek atau singkat. Dalam cerpen terdapat unsur intrinsik meliputi tema, alur, tokoh,
perwatakan, latar, sudut pandang, dan amanat yang terkandung dalam cerpen. Nurgiyantoro
(2018) mengemukakan bahwa unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya
sastra itu sendiri.

METODE PENELITIAN
Metode adalah cara utama yang digunakan atau ditepuh para peneliti dalam mencapai tujuan.
Menurut Ngalimun (2014), metode adalah sistem dalam penyampaian pesan dalam
pembelajaran. Menurut Sugiyono (2017) metode penelitian yakni cara pengumpulan data
dengan tersistematis berdasarkan fakta, serta bertujuan mengumpulkan data hasil dari
penelitian untuk suatu tujuan yang sudah ditetapkan. Metode yang digunakan pada penelitian
ini adalah metode kualitatif deskriptif. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data
yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. (Sugiyono, 2017). Metode kualitatif
merupakan penilitian yang mengandalkan verba (bahasa) daripada angka. Dengan begitu,
penilitian ini mendeskripsikan penemuan mengenai analisis struktur pembentuk cerpen yaitu
mengenai unsur instrinsik.

PEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini, akan dideskripsikan mengenai struktur cerpen yaitu unsur
instrinsik yang terkandung dalam cerpen “Langit Senja Laksmita”. Berikut merupakan hasil
penganalisisan.
Tema merupakan ide atau gagasan dasar yang melatarbelakangi keseluruhan cerita yang ada
di cerpen.
Tema dalam cerpen “Langit Senja Laksmita” Karya S. Prasetyo Utomo mengenai
kekhawatiran seorang ibu kepada anaknya.
Dibuktikan pada kutipan berikut :
“Langit senja yang cerah itu kini merah tembaga. Senyap. Laksmita merasakan kekosongan.
Ia bakal ditinggalkan anak lelaki kesayangannya. Bagas akan segera menikah. Anak sulung
itu akan meninggalkan padepokan.”

Alur merupakan urutan jalan cerita dalam cerpen yang disampaikan oleh penulis.

3
Alur dalam cerpen “Langit Senja Laksmita” Karya S. Prasetyo Utomo menggunakan alur
campuran, karena penulis menceritakan setiap kejadian secara runtut dari awal hingga akhir
dengan adanya unsur flashback.
Dibuktikan pada kutipan berikut :
“Laksmita jadi teringat seluruh kehidupan masa lalunya: hanya berdua dengan ayahnya”
“Masih senyap ketika Ki Broto turun dari lempengan batu. Menyusuri lereng gunung,
menuruni jalan setapak mencapai padepokan, menjelang subuh.”

Tokoh merupakan pelaku atau orang yang terlibat di dalam cerita tersebut.
Tokoh dalam cerpen “Langit Senja Laksmita” Karya S. Prasetyo Utomo sebagai berikut:
a. Ki Broto yaitu suami dari tokoh utama.
b. Laksmita yaitu tokoh utama dalam cerpen tersebut.
c. Bagas yaitu anak sulung dari tokoh utama.
d. Dewanti yaitu anak bungsu dari tokoh utama.
e. Seto yaitu seorang pekerja di ladang sayur suami laksmita.
f. Jendro yaitu seorang pemuda penabuh gendang.

Penokohan atau Perwatakan merupakan penentuan watak atau sifat tokoh yang ada di
dalam cerita. Watak yang diberikan dapat digambarkan dalam sebuah ucapan, pemikiran dan
pandangan dalam melihat suatu masalah.
Perwatakan atau Penokohan dalam “Langit Senja Laksmita” Karya S. Prasetyo Utomo cerpen
sebagai berikut :
a. Ki Broto merupakan seorang baik hati, tenang, selalu mengingat kerabat yang telah
tiada, sholeh, setia, dan tidak pernah mengeluh.
Dibuktikan pada kutipan berikut :
“Mengenang Abah Ajisukmo yang hidup seorang diri dalam kesunyian di rumah
terpencil sampai ajal. “
“Ia salat seorang diri”
“Ki Broto menciptakan tari. “

b. Laksmita merupakan seorang penuh kasih sayang, setia, dan perhatian.


Dibuktikan pada kutipan berikut :
“Laksmita sudah menunggu Ki Broto di pendapa dengan secangkir kopi panas, ...”

4
“Laksmita tak bisa menyembunyikan kecemasan, tiap kali Dewanti membawa mobil
meninggalkan pelataran padepokan. “

c. Bagas merupakan anak yang penyayang dan santai


Dibuktikan pada kutipan berikut :
“Bagas selalu tampak santai dan akan mencari ibunya ke mana pun untuk
berpamitan.”

d. Dewanti merupakan anak yang penuh percaya diri dan pendiam.


Dibuktikan pada kutipan berikut :
“...,penuh kepercayaan diri. Gadis itu tak banyak bicara.”

e. Seto merupakan seseorang yang setia kepada tuannya.


Dibuktikan pada kutipan berikut :
“Begitu setia Seto mendampingi Ki Broto, dan seperti tak ingin meninggalkan...”

f. Jendro merupakan seseorang yang setia kepada tuannya.


Dibuktikan pada kutipan berikut :
“Jendro, lelaki muda tampan yang setia, tak mau meninggalkan padepokan.”

Latar merupakan mengacu pada tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu cerita.
Latar tempat dalam cerpen “Langit Senja Laksmita” Karya S. Prasetyo Utomo adalah
hamparan padang rumput, rumah kayu, lereng gunung, padepokan, musala, rumah jogjo,
ladang sayur, gubuk, gedung pertunjukan, dukuh tirgo dan dukuh kinahrejo.
Dibuktikan pada kutipan berikut :
“Di atas hamparan padang rumput dan perdu terdapat lempengan batu besar yang senyap,
di sisinya bekas rumah kayu Abah Ajisukmo yang terbakar.”
“Menyusuri lereng gunung, menuruni jalan setapak mencapai padepokan, menjelang subuh.
Ia mendekati musala.”
“...tidur di gubuk tengah ladang,”
“Jendro selalu mengingat peristiwa: di Dukuh Turgo,”
“menggantikan Lik Kirjo yang lenyap setelah peristiwa awan panas menyapu Dukuh
Kinahrejo.”

5
Latar waktu dalam cerpen “Langit Senja Laksmita” Karya S. Prasetyo Utomo adalah pagi
hari, siang, dan sore.
Dibuktikan pada kutipan berikut :
“...menjelang subuh.”
“Agak siang, barulah Bagas berangkat,”
“Setelah makan siang, Laksmita melihat suaminya berada di gedung pertunjukan yang
kosong.”
“Langit senja menyibak awan, menampakkan puncak gunung.”

Latar suasana dalam cerpen “Langit Senja Laksmita” Karya S. Prasetyo Utomo adalah sedih,
haru, iri, dan kekosongan.
Dibuktikan pada kutipan berikut :
“Ingin berdekatan dengan anak gadisnya”
“Laksmita tak bisa menyembunyikan kecemasan, tiap kali Dewanti membawa mobil
meninggalkan pelataran padepokan.”
“Senyap. Laksmita merasakan kekosongan. Ia bakal ditinggalkan anak lelaki
kesayangannya.”

Sudut Pandang merupkan arah pandang seorang penulis dalam menyampaikan sebuah
cerita.
Sudut Pandang dalam cerpen “Langit Senja Laksmita” Karya S. Prasetyo Utomo adalah sudut
pandang orang ketiga, dimana dalam cerpen tersebut sering menggunakan kata “ia”.
Dibuktikan pada kutipan berikut :
“Ia merasa jauh dari anak gadisnya. “
“Ia menghabiskan waktu ke ladang sayuran bersama Seto.”
“Ia masih mencari-cari gerak yang selaras entakan kendang.”

Amanat merupakan pesan moral atau pelajaran yang dapat kita petik dari cerita pendek
tersebut.
Amanat dalam cerpen “Langit Senja Laksmita” Karya S. Prasetyo Utomo adalah jika
seseorang merasakan kekhawatiran atau kegundahan sebaiknya berlebihan dan
memendamnya sendiri karena sifat atau perilaku yang seperti itu sungguh tidak baik utuk
dirinya khususnya tubuhnya dan orang lain. Sehingga diharapkan orang tersebut mampu

6
mengungkapan apa yang terpendam di dalam perasaannya agar terhindar dari hal yang tidak
diinginkan.

SIMPULAN
Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa dalam cerpen “Langit Senja Laksmita”
karya S. Prasetyo Utomo mengandung unsur-unsur intrinsik. Unsur intrinsik yang meliputi
tema, alur, tokoh, perwatakan, latar, sudut pandang, dan amanat. Tema yang terkandung
dalam cerpen “Langit Senja Laksmita” karya S. Prasetyo Utomo adalah kekhawatiran. Alur,
terdapat alur campuran karena penulis menceritakan dari awal hingga akhir, dengan adanya
unsur flashback. Tokoh dan perwatakan, tersusun dengan rapi dari tokoh utama hingga tokoh
sampingan dijelaskan dengan runtut serta kutipan yang ada di dalam cerpen “Langit Senja
Laksmita” karya S. Prasetyo Utomo. Latar, semua ada dari mulai tempat yaitu hamparan
padang rumput, rumah kayu, lereng gunung, padepokan, musala, rumah jogjo, ladang sayur,
gubuk, gedung pertunjukan, dukuh tirgo dan dukuh kinahrejo. Latar waktu meliputi pagi hari,
siang, dan sore. Dan latar suasana meliputi sedih, haru, iri, dan kekosongan. Sudut pandang
yang diambil oleh penulis adalah sudut pandang orang ketiga, dimana tokoh sering
menggunakan kata “ia”. Serta amanat yang ingin disampaikan adalah jika seseorang
merasakan kekhawatiran atau kegundahan sebaiknya berlebihan dan memendamnya sendiri
karena sifat atau perilaku yang seperti itu sungguh tidak baik utuk dirinya khususnya
tubuhnya dan orang lain. Sehingga diharapkan orang tersebut mampu mengungkapan apa
yang terpendam di dalam perasaannya agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Esten, Mursal. (1978). Kesusastraan (Pengantar, Teori, dan Sejarah).


Bandung: Angkasa.
Jabrohim (ed.). 1994. Pengajaran Sastra.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ngalimun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Nurgiyantoro, B. (2018). Teori pengkajian fiksi. UGM PRESS.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian (Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai